Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KODE ETIK ROFESI DAN KEGURUAN

Disusun Oleh :

Azizah Anggraini (22013047)


Afifah Siska Febriyani (22013048)
Riska Rahmawati (22013066)
Agung Laksono (22313118)
Fajar Ika Yuli Astuti (22013072)
Tri Yuni Pamungkas (22013065)

PGSD SEMESTER 1

INSTITUT KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

PGRI WATES

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KODE ETIK
PROFESI KEGURUAN “ dengan tepat waktu.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


dosen pengampu mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan yang telah memberikan tugas
kepada kami. Makalah ini kami susun dengan maksimal dan bertujuan untuk menambah
wawasan serta pengetahuan khususnya pada bidang keguruan. Untuk itu kami berterimakasih
kepada semua pihak yang berkontrribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih ada kekurangan dari segi
kalimat dan bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk melengkapi kesalahan dan kekurangan dari makalah
ini. Akhir kata, semoga makaah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kulon progo, 03 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Sejarah Kode Etik Guru Indonesia.............................................................................................3
B. Pengertian Kode Etik Guru Indonesia........................................................................................3
C. Isi Kode Etik Guru Indonesia....................................................................................................5
A. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia..............................................................................................6
B. Nilai – nilai dasar dan Nilai –nilai Operaional...........................................................................7
C. Tujuan Kode Etik Guru Indonesia...........................................................................................13
D. Pelaksanaan Kode Etik Guru...................................................................................................14
E. Pelanggaran Kode Etik Guru dan Sanksinya...........................................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keguruan merupakan jabatan professional karena laksanaanya menunut keahlian
tertentu melalui pendidikan formal yang khusus, serta tanggung jawab dari
pelaksanaanya. Suatu profesi merupakan posisi yang dipegang oleh orang-orang yang
mempunyai dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap khusus tertentu yang
menapatkan pengakuan dari masyarakat sebagai suatu keahlian.
Pekerjaan guru juga tidak dapat lepas dari nilai-nilai yang berlaku. Atas dasar
nilai yang dianut oleh guru ,peserta didik dan masyarakat maka kegiatan layanan
pndidikan yang diberikan oleh guru data berlangsung dengan arah jelas dan atas
keputusan – keputusan memiliki landasan. Para guru berfikir dan berindak atas dasar
nilai – nilai, etika pribadi dan professional, dan prosedur illegal. Dalam hubungan inilah
para guru seharunya memahami dasar-dasar kode etik guru sebagai landasan etika moral
dan melaksanakan tugasnya. Guru merupakan factor yang sangat dominan dan paling
penting dalam pendidikan formal. Pada umumnya, guru dijadikan tokoh teladan bahkan
menjadi identifikasi diri. Keberhasilan peenyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan
oleh kesiapan guru alam mempersiapkan peserta didiknya dalam kegiatan belajar
mengajar.
Namun demikian, posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan
yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesionalitas guru dan mutu kinerjannya.
Kode etik guru merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan
aktifitas suatu profesi sehingga patut di taati dan ikuti oleh orang yang menjalankan
profesi tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kode Etik Guru?
2. Bagaimana Hakikat Kode Etik Guru?
3. Apa saja isi kode Etik Guru?
4. Apa fungsi dan tujuan Kode Etik Guru?
5. Darimana sumber Kode Etik Guru?

1
6. Bagaimana Pelaksanaan Kode Etik Guru?
7. Apa saja sanksi dan pelanggaran Kode Etik Guru?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Kode Etik Guru
2. Untuk mengetahui Hakikat Kode Etik Guru
3. Untuk mengetahui isi Kode Etik Guru
4. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan Kode Etik Guru
5. Untuk mengetahui sumber Kode Etik Guru
6. Untuk mengetahui pelaksanaan Kode Etik Guru
7. Untuk mengetahui bentuk sanksi dari pelanggaran Kode Etik Guru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kode Etik Guru Indonesia


Sejarah ini dimulai pada tahun 1971 saat FIP-IKIP Malang mengadakan seminar
tentang etika jabatan guru. Seminar tersebut diikuti oleh Kepala Perwakilan Departemen
P&K Provinsi Jawa Timur Kepala Kabin se-Madya, dan para dosen FIP-Malang.
Selanjutnya pada taun 1973, PGRI(Persatuan Guru Republik Indonesia) mengadakan
kogrs PGRI ke XIII. Pada kongres itu, PGRI berhasil merumuskan seara yuridis kode etik
guru Indonesia. Pihak yang bertanggun jawab untuk merumuskan isinya merupakan para
ahli di bidang pedidikan. Adapun tahap perumusan sampai engesahannya adalah sebagai
berikut.

1. Tahap pembahasan/perumusan yang dilakukan pada tahun 1971/1973.


2. Tahap pengesahan dilakukan saat kongres PGRI ke XIII, yaitu November
1973
3. Tahap penguraian dilakukan pada kongres PGRI ke XIV pada tahun 1979.
4. Tahap Penyempurnaan dilakukan ada kongres PGRI pada tahun 1989.

Mengingat perumusannya dilakukan secara yuridis, maka setiap pelanggaran di dalamnya


akan dikenakan sanksi sesuai perundang-undangan yang berlaku.

B. Pengertian Kode Etik Guru Indonesia


Ditinjau dari segi etimologi, pengertian kode etik ini telah dibahas dan
dikembangkan oleh beberapa tokoh yang mempunyai jalan pikiran yang berbeda-beda.
Namun pada dasarnya mempunyai pengertian yang sama. Tokoh tersebut diantaranya
1. Socrates
Seseorang filosof yang hidup di zaman Romawi yang dianggap sebagai
pencetus pertama dari etika yang telah menguaraikan etika secara ilmu
tersusun. Bahkan sampai sekarang perkembangan etika semakin berkembang.
Hal ini dapat dirasakan dengan adanya fenomena-fenomena yang realita
dalam masyarakat.

3
2. Adi Negoro
Dalam bukunya Ensiklopedi Umum sebagaimana yang dikutip oleh
Sudarno dkk, mengemukakan etika berasal dari kata Eticha yang berarti ilmu
kesopanan, ilmu kesusilaan. dan kata Ethica (etika, ethos, adat, budi pekerti,
kemanusiaan)
3. Menurut Hendiyat Soetopo
Beliau menyatakan bahwa "Etika diartikan sebagai tata-susila (etika) atau
hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan".
4. William Lillie
Mendefinisikan “Ethics as the normative science of conduct of human
being living in societies – a science which judges this conduct to be right or
wrong, to be good or bad, or in some similar way.”.
Maksud dari pengertian di atas bahwa “etik adalah ilmu pengetahuan
tentang norma atau aturan ilmu pengetahuan tentang tingkah laku kehidupan
manusia dalam masyarakat, yang mana ilmu pengetahuan tersebut
menentukan tingkah laku itu benar atau salah, baik atau buruk atau sesuatu
yang semacamnya.”
5. Elizabeth B. Hurlock
mendefinisikan tingkah laku sebagai berikut: Behaviour which may be
called “true morality” not only conforms tosocial standards but also is
carried out valuntarilly, it comes with the transition from external to internal
authority and consists of conduct regulated from within.
Arti definisi tersebut di atas adalah tingkah laku boleh dikatakan
sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar
masyarakat tetapi juga dilaksanakan dengan sukarela. Tingkah laku itu terjadi
melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada
ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri).

Dengan demikian yang dimaksud Kode Etik Guru Indonesia adalah pedoman atau
aturan-aturan atau norma-norma tingkah laku yang harus ditaati dan diikuti oleh guru

4
profesional di Indonesia dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari
sebagai guru professional. Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan
perilaku baik atau buruk seorang guru , memilah-milah mana saja hal yang boleh dan
tidak boleh dilakukan selama menjalankan tugas sebagai seorang pendidik . Keberadaa
kode ini yang bertujuan untuk menempatkan sosok guru sebagai pribadi yang terhormat,
mulia, dan bermartabat.

C. Isi Kode Etik Guru Indonesia


Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII yang
terdiri dari sembilan poin berikut:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak didik masing-masing
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
Untuk itu ada ha-hal yang perlu diperhatikan yakni:
a. Segala bentuk kekakuan dan ketakutan harus dihilangkan dari perasaan
anak didik, tetapi sebaliknya harus dirangsang sedemikian rupa sehingga
tercipta sifat terbuka, berani mengemukakan pendapat dan mampu
memecahkan segala masalah yang dihadapinya.
b. Semua tindakan guru terhadap anak didik harus selalu mengandung unsur
kasih sayang ibarat orang tua dengan anaknya. Guru harus bersifat sabar,
ramah dan terbuka.
c. Diusahakan guru dan anak didik dalam satu kebersamaan orientasi agar
tidak menimbulkan suasana konflik.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan baik
dengan orang tua murid bagi kepentingan anak didik.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

5
6. Guru secara sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan mutu profesinya.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan baik antarsesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu
organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.

A. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia


Fungsi adanya kode etik adalah untuk menjaga kredibilitas dan nama baik guru
dalam menyandang status pendidik. Dengan demikian, adanya kode etik tersebut
diharapkan para guru tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap kewajibannya.
Jadi substansi diberlakukannya kode etik kepada guru sebenarnya untuk menambah
kewibawaan dan memelihara image profesi guru tetap baik. Berikut adalah fungsi Kode
etik guru di Indonesia menurut beberapa ahli :
1. Sutan Zanti dan Syahmiar Syahrun (1992) secara spesifik mengemukakan
empat fungsi kode etik guru bagi guru itu sendiri. Keempat fungsi kode etik
tersebut sebagai berikut.
a) Agar guru terhindar dari penyimpangan melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya, karena sudah ada landasan yang digunakan
sebagai acuan.
b) Untuk mengatur hubungan guru dengan murid, teman sekerja,
masyarakat, dan pemerintah.
c) Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih
bertanggung jawab pada profesinya.
d) Pemberi arah dan petunjuk yang benar kepada mereka yang
menggunakan profesinya dalam melaksanakan tugas. (Ibid).

2. Gibson dan Mitchel ( 1995: 449 )

6
Beliau lebih menekankan pada pentingnya kode etik tersebut sebagai
pedoman pelaksanaan tugas profesional anggota suatu profesi dan pedoman bagi
masyarakat pengguna suatu profesi dalam meminta pertanggung jawaban jika ada
anggota profesi yang bertindak diluar kewajaran sebagai seorang profesional.

3. Biggs and blocher (1986: 10)


Mengemukakan tiga fungsi kode etik, yaitu:
a) Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga terhindar dari penyimpangan profesi. 2.
b) Agar guru bertanggung jawab pada profesinya.
c) Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
d) Agar guru mampu meningkatkan kualitas dan kinerja masyarakat
sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat
sebagai profesi yang membantu dalam memecahkan masalah dan
mengembangkan diri.
e) Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan
pemerintah secara kurang proporsional. Guru diharapkan mampu
menjalin hubungan harmonis, dinamis, kooperatif, dengan teman
sejawat, siswa, orang tua siswa, pimpinan, masyarakat, dan dengan misi
tugasnya sendiri.

B. Nilai – nilai dasar dan Nilai –nilai Operaional


Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
4. Nilai-nilai agama dan Pancasila
5. Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional.
6. Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,
Nilai –Nilai Operasional diantaranya :
1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik:

7
a) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik,
mengajar, membimbing,mengarahkan,melatih,menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
b) Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
c) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik
secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan
pembelajaran.
d) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
e) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana
sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif
dan efisien bagi peserta didik.
f) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan.
g) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
i) Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
j) Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil.
k) Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.

8
l) Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m) Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
n) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasan-
alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
o) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama .
p) Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.
2. Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :
a) Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.
b) Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan peserta didik.
c) Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain
yang bukan orangtua/walinya.
d) Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan
berpatisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e) Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.
f) Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasin
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak
atau anak-anak akan pendidikan.

9
g) Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional
dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungna-keuntungan
pribadi.
3. Hubungan Guru dengan Masyarakat :
a) Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
b) Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan
dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c) Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat
d) Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
e) Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya.
f) Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
g) Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya
kepada masyarakat.
h) Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam
masyarakat.
4. Hubungan Guru dengan sekolah:
a) Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
b) Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
c) Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.
d) Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
e) Guru menghormati rekan sejawat.

10
f) Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat
g) Guru menjunung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
h) Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya
untuk tumbuh secara profsional dan memilih jenis pelatihan yang
relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.
i) Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapatpendapat profesionalberkaitan dengan tugas-tugas pendidikan
dan pembelajaran
j) Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
k) Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan
tugastugas profesional pendidikan dan pembelajaran
l) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari
kaidahkaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat
profesionalnya.
m) Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru berkaitan
dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat
n) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya
o) Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya
atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarnya.
p) Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hokum.
q) Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung
atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
5. Hubungan Guru dengan Profesi :
a) Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi

11
b) Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu
pendidikan dan bidang studi yang diajarkan
c) Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggung jawab atas
konsekuensiinya.
e) Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindkan-tindakan profesional
lainnya.
f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat profesionalnya.
g) Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya.
h) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari
tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di
bidang pendidikan dan pembelajaran.
6. Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya :
a) Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta
secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi
kepentingan kependidikan.
b) Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan
c) Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
d) Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
e) Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-
tindakan profesional lainnya.

12
f) Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
dapat merendahkan martabat dan eksistensis organisasi profesinya.
g) Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h) Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai
organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan
7. Hubungan Guru dengan Pemerintah :
a) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program
pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang
Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan Perundang-Undang lainnya.
b) Guru membantu Program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan
berbudaya.
c) Guru berusaha menciptakan, memeliharadan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan pancasila dan UUD1945.
d) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan
pembelajaran.
e) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang
berakibat pada kerugian negara.

C. Tujuan Kode Etik Guru Indonesia


Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan pentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah seebagai :
7. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
Dalam hal ini kode etik data menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat agar mereka jangan sampai memandang rendah terhadap profesi. Oleh
karenanya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak

13
tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi
terhadap dunia luar. Dari segi ini, kode etik juga sering kali disebut kode
kehormatan.
8. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Kesejahteraan yang dimaksud meliputi kesejahteraan lahir maupun
kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal kesejahteraan lahir memuat
larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
yang merupakan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya menerapkan tarif-tarif
minimum bagi honorium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya . Kode
etik mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku
yang tidak pantas atau tidak jujur bagi anggota profesi dalam berinteraksi dengan
sesama rekan anggota profesi.

9. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi


Anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tangung
jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya.

10. Untuk meningkatkan mutu profesi


Memuat norma-norma dan anjuran agar para angota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

11. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi


Diwajibkan kepada setiap anggota untuk seara aktif berpartisipasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi.

D. Pelaksanaan Kode Etik Guru


12. Guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan Kode
Etik Guru Indonesia.
13. Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru
Indonesia kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan, masyarakat dan
pemerintah

14
Pada kenyataannya, pelaksanaannya masih ditemukan sejumlah kendala yaitu
sebagai berikut :

1. Pendidikan dan kualitas guru


2. Sarana dan prasarana pendidikan
3. Kedudukan , Karir, dan kesejahteraan guru
4. Kebijakan pemerintah dan system pendidikan.

Namun demikian , guru, pemerintah, dan pihak terkait harus optimis dan tetap
semangat untuk bekerjasama menciptakan upaya dalam proses pelaksanaannya .

E. Pelanggaran Kode Etik Guru dan Sanksinya


Pelanggaran ini dapat didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma moral
yang terkandung didalam kode etik berkaitan dengan profesi gurunya. Pelanggaran bisa
berupa pelanggaran ringan,sedang, sampai berat. Setiap guru yang melanggar kode etik
akan mendapatan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku . Adapun
fenomena pelanggaran etika yang dilakukan guru saat mengajar diantaranya yaitu :

1. Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan


mengancam murid apabila melanggar peraturan atau tidak mengikuti
kehendak guru.
2. Guru tidak memahami sifat - sifat yang khas / karakteristik pada anak
didiknya.
3. Guru memperlakukan peserta didiknya secara tidak tepat sehingga
membentuk prilaku yang menyimpang.
4. Tidak memahami peserta didiknya sesuai dengan proses perkembangan anak,
sehingga dalam melakukan bimbingan dan pembinaan sering menimbulkan
kecelakaan pendidikan.
5. Guru tidak mampu mengembangkan strategi, metode, media yang tepat
dalam pembelajaran disebabkan tidak memahami tingkah laku peserta
didiknya.
6. Guru tidak menunjukan kejujuran sehingga tidak pantas untuk ditiru.
misalnya : memanipulasi nilai. mencuri waktu mengajar, pilih kasih.

15
7. Tidak mengajar sesuai dengan bidangnya sehingga melakukan kesalahan
secara keilmuan.
8. Guru tidak mengkomunikasikan perkembangan anak kepada orang tua
sehingga orangtua tidak tahu kemajuan belajar anak.
9. Guru tidak menumbuhkan rasa kepercayaan dan penghargaan atas diri
peserta didiknya, sehingga mematikan kreatifitas si anak.
10. Hubungan antar guru yang tidak harmonis. misal : saling menjatuhkan.

Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran


terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru
Indonesia. Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif. Adapun sanksi-sanksi yang dikenakan untuk
pelanaran kode etik Guru dapat di berhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai
guru, karena :

14. Melanggar sumpah dan janji jabatan.


15. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
16. Melalaikan kewajiban dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih
secara terus menerus.

Sanksi terhadap guru dapat juga berupa teguran, peringatan tertulis, penundaan
pemberian hak guru, penurunan pangkat, pemberhentian dengan hormat, dan
pemberhentian tidak dengan hormat. Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru
yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.
Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib
melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat
yang berwenang. Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa
bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran
yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia

Guru harus bisa menjaga kode etik guru yang sudah ditentukan. Guru yang
melanggar kode etik dapat menimbulkan berbagai dampak dalam proses pembelajaran.

16
Misalnya, ilmu yang diberikan tidak sampai kepada siswa, ketegangan di dalam kelas
sehingga membuat siswa takut untuk belajar, menyerang psikologis anak, dan tujuan
pendidikan tidak akan tercapai. Dampaknya dilingkungan masyarakat yaitu guru tidak lagi
menjadi suatu profesi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Akibatnya, menimbulkan
masalah baru bagi pemerintah dalam mensejahterakan kehidupan guru.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kode Etik Guru Indonesia adalah pedoman atau aturan-aturan atau norma-norma
tingkah laku yang harus ditaati dan diikuti oleh guru profesional di Indonesia dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari sebagai guru professional.
Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik atau buruk
seorang guru , memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
selama menjalankan tugas sebagai seorang pendidik . Keberadaa kode ini yang bertujuan
untuk menempatkan sosok guru sebagai pribadi yang terhormat, mulia, dan bermartabat.

B. Saran
Sebagai calon guru kita harus memahami kode etik yang ada diIndonesia, dan
sebagai calon guru kita harus inovatis kreatif dan effisien agar bisa menjadi contoh
untuk peserta didik

18
DAFTAR PUSTAKA

http://indahnurulw.blogspot.com/2013/11/tujuan-dan-fungsi-kode-etik-guru.html

https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/kode-etik-guru/
Sutjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

https://melatikhairunnisyaa.wordpress.com/2019/05/25/fenomena-dan-solusi-
pelanggaran-etika-oleh-guru/

http://www.prasetyapuspita.info/berita-140-kode-etik-seorang guru-.html

19

Anda mungkin juga menyukai