Anda di halaman 1dari 8

Jurnal JPE, Vol. 20, No.

1, Bulan Mei, Tahun 2016 JPE-UNHAS

Pola Angin Pembangkit Gelombang yang Berpengaruh atas


Morfologi dan Bangunan Pantai di Sekitar Makassar
Frans Rabung1
1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar, 90245
Email: 1rabung@live.com

Abstrak

Kondisi pantai Indonesia, sebagai negara yang memiliki pantai terpanjang di dunia, semakin hari semakin kritis
baik dilihat dari segi morfologi maupun dari segi bangunan-bangunan pantai. Penyebabnya bukan saja
kurangnya perhatian (biaya) untuk pemeliharaan/pembangunan, tetapi juga ketiadaan data yang cukup dan
akurat untuk perhitungan-perhitungan teknis. Data yang terpenting adalah data gelombang yang kontinyu untuk
jangka waktu yang cukup lama guna keperluan peramalan gelombang-gelombang ekstrim dalam periode waktu
yang akan datang. Sayangnya justru data gelombang ini yang paling sulit diukur dan paling mahal biayanya.
Sebagai alternatif data angin dapat dipakai sebagai alat untuk meramal gelombang karena gelombang yang
paling banyak berpengaruh di pantai adalah gelombang yang ditimbulkan oleh angin. Penelitian ini mempelajari
tentang angin di pantai kota Makassar.

Kata Kunci: Pantai, angin, gelombang, difraksi, refraksi

I. Pendahuluan dilakukan, namun hanya dalam waktu singkat


rusak diterjang gelombang (Gambar 1).
I.1 Tujuan Penelitian Contoh lain lebih dekat lagi, bahkan boleh
dikatakan berada di jantung kota Makassar, yaitu
Sebagai negara kepulauan terbesar dengan Pantai Losari yang terkenal keindahannya itu.
pantai terpanjang di dunia, Indonesia seharusnya Telah beberapa kali terjadi, tembok penahan air
memberi perhatian yang memadai pada yang menjadi pelindung Pantai Losari dari
kelestarian pantai, terlebih lagi dengan munculnya serangan gelombang, ambruk akibat tanah
fenomena sea level rise dan cuaca ekstrim akhir- berpasir di bawahnya lubang tergerus ombak dari
akhir ini. Namun kenyataannya sebagian besar laut. Dapat dibayangkan betapa besar kerugian
pantai Indonesia sekarang dalam keadaan rusak yang diakibatkannya, bukan saja berupa biaya
karena tidak terawat, sehingga setiap tahun timbul yang dibutuhkan untuk membangun kembali,
kerugian besar baik berupa kehilangan wilayah tetapi juga waktu yang terbuang bagi begitu
daratan maupun kerusakan bangunan-bangunan banyak orang akibat kemacetan di daerah yang
pantai. merupakan pusat bisnis itu.
Contoh yang terdekat, masih dalam wilayah Ombak yang merusak itu terutama
kota Makassar, adalah pantai Tanjung Bunga. dibangkitkan oleh angin (lihat Bab II). Oleh
Dahulu, daratan Tanjung Bunga terbentuk sebagai karena itu pengetahuan tentang pola angin di
tanah tumbuh (spit) akibat pengendapan suatu daerah pantai sangatlah penting untuk
(sedimentation) pasir dan lumpur yang terangkut menjaga kelestarian morfologi pantai tersebut dan
oleh sungai Jeneberang. Namun sejak bendungan untuk perencanaan bangunan-bangunan pantai
Bili-bili dibangun, sedimen yang terangkut seperti pemecah gelombang, tembok penahan,
tersebut sangat berkurang sehingga tanah tumbuh bahkan pelabuhan. Pola angin, yaitu kecepatan
pun terhenti. Ombak dari laut yang tetap datang angin dan arah datangnya serta variasi-variasinya
setiap tahun akhirnya menggerus daratan yang setiap saat dalam jangka panjang, adalah faktor
telah ada itu. Meskipun usaha-usaha perlindungan utama yang menentukan besar gelombang,
pantai misalnya dengan groin-groin telah arahnya dan periodenya. Oleh karena itu

© 2016 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin


Hal | 13
Jurnal JPE, Vol. 20, No. 1, Bulan Mei, Tahun 2016 JPE-UNHAS

manakala tidak tersedia data gelombang yang riil bersangkutan yang biasanya tiga sampai enam
dari suatu daerah, maka data angin adalah satu- bulan saja. Memang benar, data angin lazim
satunya data yang relatif mudah diperoleh untuk dipakai untuk meramal gelombang laut tetapi
memprediksi gelombang untuk perencanaan. Pola faktor Return Period (Long Term Statistics) yang
angin inilah yang akan menjadi obyek penelitian lamanya bisa 30 tahun, 50 tahun, atau bahkan 100
ini, khususnya untuk daerah pantai sekitar tahun, sesuai vitalnya bangunan bersangkutan,
Makassar. membutuhkan data angin yang cukup panjang; di
negara-negara maju (Eropa dan Amerika) data itu
diharuskan minimal belasan tahun.

I.3 Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi


morfologi maupun bangunan pantai seperti jenis
tanah dasar laut, gempa, tsunami, pasang-surut
dan sebagainya, namun gelombang yang
ditimbulkan oleh angin adalah yang dominan
sebagaimana akan dijelaskan lebih detail dalam
Bab II. Jenis tanah dasar laut, apakah pasir,
lumpur atau batu adalah faktor yang sangat
menentukan, tetapi karena studi ini fokus pada
Gambar 1. Suatu senja di Pantai Akkarena, Tanjung Bunga.
pantai sekitar Makassar maka faktor tersebut
Tampak konstruksi groin yang sudah hancur dan pantai
yang sudah tergerus gelombang, sementara baik anak-anak menjadi variabel yang konstan. Gempa adalah
maupun orang dewasa tetap menggunakan lokasi tersebut kecil pengaruhnya untuk morfologi dan bangunan
untuk rekreasi. pantai di sekitar Makassar mengingat Sulawesi
Selatan adalah wilayah dengan risiko gempa
I.2 Identifikasi Masalah kecil; faktor gempa menjadi terlalu stochastic
dibandingkan dengan pengaruh gelombang akibat
Dari kedua contoh di atas secara kasat mata angin. Tsunami adalah gelombang laut yang
dapat dilihat bahwa penyebab utama kerusakan ditimbulkan oleh gempa yang menurut berbagai
morfologi pantai dan bangunan-bangunan referensi hanya mungkin terjadi bila intensitas
pelindung di pantai sekitar Makassar adalah gempa lebih besar dari 6,4 skala Richter (Gambar
gelombang laut. Sayangnya, jangankan pantai 2); jadi jelas tidak memenuhi syarat untuk Selat
sekitar Makassar, di seluruh Indonesia belum ada Makassar. Pasang-surut dengan sendirinya turut
pengukuran gelombang laut yang riil dan berpengaruh karena setiap kali meninjau suatu
kontinyu; mungkin di tempat-tempat tertentu gelombang maka permukaan air yang menjadi
pernah ada tetapi hanya untuk penelitian sesaat referensi adalah permukaan air tenang (Still Water
sehingga datanya tidak memadai untuk peramalan Level) dari pasang-surut saat itu.
long-term statistics, atau pengukuran pada
platform-platform minyak milik asing tetapi tidak
dipublikasi untuk umum.
Pekerjaan-pekerjaan pantai yang cukup besar
seperti pembangunan Dermaga dan Tembok Laut
(Sea Wall) serta Pemecah Gelombang
(Breakwater) sering sudah memperhitungkan
kekuatan gelombang, tetapi data gelombang
diperoleh hanya dari peramalan berdasarkan data
angin singkat (Short Term Statistics), maximum Gambar 2. Hubungan antara kekuatan gempa (M) dan
kedalaman episentrum (h) dengan terbentuknya gelombang
sepanjang periode perencanaan pekerjaan tsunami [1].

© 2016 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin


Hal | 14
Jurnal JPE, Vol. 20, No. 1, Bulan Mei, Tahun 2016 JPE-UNHAS

Jadi gelombang yang ditimbulkan oleh angin jawaban sementara atas Rumusan Masalah
merupakan fenomena alam yang paling tersebut di atas, yang akan dibuktikan
menentukan bagi kelestarian morfologi pantai dan kebenarannya dalam penelitian ini:
kestabilan bangunan-bangunan pantai di sekitar  Angin di pantai sekitar Makassar umumnya
Makassar. Oleh karena itu penelitian ini kiranya datang mulai dari arah Barat Daya, Barat
cukup hanya memfokuskan diri pada studi tentang sampai Barat Laut, tetapi angin yang paling
pola angin jangka panjang di pantai Makassar berpengaruh adalah dari arah Barat Daya
untuk dapat memberikan data yang valid dan sampai Barat.
reliable bagi perencanaan. Peramalan gelombang  Kecepatan angin bervariasi dari nol sampai
yang ditimbulkannya cukup mengikuti prosedur- puluhan m/s dimana angin yang dominan
prosedur yang sudah ditetapkan dalam literatur- berasal dari Barat Daya sampai Barat.
literatur yang tersedia sehingga tidak akan  Dalam setahun angin bervariasi terutama
menjadi topik pembahasan dalam penelitian ini. berdasarkan musim, yaitu Musim Kemarau
dan Musim Hujan, dimana angin yang
I.4 Rumusan Masalah dan Hipothesis dominan terjadi pada Musim Hujan. Dalam
jangka panjang arah angin dominan tetap dari
Dalam literatur-literatur tentang cuaca di Barat Daya sampai Barat.
Indonesia selalu dikatakan bahwa pada Musim
Kemarau (Musim Timur) angin yang kering dari
Australia bertiup dari arah Barat Daya ke Timur
Laut. Sedang pada Musim Hujan (Musim Barat)
saat mana banyak angin kencang sampai badai
terjadi (angin dominan), dikatakan angin bertiup
dari Timur Laut. Pendapat ini banyak dipakai
dalam perencanaan bangunan-bangunan pantai
termasuk di Sulawesi Selatan. Kenyataannya,
kalau kita melihat proses terjadinya tanah tumbuh
Tanjung Bunga (Gambar 3), gelombang yang
menyerang pantai itu (jadi berarti juga anginnya)
seharusnya berasal dari Barat Daya sampai Barat.
Perbedaan antara teori dan kenyataan ini (das Gambar 3. Peta kota Makassar dengan spit Tanjung
sollen dan das sein) menjadi sumber pertanyaan Bunga sebelum pembangunan Centre Point of Indonesia
(COP).
bagi penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan
(Research Questions) itu dinyatakan dalam
I.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Rumusan Masalah sebagai berikut:
 Dari manakah arah angin yang paling Pekerjaan-pekerjaan pelestarian pantai seperti
berpengaruh (angin dominan) terhadap pantai beach nourishment, tembok laut (Sea Wall),
sekitar Makassar? pemecah gelombang sampai pembuatan
 Berapakah kecepatan angin di pantai sekitar pelabuhan laut memerlukan data gelombang
Makassar? rencana (boleh dari data angin) yang akurat.
 Bagaimanakah variasi-variasi angin di pantai Tanpa data yang baik, kemungkinan besar
sekitar Makassar? kostruksi yang baru dibangun akan segera gagal
Dari asumsi bahwa gelombang laut yang diterjang gelombang atau terlampau mahal karena
ditimbulkan oleh angin adalah pembentuk utama kekuatannya berlebihan (meskipun yang terakhir
morfologi pantai Makassar sebagaimana yang ini jarang terjadi di Indonesia). Dengan adanya
telah dikemukakan di atas, dan berdasarkan fakta data angin yang cukup untuk meramal gelombang
lapangan yang diperlihatkan pada Gambar 3 maka rencana baik untuk jangka pendek maupum
dapatlah diajukan hipothesis di bawah ini sebagai jangka panjang (30, 50, 100 tahun sesuai

© 2016 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin


Hal | 15
Jurnal JPE, Vol. 20, No. 1, Bulan Mei, Tahun 2016 JPE-UNHAS

ketentuan) maka akan diperoleh hasil perencanaan Shore Protection Manual [2] menunjukkan
yang optimum, dengan kata lain ekonomis dan bahwa gelombang laut yang mengandung energi
tepat guna. Itulah tujuan sekaligus manfaat dari yang paling banyak adalah kelompok gelombang
penelitian yang diusulkan ini. yang dibangkitkan oleh angin (Gambar 4).
Artinya kelompok gelombang inilah yang dapat
II. Landasan Teori dan Kerangka Berfikir menimbulkan tekanan (kerusakan) yang paling
besar baik terhadap morfologi maupun bangunan
II.1 Angin Membangkitkan Gelombang
di pantai. Dari kelompok ini, yang paling besar
Sub-bab ini memberikan sekedar penjelasan kandungan energinya adalah kelompok Gravity
yang menjadi dasar dari kerangka berfikir yang Waves. Karena itu gelombang-gelombang dari
dikemukakan dalam bab terdahulu secara umum, kelompok inilah yang paling banyak dipelajari
khususnya sebagai landasan teori bagi pengajuan dalam bidang Teknik Pantai klasik. Akan tetapi
hipothesis seperti yang dikemukakan dalam sub- teori-teori yang matematis tentang bagaimana
bab “Rumusan Masalah dan Hipothesis”. Seperti energi yang terkandung dalam angin dipindahkan
yang telah diuraikan di bab terdahulu, ada banyak ke energi gelombang laut sangatlah rumit dan
faktor yang dapat mempengaruhi morfologi masih terlalu bersifat hipotesis sehingga baik
maupun bangunan pantai seperti jenis tanah dasar dalam teori maupun dalam praktek yang dipakai
laut, gempa, tsunami, pasang-surut dan adalah rumus-rumus atau nomogram-nomogram
sebagainya, namun gelombang yang ditimbulkan yang diperoleh secara induktif dari pengamatan-
oleh angin adalah yang dominan untuk kasus pengamatan di lapangan.
pantai Makassar.

Gambar 4. Approximate distribution of ocean surface wave energy illustrating the classification of surface waves by wave
band, primary disturbing force, and primary restoring force [2].

Salah satu nomogram yang paling banyak menentukan terhadap tinggi dan periode
dipakai adalah buatan Sverdrup, Munk, dan gelombang. Arah gelombang tidak disebutkan lagi
Bretschneider yang dikenal sebagai SMB Method karena dengan sendirinya mengikuti arah angin,
(Gambar 5) dari Shore Protection Manual [2]. kecuali ada refraksi atau difraksi yang
SMB Method menunjukkan bahwa arah angin, membelokkan arah gelombang.
kecepatannya, dan panjang wilayah bertiupnya Wilayah pembangkitan gelombang (fetch)
angin (fetch) adalah faktor-faktor yang paling sama dengan wilayah bertiupnya angin yang mana

© 2016 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin


Hal | 16
Jurnal JPE, Vol. 20, No. 1, Bulan Mei, Tahun 2016 JPE-UNHAS

bisa berupa suatu wilayah di tengah samudra di menyatakan dengan jelas bahwa gelombang
mana terjadi tekanan udara drop tanpa terhubung datang dari arah Barat Daya sampai Barat. Sebuah
ke suatu pantai dari pulau atau benua. Gelombang foto satelit yang dikeluarkan oleh Google Earth
yang terjadi menjalar sampai ke pantai tanpa Pro, yang merekam gelombang di pantai Tanjung
anginnya; gelombang ini disebut swell dengan ciri Bunga pada suatu badai di tahun 2009 (Gambar
teratur hampir-hampir seperti gerakan harmonis. 6), menunjukkan dengan jelas arah datangnya
Keadaan seperti ini biasanya pada samudra- gelombang-gelombang besar yaitu Barat Daya.
samudra yang besar seperti Samudra Pacific atau Refleksi dari gelombang seperti inilah yang
Atlantic dsb. Pada kepulauan seperti Indonesia menggerus pantai Makassar yang tidak terlindung
dimana lautan-lautan relatif sempit, panjang fetch dan membawa sedimen ke arah Utara.
ini meliputi seluruh panjang lautan antar pulau
atau selat yang bersangkutan. Untuk pantai sekitar
Makassar maka panjang fetch adalah selebar Selat
Makassar atau Laut Jawa, tergantung dari mana
arah angin yang ditinjau. Ciri gelombangnya tidak
beraturan dan gelombang datang bersama
anginnya. Hal ini bisa dilihat di Pantai Losari,
Makassar, pada setiap terjadinya badai.
Pembahasan tentang gelombang tidak dilanjutkan
lagi karena diluar jangkauan penelitian ini.

II.2 Anomali Pantai Makassar


Gambar 5. Nomograms of deepwater significant wave
Yang menjadi pertanyaan adalah, arah angin prediction curves as functions of windspeed, fetch length,
sebagaimana yang dikemukakan dalam literatur- and wind duration metric units (SMB Method-Sverdup,
Munk, Bretschneider)
literatur di Indonesia tidak sejalan dengan arah
gelombang yang membentuk morfologi pantai
Makassar. Menurut literatur-literatur itu (misalnya
Anugerah Nontji, 1987, dalam [3], pada musim
hujan yaitu Oktober – April dengan puncak pada
Januari – Februari, angin bertiup dari Samudera
Pasifik dari arah Timur Laut kemudian oleh
pengaruh khatulistiwa angin berubah arah menjadi
dari Barat Laut untuk Indonesia bahagian Selatan,
jadi untuk wilayah Makassar seharusnya angin
dari arah Barat Laut; sebaliknya pada musim
kemarau yang puncaknya terjadi pada bulan-bulan
Juli – Agustus – September, angin berasal dari
sekitar benua Australia jadi dari Tenggara Gambar 6. Arah gelombang pada suatu badai tahun 2009 di
kemudian di khatulistiwa berbelok arah menjadi Pantai Akkarena, Tanjung Bunga, terlihat jelas dari arah
dari Barat Daya untuk Indonesia bahagian Utara, Barat Daya. (Sumber: foto satelit Google Earth Pro)
jadi untuk pantai Makassar pada musim kemarau
angin berasal dari Tenggara. Angin kencang III. Materi dan Metode Penelitian
sampai badai umumnya terjadi pada musim hujan.
III.1 Data Angin
Kenyataannya, pembentukan muara dan
tanah-tanah tumbuh (spits) di pantai Makassar, Data angin diperoleh langsung dari Balai
seperti Tanjung Bunga dan muara sungai Tallo Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
sebagaimana diperlihatkan oleh Gambar 3, Wilayah IV Makassar. Data ini direkam secara

© 2016 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin


Hal | 17
Jurnal JPE, Vol. 20, No. 1, Bulan Mei, Tahun 2016 JPE-UNHAS

‘real time’ di Stasiun Maritim Paotere yang III.2 Metode Analisis


terletak tepat di tepi laut pantai Makassar pada
koordinat 5006’37.63” LS dan 119025’11.61” BT Dalam pencatatan data angin seperti yang
(Google Earth). Alat ukur amometer yang dilakukan oleh BMKKG di Stamar (stasiun
terpasang di lapangan terbuka pada ketinggian 10 maritim) Paotere itu, angin dicatat kontinyu hanya
meter di atas permukaan tanah mengirim data selama 10 menit tepat sebelum jam yang
kecepatan dan arah angin setiap saat langsung ke dimaksudkan. Data ini kemudian dirata-ratakan
sistim komputer yang terpasang dalam kantor untuk 10 menit itu dan dipandang sama dengan
Stasiun yang terletak di dekatnya. Data direkam rata-rata dari satu jam yang dimaksudkan itu,
berupa kecepatan angin rata-rata dan maksimum namun kecepatan maximum yang tercatat selama
(wind gust) per jam dan dikirimkan langsung ke 10 menit itu dicatat pula tersendiri dan disebut
BMKG di Jakarta dan ke pusat pengelolaan data ‘extreme velocity’ atau dalam istilah sehari-
cuaca global. harinya ‘wind gust’. Nilai rata-rata dari seluruh
Data yang diberikan oleh BMKG Makassar jam dalam sehari dirata-ratakan pula untuk
untuk penelitian ini adalah data kecepatan angin mendapatkan ‘angin rata-rata harian’, sedang nilai
harian rata-rata dan terbesar serta arahnya yang terbesar dari wind gusts sepanjang hari
diolah oleh pihak BMKG sendiri berdasarkan data bersangkutan dicatat sebagai ‘angin terbesar
per jam di atas. Lamanya data adalah 20 tahun harian’. Angin terbesar harian yang tercatat dalam
kontinyu, sehingga cukup valid untuk dipakai baik Data Kecepatan Angin Terbesar dari BMKG itu
langsung dalam suatu perencanaan maupun untuk diolah menurut metode yang diuraikan dalam
peramalan jangka panjang. Data asli BMKG ini Coastal Engineering Manual [4] untuk
tidak dapat disajikan seluruhnya di sini karena mendapatkan kecepatan-kecepatan angin yang
terbatasnya ruang untuk tulisan ini. dapat membangkitkan gelombang.
Mirip dengan distribusi tinggi gelombang Langkah pertama, angin dengan extreme
yang ditimbulkannya, distribusi kecepatan angin velocity dipandang sebagai ‘fastest mile
mengikuti Rayleigh distribution dimana nilai-nilai windspeed’. Fastest mile windspeed adalah
yang kecil memiliki frekuensi yang sangat tinggi kecepatan angin terbesar dalam menempuh jarak
dibandingkan dengan nilai-nilai yang besar. satu mil (1609 m), diberi simbol µ f. Meskipun
Untuk dapat membangkitkan gelombang, kecepatan ini cukup besar namun durasinya
kecepatan angin harus cukup besar dan cukup biasanya sangat singkat, umumnya kurang dari 2
lama bertiup (durasi angin). Angin kategori calm menit, sehingga belum dapat membangkitkan
(Beaufort Scale 0 – 0,51 m/s) sampai ‘angin gelombang; namun dalam proses naik dan
lemah’ (gentile breeze 3,5 – 5,1 m/s) tidak dapat turunnya dari kecepatan maksimum ini terdapat
membangkitkan gelombang yang berarti kecepatan angin yang cukup besar selama
meskipun durasinya cukup lama, sebaliknya beberapa waktu yang mampu membangkitkan
meskipun terjadi angin yang besar tetapi gelombang. Sebagai contoh, kecepatan angin
durasinya sangat singkat tidak dapat pula terjadi terbesar pada tanggal 8 Februari 2000 adalah 26
gelombang. Oleh karena itu ‘Data Kecepatan knot (26 mil laut per jam) maka:
Angin Rata-rata’ dari BMKG itu tidak dapat
dipakai dalam analisis “angin pembangkit 26  1852
 f
  1 3 .4 m
s
(1)
gelombang”; data BMKG yang dipakai dalam 3600
analisis ini adalah “Data Kecepatan Angin
Terbesar” dan “Data Arah Angin Terbesar” Langkah kedua menghitung durasi dari fastest
harian. mile windspeed (duration averaged):

1609
t   1 3 .4 s (2)
f
 f

© 2016 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin


Hal | 18
Jurnal JPE, Vol. 20, No. 1, Bulan Mei, Tahun 2016 JPE-UNHAS

Langkah ketiga, menghitung 1-hour averaged South (180o), South-West (225o), West (270o),
windspeed yaitu kecepatan angin rata-rata dalam dan North-West (315o). Kesimpulan dari hasil-
satu jam: hasil analisis di atas diuraikan di bawah ini.

 f
V. Kesimpulan dan Saran
 1 .2 7 7  0 .2 9 6 ta n h
 3600
(3) V.1 Kesimpulan
  45 
  Dari hasil pembahasan dan analisis yang
 0 .9 lo g 1 0  
t  disajikan dalam bentuk diagram-diagram

  f 
windrose di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:
f
 3600   1 0 .5 m
s
1. Ciri angin pembangkit gelombang selama
1 .2 8 musim kering dan musim hujan mempunyai
karakteristik-karakteristik yang berbeda tapi
Inilah kecepatan angin rata-rata yang bertiup juga punya kesamaan. Perbedaan, dalam
selama satu jam yang dapat membangkitkan musim hujan kecepatan angin dapat mencapai
gelombang. Seluruh data kecepatan angin terbesar nilai-nilai kelompok terbesar (kelompok
dari BMKG itu dikonversi ke µ3600 keenam) yaitu >=11.1 m/s, sedang dalam
mengggunakan spreadsheets. Bersama dengan musim kemarau kecepatan angin maksimum
data arah angin terbesar, joint distribution antara mencapai kelompok keempat (5.7-8.8 m/s).
kecepatan dan arah dengan frekuensinya dihitung Arah angin utama dalam musim hujan
dan disajikan dalam bentuk radar chart yang bervariasi dari arah Barat Daya sampai dengan
dikenal sebagai WindRose. Karena data yang Barat Laut, sedang dalam musim kering
diolah mencapai puluhan ribu maka proses didominasi arah Barat Daya sampai Barat.
pengolahannya dilakukan dengan paket program Kesamaan, baik dalam musim kering maupun
WRPLOT©. dalam musim hujan arah angin dari Barat tetap
signifikan.
IV. Hasil 2. Data yang menyajikan distribusi gabungan
kecepatan dan arah angin selama 20 tahun
Hasil pengolahan data dengan WRPLOT © menunjukkan bahwa arah angin yang dominan
disajikan dalam Gambar 7, 8 dan 9 berupa adalah dari Barat Daya sampai Barat Laut dan
diagram-diagram windrose untuk seluruh periode memperkuat kesimpulan dalam point 1 bahwa
data yaitu 20 tahun. Kecepatan angin dibagi atas 6 arah angin terbanyak adalah dari Barat. Angin
kelompok yang umum dipakai diluar kelompok yang termasuk dalam kategori keenam
calm (kecepatan 0 – 0.5 m/s). Perlu diingatkan (>=11.1 m/s) meliputi sekitar 5% dari angin
bahwa pada diagram-diagram windrose dalam yang tercatat selama 20 tahun. Angin terbesar
tulisan ini kelompok calm selalu 0.00% karena yang terjadi hanya sekali selama pencatatan
memang nilai-nilai yang dipakai diperoleh dari 20 tahun adalah 89 knot (45.4 m/s) dari arah
‘kecepatan angin terbesar harian’, bukan dari nilai Utara terjadi pada tanggal 8 Juni 2007.
rata-rata harian dimana terkandung banyak nilai 3. Apa yang diprediksi dalam hipothesis
calm. Kelompok pertama meliputi angin dengan penelitian ini telah terbukti, namun masih ada
kecepatan 0.5 – 2.1 m/s, kelompok kedua 2.1 – tersisa pertanyaan untuk penelitian lebih lanjut
3.6 m/s, kelompok ketiga 3.6 – 5.7 m/s, kelompok yaitu mengapa angin dari Tenggara yang
keempat 5.7 – 8.8 m/s, kelompok kelima 8.8 - seharusnya mendominasi angin musim kering
11.1 m/s dan kelompok keenam >= 11.1 m/s. ternyata tidak signifikan? Apakah pengaruh
Arah datangnya angin dibagi atas 8 kelompok selat-selat dan laut (dalam hal ini Laut Jawa
sesuai 8 arah mata-angin utama yaitu North (0o), dan Selat Makassar) sedemikian kuat sehingga
North-East (45o), East (90o), South-East (135o), berperi-laku seperti terowongan angin?

© 2016 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin


Hal | 19
Jurnal JPE, Vol. 20, No. 1, Bulan Mei, Tahun 2016 JPE-UNHAS

V.2 Saran yang aman, ekonomis dan berwawasan


lingkungan.
1. Meskipun telah terbukti bahwa angin 3. Perlu pula penelitian lanjutan mengenai
terbanyak berasal dari Barat Daya, Barat dan pengaruh selat-selat dan laut-laut yang
Utara namun yang dominan adalah dari Barat. membagi pulau-pulau di Indonesia. Sejauh
Ini tidak terlalu sesuai dengan arah datangnya mana mereka berperan dalam membelokkan
gelombang yang membentuk spits seperti arah angin-angin musim global? Hal ini sangat
Tanjung Bunga dan muara sungai Tallo bermanfaat untuk perencanaan setiap pantai di
dimana logikanya angin dominan seharusnya Indonesia secara spesifik.
berasal dari Barat Daya. Perlu penelitian lebih
lanjut apakah terjadi refraksi gelombang yang Kepustakaan
dari arah Barat. [1] B. Triatmodjo, Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta, 1999.
2. Perlu penelitian prediksi gelombang yang [2] Waterways Experiment Station. Shore Protection Manual (SPM). U.S.
Army Corps of Engineers, Washington D.C., 1984.
dibangkitkan oleh angin yang diperoleh dari [3] B. Triatmodjo. Teknik Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta, 2009.
penelitian ini. Prediksi gelombang yang baik [4] Coastal and Hydraulics Laboratory (CHL). Coastal Engineering
Manual (CEM). U.S. Army Corps of Engineers, Washington D.C.,
akan sangat berguna bagi perencanaan 2008.
perlindungan pantai dan bangunan-bangunan [5] F. Rabung, A Study on King Island’s Grassy Rubble-mound
Breakwater Trunk Design by One-tenth Scale Model Tests. Master
pantai sehingga diperoleh kostruksi-konstruksi Thesis, Faculty of Engineering, Monash University, Clayton,
Australia, 1993.

© 2016 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin


Hal | 20

Anda mungkin juga menyukai