Anda di halaman 1dari 85

ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN WISATA HALAL SEBAGAI

LAPANGAN KERJA BARU UNTUK PENINGKATAN EKONOMI


MASYARAKAT
(STUDI OBJEK WISATA PANTAI SERUNI BANTAENG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar

Oleh

INTEN EQA SAPUTRI

NIM : 105251106416

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN WISATA HALAL SEBAGAI
LAPANGAN KERJA BARU UNTUK PENINGKATAN EKONOMI
MASYARAKAT
(STUDI OBJEK WISATA PANTAI SERUNI BANTAENG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar

Oleh

Inten Eqa Saputri

NIM : 105251106416

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M

ii
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Inten Eqa Saputri

NIM : 105251106416

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas : Agama Islam

Kelas :B

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka

bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 29 Syawal 1441 H

21 Juni 2020 M

Yang Membuat Pernyataan

Inten Eqa Saputri


NIM 105251106416

vi
ABSTRAK

Inten Eqa Saputri. 105 251 1064 16. 2020. Analisis Potensi Pengembangan
Wisata Halal Sebagai Lapangan Baru Untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat
(Objek Wisata Pantai Seruni Bantaeng). Dibimbing oleh Bapak Saidin Mansyur
dan Bapak Fakhruddin Mansyur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pengembangan wisata
syariah di Pantai Seruni dengan metode peneltian kualitatif.
Penelitian ini dilaksanakan di kota Bantaeng yang berlangsung selama 2
bulan mulai dari Februari sampai April 2020. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara wawancara dengan kepala Dinas Pariwisata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pengembangan wisata Halal
sebagai lapangan kerja untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Pantai Seruni
merupakan tempat wisata yang indah, nyaman, bersih dan asri, kawasan ini juga
memiliki fasilitas yang lengkap mulai dari tempat ibadah sampai dengan
penginapan dan juga kawasan ini dijadikan sebagai pusat sentra kuliner. Pantai
Seruni merupakan sentra perekonomian bagi masyarakat Bantaeng. Potensi
pengembangan wisata syariah sebagai lapangan kerja telah memberikan dampak
yang cukup tinggi bagi masyarakat sekitar seperti pedagang makanan dan
minuman, penyewaan mainan bagi anak-anak, dan lain-lain.

Kata Kunci: Wisata, Masyarakat, Lapangan Kerja

vii
ABSTRACT
Inten Eqa Saputri. 105 251 1064 16. 2020. An Analysis of Potential
Development of Syariah Tourism as a New Field for Increasing Community
Financial (Seruni Beach Tourist Attraction of Bantaeng). Supervised by Saidin
Mansyur and Fakhruddin Mansyur.
This research aims to investigate the potential development of Syariah
Tourism in Seruni beach by using qualitative approach.
This research was conducted in Bantaeng for two months. It started from
February to April 2020. The data were collected through interview with the
Tourism General.
The finding of this research showed that potential development of syariah
tourism as a new job to enhance economic community. Seruni beach is a
beautiful, convenient, clean, and wonderful destination. There are a lot of facilities
in this area, such as; mosque, lodging, parking area, and any sport fields.
Moreover, It also become a culinary center of Bantaeng. Seruni beach has become
a central of economic for Bantaeng society. Potential development of Syariah
tourism as a job field has given a huge impact for community such as; food and
drink merchant, child toy tenants, and so on.

Keywords: Tourism, Society, Job

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil „Alamiin, puji dan syukur senantiasa saya


panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan saya rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam tak lupa peneliti curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabat dan keluarga serta umma yang senantiasa
istiqomah di jalan-Nya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan
tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah,
akhirnya sampai pada titik akhir penyelesaian skripsi. Saya menyadari bahwa
penelitian ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik
moril maupun materil. Terimah kasih untuk Kedua orang tua saya tercinta ,
terkhusus ibu saya Megawati serta adik saya dan keluarga besar saya yang tiada
henti-hentinya, mendoakan, memberikan dukungan selama saya menempuh
pendidikan. Ucapan terimah kasih juga yang tak terhingga, peneliti hanturkan
kepada :

Ucapan terima kasih yang tak terhingga, peneliti hanturkan kepada:


1. Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, MM, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama
Islam.
3. Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP, selaku Ketua Prodi Hukum
Ekonomi Syariah dan Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah, dan
para dosen Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Saidin Mansyur, S.S., M.Hum dan Fakhruddin Mansyur, SE.I., ME.I
selaku dosen pembimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

ix
5. Yahya Putra Pratama, sahabat saya Nur Afni Julianti, Narti Amir dan
Jane Margareth, yang selalu mensupport serta menemani saya dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Teman dan sahabat saya di kelas HES 016 B, A.R Musawwir, Muh.
Isram, Ratih Kusuma Dewi, Mu. Anas, Nurul Maghfirah dan Aulia
Ramadan serta teman-teman PKL yang selalu memberikan dukungan
dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak

yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan

berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagipara pembaca, terutama bagi pribadi penulis. Aamiin.

Makassar, 20 Dzulqaidah 1441 H


11 Juli 2020 M

Penulis

Inten Eqa Saputri

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. iii
SURAT MUNAQASAH................................................................................. iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
E. Metode Penelitian................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengembangan Wisata ....................................................... 9
B. Pengertian Wisata................................................................................. 13
C. Pengertian Wisata Syariah ................................................................... 18
D. Karakteristik Wisata Halal ................................................................... 23
E. Pariwisata dan Ketersediaan Lapangan Kerja ...................................... 26
F. Peningkatan Ekonomi .......................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 30
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31

xi
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 32

BAB IV PEMBAHaSAN DAN HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 33
1. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng......................................... 33
2. Gambaran Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng......................... 35
3. Struktur Organisasi......................................................................... 36
4. Sumber Daya Kebudayaan dan Wisata .......................................... 39
B. Potensi Pengembangan Wisata Indonesia ............................................ 45
C. Kondisi Ekonomi ................................................................................. 51
D. Potensi Pengembangan Wisata Syariah sebagai Lapangan Kerja
Baru Untuk Peningkatan Ekonomi....................................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 59
B. Saran..................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Posisi Geografis Kabupaten Bantaeng Menurut Kecamatan .... 33


Tabel 4.2 Administratif Kabupaten Bantaeng .......................................... 34

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pariwisata ............................ 38


Gambar 4.2 Wisata Pantai Seruni................................................................. 44

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi

sumber daya alam yang berlimpah, keanekaragaman hayati dan peninggalan

sejarah atau budaya. Berlimpahnya sumber daya alam yang ada dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi ketika sumber daya tersebut dapat di

kelola dengan baik sesuai dengan apa yang paling diminati masyarakat

sehingga pemanfaatan sumber daya alam tersebut tidak akan menghabiskan

waktu ataupun materi akibat ketidakberhasilan dalam mengelola sumber daya.

Pariwisata merupakan salah satu pemanfaatan sumber daya alam

yangdapat bernilai ekonomi tinggi bagi suatu daerah yang mengelola sumber

daya alam menjadi suatu tempat wisata yang dapat menarik pengunjung baik

dari dalam maupun dari luar negeri, disamping bernilai ekonomi yang tinggi,

pariwisata dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa bangga terhadap

bangsa sehingga akan tumbuh masyarakat yang lebih peduli terhadap suatu

bangsa. Pariwisata adalah hal yang diminati oleh setiap individu, karena dapat

menghilangkan kejenuhan, berkembangnya kreativitas dan mampu menunjang

produktivitas suatu individu.1

Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah

satu sektor pariwisata diakui dapat mengembangkan sektor-sektor lain dalam

1
Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung: Angkasa, 1997), h. 35.

1
2

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sektor pariwisata diharapkan menjadi

sumber devisa terbesar dalam suatu wilayah sehingga sektor pariwisata perlu

dikembangkan. Pengembangan kawasan wisata mampu memberikan kontribusi

pada pendapatan asli daerah, membukan peluang usaha, dan kesempatan kerja.

Pengembangan pariwisata yang saat ini sedang menjadi trend di beberapa

negara adalah pengembangan pariwisata syariah atau sering disebut sebagai

wisata halal. Negara yang jumlah penduduk muslim yang mayoritas sangat

berpotensi untuk mengembangkan pariwisata berbasis syariah ini.

Pengembangan pariwisata syariah ini dinilai menjadi pengembangan pariwisata

yang sangat baik pada keadaan sosial, ekonomi dan budaya bagi seluruh negara

atau wilayah.

Sebagai komponen utama dalam pariwisata, masyarakat khususnya

penduduk lokal mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan

dan pembangunan wisata. Masyarakat daerah setempat secara tidak langsung

merasakan adanya dampak dari pariwisata yang ada baik dampak sosial

maupun dampak ekonomi.

Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah mayoritas muslim,

maka untuk memajukan pariwisata Indonesia dapat ditempuh dengan cara

pendekatan atau menempatkannya dalam bingkai syariah 2islam. Pariwisata

syariah atau biasa diistilahkan wisata halal, bukan hanya mencakup wisata

2
Bon, maedeh. Halal Food And Tourism Prospect and Challenges. Jurnal of Tourism in
the Muslim world Bridging Tourism Theory and Practice. Vol 2. No. 4, tahun 2010, hal. 47.
3

religi saja seperti tempat-tempat ibadah, makam, maupun peninggalan sejarah,

melainkan mencakup hal lain yang lebih luas dengan melibatkan banyak

industri didalamnya seperti, restoran/usaha penyedia makan dan minum, biro

perjalanan wisata syariah serta hotel syariah. Hal ini telah menandakan bahwa

sistem ekonomi syariah telah berkembang cukup luas dari yang awalnya hanya

meliputi perdagangan produk halal, berkembang ke industri keuangan dan

sekarang berkembang ke life style yang dapat berupa rumah sakit, rekreasi,

perawatan dan lain sebagainya.

Wisata syariah merupakan suatu tren baru dalam dunia pariwisata saat ini.

Indonesia telah dikenal luas di dunia sebagai wisata halal terbaik di dunia atas

kemenangannya dalam event “The World Halal Travel Summit & Exhibition

2015”. Indonesia berhasil mendapatkan tiga penghargaan sekaligus, meliputi :

World Best Family Friendly hotel, World Best Halal Honeymoon Destination

dan World Best Halal Tourism Destination. Hal ini tentunya menjadi sebuah

peluang besar yang memudahkan negara Indonesia untuk terus melakukan

pengembangan wisata syariah dan industri jasa syariah, sehingga Indonesia

dapat menanamkan bahwa wisata syariah identik dengan negara Indonesia

didalam mindset wisata dunia. Pada saat ini, wisatawan muslim telah

meningkat secara cepat dibandingkan dengan tingkat global.

Pariwisata syariah dipandang sebagai cara baru untuk mengembangkan

pariwisata Indonesia yang menjunjung tinggi budaya dan nilai-nilai islami.

Selama ini wisata syariah dipersepsikan sebagai suatu wisata ke kuburan

(ziarah) ataupun ke masjid. Padahal, wisata syariah tidak diartikan seperti itu,
4

melainkan wisata yang di dalamnya berasal dari alam, budaya, ataupun buatan

yang dibingkai dengan nila-nilai islam.

Wisata syariah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan wisata pada

umumnya. Wisata halal merupakan konsep wisata yang memudahkan

wisatawan muslim untuk memenuhi kebutuhan berwisata mereka. Kebutuhan

anatara lain adanya rumah makan yang bersertifikat halal, tersedianya

masjid/musholla di tempat umum, adanya fasilitas kolam renang terpisah

antara pria dan wanita.

Islam melihat pariwisata itu penting dan perlu dilakukan bagi setiap

mukmin untuk mengambil pelajaran darinya. Allah SWT berfirman dalam QS.

Ali Imran : 1373.

َ ُ‫ظ ُسوا َك‬


‫ْف‬ ِ ‫ُِسوا فٍِ ْاْل َ ْز‬
ُ ‫ض فَا ْو‬ ُ ‫ت ِم ْه قَ ْب ِه ُك ْم‬
ُ ‫سى ٌَه فَس‬ ْ َ‫قَدْ َخه‬
َ‫َكانَ َعاقِبَتُ ْان ُم َك ِرّ ِبُه‬
Terjemahnya :
Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu
berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Dari ayat diatas, sangatlah jelas bahwa Allah SWT memerintahkan kita

selaku khalifah di muka bumi untuk melakukan pariwisata dan mengambil

hikmah dari setiap perjalanan yang kita lalui.

Pengembangan wisata syariah di Indonesia saat ini tengah menjadi tren

mengingat penduduk muslim terbesar dunia ada di Indonesia, salah satunya di

Kabupaten Bantaeng. Bantaeng merupakan sebuah kabupaten yang terletak di

Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, tepatnya di bagian selatan dari Kota

3
Departemen Agama RI, Al-Quranul Qarim, hal 67
5

Makassar dimana banyak memiliki obyek wisata yang berpotensi mulai dari

wisata alam, wisata buatan, wisata religi, wisata kota dan adat budaya. Tempat

wisata di Bantaeng telah dikenal luas akan keindahan wisata alamnya yang

menawan. Alam pegunungan dan pantai yang berkarakter membuat Bantaeng

menajadi salah satu destinasi wisata favorit di Sulawesi Selatan. Salah satu titik

wisata utama adalah Pantai Seruni.

Pemerintah Kabupaten Bantaeng telah memiliki sebuah wisata halal dan

menjadi yang pertama dan telah berhasil dikembangkan dengan baik, yakni

wisata Pantai Seruni yang berada di Jl. Seruni, Kelurahan Pallantikang,

Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng. Konsep wisata halal

dikembangkan Pemerintah Kabupaten Bantaeng sebagai diferensiasi serta

segmentasi pariwisata Bantaeng terhadap daerah lain.

Masyarakat dipandang dapat terlibat atau menunjang kegiatan sebuah

objek wisata alam oleh wisatawan mancanegara atau domestik dalam

penyediaan makanan dan minuman, tempat tinggal (homestay, cottage), sarana

dan prasarana transportasi, dan kegiatan lainnya. Keterlibatan dan partisipasi

masyarakat dalam kegiatan wisata diharapkan akan mampu memberikan

tambahan pendapatan masyarakat secara memadai, disamping pendapatan dari

sektor pembangunan lainnya.Setiap tingkat perubahan wisatawan akan

berpengaruh terhadap perubahan tingkat pengeluaran (output), nilai tambah,

upah atau gaji ketenaga kerjaan, penerimaan devisa, dan neraca pembayaran.4

4
Nova Belinda,”Analisis Dampak Berganda (Multiplier Effect) Pemanfaatan Wisata
Alam Tanjung Mutiara Di Danau Singkarak Kabupaten Tanah Datar”.(Skripsi : Institut Pertanian
Bogor, 2013), hlm. 22
6

Salah satu potensi dari kawasan destinasi wisata pantai seruni adalah

membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar objek wisata tersebut, dan

ternyata bukan hanya kesempatan atau lapangan kerja saja yang ditimbulkan

akibat keberadaan objek wisata ini tetapi keberadannya juga membawa

pengaruh terhadap luasnya mata pencarian masyarakat sekitar. Hal tersebut

dapat dibuktikan dengan munculnya usaha-usaha kecil menengah yang

dilakukan oleh masyarakat sekitar sejak berdirinya destinasi wisata pantai

seruni ini. Dengan demikian luasnya mata pencarian masyarakat disekitar

kawasan wisata pantai seruni, maka pendapatan masyarakat pun akan

bertambah dan mengakibatkan peningkatan perekonomian masyarakat.

Dari uraian tersebut diatas, maka dapat dipahami bahwa kawasan

pariwisata merupakan salah satu bidang usaha yang dapat memberikan

kontribusi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, hal tersebut yang

membuat peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut melalui penelitian yang

penulis tuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul : “Analisis Potensi

Pengembangan Wisata Syariah Sebagai Lapangan Kerja Baru Untuk

Peningkatan Ekonomi Masyarakat (Studi Objek Wisata Pantai Seruni

Bantaeng)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah adalah

sebagai berikut :

1. Apa saja potensi pengembangan wisata Halal yang ada di Pantai

Seruni?
7

2. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat pantai seruni?

3. Bagaimana potensi pengembangan wisata syariah sebagai lapangan

kerja baru untuk peningkatan ekonomi masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui potensi pengembangan wisata syariah di Pantai

Seruni.

2. Untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat pantai seruni

3. Untuk mengetahui potensi pengembangan wisata syariah sebagai

lapangan kerja baru untuk peningkatan ekonomi masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan memiliki nilai manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis dalam rangka memperluas dinamika ilmu

pengetahuan hukum Islam. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

adalah:

1. Manfaat teoritis:

a. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai ilmu hukum, khususnya

dibidang hukum islam.

b. Dapat dijadikan acuan awal dan bahan pertimbangan bagi pembaca untuk

mengkaji ilmu hukum lebih lanjut, terutama mengenai hukum islam.


8

2. Manfaat praktis

a. Memberikan wawasan dan pengalaman praktis dibidang penelitian

mengenai pariwisata syariah.

b. Hal penelitian ini sangat berarti bagi peneliti karena dapat menambah

ilmu dan wawasan pengetahuan bagi mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Makassar Fakultas Agama Islam.

c. Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi saya dan khususnya bagi

masyarakat yang belum mengetahui tentang pengembangan wisata Pantai

Serni sebagai wisata halal.

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan terarah, diperlukan

metode penelitian yang sesuai dengan masalah penelitian yang hendak

dipecahkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan

terjun langsung ke lapangan. Dimana data yang dianalisis merupakan data

yang tidak berbentuk angka.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pengembangan Wisata

Pengembangan wisata adalah suatu proses atau cara menjadikan sesuatu

menjadi maju, baik sempurna dan berguna. Pengembangan pariwisata

merupakan salah satu usaha untuk mempromosikan daya tarik suatu objek

wisata agar menjadi berkembang sesuai dengan visi dan misi.

Pengembangan pariwisata di Indonesia telah tercermin dalam rencana

strategis yang dirumuskan oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI,

yakni :

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan

berusaha dan lapangan pekerjaan serta pemerataan pembangunan di

bidang pariwisata.

2. Mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga

memberikan manfaat sosial budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan

daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup.

3. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata Indonesia

sebagai berdayaguna, produktif, transparan, dan bebas KKN untuk

melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi yang

merupakan amanah yang dipertanggung jawabkan (accuntable).5

5
W. J. S Poerwasarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), h. 438.

9
10

Pengembangan wisata memiliki beberapa manfaat dalam berbagai

bidang, yakni ekonomi, budaya, politik, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan

ilmu pengetahuan, peluang dan kesempatan kerja

1. Manfaat kepariwisataan dari segi ekonomi

Dari kepariwisataan tersebut dapat menghasilkan devisa yang besar bagi

negara sehingga dapat meningkatkan perekonomian suatu negara.

2. Manfaat kepariwisataan dari segi budaya

Pemahaman dan pengertian antar budaya dibawa melalui interaksi

wisatawan dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada.

3. Manfaat kepariwisataan dari segi politik

Terpeliharanya hubungan internasional dengan baik yaitu dalam hal

pengembangan pariwisata mancanegara. Akan terjadi kunjungan antar

bangsa sehingga dapat memberi inspirasi untuk selalu mengadakan

pendekatan dan saling menghormati.

4. Manfaat kepariwisataan dari segi lingkungan hidup

Sebuah objek wisata apabila ingin banyak mendapatkan kunjungan dari

segi wisatawan harus selalu terjaga kebersihannya dan tetap terjaga

keelokan tempat wisata tersebut dan masyarakat serta wisatawan harus

bersama-sama menjaga dan merawat lingkungan atau daerah yang

dijadikan tempat wisata.6

6
Oka A. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung: Angkasa, 1997), h. 35
11

5. Manfaat kepariwisataan dari segi nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan.

Dapat memiliki dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai negara

serta dari segi pengetahuan dapat mempelajari dan mengetahui dimana

letak dan keunggulan sebuah objek wisata sehingga dapat memajukan

objek wisata di daerah masing-masing.

6. Manfaat kepariwisataan dari segi peluang dan kesempatan kerja

Dapat menciptakan berbagai macam usaha yang dapat mendukung adanya

keberadaan objek wisata tersebut.

Dalam pengembangan suatu daerah yang akan dijadikan suatu objek

wisata, agar menarik untuk dikunjungi serta potensial dalam berbagai

pasar, harus mempunyai tiga syarat yaitu :

1. Daerah tersebut harus mempunyai apa yang disebut sebagai “something

to see”. Artinya tempat tersebut mempunyai objek wisata dan atraksi

wisata yang berbeda dengan daerah lain.

2. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut sebagai “something to

do”. Artinya di tempat tersebut harus disediakan fasilitas rekreasi yang

membuat wisatawan betah untuk tinggal lebih lama.

3. Daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut sebagai “something to

buy”. Artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk

berbelanja oleh-oleh terutama barang-barang souvenir dan kerajinan

rakyat yang dapat dibawa pulang ke tempat asal wisatawan.


12

Dari ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah

tujuan wisata, sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata

harus ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain:

1. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada dan serupa

dengan objek wisata di tempat lain.

2. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali

bidang pembangunan dan pengembangan.

3. Harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta

mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.

4. Harus menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari

subjektif) dan sadar wisata masyarakat setempat.

Dalam pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan tingkat-tingkat yang

terarah dan terpadu terutama mengenai pendidikan tenaga-tenaga kerja dan

perencanaan pengembangan fisik7. Kedua hal tersebut hendaknya saling

terkait sehingga pengembangan tersebut menjadi realitis dan proporsional.

Agar suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang

menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana

dan prasarana objek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat

diperlukan untuk mendukung dari pengembangan objek wisata karena

prasarana kepariwisataan merupakan semua fasilitas yang memungkinkan agar

sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat

7
Oka A. Yoeti, Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi dan Implementasi, (Jakarta:
Buku Kompas, 2008), h. 177.
13

memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang

beraneka ragam.

B. Pengertian Wisata

Istilah wisata merupakan padanan kata tour (dalam bahasa Inggris).

Walaupun dalam bahasa Sansakerta, istilah wisata memiliki pengertian yang

sama dengan perjalanan namun karena perjalanan telah memiliki pengertian

yang jelas, maka kata wisata diserap sebagai padanan kata tour tersebut.

Secara etimologi, tour berasal dari kata torah (bahasa Ibrani) yang

berarti belajar, tornus (bahasa Latin) yang berarti alat untuk membuat

lingkaran dan dalam bahasa Prancis Kuno disebut tour yang berarti

mengelilingi sirkuit.

Definisi wisata atau pariwisata menurut United Nation World Tourism

Organization (UNWTO) yaitu setiap orang yang mengunjungi suatu negara di

luar tempat tiggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa

bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi dan lamanya

kunjungan tersebut tidak lebih dari 12 bulan. Pengertian-pengertian lain

yang diambil dari bebrapa sumber adalah sebagai berikut:

1. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,

wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek

dan daya tarik wisata.

2. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuktujuan


14

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.8

3. Menurut Hornby As, Tour is a journey in which a short stays are made a

number of places, and the traveller finally return to his or her own place.

(Wisata adalah sebuah perjalanan di mana seseorang dalam perjalanannya

singgah sementara di beberapa tempat dan akhirnya kembali lagi ke tempat

asal di mana ia mulai melakukan perjalanan.9

Dari pengertian di atas, maka wisata dapat dirumuskan sebagai

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, yakni

bersifat sementara, untuk menikmati objek dan atraksi di tempat tujuan.

Wisata adalah sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat

dikatakan sebagai wisata. Dengan kata lain, melakukan wisata berarti

melakukan perjalanan, tetapi melakukan perjalanan belum tentu melakukan

wisata.

Untuk membedakannya dengan perjalanan pada umumnya, maka

wisata memiliki karakteristik sebagai berikut:10

1. Bersifat sementara, dalam jangka waktu pendek (waktu yang

ditentukan) pelaku wisata akan ke tempat aslinya.

2. Melibatkan beberapa komponen wisata, misalnya sarana transportasi,

akomodasi, restoran, objek wisata, toko cinderamata, dan lain-lain.

8
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Lembar Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11.
9
Glenn F. Ross, Psikologi Pariwisata, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), h. 8.
10
Glenn F. Ross, Psikologi Pariwisata, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1998), h. 8-9.
15

3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi objek dan atraksi wisata

daerah atau bahkan negara secara berkesinambungan.

4. Perjalanan dilakukan dalam suasana santai.

5. Memiliki tujuan tertentu yang pada dasarnya untuk mendapatkan

kesenangan.

6. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya

dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyrakat atau daerah

yang dikunjungi, karena uang yang dibelanjakannya dibawa dari

tempat asal.

Jika dipandang dari sudut usaha bidang akomodasi, maka sifat

sementara dari penyelenggaraan wisata sekurang-kurangnya dilakukan

dalam waktu 25 jam. Pembatasan ini dimaksudkan untuk membedakannya

dengan bentuk perjalanan lain yang memiliki karakteristik sama dengan

wisata , tetapi dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam dan diistilahkan

dengan ekskursi atau excursion. Dalam kenyataanya, orang yang memakai

istilah ekskursi tersebut, orang justru lebih terbiasa menggunakan istilah

tour untuk menyebut wisata yang dilakukan dalam waktu kurang dari 24

jam dan package tour untuk wisata yang dilakukan dalam waktu lebih dari

24 jam.

Adapun unsur-unsur yang terlibat dalam industri pariwisata meliputi

hal-hal berikut:11

1. Akomodasi, tempat seseorang untuk tinggal sementara.

11
Nyoman S. Pedit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar, (Jakarta: Perdana, 1994), h.28
16

2. Jasa boga dan restoran, industri jasa di bidang penyelenggaraan

makanan dan minuman yang dikelola secara komersial.

3. Transportasi dan jasa angkutan, industri usaha jasa yang bergerak

dibidang angkutan darat, laut, dan udara.

4. Atraksi wisata, kegiatan yang dapat menarik perhatian wisatawan atau

pengunjung.

5. Cinderamata (soevenir), benda yang dijadikan kenang-kenangan untuk

dibawa pulang.

6. Biro perjalanan, badan usaha pelayanan semua proses

perjalanan dari berangkat hingga kembali.

Adapun bentuk-bentuk wisata dapat dibagi menurut kategori di

bawah ini yaitu:12

1. Menurut asal wisatawan

Pertama-tama perlu diketahui apakah wisatawan itu berasal dari dalam

atau luar negeri. Jika wisatawan itu berasal dari dalam negeri berarti

sang wisatawan hanya berpindah tempat sementara di dalam

lingkungan wilayah negerinya dan selama ia mengadakan perjalanan,

maka disebut pariwisata domestik, sedangkan kalau ia datang dari luar

negeri disebut pariwisata internasional.

2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang

asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif

12
Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2002), h. 37
17

terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang

dikunjunginya, yang ini disebut pariwisata aktif sedangkan kepergian

seorang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negatif

terhadap neraca pembayaran luar negerinya, disebut pariwisata pasif.

3. Menrut jangka waktunya

Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara

diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggaldi tempat atau

negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah

pariwisata jangka pendek dan jangka panjang, yang mana tergantung

pada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk

mengukur pendek dan panjangnya waktu yang dimaksudkan.

4. Menurut jumlah wisatawan

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang,

apakah sang wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka

timbullah istilah-istilah pariwisata tinggal dan pariwisata rombongan.

5. Menurut alat angkut yang dipergunakan

Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan

oleh sang wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi

pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata

mobi, tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara,

kapal laut, kereta api atau mobil.


18

Adapun jenis-jenis wisata yang telah dikenal saat ini adalah.13

1. Wisata religi adalah perjalanan wisata berkutat pada kunjungan

seperti berziarah, kunjungan ke masjid bersejarah dan hal-hal

yang berkaitan dengan keagamaan.

2. Wisata syariah adalah perjalanan wisata berkutat pada kunjungan

seperti bertamasya, perjalanan wisata alam yang bersifat syariah.

3. Wisata halal adalah perjalan wisata berkutat pada penyediaan

yang disediakan pada tempat atau lokasi tersebut; hotel, makanan,

dan lain-lain. Yang bersifat halal dan haram.

C. Pengertian Wisata Syariah

Pariwisata syariah adalah bagian dari industri pariwisata yang ditujukan

untuk wisata muslim. Pelayanan wisatawan dalam pariwisata halal merujuk

pada aturan-aturan Islam. Pada dasarnya wisata syariah adalah wisata yang

dilakukan guna mengunjungi tempat-tempat wisata untuk melihat kebesaran

ciptaan Allah yang ada di muka bumi sehingga kita dapat belajar untuk lebih

bersyukur dan memperbaiki kualitas iman pribadi dengan berpedoman pada

kitab suci Al-qur‟an dan Alhadist.

Di dalam Firman Allah SWT dijelaskan dalam QS. Al-Mulk : (15)

‫شىا فٍِ َمىَا ِك ِب َها َو ُكهُىا ِم ْه‬ َ ‫ُه َى انَّرٌِ َج َع َم نَ ُك ُم ْاْل َ ْز‬
‫ض ذَنُ ا‬
ُ ‫ىًل فَا ْم‬
‫ىز‬
ُ ‫ش‬ ُ ُّ‫ِز ْشقِ ِه ۖ َو ِإنَ ُْ ِه انى‬

13
Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2002), h. 38.
19

Terjemahnya:
Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjuru dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan14.

Firman Allah SWT diatas menjelaskan bahwa dorongan mencari rizki

dan bekerja. Dan di dalam ayat ini juga terkandung petunjuk bahwa Allah

adalah satu-satunya Tuhan yang haq, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga

menunjukkan kuasa-Nya, mengingat nikmat-nikmat-Nya.

Menurut pasal 1 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Indonesia No. 2 Tahun 2014 yang dimaksud syariah adalah prinsip-prinsip

hukum Islam sebagaimana yang diatur fatwa dan atau telah disetujui oleh

Majelis Ulama Indonesia.15 Terminologi wisata syariah dibeberapa negara ada

yang menggunakan istilah seperti Islamic tourism, halal tourism, halal travel,

ataupun as moslem friendly destination. Sedangkan di Indonesia sendiri juga

memiliki beberapa istilah, seperti wisata halal, wisata syariah, atau pariwisata

syariah.

Wisata syariah atau wisata halal juga mempunyai beberapa definisi yang

dikemukakan para ahli. Menurut Sofyan, definisi wisata syariah lebih luas dari

wisata religi, yaitu wisata yang didasarkan pada nilai-nilai Islam.16 Komponen

wisata syariah bukan hanya umat muslimyang ingin menikamti kearifan lokal.

Kriteria umum pariwisata syariah ialah:

14
Departemen Agama RI, Al-Quranul Qarim, hal.563
15
Pasal 1 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia No. 2 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah.
16
Riyanto Sofyan, Prospek Bisnis Pariwisata Syariah, (Jakarta: Republika, 2012), h.33.
20

1. Memiliki orientasi kepada kemaslahatan umum

2. Memiliki orientasi pencerahan, penyegaran, dan ketenangan.

3. Menghindari kemusyrikan dan khurafat.

4. Bebas dari maksiat

5. Menjaga keamanan dan kenyamanan.

6. Menjaga kelestarian lingkungan

7. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan kearifan lokal.17

Definisi lain tentang pariwisata syariah adalah kegiatan yang didukung

oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah yang memenuhi ketentuan syariah.


18
Pariwisata syariah dimanfaatkan oleh banyak orang karena karakteristik

produk dan jasanya yang bersifat universal. Produk danjasa wisata, objek

wisata, dan tujuan wisata dalam pariwisata syariah adalah sama dengan

produk, jasa, objek, dan tujuan pariwisata pada umumnya selama tidak

bertentangan dengan nilai-nilai dan etika syariah. Jadi pariwisata syariah tidak

terbatas hanya pada wisata religi.

Dalam Fatwa DSN-MUI NOMOR: 108/DSN-MUI/X/2016 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah dijelaskan

mengenai pengertian wisata syariah pada bagian pertama mengenai ketentuan

umum, yaitu19:

17
Riyanto Sofyan, Prospek BisnisPariwisata Syariah, h. 34
18
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2042. Diakses pada 25 November
2019, pukul 21.30
19
Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa DSN-MUI No: 108/DSN-MUI/X/2016 Tentang
PedomanPenyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah
21

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya Tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisata Syariah adalah wisata yang sesuai dengan prinsip syariah.

3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah dan pemerintah daerah.

4. Pariwisata Syariah adalah pariwisata yang sesuai dengan prinsip syariah.

5. Destinasi Wisata Syariah adalah kawasan geografis yang berada dalam

satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik

wisata, fasilitas ibadah dan umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta

masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya

kepariwisataan yang sesuai dengan prinsip syariah.

6. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

7. Biro Perjalanan Wisata Syariah (BPWS) adalah kegiatan usaha yang

bersifat komersial yang mengatur, dan rnenyediakan pelayanan bagi

seseorang atau sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan dengan

tujuan utama berwisata yang sesuai dengan prinsip syariah.

8. Pemandu Wisata adalah orang yang memandu dalam pariwisata syariah.

9. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang

melakukan kegiatan usaha pariwisata.


22

10. Usaha Hotel Syariah adalah penyediaan akomodasi berupa kamar di

dalam suatu bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan

makan dan minum, kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara

harian dengan tujuan memperoleh keuntungan yang dijalankan sesuai

prinsip syariah.

11. Kriteria Usaha Hotel Syariah adalah rumusan kualifikasi dan atau

klasifikasi yang mencakup aspek produk, pelayanan, dan pengelolaan.

12. Terapis adalah pihak yang melakukan spa, sauna, atau massage.

Berdasarkan penjabaran di atas, konsep syariah yang tidak bertentangan

dengan nilai-nilai dan etika syariah berhubungan dengan konsep halal dan

haram di dalam Islam. Halal diartikan dibenarkan, sedangkan haram diartikan

dilarang. Konsep halal dapat dipandang dari dua perspektif yaitu perspektif

agama dan perspektif industri. Dalam fatwa secara eksplisit juga menjelaskan

mengenai ketentuan terkait pendirian hotel, para wisatawan, destinasi wisata,

dan sebagainya. Pada bagian ketiga dijelaskan bahwa penyelenggaraan wisata

wajib memenuhi prinsip-prinsip.20

1. Terhindar dari kemusyrikan, kemaksiatan, kemafsadatan, tabdzir/israf,

dan kemunkaran.

2. Menciptakan kemaslahatan dan kemanfaatan baik secara material maupun

spiritual.

20
Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa DSN-MUI No: 108/DSN-MUI/X/2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah
23

D. Karakteristik Wisata Halal

Menurut Global Muslim Travel Index (GMTI) 2016, terdapat

peningkatan jumlah destinasi menjadi 130 destinasi dan penambahan dua

kriteria baru yaitu transportasi udara dan peraturan visa. Berikut ini

merupakan tiga penilaian GMTI 2016 yaitu destinasi yang aman dan ramah

untuk aktifitas liburan keluarga, fasilitas dan pelayanan yang ramah, muslim

dan pemasaran dan kesadaran destinasi tentang wisata halal.

1. Destinasi yang aman dan ramah untuk aktivitas liburan keluarga

a. Destinasi wisata yang ramah keluarga.

b. Keamanan secara umum maupun khusus untuk wisatawan muslim

c. Jumlah kunjungan muslim.

2. Fasilitas dan pelayanan yang ramah muslim

a. Pilihan dan jaminan kehalalan makanan

b. Fasilitas sholat

c. Fasilitas bandara

d. Pilihan akomodasi

3. Pemasaran dan kesadaran destinasi tentang wisata halal

a. Kemudahan berkomunikasi

b. Kesadaran tentang kebutuhan wisatawan muslim dan usaha untuk

memenuhinya

c. Transportasi udara

d. Persyaratan visa
24

Panduan umum wisata syariah mengatur beberapa panduan dalam

mengaplikasikan wisata syariah, yang meliputi destinasi, akomodasi, biro

perjalanan wisata dan pramuwisata, usaha penerbangan dan juga tempat

perbelanjaan dan persinggahan. Adapun beberapa panduannya yaitu:21

1. Destinasi wisata syariah

a. Destinasi wisata meliputi wisata alam, wisata budaya, dan wisata

buatan.

b. Tersedia fasilitas ibadah yang layak dan suci.

c. Tersedia makanan dan minuman yang halal.

d. Pertunjukan seni dan budaya serta atraksi yang tidak bertentangan

dengan kriteria umum pariwisata syariah

e. Terjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan.

2. Akomodasi

a. Tersedia fasilitas yang layak untuk bersuci

b. Tersedia fasilitas yang memudahkan untuk beribadah

c. Tersedia makanan dan minuman halal.

d. Fasilitas dan suasana yang aman, nyaman, dan kondusif untuk

keluarga dan bisnis.

e. Terjaga kebersihan sanitasi dan lingkungan.

3. Biro Perjalanan Wisata Syariah

a. Menyelenggarakan paket perjalanan atau wisata yang sesuai

dengan kriteria umum pariwisata syariah.

21
Hery Sucipto dan Fitria Andayani, Wisata Syariah, Karakter, Potensi, Prospek &
Tantangannya, (Jakarta: Grafindo Books Media & Wisata Syariah Consulting, 2014).
25

b. Memiliki daftar akomodasi yang sesuai dengan panduan umum

akomodasi pariwisata syariah.

c. Memiliki daftar usaha penyedia makanan dan minuman yang

sesuai dengan panduan usaha penyedia makanan dan minuman

pariwisata syariah.

4. Kriteria Pramuwisata Syariah

a. Memahami dan mampu melaksanakan nilai-nilai syariah dalam

menjalankan tugas.

b. Berakhlak baik, komunikatif, ramah, jujur dan bertanggung

jawab.

c. Berpenampilan sopan dan menarik sesuai dengan nilai dan etika

Islam.

d. Memiliki kompetensi kerja sesuai standar profesi yang berlaku.

5. Penerbangan Syariah

a. Menyediakan penerbangan ke sejumlah negara Islam.

b. Memberikan makanan halal selama perjalanan.

c. Memberikan pelayanan yang maksimal dan ramah sesuai dengan

prinsip Islam.

d. Para pramugari berpakaian sopan.

6. Pusat Perbelanjaan dan Tempat Persinggahan

a. Menyediakan masjid ataupun mushola yang layak.

b. Lokasi masjid tidak berada di tempat yang tersembunyi.

c. Menjaga kebersihan bangunan.


26

E. Pariwisata dan Ketersediaan Lapangan Kerja

Banyak kegiatan yang biasanya ditimbulkan oleh pariwisata pada suatu

negara, salah satunya akan mendatangkan lebih banyak ketersediaan lapangan

kerja dari suatu sektor ekonomi lainya. Alasannya karena industri pariwisata

umumnya berorientasi pada penjualan jasa. Pernyataan bahwa industri

pariwisata itu bersifat padat karya, hal itu tidak dapat pungkiri. Akibat

langsung pariwisata pada bidang kesempatan kerja dirasakan lebih

mendatangkan manfaaat pada negara-negara sedang berkembang daripada

negara-negara industri maju, karena di negara-negara sedang berkembang itu

cakupan kegiatan ekonomi masih terbatas.22

Pembangunan industri pariwisata di tingkat lokal seperti pembangunan

hotel, restoran dan layanan pariwisata lainnya secara langsung telah membuka

lapangan berusaha dan pekerjaan di kawasan tersebut dan dapat dikelola serta

memanfaatkan tenaga kerja masyarakat setempat. Datangnya wisatawan ke

suatu daerah wisata akan memerlukan pelayanan untuk menyediakan

kebutuhan, keinginan dan harapan wisatawan yang berbagai macam, sehingga

pariwisata telah memberi serta menambah lapangan dan kesempatan kerja

bagi masyarakat dalam lingkungan dimana industri itu berada.Industri

pariwisata merupakan industri yang sifatnya menyerap kebutuhan tenaga

kerja, sehingga pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan

usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja lahir akibat adanya permintaan

wisatawan. Kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang

22
Salah Waham, Manajemen Kepariwisataan,(Jakarta: PT. Pratnya Paramita, 1992), h.88.
27

bagi masyarakat untuk menjadi pengusaha hotel, warung, dagang dan lain-

lain.Terdapat empat macam keterkaitan yang penting secara ekonomis

berkenaan dengan pengembangan industri pariwisata di suatu daerah yaitu

keterkaitan produksi, konsumsi, modal dan tenaga kerja. Keterkaitan produksi

berlangsung dalam bentuk kerjasama pertukaran atau pemasokan faktor input

produksi antara usaha industri skala besar dan formal dengan usaha-usaha

masyarakat skala kecil.

Jalinan ini terdapat pula pada aspek permodalan, usaha ekonomi skala

kecil didorong melalui permodalan dengan skala usaha besar agar dapat

tumbuh. Industri pariwisata yang tumbuh nantinya akan memberikan efek

penyebar luasan penciptaan kesempatan kerja. Kunjungan wisatawan ke suatu

daerah tujuan wisata akan membelanjakan sebagian atau seluruh uang mereka

kepada produk atau jasa perdagangan yang ditawarkan masyarakat setempat.

Aliran uang ini sebagian akan diterima oleh tenaga kerja dan juga pengusaha

yang memasok barang dagangan di daerah tujuan wisata. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pariwisata mampu menciptakan kesempatan kerja

sekaligus menciptakan peluang pendapatan.23

23
Dian Widya Setiyanti, Dampak Pariwisata Terhadap Peluang Usaha Dan Kerja Luar
Pertanian Di Daerah Pesisir (Kasus Pulau Pramuka, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara,Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta), (On-Line)
Skripsi Program Strata 1, Dapertemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, 2011, h. 15
28

F. Peningkatan Ekonomi

a. Pengertian Peningkatan Ekonomi

Peningkatan berarti kemajuan, perubahan, perbaikan.24 Sedangkan

perekonomian yang mempunyai kata dasar ekonomi berarti ilmu mengenai

asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan

(seperti halnya keuangan, perindustrian dan perdagangan).25 Dari

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan ekonomi adalah

suatu perubahan jenjang atau perbaikan kondisi dan perbaikan kondisi dari

perekonomian yang lebih baik atau mengalami kemajuan dari sebelumnya.

b. Ekonomi kerakyatan

Ekonomi kerakyatan adalah sebuah perekonomian yang dimiliki oleh

rakyat kecil dan didominasi oleh sebagian besar bangsa Indonesia.

Mengembangkan ekonomi kerakyatan berarti mengembangkan sistem

ekonomi yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Membangun ekonomi rakyat berarti harus meningkatkan kemampuan

masyarakat dengan cara mengembangkan da mendominasikan potensinya,

atau dengan kata lain memberdayakannya. Upaya pengerahan sumber daya

untuk mengembangkan potensi ekonomi masyarakat ini akan

meningkatkan produktivitas masyarakat, sehingga baik sumber daya

manusia maupun sumber daya alam di sekitar masyarakat dapat digali dan

dimanfaatkan. Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya mampu

24
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 951.
25
Ibid., hlm. 220.
29

secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah yang

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan mereka.

Menurut Mubyarto, pengembangan ekonomi rakyat dapat dilihat dari

tiga segi, yaitu:

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang. Titik tolak pemikirannya adalah pengenalan

bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

Tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya.

2. Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu.

Dalam rangka memperkuat potensi ekonomi rakyat ini, upaya yang

amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan

serta terbukanya kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang

ekonomi.

3. Mengembangkan ekonomi rakyat juga mengandung arti melindungi

masyarakat dan mencegah terjadinya persaigan yang tidak seimbang,

serta mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang

lemah. Upaya melindungi masyarakat tersebut tetap dalam rangka

proses pemberdayaan dan pengembangan prakarsanya. 26

26
Mubyarto, Ekonomi Rakyat, Program IDT dan Demokrasi Ekonomi Indonesia,
(Yogyakarta: Aditya Media, 1997), hlm.37.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu jenis penelitian deskriptif

kualitatif. Penelitian ini merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan kenyataan

dilapangan. Penggunaan metode deskriptif bertujuan membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Pantai Seruni yang terletak di Jl.Seruni,

Pallantikang, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng. Waktu penelitian

dilakukan berdasarkan lama waktu kegiatan penelitian dimulai dengan

melakukan usaha penelitian, kegiatan survey lapangan, pembuatan proposal,

kegiatan penelitian, pengumpulan data penelitian, sampai dengan

pengumpulan hasil penelitian dan proses kegiatan penyelesaian penelitian.

Penelitian ini di rencanakan 2 (dua) bulan tahun 2020. Lokasi penelitian

ditentukan dengan pertimbangan bahwa kawasan tersebut memiliki potensi

dan daya tarik wisata di Kabupaten Bantaeng.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan

langsung pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan

30
31

melakukan wawancara terhadap pelaku usaha wisata dan

pengunjung/wisatawan, wawancara mendalam, dan observasi. Guna

melengkapi informasi/data, survei dan wawancara juga dilakukan

terhadap dinas/instansi pemerintah daerah terkait, masyarakat lokal

dan pengunjung/wisatawan.

b. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud

selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat

ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini menjadi sumber data

sekunder adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu

percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi.27 Komunikasi

ini dilakukan secara langsung oleh pihak yang membutuhkan informasi

dengan pihak lain untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Dengan cara ini, kita dapat menggali informasi lebih mendalam karena

segala sesuatu yang tidak dipahami dapat ditanyakan secara langsung.

Dalam hal ini, penulis memperoleh informasi dari pihak pengelola dan

pengunjung di objek wisata pantai seruni Bantaeng.

27
NASUTION, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara,2012), 113.
32

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pecairan, pengumpulan dan

penyediaan data sebagai bukti akurat untuk memperkuat informasi yang

telah diperoleh. Dokumentasi ini bisa berupa gambar ataupun dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh saat

penelitian sedang berlangsung.

E. Teknik Analisis Data

Dari semua data yang diperoleh dari lapangan saat penelitian, kemudian

penulis menganalisis dengan menggunakan analisis kualitatif untuk

mengambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi. Dalam hal ini penulis

menganalisis potensi pengembangan wisata syariah sebagai lapangan kerja

baru dalam peningkatan ekonomi masyarakat.

Penelitian ini menggunakan berbagai teknik analisis data yaitu:

1. Reduksi Data ialah proses mengubah data kedalam pola, fokus, kategori,

atau pokok permasalahan tertentu.

2. Penyajian Data ialah menampilkan data dengan cara memasukkan data

dalam bentuk yang di inginkan seperti memberikan penjelasan dan

analisis.

3. Menarik Kesimpulan ialah mencari simpulan atas data yang direduksi dan

disajikan.
BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan

dengan jarak kira-kira 120 km dari Kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi

Selatan. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada 05- º21‟15” LS

sampai 05º34‟3” LS dan 119º51‟07” BT sampai 120º51‟07” BT. Membentang

antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan ketinggian dari

permukaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m dengan panjang pantai

21,5 km. Secara umum luas Wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 ,

Kabupaten Bantaeng mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pegunungan Lompo Battang, Kabupaten

Gowa dan Kabupaten Sinjai.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto.

Tabel 4.1
Posisi Geografis Kabupaten Bantaeng menurut kecamatan
Ketinggian
No Kecamatan Bujur Lintang
(mdpl)

1 Bissappu 119o54‟47” BT 05o32‟54” LS 25 – 100 m

2 Bantaeng 119o56‟58” BT 05o32‟37” LS 25 – 100 m

33
34

3 Tompobulu 120o02‟26” BT 05o27‟08” LS 500 – 1000 m

4 Uluere 119o54‟47” BT 05o26‟46” LS 500 – 1000 m

5 Pa‟jukukang 120o01‟08” BT 05o33‟30” LS 25 – 100 m

6 Eremerasa 119o58‟45” BT 05o31‟07” LS 500 – 1000 m

7 Sinoa 119o55‟39” BT 05o30‟10” LS 100 – 500 m

8 Gantarangkeke 120o02‟19” BT 05o30‟01” LS 300 – 500 m

Sumber: Bantaengkab.bps.go.id28

Secara administrasi Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 kecamatan dengan

67 kelurahan/desa. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terdiri dari 3 kecamatan

tepi pantai (Kecamatan Bissappu, Bantaeng, dan Pa‟jukukang), dan terdiri dari 5

kecamatan yang bukan pantai (Kecamatan Ulu Ere, Sinoa, Gantarangkeke,

Tompobulu, dan Eremerasa). Dengan perincian 17 desa/kelurahan pantai dan 50

desa/kelurahan yang bukan pantai.

Tabel 4.2
Tabel Administratif Kabupaten Bantaeng
Ibu Kota Jumlah Luas
No Kecamatan
Kecamatan Desa/Kelurahan ( )

1 Bissappu Bonto Manai 11 32.84

2 Bantaeng Pallantikang 9 28.85

3 Tompobulu Banyorang 10 76.99

4 Ulu Ere Loka 6 67.29

5 Pa‟jukukang Tanetea 10 48.90

28
http://bantaengkab.bps.go.id/websiteV2/pdf_publikasi/Kabupaten-BantaengDalam-
Angka-Tahun-2015.pdf (di akses pada tanggal 24 Juni pukul 09.38)
35

6 Eremerasa Kampala 9 45.01

7 Sinoa Sinoa 6 43.00

8 Gantarangkeke Gantarangkeke 6 52.95

Sumber: Bantaengkab.bps.go.id

2. Gambaran Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng

Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu Instansi

Perangkat Daerah, yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun

2016 tentang Pembentukan Organisasi dan dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten Bantaeng dan ditindak lanjuti dengan Peraturan Bupati Bantaeng

Nomor 56 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan

Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng. Dinas Pariwisata

ini berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati.

Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng sebagai salah satu perangkat daerah

dibawah Pemerintah Kabupaten Bantaeng yang mempunyai tugas pokok

membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintah di bidang Pariwisata,

sebagaimana termasuk dalam visi misi Kabupaten Bantaeng yaitu:

1) VISI

Terwujudnya Masyarakat Bantaeng Yang Sejahtera Lahir Batin,

Berorientasi Pada Kemajuan, Keadilam, Kelestarian, Dan Keunggulan

Berbasis Agama dan Budaya Lokal.

2) MISI

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas


2. Meningkatkan Akselerasi Program Pengentasan Kemiskinan dan
Perluasan Kesempatan Kerja
36

3. Meningatkan Akses, Pemerataan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan dan


Pelayanan Sosial Dasar Lainnya
4. Mengoptimalkan Kualitas dan Pemerataan Pembangunan Infrastruktur
Yang Berbasis Kelestarian Lingkungan
5. Mengoptimalkan Pengembangan Pertanian dan Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan
6. Mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik.

Untuk mewujudkan visi misi kabupaten Bantaeng, Dinas Pariwisata


mempunyai fungsi:
 Perumusan kebijakan teknis di Bidang Pengembangan Destinasi,
Bidang Pengambangan Sumberdaya Pariwisata dan Bidang
Pemasaran;
 Penyelenggaraan urusan Bidang Pengembangan Destinasi, Bidang
Pengembangan Sumberdaya Pariwisata dan Bidang Pemasaran;
 Pembinaan dan pelaksanaan tugas di Bidang Pengembangan
Destinasi, Bidang Pengembangan Sumberdaya Pariwisata dan Bidang
Pemasaran;
 Penyelenggaraan tugas Kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya;

3. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya, Dinas Pariwisata


dilengkapi dengan perangkat organisasi yang secara struktural dan fungsional
dengan susunan organisasi sebagai berikut:
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat :
1. Sub bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub bagian Program, Pelaporan dan Keuangan
c. Bidang Pengembangan Destinasi wisata
1. Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata
2. Seksi Sarana dan Perizinan
3. Seksi Usaha Jasa Pariwisata.
37

d. Bidang Pengembangan Sumber Daya Pariwisata


1. Seksi Peningkatan SDM Pariwisata
2. Seksi Bimbingan Masyarakat
3. Seksi Peranserta Masyarakat
e. Bidang Pemasaran
1. Seksi Analisa Pasar
2. Seksi Promosi
3. Seksi Pembinaan Event Pariwisata
f. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
38

Gambar 4.1

Bagan Struktur Organisasi Dinas Pariwisata

KEPALA DINAS

JABATAN SEKRETARIS
FUNGSIONAL

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB


UMUM & PROGRAM & BAGIAN
KEPEGAWAIAN PELAPORAN KEUANGAN

BIDANG BIDANG BIDANG


BIDANG SENI
PENGEMBANGAN PEMASARAN & BUDAYA SEJARAH &
USAHA WISATA PENGEMBANGAN MUSEUM
SUMBER DAYA

SEKSI SEKSI SUAKA


SEKSI OBJEK & DAYA SEKSI PEMASARAN
PENGEMBANGAN PENINGGALAN
TARIK WISATA & HUBUNGAN
SENI BUDAYA SEJARAH &
LEMBAGA WISATA KEPURBAKALA
AN
SEKSI PROMOSI & SEKSI SEKSI KAJIAN
SEKSI KESENIAN
PAMERAN PENGEMBANGAN SEJARAH &
TRADISIONAL &
SDM & NILAI
MODERN
PENYULUHAN TRADISIONAL
SEKSI SARANA
SEKSI ANALISA SEKSI SARANA & SEKSI
WISATA &
PASAR & PRASARANA SENI PENGELOLAAN
PERIZINAN
INVESTASI BUDAYA MUSEUM &
MONUMEN

UPT
39

3. Sumber Daya Kebudayaan dan Wisata

Kondisi geografis Kabupaten Bantaeng yang memiliki kluster Laut (pantai),

Dataran Rendah dan Dataran Tinggi (pegunungan) atau lebih dikenal dengan

daerah 3 (tiga) Dimensi mempunyai potensi sumber daya yang sangat besar dan

memiliki ciri khas untuk dijadikan obyek dan daya tarik wisata. Disamping

sejarah masa lalu Bantaeng, yang sudah dikenal sejak Zaman Majapahit,

merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Ada beberapa potensi wisata

yang sudah di kembangkan dan dapat dikembangkan, yaitu :

a. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam.

1. Air Terjun Salluang Desa Bonto Salluang Kec. Bissappu.

2. Air Terjun Bantimurung Desa Bonto Salluang Kec. Bissappu.

3. Air Terjun Sungai Bialo Desa Patteneteang Kec Tompobulu.

4. Air Terjun Muntea Desa Bonto Lojong Kec. Uluere.

5. Air Terjun Pa‟bentengan Desa Pa‟bentengang Kec. Eremerasa.

6. Permandian Mata Air Eremerasa (Kolam Ermes) Desa Kampala Kec.

Eremerasa.

7. Wisata Pantai – Laut ( Marine – Tourism ) terdiri dari :

 Pantai Pasir Putih Marina Korong Batu Desa Baruga Kec.Pa‟jukukang.

 Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng

 Pantai Lamalaka Kel. Lembang Kec. Bantaeng.

 Area Lahan Rumput Laut.

 Kawasan Kolam Mancing Pantai Marina Korong Batu Desa Baruga.

 Pelabuhan Mattoanging Desa Bonto Jai Kec. Bissappu.


40

8. Wisata Agro (Agro Tourism) terdiri dari :

 Kawasan Holtikultura (Kebun Wortel, Kentang, Kol/Kubis, Bawang

Merah).

 Kawasan Perkebunan (Kebun Kopi, Cengkeh, Durian, Apel, Rambutan,

Langsat, Manggis, Strawbery).

 Green House Loka Desa Bonto Marannu Kec. Uluere.

9. Desa Wisata terdiri dari :

 Desa Wisata Bonto Salluang Kec. Bissappu

 Desa Wisata Bonto Jaya Kec. Bissappu

 Desa Wisata Bonto Marannu Kec. Uluere

 Desa Wisata Bonto Lojong Kec. Uluere

 Desa Wisata Pallantikang Kec. Bantaeng

 Desa Wisata Kampala Kec. Eremerasa

 Desa Wisata Baruga Kec. Pa‟jukukang

 Desa Wisata Labbo Kec. Tompobulu.

10. Kawasan Eko Wisata (Eco – Tourism) terdiri dari :

 Hutan Lindung Campaga Kel. Campaga Kec. Tompobulu.

 Area Konservasi Hutan Bakau (Mangrove) pesisir pantai.

 Kawasan Eko Wisata Pantai Marina Desa Baruga Kec. Pajukukang.

b. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya

1) Rumah Adat Balla Lompoa Kel. Letta Kec. Bantaeng.

2) Rumah Adat Balla Lompoa Lantebung Kel. Letta Kec. Bantaeng

3) Rumah Adat Balla Lompoa Lembang Kel. Lembang Kec. Bantaeng.


41

4) Rumah Adat Balla Bassia Kel. Letta Kec. Bantaeng

5) Balla Tujua Onto Kel. Onto Kec. Bantaeng.

6) Kawasan Adat Gantarang Keke Kec.Gantarangkeke.

7) Gua Batu Ejayya Campagaloe Kel. Bonto Jaya Kec. Bissappu.

8) Pangnganreang Tudea Gua Batu Ejayya Kel. Bonto Jaya Kec. Bissappu.

9) Masjid Bersejarah Taqwa Tompong Kel. Letta Kec. Bantaeng

10) Masjid Agung Syeikh Tuan Abdul Gani Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng

11) Makam Syeikh Muhammad Amir (Datuk Pakkalimbungan) Kec.

Bissappu

12) Makam Tau Tetea ri Je”ne Kel. Letta Kecamatan Bantaeng

13) Makam Pra Islam Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng

14) Makam Bonto Bonto Desa Ulugalung Kec. Bantaeng.

15) Kompleks Makam Raja La Tenri Ruwa Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng.

16) Kompleks Pekuburan Belanda Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng.

17) Pesta Adat Pajukukang Desa Pa‟jukukang Kec. Pa‟jukukang

18) Pesta Adat Gantarangkeke Kel. Gantarangkeke Kec. Gantarangkeke

19) Atraksi Pepe Pepeka Kel. Karatuang Kec. Bantaeng.

20) Hari Jadi Bantaeng 7 Desember setiap tahun.

c. Obyek dan Daya Tarik Wisata Buatan

1) Loka Camp Resort and Outbound Desa Bonto Marannu Kec. Uluere.

2) Taman Bermain Anak Pantai Seruni Kel. Tappanjeng Kec. Bantaeng.

3) Pasar Cakar Pantai Seruni Kel. Tappanjeng Kec. Bantaeng.

4) Wisata Kuliner / Jajanan Kel. Lembang Kec. Bantaeng.


42

5) Pertunjukan Musik (Live Music Show).

6) Kegiatan Olah Raga Tingkat Daerah, Propinsi dan Nasional.

7) Pertemuan, Eksebisi dan Pameran.

8) Anjungan Pantai Seruni Kel. Pallantikang Kec. Bantaeng.

d. Atraksi Kesenian dan Kebudayaan.

1) Pepe-pepeka.

2) Tari Paolle.

3) Tari Pa‟dekko.

4) Tari Pajonga.

5) Musik Tanjidor.

6) Marching Band.

e. Atraksi Permainan Rakyat.

1) A‟gasing.

2) A‟layang – layang.

3) A‟longga.

4) A‟cangke.

5) A‟manca/A‟raga.

6) A‟lanja.

f. Sapta Pesona.

Sapta Pesona merupakan lingkungan strategis yang sangat berpengaruh

terhadap perkembangan kebudayaan, kesenian terutama kepariwisataan. Oleh

karena itu Sapta Pesona dibudayakan, yang meliputi :


43

1) Aman (Savety).

2) Tertib (Nicely).

3) Bersih (Clean).

4) Sejuk (Fresh).

5) Indah (Beautyful).

6) Ramah Tamah (Frendly)

7) Kenangan (Memory).

Meskipun kondisi keamanan di beberapa wilayah tertentu belum stabil

secara nasional, namun Kabupaten Bantaeng relatif aman. Ketertiban dan

Kebersihan merupakan perilaku masyarakat yang memerlukan upaya perbaikan.

Masih sering nampak perilaku masyarakat di tempat-tempat umum yang kurang

tertib begitu juga masalah kebersihan, yang sebenarnya merupakan salah satu

daya tarik pariwisata.

4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Letak Objek Wisata Pantai Seruni Bantaeng

Pantai Seruni adalah salah satu kawasan yang berada di Kecamatan Bantaeng

Kabupaten Bantaeng. Secara geografis Pantai Seruni mempunyai batas wilayah

sebagai berikut :

1. Sebelah utara : berbatasan dengan kelurahan Malilingi

2. Sebelah timur : berbatasan dengan kelurahan Letta

3. Sebelah selatan : berbatasan dengan kelurahan Tappanjeng

4. Sebelah barat : berbatasan dengan kelurahan Tappanjeng.


44

Pantai Seruni adalah salah satu kawasan yang terletak di Kecamatan

Bantaeng, kawasan Pantai Seruni terdiri 7 Kelurahan dan 2 desa, yaitu Kelurahan

Tappanjeng, Kelurahan Pallantikang, Kelurahan Malilingi, Kelurahan Letta,

Kelurahan Lembang, Kelurahan Lamalaka, Kelurahan Karatuang, Desa Onto dan

Desa Kayu Loe. Pantai Seruni merupakan kawasan yang mempunyai potensi yang

cukup besar di bidang pariwisata, dan itu dikarenakan kawasan ini mempunyai

objek wisata yang cukup berpotensi dan mempunyai daya saing dengan tempat

wisata yang lain yang ada di Kabupaten Bantaeng dan kawasan ini terletak di

jantung kota Bantaeng, dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 5 menit

melewati jalan poros, dengan luas wilayah sebesar 3,61

Daya tarik wisata yang ada di Pantai Seruni cukup besar, di karenakan

kawasan wisata ini dijadikan sebagai pusat kegiatan masyarakat dan mempunyai

pemandangan yang cukup indah untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar

berikut :

Gambar 4.1 Wisata Pantai Seruni

5. Sarana dan Prasarana Umum

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu

proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal
45

ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai

hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

Berdasarkan pantauan penulis, kondisi wisata Pantai Seruni Bantaeng sudah

sangat baik karena Pemerintah setempat telah memfasilitasi kawasan wisata ini

dengan lengkap diantaranya membangun sport center di area Pantai Seruni,

membangun alun-alun ditengah kawasan wisata, membangun tempat ibadah,

memberlakukan parkir gratis bagi pengunjung, dan membangun rumah sakit kelas

internasional RSUD Prof Dr. Andi Makkatutu yang berseblahan dengan alun-alun,.

Ada juga restoran yang dibangun diatas laut dan pengelola pantai seruni

menyediakan berbagai macam fasilitas seperti bangku taman, berbagai sarana sarana

rekreasi anak-anak sehingga Pantai Seruni ini menjadi destinasi wiata favorit di

Kabupaten Bantaeng.

B. Potensi Pengembangan Wisata di Indonesia

1. Potensi wisata Syariah

Pariwisata syariah dalam perspektif masyarakat pada umumnya berupa

wisata ziarah makam ulama, masjid-masjid, peninggalan-peninggalan sejarah,

umrah, haji dan lain-lain. Sebenarnya pariwisata syariah bukan hanya wisata

ziarah melainkan pariwisata adalah trend baru pariwisata dunia yang dapat

berupa wisata alam, wisata budaya, maupun wisata buatan yang keseluruhannya

dibingkai dalam nilai-nilai Islam.

Kegiatan pariwisata adalah kegiatan yang ditujukan kepada manusia

untuk memperhatikan lingkungan sekitar, orang-orang yang ada disekitar kita

dalam hal kebiasaan/adatnya untuk memperhatikan segala sesuatu semata-mata


46

untuk menambah keimanan kita kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan

firman Allah SWT dalm Q.S Al-Ankabut: 29:20 :

َّ ‫ْف بَدَأَ ْانخ َْهقَ ۚ ث ُ َّم‬


ُ ‫َّللاُ َُ ْى ِش‬
‫ئ‬ َ ُ‫ظ ُسوا َك‬ ُ ‫ض فَا ْو‬ِ ‫ُسوا فٍِ ْاْل َ ْز‬ ُ ‫قُ ْم ِس‬
ٌ ‫ش ٍْءٍ قَد‬
‫َِس‬ َّ ‫انىَّ ْشأَة َ ْاِ ِخ َسة َ ۚ ِإ َّن‬
َ ‫َّللاَ َعهَ ًٰ ُك ِّم‬
Terjemahannya :
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana
Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah
menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu29.
Di mana Safar ditujukan untuk merenungi keindahan ciptaan Allah SWT,

menikmati indahnya alam nan agung sebagai pendorong jiwa manusia untuk

meningkatkan keimanan terhadap keesaan Allah SWT dan memotivasi

menunaikan kewajiban hidup.

Pariwisata syariah adalah kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan

pemerintah daerah yang memenuhi ketentuan syariah. Pariwisata syariah

dimanfaatkan oleh banyak orang karena karakteristik produk dan jasanya yang

bersifat universal. Produk dan jasa wisata, objek wisata, dan tujuan wisata dalam

pariwisata syariah adalah sama dengan produk, jasa, objek dan tujuan pariwisata

pada umumnya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan etika syariah.30

Jadi pariwisata syariah tidak terbatas hanya pada wisata religi.

Bapak H. Subhan memaparkan mengenai istilah wisata syariah itu sendiri

bahwa :

29
Departeman Agama RI, Al-Quranul Qarim, hal. 398
30
Bagyono,Op.Cit, hlm. 21
47

“wisata syariah merupakan wisata yang harus sesuai dengan aturan-aturan


islam atau sesuai dengan syariat. Jika istilah syariah lebih kepada
mengatur manusia dan seluruh aspeknya, sedangkan istilah halal lebih
kepada mengatur material dan seluruh penanganannya. Tidak ada istilah
kolam renang halal, yang ada kolam renang syariah, yang penerapannya
berupa menutup aurat bagi wanita serta tidak bercampurnya pria dengan
wanita pada satu kolam renang.”31

Pariwisata merupakan fenomena multidisiplin dan multisektoral yang

sangat komples, tidak saja berupa fenomena ekonomi, tetapi juga fenomena

geografi, politik, sosial dan budaya. Dalam upaya pengembangan di bidang

pariwisata, perlu diingat bahwa kegiatan pariwisata merupakan satu rangkaian-

rangkain kegiatan yang saling mengkait. Baik yang diselenggarakan oleh

pemerintah, swasta maupun masyarakat dalam satu kegiatan kepariwisataan.

Salah satu yang harus diperhatikan dalam pengembangan pemanfaatan potensi

sumber daya alam dan budaya adalah system status kepemilikan adat dan hak-hak

akses atas sumber daya alam dari sudut pandang masyarakat. 32

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pariwisata yang sangat

besar dan memiliki kekayaan alam serta keberagaman budaya yang dapat menjadi

modal utama untuk menarik wisatawan domestik maupun Internasional. Secara

demografis, Indonesia merupakan Negara ke-4 dengan populasi terbanyak di

dunia yaitu sekitar 237 juta jiwa dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di

dunia.

31
H.Subhan kepala Dinas Pariwisata, wawancara Dinas Pariwisata Bantaeng, pada hari
jumat tanggal 3 April 2020 (14.00)
32
Roby Ardiwidjaja, 2006. Pengembangan Pariwisata Budaya: “Satu Upaya Menggapai
Indonesia Ultimate Diversity”. Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Pariwisata.
48

Selain itu potensi wisata Indonesia tidak hanya terbatas pada wisata-

wisata yang konvensional, melainkan sudah digarap dengan memakai konsep

syariah. Beberapa daerah di Indonesia telah berbenah untuk mengubah konsep

wisatanya selama ini dengan garapan bernuansa syariah. Hal ini menjadi modal

dasar bagi Indonesia dalam menjadi destinasi utama para wisatawan muslim.

Kondisi ini menggambarkan Indonesia sebagai Negara yang memiliki kultur

budaya islam yang kental dan Negara yang kondusif dalam menyambut

wisatawan muslim.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan pemeluk agama Islam

terbesar di dunia sehingga tidak heran memiliki begitu banyak destinasi dan

atraksi wisata dengan sejarah, budaya dan nilai-nilai Islami contohnya seperti

masjid, pesantren atau makam bersejarah. Karena alasan inilah yang membuat

Indonesia mampu mengembangkan pariwisata syariah. Pariwisata syariah juga

sebenarnya tidak hanya mencakup destinasi dan atraksi pariwisata dengan nilai-

nilai Islami semata, lebih dari itu, pariwisata syariah memiliki ruang lingkup yang

sangat luas.

Menanggapi potensi yang dimiliki Indonesia, berkembanglah sektor

pariwisata yang berlandaskan nilai-nilai Islam, dalam pengembangan destinasi

wisata syariah ini terdapat beberapa istilah untuk penyebutannya guna menarik

wisatawan luar negeri yang notabenenya berasal dari negara-negara Timur

Tengah, adapun istilah yang biasanya digunakan ialah Islamic tourism, halal

tourism, halal travel dan juga as moslem friendly destination. Hal ini tentunya

menjadi sebuah peluang besar yang memudahkan negara Indonesia untuk terus
49

melakukan pengembangan wisata syariah dan industri jasa syariah, sehingga

Indonesia dapat menanamkan bahwa wisata syariah identik dengan negara

Indonesia didalam mindset wisata dunia. Pada saat ini, wisatawan muslim telah

meningkat secara cepat dibandingkan dengan tingkat global.

“Trend wisata halal saat ini terus tumbuh dan oleh sebab itu harus direspon
untuk dikembangkan oleh pariwisata daerah. Konsep wisata halal ini
dikembangkan oleh Pemerintah Bantaeng sebagai diferensiasi Bantaeng
terhadap daerah lain dan juga cara untuk membidik pasar kelas menengah
muslim yang terus tumbuh baik didalam maupun luar negeri”.33

Wisata syariah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan wisata pada

umumnya. Wisata syariah merupakan konsep wisata yang memudahkan

wisatawan muslim untuk memenuhi kebutuhan berwisata mereka. Kebutuhan

anatara lain adanya rumah makan yang bersertifikat halal, tersedianya

masjid/musholla di tempat umum, adanya fasilitas kolam renang terpisah antara

pria dan wanita.

Dalam konsep wisata syariah ini hal yang menjadi dasar soal ketentuan

syariahnya yang mencakup kehalalan makanan dan minuman, memiliki tempat

untuk beribadah, kawasan yang tidak boleh untuk meminum minuman

mengandung alkohol dan sebagainya. Pada dasarnya ketentuan yang diberlakukan

tersebut adalah sebenarnya untuk menjaga rasa nyaman pada semua wisatawan

yang berkunjung baik yang muslim ataupun yang beragama lain.

33
H.Subhan kepala Dinas Pariwisata, wawancara Dinas Pariwisata Bantaeng, pada hari
jumat tanggal 3 April 2020 (14.00)
50

Selain itu dalam memperkuat segmen keberadaan wisata syariah di

Indonesia juga akan melibatkan otoritas yang terkait dalam memberikan sertifikat

halal atau telah sesuai pada ketentuan syariah yakni Dewan Syariah Nasional-

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dan juga agar semakin mudahnya dalam

pengembangan wisata syariah yang potensinya begitu besar di Indonesia memang

sangat baik sekali bila melibatkan peran industri keuangan syariah. Keberadaan

industri keuangan syariah yang semakin tumbuh saat ini memiliki andil yang kuat

dalam turut mengembangkan keberadaan wisata syariah. Peran yang dapat

diambil oleh industri keuangan syariah dalam mengembangkan wisata syariah

dapat berupa pemberian pembiayaan untuk berbagai jenis usaha pendukung di

wisata syariah ataupun kerja sama dalam melakukan polis asuransi syariah

terhadap pengembang atau pengelola destinasi wisata syariah.34

Pak H. Subhan selaku kepala dinas Pariwisata Bantaeng mengatakan,

“Maka dari itu sudah selayaknya memang untuk mengembangkan


ekonomi yang ada di Indonesia dengan melihat potensi yang bergerak di
dalamnya. Dan potensi yang sedang mengalami pergerakan positif untuk
dapat semakin dikembangkan adalah pada sektor destinasi pariwisata
syariah. Wisata halal atau syariah di Indonesia merupakan potensi yang
unggul. Banyak provinsi dan tujuan wisata telah menerapkan program
pariwisata halal dan dengan terus meningkatkan jumlah wisatawan di
Indonesia, pariwisata halal memiliki prospek pengembangan yang tinggi.
Karenanya dengan adanya keinginan yang kuat dari berbagai pihak untuk
mengembangkan wisata syariah ini maka nantinya sektor pariwisata dapat

34
https://medanbisnisdaily.com/news/read/2016/03/11/221367/potensi-wisata-syariah-di-
indonesia/. Diakses pada 25 juni 2020, pukul 21.30
51

semakin dikenal oleh dunia luar dan bisa meningkatkan posisi pariwisata
kita melebihi negara-negara lainnya.35

Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa Indonesia memiliki potensi

pariwisata yang sangat besar, khususnya pada pariwisata syariah dimana

Indonesia kekayaan budaya, bahasa dan kearifan lokal yang menarik serta

beragam. Maka tidak mengherankan jika Indonesia menjadi tujuan wisata para

turis asing. Dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia maka Indonesia

merupakan pasar industry wisata syariah terbesar di dunia dan sudah seharusnya

disadari oleh pelaku bisnis pariwisata di Indonesia dikarenakan potensi

pengembangan wisata syariah yang berkelanjutan memberikan kontribusi

ekonomi yang cukup signifikan bagi seluruh pelaku yang terlibat didalamnya.

Dan pengembangan destinasi wisata halal ini tidak terlepas dari

pentingnya penguatan kelembagaan muslim untuk jaringan penguatan produk

halal, penguatan segmen pasar muslim, penguatan kebijakan syariah dan untuk

menggerakkan sistem kepariwisataan halal tersebut.

C. Kondisi Ekonomi

1. Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Salah satu sumber pendapatan daerah merupakan dari sektor pariwisata.

Semakin meningkatnya kunjungan wisatawan ke daerah tersebut akan

berpengaruh positif terhadap pendapatan masyarakat, karena semakin

tingginya permintaan barang dan jasa sehingga tercipta lapangan kerja untuk

masyarakat. Meningkatnya pendapatan akan berpengaruh terhadap

35
H.Subhan kepala Dinas Pariwisata, wawancara Dinas Pariwisata Bantaeng, pada hari
jumat tanggal 3 April 2020 (14.00)
52

kesejahteraan masyarakat. Ukuran pendapatan diukur untuk melihat tingkat

kesejahteraan rumah tangga menggunakan pendapatan yang diperoleh dari

bekerja.

Kesejahteraan merupakan salah satu aspek untuk mengukur keberhasilan

pembangunan suatu wilayah, menjaga dan membina terjadinya stabilitas sosial

dan ekonomi. Kondisi tersebut untuk meminimalkan terjadinya kesenjangan

sosial dalam masyarakat. Pembangunan ekonomi pada wilayah itu sendiri

merupakan upaya untuk menaikkan kualitas hidup suatu bangsa yang sering

kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan, Strategi pembangunan suatu

wilayah dilakukan untuk menaikkan pendapatan nasional dan meningkatkan

produktifitas36. Penyelenggaraan kesejahteraan dalam masyarakat tersebut

merupakan salah satu tujuan dari program pemerintah, kesejahteraan sendiri

diukur dari kebutuhan keluarga yang terpenuhi, hal tersebut juga tidak terlepas

dari seberapa besar pendapatan yang diperoleh dalam keluarga. Di dalam Al-

Qur‟an, masyarakat yang sejahtera dinamakan al-muflihun yang berarti orang-

orang yang beruntung. Sebagaimana dijelaskan dalam surah Q.S Al-Baqarah:

4-5

ٰ ْ ‫َو انَّ ِرَْهَ َُؤْ ِمىُ ْىنَ ِب َما ٓ ا ُ ْو ِص َل اِنَُ َْك َو َما ٓ ا ُ ْو ِص َل ِم ْه قَ ْب ِه َك ۚ َو ِب‬
‫اًل ِخ َسةِ ُه ْم‬
ٓ ٰ ُ ‫ون ِٕٮ َك ع ٰهً ُهداي ِ ّم ۡه َّزبّه ۡم وا‬
َ‫ون ِٕٮ َك ُه ُم ۡان ُم ۡف ِه ُح ۡىن‬ ٓ ٰ ُ ‫َُى ِقىُىوا‬
َ ِِ َ ْ ْ

36
Zakiyah and Atika Zahra Maulida, “Analisis Strategi Evaluasi Kinerja
Pengentasan Kemiskinan Dalam Program Pembangunan Desa Perspektif Ekonomi
Mikro Islam,” Al-Uqud: Journal of Islamic Economics 1, no. 2 (2017): 1–13
53

Terjemahannya :

Dan mereka yang beriman kepada kitab Al-Qur’an yang telah diturunkan
kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta yakin akan
adanya kehidupan akhirat. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan
mereka dan merekalah orang yang beruntung37.”

Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan suatu

wilayah. Keberhasilan suatu pembangunan tanpa menyertakan peningkatan

kesejahteraan akan menimbulkan kesenjangan dalam hidup masyarakat.

Pariwisata merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

wisatawan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat.

Perkembangan industri wisata padaakhirnya akan mendatangkan beberapa

pengaruhbagi perkembangan suatu wilayah. Secara garis besar perkembangan

insudtri pariwisata memberikan pengaruh pada tiga hal, yaitu ekonomi, sosial, dan

budaya, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat.

Beberapa dampak pariwisata terhadap masyarakat yaitu Setiap kegiatan

wisata menghasilkan pendapatan, khususnya bagi masyarakat setempat.

Pendapatan itu dihasilkan dari transaksi antara wisatawan dan tuan rumah dalam

bentuk pembelian produk dan penggunaan jasa yang dilakukan oleh wisatawan.

Pengeluaran wisatawan terdistribusi tidak hanya ke pihak-pihak yang terlibat

langsung dalam industri pariwisata seperti hotel, restoran, biro perjalanan wisata,

dan pemandu wisata. Distribusi pengeluaran wisatawan juga diserap ke sektor

pertanian, sektor industri kerajinan, sektor angkutan, sektor komunikasi, dan

sektor lain yang terkait. Selain meningkatkan pendapatan bagi masyarakat sekitar

37
Departeman Agama RI, Al-Quranul Qarim, hal.2
54

objek wisata pariwisata juga merupakan industri yang menawarkan beragam jenis

pekerjaan kreatif sehingga mampu menampung jumlah tenaga kerja yang cukup

banyak. Peningkatan pendapatan masyarakat dari industri pariwisata membuat

struktur ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. Masyarakat bisa memperbaiki

kehidupan dari bekerja di industri wisata.

“Peningkatan kunjungan wisata dapat membantu masyarakat dalam


meningkatkan pendapatan dan meningkatnya pendapatan masyarakat tentu
akan meningkat pula tingkat kesejahteraan masyarakat”.38

Dari persepsi tersebut proses peningkatan pengunjung wisata juga harus

disebab kan oleh keadaan objek wisata tersebut yang bisa menarik minat

pengunjung dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan.

D. Potensi Pengembangan Wisata Syariah Sebagai Lapangan Kerja Baru

untuk Peningkatan Ekonomi

Pariwisata merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

wisatawan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat

sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Pariwisata

memiliki beberapa keuntungan bagi perekonomian yang pro pada masyarakat

miskin, karena:

1. Konsumen datang ke tempat tujuan, sehingga memberikan kesempatan

untuk menjual barang dan jasa, seperti cendera mata.

38
H.Subhan kepala Dinas Pariwisata, wawancara Dinas Pariwisata Bantaeng, pada hari
jumat tanggal 3 April 2020 (14.00)
55

2. Pariwisata memberikan kesempatan untuk melakukan diversifkasi

perekonomian masyarakat lokal.

3. pariwisata menawarkan kesempatan kerja yang lebih intensif.39

Hal ini didukung dari hasil penelitian World Tourism Organization yang

menyatakan pariwisata sebagai suatu industri berperan dalam menciptakan

lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung. 40 Di mana dampak-dampak

itu dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Dampak Ekonomi Pariwisata

1. Menghasilkan Pendapatan Bagi Masyarakat

Setiap kegiatan wisata menghasilkan pendapatan, khususnya bagi

masyarakat setempat. Pendapatan itu dihasilkan dari transaksi antara

wisatawan dan tuan rumah dalam bentuk pembelanjaan yang dilakukan

oleh wisatawan. Pengeluaran wisatawan terdistribusi tidak hanya ke pihak-

pihak yang terlibat langsung dalam industri pariwisata seperti hotel,

restoran, biro perjalanan wisata, dan pemandu wisata. Distribusi

pengeluaran wisatawan juga diserap ke sektor pertanian, sektor industri

kerajinan, sektor angkutan, sektor komunikasi, dan sektor lain yang

terkait.

39
4I Nyoman Sudiarta dan I Wayan Suardana, Dampak Pariwisata Terhadap Kemiskinan
di Kawasan Pariwisata Bali, JURNAL KAJIAN BALI Vol. 06, No. 02, Oktober 2016. Hlm.210
40
Ibid. hlm 211
56

2. Menghasilkan Lapangan Pekerjaan

Pariwisata merupakan industri yang menawarkan beragam jenis pekerjaan

kreatif sehingga mampu menampung jumlah tenaga kerja yang cukup

banyak. Sebagai contoh wisatawan yang bersantai di pantai dapat

memberikan pendapatan bagi penjual makan minum, penyewa tikar,

pemijat, dan pekerja lain.

3. Meningkatkan Struktur Ekonomi

Peningkatan pendapatan masyarakat dari industri pariwisata membuat

struktur ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. Masyarakat bisa

memperbaiki kehidupan dari bekerja di industri wisata.41

4. Membuka Peluang Investasi

Keragaman usaha industri pariwisata memberikan peluang bagi para

investor untuk menanamkan modal. Kesempatan berinvestasi di daerah

wisata berpotensi membentuk dan meningkatkan perekonomian

masyarakat setempat.

5. Mendorong Aktivitas Wirausaha (Interpreneurships).

Adanya kebutuhan wisatawan saat berkunjung ke dinasti wisata

mendorong masyarakat untuk menyediakan kebutuhannya dengan

membuka usaha atau wirausaha. Pariwisata membuka peluang untuk

41
Riyanto Sopyan, Op.Cit, hlm.184
57

berwirausaha dengan menjajakan berbagai kebutuhan wisatawan baik

produk barang maupun produk jasa.42

Bapak H. Subhan menyampaikan dan menjelaskan kondisi ekonomi

masyarakat Pantai seruni bahwa :

“Pariwisata merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


wisatawan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat. Perkembangan industri wisata pada akhirnya akan
mendatangkan beberapa pengaruh bagi perkembangan suatu
wilayah. Beberapa dampak pariwisata terhadap masyarakat yaitu
Setiap kegiatan wisata menghasilkan pendapatan, khususnya bagi
masyarakat setempat. Sebagai contoh wisatawan yang bersantai di
Pantai Seruni dapat memberikan pendapatan bagi penjual makanan
dan minuman dan pekerja lain. Peningkatan pendapatan
masyarakat dari industri pariwisata membuat struktur ekonomi
masyarakat menjadi lebih baik khususnya kondisi ekonomi
masyarakat Pantai Seruni”.43

b. Dampak Pariwisata terhadap Sosial Budaya

Dampak pariwisata terhadap sosial budaya setempat tidak terlihat (abstrak)

karena perubahan yang terjadi dalam masyarakat akibat industri pariwisata tidak

terjadi seketika, tetapi melalui proses. Pengaruh pariwisata mirip seperti bola-

biliar, dalam hal ini bola sebagai pariwisata dan lubang-lubang yang ada adalah

masyarakat setempat. Bola bergerak secara langsung dan tidak langsung berubah

masuk ke lubang-lubang yang ada. Akibatnya, sering terjadi efek demontrasi di

masyarakat. Wisatawan dianggap oleh penduduk sebagai contoh yang lebih baik

42
Ismayati, Pengantar pariwisata (Jakarta: Kompas Gramedia,2014)hlm.181-202
43
H.Subhan kepala Dinas Pariwisata, Wawancara Dinas Pariwisata Bantaeng, pada
hari jumat, tanggal 3 April 2020 (14.00)
58

sehingga ia meniru agar mudah berinteraksi. Efek demonstrasi dapat

mengembangkan dan memajukan masyarakat itu sendiri tetapi juga dapat merusak

dan memusnahkan masyarakat itu sendiri.

“Fungsi sosial yang paling dominan dari sektor pariwisata adalah


perluasan penyerapan tenaga kerja baik secara langsung maupun
tidak langsung. Segala sesuatu yang berhubungan dengan
pariwisata sangat membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat
membantu mengurangi persoalan pengangguran. Penciptaan
kesempatan kerja secara langsung dapat dikemukakan, misalnya di
bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan, objek wisata, dan
kantor pariwisata pemerintah. Sedangkan penyerapan tenaga kerja
tidak langsung, seperti meningkatnya hasil produksi di bidang
pertanian dan kerajinan tangan karena termotivasi dengan
kunjungan wisatawan"44.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata memberikan dampak yang

cukup tinggi dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Penciptaan lapangan

pekerjaan sudah dimulai sejak wisatawan akan berangkat dan ketika melakukan

aktivitas perjalanan wisata. Sehingga pembentukan pariwisata syariah akan

menambah jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena akan terjadi pembentukan

wisata baru.

Pariwisata syariah tentu bukan hanya menambah kuantitas pekerja tetapi

juga akan meningkatkan kualitas. Pariwisata syariah tentu akan sangat

membutuhkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan akan nilai-nilai syariah.

Hal ini akan menambah motivasi belajar pekerja agar terserap dalam industri ini.

44
H.Subhan kepala Dinas Pariwisata, wawancara Dinas Pariwisata Bantaeng, pada hari
jumat tanggal 3 April 2020 (14.00)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Potensi

Pengembangan Wisata Halal Sebagai Lapangan Kerja Baru Untuk

Peningkatan Ekonomi Masyarakat (Studi Objek Wisata Pantai Seruni

Bantaeng), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat beberapa potensi pengembangan syariah yang ada di Pantai

Seruni diantaranya terdapat makanan halal dengan logo halal MUI, proses

pengelolaan makanan dan minuman yang mengikuti aturan islam dan tidak

ada minuman keras yang diperjual belikan.

2. Masyarakat Pantai Seruni area pesisir telah menjadi bagian dari kegiatan

ekonomi masyarakat, sehingga mendapatkan kesejahteraan yang cukup

berpengaruh terhadap masyarakat sekitar.

3. Potensi pengembangan wisata syariah sebagai lapangan kerja baru telah

memberikan dampak yang cukup tinggi dalam penciptaan lapangan

pekerjaan bagi masyarakat sekitar dengan banyaknya kafe-kafe yang ada

di Pantai Seruni.

B. Saran

1. Dalam pengembangan potensi wisata syariah perlu adanya sosialisasi

oleh pemerintah agar masyarakat bisa mengembangkan potensi wisata

yang ada agar lebih maju dan harus sesuai dengan aturan syariat islam

yang berlaku.

59
60

2. Semoga kedepannya masyarakat dapat memanfaatkan tempat yang

telah disediakan pemerintah agar tempat tersebut tidak terbengkalai

sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dalam taraf

kesejahteraan.

3. Seharusnya masyarakat harus lebih memanfaatkan lapangan pekerjaan

yang sudah ada baik dari industri penjualan maupun industri tenaga

kerja karna pemerintah telah menyiapkan tempat dalam

mengembangkan potensi wisata.


DAFTAR PUSTAKA

Al Quranul Karim 1989. Al-Quran dan Terjemahannya. Departemen Agama.

Bon, Maedeh, & Mazhar Hussein. Halal Food And Tourism Prospects and
Challenges, Jurnal of Tourism in the Muslim World Bridging Tourism
Theory and Practice, V 2, 47-59. 2010.

Bagyono, Pariwisata dan Perhotelan (Bandung :Alfabeta, 2014)

Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Bantaeng 2011, Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPDA) Kabupaten Bantaeng.

Fandeli, C. 1995. “Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam”, Liberti.


Yogyakarta.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor:


108/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Mintzberg, Lampel, Quinn, Ghoshal : 2003. “The Strategy Process” edisi


keempat. New Jersey Upper Saddle River.

Pinata, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. “Pengantar Ilmu Pariwisata”
Yogyakarta.

Suyitno, 1997. “Perencanaan Wisata”, Kanisius, Yogyakarta.

Soekadijo, R. G. Anatomi Pariwisata “Memahami Pariwisata Sebagai Sistem


Linkage, Jakarta: PT. Gramedia. 1997.

Suwiryanta, Ardi. Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap sosial budaya


dan ekonomi. Media wisata vol. 2. 2003.

Sujarto, D. 1998. “Pengantar Planologi” ITB, Bandung.

Sedamayanti, Membangun dan Mengembangkan Kebudayaan dan Industri


Pariwisata (Bandung, PT. Refika Aditama, 2013)

Skripsi Mayana Sastra, Analisis Pengaruh Sistem Bagi Hasil Terhadap


Kesejahteraan Masyarakat Dalam Perspektif Ekonomi Islam. (UIN Raden
Intan Lampung : 2016)

Tika, Zainuddin, 2012. “Bantaeng Butta Toa”. Lembaga Kajian & Penulisan
Sejarah Budaya Sulawesi Selatan.

61
62

UU RI NO 10, 2009 “Tentang Kepariwisataan”. Balai Pustaka, Jakarta.

Wingett, Fiona & Sarah Turnbull, Halal Holidays: exploring expectations of


Muslim friendly holidays. Journal of Islamic Marketing Vol. 8. No. 4 pp.
642-655. 2017.

Wahab, S, 1997. “Manajemen Kepariwisataan”. PT. Pradnya Pariwisata,


Jakarta.

Yoeti, A. O. 1982. “Pengantar Kepariwisataan”, Sebuah Pengantar Perdana,


Pradya Paramitha, Bandung.
RIWAYAT HIDUP

INTEN EQA SAPUTRI, Lahir di Bantaeng tanggal 19 juli

1998. Putri pertama dari pasangan Arman dan Megawati.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikannya di SDN 2

Lembang Cina tepatnya di Bantaeng pada tahun 2010. Peneliti

melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1

Bantaeng dan tamat pada tahun 2013. Setelah itu peneliti melanjutkan sekolah

menengah atas di SMAN 1 Bantaeng dan tamat pada tahun 2016. Kemudian pada

tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Swasta Universitas

Muhammadiyah Makassar fakultas Agama Islam program studi Hukum Ekonomi

Syariah. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Himpunan

Pelajar Mahasiswa Bantaeng (HPMB) periode 2017-2018 sebagai bendahara umum

komisariat Unismuh.

Atas ridho Allah SWT dan kerja keras, pengorbanan serta kesabaran pada tahun 2020

penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 dengan judul :”Analisis Potensi

Pengembangan Wisata Halal Sebagai Lapangan Baru Untuk Peningkatan

Ekonomi Masyarakat (Objek Wisata Pantai Seruni Bantaeng)”.


LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang wisata syariah?

2. Sejauh mana langkah pengembangan wisata syariah di kab. Bantaeng

3. Apakah sudah ada upaya untuk meningkatkan kualitas SDM seperti

sosialisasi atau pelatihan untuk membentuk SDM syariah?

4. Apa saja fasilitas yang sudah ada di Pantai Seruni sebagai untuk

pengembangan wisata halal?

5. Apakah sudah tersedia perlengkapan ibadah dan suasana tempat yang

nyaman dan bersih?

6. Apakah sudah tersedia penunjuk lokasi masjid, penunjuk waktu shalat?

7. Apa saja potensi pengembangan wisata syariah yang ada di Pantai Seruni?

8. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat pantai seruni?

9. Bagaimana potensi pengembangan wisata syariah sebagai lapangan kerja

baru untuk peningkatan ekonomi masyarakat


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai