Disetujui Oleh :
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kasih dan sayang-
Nya yang telah memberi karunia, petunjuk dan kemudahan sehingga laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada, Tangerang
Selatan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
penyelesaian laporan ini, terutama kepada :
1. Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Kharisma Persada yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan D III
Farmasi STIKes Kharisma Persada Pamulang.
2. Dr. H. Hasan, SKM., M. Kes, selaku Ketua STIKes Kharisma Persada
Pamulang.
3. Humaira Fadhilah, M. Farm., Apt, selaku Katua Kaprodi D III Farmasi STIKes
Kharisma Persada Pamulang.
4. Ibu Sonia Zulfa Deshi Danuz, S. Far., Apt, selaku Apoteker sekaligus
Pembimbing Praktik Kerja Lapangan di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada.
5. Bapak Beny Maulana Satria, M. Si, selaku Pembimbing Institusi Praktik Kerja
Lapangan di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada.
6. Seluruh karyawan dan Asisten Apoteker yang telah banyak memberikan
bantuan dan arahan selama penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan di
Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini
masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukkan berupa
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) ini. Semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat
berguna bagi kita semua.
ii
Tangerang Selatan, 19 Maret 2019
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
v
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapai era globalisasi
dan perdagangan bebas yang telah dimulai tingkat ASEAN tahun 2003 yaitu
Asean Free Tarde Area (AFTA) dan dilanjutkan dengan tingkat dunia mulai
tahun 2010 World Trade Organization (WTO) sangat memungkinkan
masuknya tenaga kesehatan dengan mudah ke Indonesia. Untuk mengatasi
hal tersebut sangat dibutuhkan tenaga kesehatan yang professional yang
mempunyai kompetensi lulusan sesuai dengan standar profesi tenaga
kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
573/MENKES/SuratKeputusan/VI/2008.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di masyarakat,
Apotek, dan Rumah Sakit memerlukan tenaga kesehatan yang kompeten.
Atas dasar tuntutan kompetensi tersebut, maka calon-calon tenaga kesehatan
perlu mengikuti program praktik kerja lapangan di Rumah Sakit.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit adalah suatu bentuk
Pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa
untuk berpartisipasi dan tugas secara langsung di lapangan dengan sebuah
perusahaan baik pemerintah maupun swasta setempat untuk memperoleh
keahlian dibidang pelayanan, manajemen, dan administrasi apotek. Praktik
Kerja Lapangan (PKL) dipandang perlu karena melihat pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi yang cepat berubah serta akan menambah
kemampuan untuk mengamati, mengkaji, dan mengaplikasikan teori
dilapangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas managerial
mahasiswa dalam mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk
aplikasi teori maupun kenyataan yang sebenarnya.
1
2
Rumah Sakit
a. Visi
Visi rumah sakit merupakan kekuatan memandu rumah sakit.
Suatu inspirasi yang cukup jelas, sangat kuat menimbulkan dan
mendukung tindakan yang perlu untuk mencapai status masa depan.
Visi merupakan pernyataan tetap (permanen) untuk
mengkomunikasikan sifat dari keberadaan rumah sakit, berkenaan
dengan maksud, lingkup usaha atau kegiatan, kepemimpinan
kompetitif, memberikan kerangka kerja yang mengatur hubungan
antara rumah sakit dan “stakeholders” utamanya, dan menyatakan
3
4
tujuan luas dari unjuk kerja rumah sakit. Fokus visi adalah eksternal
untuk stakeholders (Siregar dan Amalia, 2004).
b. Misi
Misi rumah sakit merupakan suatu pernyataan singkat dan
jelas tentang alasan keberadaan rumah sakit, maksud, fungsi yang
diinginkan untuk memenuhi harapan dan kepuasan konsumen. Misi
sebagai metode utama untuk mencapai maksud tersebut,
memformulasi berbagai jenis kegiatan tertentu dari semua upaya
yang dilakukan rumah sakit dan strategi yang digunakan dalam
beroperasi, menetapkan cara sumber dialokasikan oleh rumah sakit
dan pola umum pertumbuhan serta arah masa depan. Fokus misi
harus internal rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2004).
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
a. Jenis Pelayanan
1) Rumah Sakit Umum
Pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit umum
bersifat dasar, spesialis, dan sub spesialis. Rumah sakit umum
memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai
jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk
berbagai kondisi medik, ibu hamil, dan lain sebagainya.
2) Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan khusus bagi penderita dengan spesialis dan pelayanan
sub spesialisi khusus, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit
6
paru-paru, rumah sakit mata, rumah sakit kanker, dan rumah sakit
jantung.
b. Kepemilikan
1) Rumah Sakit Pemerintah
Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dikelola
oleh pemerintah baik pusat maupun daerah dan diselenggarakan
oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertahanan dan
Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Rumah
sakit ini umumnya bersifat nonprofit, tidak mencari keuntungan
semata-mata. Sebagai contoh: Rumah Sakit Umum Pemerintah,
Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL), Rumah Sakit Angkatan
Darat (RSAD), Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU), Rumah
Sakit Polisi Republik Indonesia (RS POLRI).
2) Rumah Sakit Non Pemerintah (Swasta)
Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh yayasan, organisasi keagamaan, atau oleh
badan hukum lain dan dapat bekerjasama dengan institusi
pendidikan.
a) Rumah Sakit Swasta berdasarkan tujuan
(1) Rumah Sakit Profit
Rumah sakit yang dimiliki dan dikelola oleh
yayasan atau badan yang bukan milik pemerintah, dengan
tujuan mencari keuntungan.
(2) Rumah Sakit Non Profit
Rumah sakit yang biasanya dimiliki oleh organisasi
atau yayasan keagamaan kekeluargaan, dan tidak mencari
keuntungan.
b) Rumah Sakit Swasta berdasarkan pelayanan
(1) Rumah Sakit Swasta Pratama
7
a. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan harus memenuhi
ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku, yaitu:
1) Lokasi harus menyatu dengan system pelayanan rumah sakit.
2) Terpenuhinya luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan
kefarmasian di rumah sakit.
3) Di pisahkan antara fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen,
pelayanan langsung pada pasien, dispensing, serta ada
penanganan limbah.
4) Dipisahkan nya juga antara jalur steril, bersih, dan daerah abu-
abu, bebas kontaminasi.
5) Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban,
tekanan, keamanan bintang pengerat.
6) Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
terutama untuk perlengkapan dispensing baik untuk sedian steril,
non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam.
b. Pembagian Ruangan
1) Ruang Kantor
a) Ruang pemimpin
b) Ruang staf
c) Ruang kerja/administraasi
d) Ruang pertemuan
2) Ruang Produksi
Lingkungan kerja ruang produksi harus rapih, tertib, dan
efiesien untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi sediaan dan
dipisahkan antara :
a) Ruangan produksi sediaan non steril
b) Ruangan produksi sediaan steril
3) Ruang Penyimpanan
10
Sakit, disesuaikan dengan besarnya kegiatan dan beban kerja rumah sakit
harus membagi habis seluruh tugas dan fungsi rumah sakit. Setiap
pimpinan organisasi di lingkungan rumah sakit wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi, simplifikasi, sinkronisasi dan mekanisasi di dalam
lingkungannya masing-masing serta dengan unit-unit lainnya.
Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas:
a. Kepala Rumah Sakit Atau Direktur Rumah Sakit
Kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit adalah pimpinan
tertinggi dengan nama jabatan kepala, direktur utama, atau direktur.
Dalam melaksanakan tugas, kepala rumah sakit atau direktur rumah
sakit menyelenggarakan fungsi:
1) Koordinasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur organisasi.
2) Penetapan kebijakan penyelenggaraan rumah sakit sesuai dengan
kewenangannya.
3) Penyelenggaraan tugas dan fungsi rumah sakit.
4) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan tugas dan
fungsi unsur organisasi.
5) Evaluasi, pencatatan, dan pelaporan.
b. Unsur Pelayanan Medis
Unsur pelayanan medis merupakan unsur organisasi dibidang
pelayanan medis yang berada dibawah tanggung jawab kepala rumah
sakit atau direktur rumah sakit. Unsur pelayanan medis dipimpin oleh
direktur, wakil direktur, kepala bidang atau manajer, unsur pelayanan
medis bertugas melaksanakan pelayanan medis. Dalam melaksanakan
tugas, unsur pelayanan medis menyelenggarakan fungsi:
1) Penyusunan rencana pemberian pelayanan medis
2) Koordinasi dan pelaksanaan pelayanan medis
3) Pemantauan dan evalusi pelayananan medis
4) Unsur pelayanan medis meliputi rawat jalan, rawat inap, dan gawat
darurat.
c. Unsur Keperawatan
13
Definisi IFRS
Tujuan IFRS
a. Manajemen
1) Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
2) Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
3) Menjaga dan meningkatkan mutu kemampuan tenaga kesehatan
farmasi dan staf melalui pendidikan.
4) Mewujudkan sistem informasi manajemen tepat guna, mudah
dievaluasi dan berdaya guna untuk pengembangan.
5) Pengendalian mutu sebagai dasar setiap langkah pelayanan untuk
peningkatan mutu pelayanan.
b. Farmasi Klinik
1) Mewujudkan perilaku sehat melalui penggunaan obat rasional
termasuk pencegahan dan rehabilitasinya.
2) Mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan obat
baik potensial maupun kenyataan.
3) Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat
melalui kerja sama pasien dan tenaga kesehatan lain.
4) Merancang, menerapkan dan memonitor penggunaan obat untuk
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan obat.
5) Menjadi pusat informasi obat bagi pasien, keluarga dan
masyarakat serta tenaga kesehatan rumah sakit.
6) Melaksanakan konseling obat pada pasien, keluarga dan
masyarakat serta tenaga kesehatan rumah sakit.
7) Melakukan pengkajian obat secara propektif maupun
repropektif.
8) Melakukan pelayanan Total Parenteral Nutrition.
9) Memonitor kadar obat dalam darah.
10) Melayani konsultasi keracunan.
11) Bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait dalam
perencanaan, penerapan dan evaluasi pengobatan.
18
Administrasi IFRS
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan obat – obatan yang diterima
pada tempat yang dinilai aman dari pencurian dan juga gangguan
fisik yang dapat merusak mutu obat. Serta usaha untuk melakukan
pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di
dalam ruang penyimpanan agar setiap kali diperlukan dapat
dilayani dengan cepat serta dengan biaya yang hemat. Sistem
penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
golongan obat dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out) (Permenkes RI, 2016). Adapun
penggolongan obat yaitu:
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada
umum tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar
narkotika, psikotropika, obat keras, ataupun obat bebas terbatas
dan sudah terdaftar di DepKes R.I Contoh: Minyak kayu putih,
Obat batuk hitam, Obat batuk putih, tablet parasetamol, tablet
vitamin C, B Kompleks, vitamin E dan lain-lain. Penandaan
obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor
2380/A/SK/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan
obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu
lingkaran bulat warna hijau dengan garis tepi berwarna hitam,
seperti terlihat pada gambar berikut :
c. Obat Keras
30
d. Obat Narkotika
31
a. Definisi
Farmasi klinik dapat didefinisikan sebagai suatu khas ilmu
kesehatan, bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat
yang aman dan sesuai pada pasien, melalui penerapan pengetahuan
dan berbagai fungsi ter-spesialisasi pada perawatan pasien yang
memerlukan pendidikan khusus (spesialisasi) dan/atau pelatihan
terstruktur tertentu. Keahlian ini mensyaratkan penggunaan
pertimbangan dalam pengumpulan dan interpretasi data pasien,
serta keterlibatan khusus pasien dan interaksi langsung antar
professional. (Charles J.P Siregar, 2006).
b. Tujuan
Tujuan utama pelayanan farmasi klinik adalah
meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengoreksi kekurangan
yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat. Karena itu, misi
farmasi klinik adalah meningkatkan dan memastikan kerasionalan,
pemanfaatan dan keamanan terapi obat. Praktisi professional lain
pun berbagi fungsi dalam melaksanakan misi ini, tetapi hal ini
bukan merupakan perhatian intensif mereka (Charles J.P Siregar,
2006).
c. Kegiatan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, Kegiatan farmasi
klinik, meliputi pengkajian resep, dispensing, pemantauan dan
pelaporan efek samping obat, pelayanan informasi obat, konseling,
pemantauan kadar obat dalam darah, ronde atau visite pasien dan
pengkajian penggunan obat.
Pengkajian Resep merupakan kegiatan dalam pelayanan
kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
41
48
49
Lokasi Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada di Jalan. Cabe Raya No.
17 Pondok Cabe, Pamulang – Tangerang Selatan.
Visi dan Misi Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada
“B E R S A H A J A”
50
BER : Berkarya dengan optimal, dimanapun dan kapan pun amanah yang
kita terima selalu dilaksanakan.
SA : Sadar bahwa bekerja adalah ibadah, kalua kita lakukan dengan
profesionalisme dan ikhlas, maka disampinh rupiah kita dapatkan
berkah pahala akan kita raih.
HA : Harus bisa melakukan inovasi dan improvisasi agar dapat
meningkatkan hasil guna dan daya guna.
JA : Jangan tinggalkan aturan dan norma agama.
Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada
4) Arafah
5) Marwah
6) Sofa
Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada
Ners : 12 orang
Perawat Bedah : 2 oranag
Perawat Gigi : 1 orang
Perawat lainnya : 91 orang
Bidan klinik
Farmasi
Apoteker : 1 orang
Asisten Apoteker : 17 orang
Juru Racik : 2 orang
Gudang Farmasi : 3 orang
Purcashing : 1 orang
Keteknisan Medis
Radiografer : 6 orang
Analis kesehatan : 4 orang
Rekam Medik : 3 orang
Kesehatan Masyarakat
Nutrisionis : 2 orang
Fisiotrapi : 4 orang
Tenaga non kesehatan
Purcashing
67
68
Asisten Apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada telah
memenuhi persyaratan pelayanan kefarmasian sesuai dengan PP No. 51 tahun
2009 tentang pekerjaan kefarmasian yaitu tugas seorang apoteker meliputi
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, pelayanan obat atas resep dokter baik resep obat narkotik maupun
psikotropik, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat (PP No. 51 tahun
2009).
Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit berdasarkan Permenkes RI
nomor 72 tahun 2016 meliputi Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Perencanaan obat di Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada telah sesuai
dengan Permenkes No.72 tahun 2016 tentang standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, yakni dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi yaitu
gabungan dari metode epidemiologi dan metode konsumsi. Perencanaan
pengadaan barang dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihat
kebutuhan sediaan farmasi periode sebelumnya dengan berbagai penyesuaian dan
koreksi. Pada umumnya pemesanan dilakukan ketika barang - barang tersebut
telah menipis yang dapat dilihat data (jumlah stok barang) melalui komputer.
Proses pengadaan perbekalan kefarmasiaan berdasarkan Permenkes No. 72
tahun 2016 dapat dilakukan dengan pengadaan pembelian, produksi sediaan
farmasi, dan Sumbangan/dropping/hibah. Rumah Sakit Bhineka Bakti Husada
melakukan pengadaan dengan metode pembelian yaitu pembelian tunai atau COD
(Cash On Delivery), tempo, dan kredit. Pengadaan berpedoman pada hasil data
pengadaan di dalam komputer. Kemudian dilakukan pemesanan obat, alat
kesehatan maupun Bahan Medis Habis Pakai kepada distributor resmi Pedagang
Besar Farmasi (PBF) melalui surat pesanan, jika barang tersedia di PBF, maka
barang dikirim dengan jeda waktu 2-3 hari dari waktu pesan. Proses pengadaan di
Rumah Sakit ini telah sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.
69
sudah siap perawat akan mengambil dan perawatlah yang akan memberikannya
secara langsung kepada pasien rawat inap. Sedangkan sistem distribusi rawat jalan
menggunakan sistem resep individu sentralisasi yaitu pasien membawa sendiri
resep (Individual Prescription) ke bagian farmasi rawat jalan yang terletak dekat
dengan kasir, letak keduanya pun berdekatan dengan polilinik sehingga
memudahkan pasien untuk menemukan IFRS.
Alur pelayanan resep di IFRS Bhineka Bakti Husada bermula dari skrining
resep, pemberian nomor resep, penetapan harga, pemeriksaan ketersediaan obat.
Tahap selanjutnya ialah perjanjian dan pembayaran yang meliputi pengambilan
obat semua atau sebagian, ada/ tidaknya penggantian obat, pembayaran tunai,
bpjs, ataupun asuransi, kemudian validasi. Proses selanjutnya ialah peracikan,
yaitu penyiapan etiket peracikan maupun pengambilan obat. Sebelum diserahkan
dilakukan proses pemeriksaan akhir yaitu kesesuaian hasil peracikan dengan resep
(nama obat, bentuk sediaan, dosis). Pada tahap akhir sebelum obat diserahkan
kepada pasien, AA mengkonfirmasi identitas dengan cara meminta pasien
menyebutkan nama, alamat, serta dari poliklinik apa. Setelah sesuai identitas
pasien, obat diserahkan kepada pasien disertai dengan pemberian informasi
terutama aturan pakai dan cara penggunaan obat.
Pelaporan yang dilakukan Apoteker telah sesuai dengan yang
dipersyaratkan bahwa untuk narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan.
Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya melalui pelaporan sistem online.
Pelaporan ini dilakukan dengan menunjukkan jumlah yang dipesan dengan jumlah
yang telah dijual, agar adanya tranparansi penjualan secara sah sesuai resep
dokter. Untuk resep yang mengandung morfin dan petidin harus melampirkan
resepnya karena narkotika ini termasuk golongan II, yaitu narkotika yang
memiliki potensi yang sangat kuat untuk menimbulkan ketergantungan sehingga
sangat diatur ketat penggunaannya. Laporan dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan dinas Kesehatan Provinsi dan Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan setempat dan arsip IFRS Bhineka Bakti
Husada.
72
Kesimpulan
73
74
DAFTAR PUSTAKA
Menkes RI. 1986. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Menkes RI. 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Rumah Sakit. Jakarta:
Indonesia
Menkes RI. 2015. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Indonesia
Siregar, C.J.P., Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapannya.
Siregar, Charles J.P., E. Kumolosasi. 2006. Farmasi Klinik Teori Dan Penerapan.
78
79