Nilai Tri Kaya Parisudha Sebagai Fondasi Kepatuhan Pajak Orang Pribadi
I Nyoman Darmayasa*, Ni Kadek Meri Tiar Dwi Absari, I Nyoman Mandia
Politeknik Negeri Bali, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, 80364, Indonesia
nyomandarmayasa@pnb.ac.id*; merityar01@gmail.com; nyomanmandia@pnb.ac.id
*corresponding author doi.org/10.33795/jraam.v5i2.001
1. Pendahuluan
Pajak merupakan kontribusi utama dari masyarakat. Artinya, membayar pajak
penerimaan suatu negara, yang digunakan bukanlah sebuah pilihan, namun sebuah
untuk memenuhi kebutuhan negara dalam keharusan yang mengikat warga suatu
upayanya meningkatkan kesejahteraan negara. Akan tetapi, kebanyakan masyarakat
129
130 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144
dan Iyer [23] yang menyatakan bahwa menjelaskan keputusan etis auditor,
kepatuhan pajak secara tidak langsung penelitian ini menggunakan pendekatan
dipengaruhi oleh norma sosial (norma kualitatif, namun belum sepenuhnya
deskriptif, norma injugtif, dan norma menggunakan nilai TKP. Penelitian Yasa,
subjektif) melalui internalisasi sebagai norma Martadinata, dan Astawa [26] menggunakan
pribadi. nilai TKP sebagai dasar penggunaan strategi
Bercermin dari berbagai hasil penelitian pelayanan dan menguji pengaruhnya
sebelumnya seperti penelitian Darmayasa terhadap performa dan nilai bisnis dengan
[18,19], Yasa dan Prayudi [20], Fidiana [21], menggunakan SEM sebagai alat analisisnya.
Bobek dkk [22], serta Jimenez dan Iyer [23], Penelitian saat ini yang menggunakan nilai
peneliti memandang belum adanya solusi TKP masih terbatas khususnya pada tataran
yang sesuai dengan konteks ruang dan waktu usulan model kepatuhan pajak. Adapun
yang tertuang dalam model kepatuhan. pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana
Peneliti meyakini nilai lokalitas sebagai nilai peran nilai lokalitas terhadap peningkatan
yang mengakar dalam keseharian masyarakat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
dapat menjadi akar nilai nasional yang Penelitian ini berupaya untuk
mampu menuntun perilaku masyarakat dalam mengetengahkan nilai lokalitas sebagai
kesehariannya. Kepatuhan pajak SAS tidak fondasi dasar peningkatan kepatuhan wajib
dapat berjalan sendiri tanpa internalisasi pajak orang pribadi (WPOP). Peneliti
kearifan lokal yang kuat tertanam sebagai menghadirkan konsep nilai TKP yang
budaya suatu daerah. Nilai lokalitas yang merupakan perwujudan kearifan lokal
digunakan pada penelitian ini adalah nilai masyarakat Bali yang telah menjadi pedoman
lokalitas daerah masyarakat Bali yaitu Tri berperilaku masyarakat dalam kesehariannya
Kaya Parisudha (TKP). Nilai TKP relevan [27]. Penelitian ini memiliki beberapa
menjadi nilai yang memandang bahwa pembaharuan, yaitu: menggunakan nilai
berpikir, berkata, dan berbuat yang baik lokalitas dan norma sosial sebagai fondasi
merupakan suatu tindakan kepatuhan. dasar kepatuhan pajak, pendekatan kualitatif
Mengakarnya nilai lokalitas ini dalam yang mampu menggali pemahaman yang
cakupan nasional diharapkan dapat menjadi mendalam terhadap kepatuhan WPOP, dan
suatu pendekatan untuk usaha kecil mikro kontribusi teoretis beserta kontribusi praktis
menengah mulai dari lokal menuju nasional. sesuai dengan program reformasi Direktorat
Peneliti meyakini nilai lokalitas belum Jenderal Pajak (DJP) sebagai salah satu
banyak diteliti khususnya dalam penelitian sumbangsih pemikiran peneliti.
kualitatif berupa usulan nilai lokalitas
menjadi fondasi model kepatuhan pajak. 2. Metode
Penelitian Budiasih, dkk [24] menggunakan Penelitian ini menggunakan pendekatan
nilai lokalitas Tri Hita Karana dalam kualitatif untuk menjawab bagaimana peran
meneliti dampak nilai THK pada penggunaan nilai lokalitas sebagai fondasi kepatuhan
sistem informasi akuntansi, penelitian ini WPOP. Metode kualitatif interpretif dalam
merupakan penelitian kuantitatif dan masih memahami persepi WPOP terkait dengan
berfokus pada sudut pandang akuntansi. pandangannya terhadap pajak dan
Penelitian Yasa dan Prayudi [20] menguji pemenuhan kewajiban pajak saat ini. Metode
peran nilai TKP terhadap perwujudan etika interpretif menjadi metode yang relevan dan
berbasis nilai lokal sebagai upaya sesuai untuk menjawab tujuan maupun
meningkatkan perilaku kepatuhan wajib pertanyaan penelitian. Penelitian kualitatif
pajak, penelitian ini menggunakan SEM pada umumnya merujuk pada penggunaan
sebagai alat analisis. Penelitian Parasitic [25] data kualitatif yang dianalisis melalui
menggunakan salah satu aspek nilai TKP subjektivitas peran peneliti sebagai instrumen
yaitu Manacika Parisudha dalam penelitian [28]. Sesuai dengan keunggulan
132 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144
penelitian kualitatif menurut Qutoshi [29], penelitian ini merupakan WPOP dengan
peneliti melakukan wawancara penelitian pertimbangan pentingnya peran WPOP
secara tidak terstruktur dan mendalam sebagai penopang penerimaan pajak. Perlu
terhadap beberapa informan kunci penelitian. digarisbawahi bahwa penelitian ini hanya
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan mengambil situs (objek) penelitian dengan
pihak pewawancara dan terwawancara adalah kriteria tertentu sebagai batasan penelitian,
informan kunci penelitian. Peneliti selalu dan implikasi ilmiahnya hasil penelitian tidak
memegang teguh kode etik penelitian dengan bisa digeneralisasikan [33,34]. Peneliti juga
memohon izin terlebih dahulu pada saat telah menetapkan kriteria informan kunci
merekam sepanjang proses wawancara penelitian yang memiliki pengetahuan dan
penelitian. Kode etik lainnya yang peneliti pengalaman tentang kepatuhan pajak
tegakkan adalah kerahasiaan nama informan sehingga sesuai dengan tema penelitian.
penelitian mengacu pada Pasal 34 UU Kriteria informan kunci penelitian
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah informan yang memiliki pengetahuan
(KUP). dan pengalaman dalam pemenuhan
Objek penelitian yaitu WPOP mengingat kewajiban perpajakannya. Mengingat dalam
belakangan ini, WPOP merupakan salah satu penelitian ini ada upaya untuk memusatkan
WP yang berkontribusi tinggi terhadap dan menyeimbangkan persepsi kepatuhan
penerimaan pajak. Peneliti menetapkan pajak melalui nilai lokalitas Tri Kaya
WPOP yang melakukan kegiatan usaha Parisudha. Tri berarti 3 (tiga), Kaya
sebagai objek penelitian dengan mengandung arti bagian atau badan, Pari
mempertimbangkan WPOP tersebut bisa diterjemahkan menjadi menyeluruh kata
memenuhi kewajiban perpajakannya dengan lainnya sempurna dan Sudha mengandung
SAS. Pentingnya peran dari WPOP arti bersih atau murni. Poin penting dari
menjadikannya sangat strategis sebagai ajaran Tri Kaya Parisudha yang terdiri dari
penopang penerimaan pajak sehingga tepat berpikir baik atau Manacika, berkata baik
menjadi situs atau objek penelitian. atau Wacika dan berbuat yang baik atau
Kamayanti [31] menyarankan pengumpulan Kayika [35]. Nilai lokalitas ini dipandang
data melalui wawancara yang membutuhkan tepat untuk menetapkan informan kunci yang
kedekatan (rapport) antara peneliti dengan memiliki keyakinan agama Hindu.
informan sehingga peneliti mampu Peneliti mengklasifikasikan informan
memperoleh data secara alamiah. kunci menjadi tiga klasifikasi informan yang
Karakteristik penelitian kualitatif berlatar belakang akademisi pajak, konsultan
memberikan peran terhadap peneliti menjadi pajak, dan WPOP. Informan merupakan
instrumen kunci dalam penelitian mulai dari representasi dari UMKM sesuai dengan
pengumpulan dan penafsiran data. Sebagai klasifikasi dan kriterianya [36]. Nama
subjek penelitian, pengetahuan, pengalaman, informan, peran serta rencana waktu
dan nilai yang ada pada diri peneliti dapat wawancara disajikan pada Tabel 1.
dituangkan pada tema-tema penelitian. Hal Hasil pengumpulan data dituangkan
ini mengacu pandangan Wahyuni [32] bahwa dalam manuskrip wawancara yang
penelitian kualitatif sangat dipengaruhi oleh selanjutnya dikategorikan berdasarkan
subjektivitas peneliti bahkan peneliti mampu beberapa tema penelitian. Tema penelitian
mengobjektifkan data-data subjektif. diawali dengan pandangan umum WPOP
Penggalian pemahaman dan terhadap kepatuhan, nilai lokalitas serta
pandangan informan kunci, peneliti norma sosial. Tema selanjutnya adalah
diperkenankan secara langsung berinteraksi memusatkan nilai lokalitas sebagai fondasi
dengan situs (objek) penelitian. Situs (objek) kepatuhan. Selanjutnya menghadirkan norma
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 133
pernyataan dari informan Bapak Nyoman sebagian besar masyarakat. Reformasi pajak
yang mengindikasikan bahwa kepatuhan dengan tujuan untuk memberikan kemudahan
masyarakat masih pada tataran paksaan kepada WP untuk melapor, membayar, dan
sebagai berikut: menghitung perpajakannya akan memberikan
dorongan kepada WP untuk patuh secara
―Paksaan gara-gara memang wajib material. Selain diberlakukannya SAS,
seperti itu, boleh dikatakan kita reformasi pajak juga mencakup pembaruan
terpaksa, mungkin lebih tepatnya, kebijakan perpajakan dengan harapan
patuhnya formal, formal artinya kebijakan tersebut dapat meningkatkan
yang dapat bukti potong, kita kepatuhan WP. Sanksi administrasi berupa
laporin, harus lapor SPT tanggal 31 denda, bunga, maupun kenaikan serta
Maret yaa kita lapor.‖ pemeriksaan dilakukan DJP sebagai paksaan
terhadap WP untuk patuh [41]. Namun,
Pandangan Bapak Nyoman juga upaya tersebut sebagai law enforcement
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan WP justru membuat WP terjebak pada kepatuhan
saat ini masih berada pada kepatuhan formal paksaan, sebagaimana pendapat Bapak
belum mencapai kepatuhan material. Berbeda Wayan sebagai konsultan pajak berikut ini:
dengan pendapat Bapak Nyoman, Bapak
Putu menyatakan bahwa kepatuhan material ―Em, kalau WP yang berada di
sudah tercapai walaupun belum bisa terwujud Indonesia kecenderungan dia patuh,
sepenuhnya sebagaimana kutipan wawancara karena kan ada sanksi pidana yang
berikut: mereka takutkan juga‖
telah tertuang pada kutipan wawancara tidak sesuai dengan kondisi yang
berikut: sebenarnya.‖
lokalitas dan norma sosial. Untuk itu bahasan WP dan otoritas pajak. WP yang telah
selanjutnya peneliti antarkan pada usulan memiliki standar moral (norma pribadi) yang
model kepatuhan pajak berlandaskan nilai tinggi untuk berperilaku patuh akan semakin
lokalitas TKP dan norma sosial. terdorong untuk berperilaku patuh melalui
Usulan Model Kepatuhan Pajak pengamalan nilai TKP. Namun tidak
Berlandaskan Nilai Lokalitas yang demikian bagi sebagian WP, tidak
Mengakar pada Norma Sosial. Norma terinternalisasinya norma sosial yang baik
sosial diyakini sebagai kontrol sosial yang mengenai kepatuhan pajak menyebabkan
dapat memengaruhi setiap tindakan yang mereka cenderung memenuhi kewajiban
dibuat individu termasuk keputusan WP perpajakannya untuk menghindari sanksi
untuk patuh. Norma sosial merujuk pada sosial. Dengan kata lain, WP tersebut
perilaku masyarakat pada umumnya di mana dianggap masih belum patuh karena perilaku
dalam masyarakat tersebut terdapat orang- kepatuhan yang mereka tunjukkan masih
orang terdekat WP. Di sini WP dapat bersifat paksaan.
menginternalisasi nilai-nilai sosial maupun Peran paksaan yang dialami oleh WP
nilai-nilai orang lain yang mereka anggap harus dihilangkan guna mencapai kepatuhan
penting dalam membentuk standar pribadi sukarela. Untuk itu diperlukan penanaman
mereka tentang perilaku yang dapat diterima. nilai lokalitas baik dalam diri WP maupun
Penginternalisasian norma sosial pada diri otoritas pajak. Apabila individu
menjadi norma pribadi dapat dilihat dari telah memahami konsep nilai TKP maka ia
perilaku sehari-hari individu. WP dengan akan dengan senantiasa memikirkan sebab-
norma pribadi yang meyakini perilaku patuh akibat serta baik-buruknya suatu tindakan.
adalah perilaku yang benar cenderung akan Pengamalan nilai TKP pada diri WP akan
berperilaku patuh, begitu pula sebaliknya. mendorong WP untuk berpikir bahwa pajak
Sebagai nilai nasional, norma sosial tidak yang mereka bayarkan telah digunakan
bisa berdiri sendiri untuk membentuk dengan baik untuk kesejahteraan rakyat. Hal
perilaku masyarakat. Oleh karena itu, tersebut akan membentuk komitmen untuk
diperlukan nilai lokalitas sebagai nilai luhur berperilaku patuh.
yang diyakini masyarakat suatu daerah untuk Komitmen WP untuk patuh dalam
menyeimbangkan nilai tersebut. pemenuhan kewajiban perpajakannya
TKP merupakan nilai lokalitas yang hendaknya diikuti dengan kepercayaan
peneliti gunakan sebagai penyeimbang otoritas pajak kepada WP. Hal ini tentunya
fondasi kepatuhan WPOP. TKP merujuk bukanlah hal yang sulit dicapai apabila nilai
pada pedoman seseorang untuk selalu lokalitas telah mengakar dalam diri WP
berperilaku dengan baik dan benar. Sebagai sebagai pedoman untuk berperilaku. Dengan
suatu nilai yang menjadi pedoman dalam kata lain, untuk menggiring WP yang belum
kehidupan masyarakat, TKP berasal dari patuh menuju WP patuh diperlukan
kepercayaan masyarakat terhadap Hukum penginternalisasian nilai TKP menjadi nilai
Karmaphala yang memiliki esensi ―apa yang yang mengakar dalam norma pribadi WPOP.
kau tanam, itu yang kau tuai‖. Bahwa apa Semakin kuat pemahaman WPOP terhadap
yang didapatkan hari ini merupakan hasil nilai TKP maka semakin mengakar nilai
perbuatan terdahulu. Baik dan buruk yang tersebut, begitu pula sebaliknya. Namun hal
kita lakukan, cepat atau lambat akan kembali ini tidak dapat langsung merubah WP
pada diri kita. Dengan begitu masyarakat menjadi patuh.
dengan senantiasa mengamalkan nilai TKP Penginternalisasian nilai lokalitas
dalam kehidupan sehari-harinya. menjadi nilai yang mengakar dalam norma
Pengamalan nilai TKP untuk senantiasa pribadi WP, membutuhkan proses
berpikir, berkata, dan berbuat baik akan penyesuaian yang sangat dipengaruhi oleh
memunculkan sikap saling percaya diantara norma pribadi yang melingkupinya. Sebagai
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 141
contoh apabila seorang WPOP ingin berlaku pengertian tidak semata-mata mengejar
patuh karena patuh adalah perbuatan yang penerimaan negara. Dalam perspektif WPOP
baik, namun ia juga percaya bahwa sebagai panduan perilaku pemenuhan
berperilaku tidak patuh itu adalah hal yang kewajiban perpajakan sebagai wujud warga
dapat diterima maka perilaku yang akan negara yang baik demi kebaikan bersama.
ditunjukkan oleh WPOP tersebut akan Peneliti menyadari usulan model
bergantung pada seberapa kuat nilai lokalitas kepatuhan pajak ini tidak serta merta
memengaruhi norma pribadi yang ia miliki. mengakibatkan WPOP patuh. Diperlukan
Oleh karena itu, nilai lokalitas dan norma adanya konsensus bersama akan pentingnya
pribadi hanya mampu mengantarkan WP pembayaran pajak demi pembangunan
menuju patuh, tidak langsung menjadi WP bangsa dan negara. Dari sudut pandang
patuh. Usulan model kepatuhan pajak dengan otoritas pajak, mereka memerlukan adanya
internalisasi nilai lokalitas pada norma sosial kerja sama dan partisipasi aktif WPOP untuk
disajikan pada Gambar 1. memenuhi kewajiban perpajakannya.
Demikian juga dengan WPOP yang
mengharapkan adanya profesionalisme
otoritas pajak dalam memberikan pelayanan
dan pijakan dalam penyusunan kebijakan-
kebijakan yang berpihak. Uraian berikutnya
peneliti antarkan pada kesimpulan penelitian
yang merupakan esensi dari tujuan penelitan.
4. Kesimpulan
Penelitian ini mengusulkan model
kepatuhan pajak melalui internalisasi nilai
lokalitas pada model kepatuhan pajak. Nilai
lokalitas yang digunakan adalah Tri Kaya
Parisudha. Wawancara mendalam dengan
informan penelitian dengan pendekatan
interpretif mengantarkan pada esensi
penelitian bahwa norma pribadi dalam model
Gambar 1. Usulan model kepatuhan pajak kepatuhan saat ini belum mampu
dengan internalisasi nilai lokalitas yang mengantarkan wajib pajak orang pribadi
mengakar pada norma sosial untuk patuh. Konsep nilai berpikir, berkata,
dan berbuat yang baik dalam nilai lokalitas
Usulan model kepatuhan pajak Tri Kaya Parisudha diyakini bisa menjadi
mencerminkan bahwa saat ini secara material fondasi model kepatuhan pajak. Model
WPOP yang patuh lebih rendah dari WPOP kepatuhan ini peneliti usulkan dengan nama
yang belum patuh. Melalui internalisasi nilai model kepatuhan pajak berlandaskan nilai Tri
lokalitas yang diyakini oleh informan Kaya Parisudha yang mengantarkan WPOP
penelitian sudah mengakar dalam keseharian menuju patuh.
seyogyanya diimplementasikan pada praktik Penelitian ini memberikan kontribusi
pemenuhan kewajiban perpajakan. teoretis sebagai tambahan usulan model
Internalisasi nilai lokalitas tidak terbatas pada kepatuhan WPOP yang berlandaskan nilai
WPOP namun diterapkan pada otoritas pajak. lokalitas. Kontribusi kebijakan terhadap
Model kepatuhan pajak WPOP dalam otoritas pajak sebagai referensi dalam
perspektif otoritas pajak dalam memberikan penyusunan kebijakan perpajakan yang
pelayanan kepada WPOP dan pijakan berpihak kepada WPOP pemilik usaha.
penyusunan kebijakan yang berpihak dalam Penelitian ini menjadi dasar kesesuaian
142 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144
antara nilai lokalitas yang mengakar pada diri an Effort to Prevent COVID-19
WPOP menjadi suatu tindakan patuh dalam Attacks and Its Impacts on Work
pemenuhan kewajiban perpajakannya Productivity. TIJAB (The Int J Appl
merupakan kontribusi praktikal penelitian. Business) 2020;4:13–21.
Adapun keterbatasan penelitian ini https://doi.org/10.20473/tijab.v4.i1.20
adalah hasil penelitian tidak bisa 20.13-21.
digeneralisasikan sebagai implikasi [7] Padyanoor A. Kebijakan Pajak
penelitian kualitatif. Selain itu, peneliti Indonesia Menanggapi Krisis COVID-
belum dapat menggali pandangan otoritas 19: Manfaat bagi Wajib Pajak. E-
pajak yang berupaya untuk meningkatkan Jurnal Akunt 2020;30:2216–30.
kepatuhan sukarela WP UMKM. Peneliti https://doi.org/10.24843/eja.2020.v30.
selanjutnya diharapkan melibatkan otoritas i09.p04.
pajak sebagai pembuat regulasi sebagai [8] Bawazier F. Reformasi Pajak di
informan penelitian. Perlu dipertimbangkan Indonesia. J Legis Indones 2011;8:1–
penelitian selanjutnya memperhatikan jangka 12.
waktu penggalian pandangan pemahaman [9] Supriyati S. Pengaruh Pengetahuan
informan. Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Daftar Rujukan Indones Account Rev 2011;1:27–36.
https://doi.org/10.14414/tiar.v1i01.430
[1] Darmayasa IN. Preskriptif Ketentuan .
Umum Perpajakan Dalam Perspektif [10] Sudarma IM, Darmayasa IN. Does
Akuntansi Pancasila. J Akunt Voluntary Tax Compliance Increase
Multiparadigma 2019;10:1–17. After Granting Tax Amnesty?
https://doi.org/10.18202/jamal.2019.0 Account Financ Rev 2017;2:11–7.
4.10002. [11] Saad N. Tax Non-Compliance
[2] Lisi G. Tax morale, tax compliance Behaviour: Taxpayers View. Procedia
and the optimal tax policy. Econ Anal - Soc Behav Sci 2012;65:344–51.
Policy 2015;45:27–32. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.1
https://doi.org/10.1016/j.eap.2014.12.0 1.132.
04. [12] Saad N. Tax Knowledge, Tax
[3] Mangoting Y. Quo Vadis Kepatuhan Complexity and Tax Compliance:
Pajak? J Akunt Multiparadigma Taxpayers‘ View. Procedia - Soc
2018;9. Behav Sci 2014;109:1069–75.
https://doi.org/10.18202/jamal.2018.0 https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.1
4.9027. 2.590.
[4] www.pajak.go.id. Laporan Kinerja [13] Diamastuti E. Ke ( Tidak ) Patuhan
Direktorat Jenderal Pajak 2019 2020. Wajib Pajak : Potret Self Assessment
https://www.pajak.go.id/id/laporan- System. EKUITAS (Jurnal Ekon Dan
kinerja-tahun-2019 (accessed January Keuangan) 2012;20:280–304.
2, 2021). https://doi.org/10.24034/j25485024.y2
[5] Rosita R. Pengaruh Pandemi COVID- 016.v20.i3.52.
19 Terhadap UMKM di Indonesia. J [14] Glaze S. Schools Out: Adam Smith
Lentera Bisnis 2020;9:109–20. and Pre-disciplinary International
https://doi.org/10.34127/jrlab.v9i2.380 Political Economy. New Polit Econ
. 2015;20:679–701.
[6] Mustajab D, Bauw A, Rasyid A, https://doi.org/10.1080/13563467.201
Irawan A, Akbar MA, Hamid MA. 4.999757.
Working From Home Phenomenon As [15] Rahim E. Marx—From Hegel and
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 143