Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, 5(2), September 2021, 129-144

Nilai Tri Kaya Parisudha Sebagai Fondasi Kepatuhan Pajak Orang Pribadi
I Nyoman Darmayasa*, Ni Kadek Meri Tiar Dwi Absari, I Nyoman Mandia
Politeknik Negeri Bali, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, 80364, Indonesia
nyomandarmayasa@pnb.ac.id*; merityar01@gmail.com; nyomanmandia@pnb.ac.id
*corresponding author doi.org/10.33795/jraam.v5i2.001

Informasi Artikel Abstract


Tanggal masuk 25-07-2020 This study aims to internalize the value of Tri Kaya Parisudha on tax
Tanggal revisi 29-09-2020 compliance model. Method used was qualitative interpretive through
Tanggal diterima 15-05-2021 in-depth interviews. The research results in the internalization of Tri
Kaya Parisudha values which are rooted in the daily life of the
community as the foundation for the practice of fulfilling the tax
Keywords: obligations of individual taxpayers. This tax compliance behavior is a
Locality Value; proposed model for the tax compliance of individual taxpayers. The
Personal Taxpayers; novelty of the research is a model of locality values as the foundation
Tax Compliance Model; of compliance. This research contributes to the tax authority as a basis
Tri Kaya Parisudha. for developing policies towards better taxpayers’ compliance.

Kata kunci: Abstrak


Model Kepatuhan; Penelitian ini bertujuan untuk menginternalisasikan nilai Tri Kaya
Nilai Lokalitas; Parisudha pada model kepatuhan pajak. Metode yang digunakan
Tri Kaya Parisudha; adalah kualitatif interpretif melalui wawancara mendalam. Hasil
Wajib Pajak Orang Pribadi. penelitian berupa internalisasi nilai Tri Kaya Parisudha yang mengakar
dalam keseharian masyarakat menjadi fondasi praktik pemenuhan
kewajiban perpajakan wajib pajak orang pribadi. Perilaku pemenuhan
kewajiban pajak ini menjadi usulan model kepatuhan pajak wajib pajak
orang pribadi. Kebaruan penelitian terletak pada penggunaan nilai
lokalitas sebagai fondasi kepatuhan pajak. Penelitian ini berkontribusi
untuk menjadi pijakan otoritas pajak dalam menyusun kebijakan
menuju kepatuhan wajib pajak yang lebih baik.

1. Pendahuluan
Pajak merupakan kontribusi utama dari masyarakat. Artinya, membayar pajak
penerimaan suatu negara, yang digunakan bukanlah sebuah pilihan, namun sebuah
untuk memenuhi kebutuhan negara dalam keharusan yang mengikat warga suatu
upayanya meningkatkan kesejahteraan negara. Akan tetapi, kebanyakan masyarakat
129
130 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144

menganggap kewajibannya membayar pajak Tindakan WP untuk melakukan


merupakan sebuah beban [1,2,3]. Hal penghindaran maupun penggelapan pajak
tersebut tercermin dalam laporan kinerja diakibatkan oleh kesalahan pola pikir WP
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tahun 2019 sebagai manusia ekonomikus yang
yang menunjukkan prosentase pencapaian dipengaruhi oleh pemikiran Adam Smith
penerimaan pajak sampai dengan bulan untuk menggiring segala tindakan yang
Desember hanya menyentuh angka 84 % dari menguntungkan secara ekonomi [14,15,16].
target penerimaan dalam APBN [4]. Penerapan SAS bisa berjalan efektif dengan
Penerimaan pajak Indonesia kian merosot kondisi terdapat kepatuhan sukarela jangka
dari tahun ke tahun. Realisasi penerimaan panjang wajib pajak. Dengan kata lain,
pajak sepanjang Januari tahun 2020 hanya keberhasilan SAS bisa tercapai apabila ada
menunjukkan angka 80,2 triliun, mengalami kesadaran serta kejujuran dari WP itu sendiri
penurunan sebesar 6,8 % dari tahun 2019. dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
Pemicu utama penurunan kontribusi [17]. Kesadaran dalam kepatuhan pajak akan
penerimaan pajak tahun 2020 sebagai muncul dari motivasi WP. Motivasi
implikasi dari adanya pandemi COVID-19. kepatuhan WP tidak hanya terbentuk dari
Pandemi ini memberikan dampak penurunan pertimbangan ekonomi ataupun sanksi yang
produktivitas kerja pada hampir semua sektor akan diterima semata, melainkan aturan-
terutama terlihat jelas pada pelaku Usaha aturan yang mengikatnya baik sebagai
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) makhluk religius maupun makhluk sosial.
sebagai akibat dari pemberlakuan Pengaruh religiositas terhadap moral
penghindaran penyebaran COVID-19 [5,6]. pajak yang berujung pada kepatuhan pajak
Untuk itu, diperlukan reformasi perpajakan ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan
guna merangsang kembali laju pertumbuhan Darmayasa dan Aneswari [18], konsultan
semua lini yang terdampak agar kembali pajak dengan tingkat religiositas yang tinggi
stabil [7]. tidak lagi memandang jumlah sebagai tujuan
Reformasi perpajakan di tahun 1983 utama, namun untuk mengedukasi pengguna
merupakan langkah awal pemerintah dalam jasanya dalam pemenuhan kewajibannya
upayanya meningkatkan kepatuhan pajak. yang berujung pada peningkatan kepatuhan
Reformasi perpajakan ini meliputi WP. Darmayasa [19] menunjukkan bahwa
pembaruan peraturan-peraturan perpajakan, pemaknaan nilai wajar harta amnesti pajak
serta perubahan dalam sistem pemungutan menggunakan nilai ketulusan diyakini
pajak [8,9]. Penerapan Self Assesment System mampu menciptakan kepatuhan secara
(SAS), pemberlakuan sanksi pajak, hingga sukarela. Hasil serupa juga dijumpai pada
kebijakan pengampunan pajak merupakan penelitian Yasa dan Prayudi [20] dengan
bagian dari reformasi pajak tersebut. Namun, simpulan, nilai lokalitas yang diinterna-
rupanya langkah yang telah diambil lisasikan dalam penyucian pikiran, perkataan,
pemerintah belum sepenuhnya berjalan beserta perbuatan diyakini mampu
dengan baik. Pemberian tax amnesty belum meminimalisir tindakan penghindaran pajak.
dapat meningkatkan kepatuhan pajak karena Fidiana telah [21] menunjukkan bahwa
tujuan utama WP mengikuti tax amnesty pertimbangan atas pembayaran zakat
adalah menghindari pemeriksaan pajak [10]. merupakan bagian dari pemenuhan
Pelaksanaan SAS juga tidak dapat menjamin kewajiban perpajakan dalam mendorong
kejujuran WP dalam melaporkan pajaknya masyarakat untuk patuh. Selain nilai
[11,12]. Penelitian yang dilakukan oleh lokalitas, pada penelitian tersebut terkandung
Diamastuti [13] menunjukkan bahwa SAS norma sosial yang memengaruhi keputusan
cenderung membuka celah bagi WP untuk seseorang untuk patuh. Hal ini sejalan
melakukan tindakan penghindaran maupun dengan penelitian yang dilakukan Bobek,
penggelapan pajak. Hageman, dan Kelliher [22], serta Jimenez
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 131

dan Iyer [23] yang menyatakan bahwa menjelaskan keputusan etis auditor,
kepatuhan pajak secara tidak langsung penelitian ini menggunakan pendekatan
dipengaruhi oleh norma sosial (norma kualitatif, namun belum sepenuhnya
deskriptif, norma injugtif, dan norma menggunakan nilai TKP. Penelitian Yasa,
subjektif) melalui internalisasi sebagai norma Martadinata, dan Astawa [26] menggunakan
pribadi. nilai TKP sebagai dasar penggunaan strategi
Bercermin dari berbagai hasil penelitian pelayanan dan menguji pengaruhnya
sebelumnya seperti penelitian Darmayasa terhadap performa dan nilai bisnis dengan
[18,19], Yasa dan Prayudi [20], Fidiana [21], menggunakan SEM sebagai alat analisisnya.
Bobek dkk [22], serta Jimenez dan Iyer [23], Penelitian saat ini yang menggunakan nilai
peneliti memandang belum adanya solusi TKP masih terbatas khususnya pada tataran
yang sesuai dengan konteks ruang dan waktu usulan model kepatuhan pajak. Adapun
yang tertuang dalam model kepatuhan. pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana
Peneliti meyakini nilai lokalitas sebagai nilai peran nilai lokalitas terhadap peningkatan
yang mengakar dalam keseharian masyarakat kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
dapat menjadi akar nilai nasional yang Penelitian ini berupaya untuk
mampu menuntun perilaku masyarakat dalam mengetengahkan nilai lokalitas sebagai
kesehariannya. Kepatuhan pajak SAS tidak fondasi dasar peningkatan kepatuhan wajib
dapat berjalan sendiri tanpa internalisasi pajak orang pribadi (WPOP). Peneliti
kearifan lokal yang kuat tertanam sebagai menghadirkan konsep nilai TKP yang
budaya suatu daerah. Nilai lokalitas yang merupakan perwujudan kearifan lokal
digunakan pada penelitian ini adalah nilai masyarakat Bali yang telah menjadi pedoman
lokalitas daerah masyarakat Bali yaitu Tri berperilaku masyarakat dalam kesehariannya
Kaya Parisudha (TKP). Nilai TKP relevan [27]. Penelitian ini memiliki beberapa
menjadi nilai yang memandang bahwa pembaharuan, yaitu: menggunakan nilai
berpikir, berkata, dan berbuat yang baik lokalitas dan norma sosial sebagai fondasi
merupakan suatu tindakan kepatuhan. dasar kepatuhan pajak, pendekatan kualitatif
Mengakarnya nilai lokalitas ini dalam yang mampu menggali pemahaman yang
cakupan nasional diharapkan dapat menjadi mendalam terhadap kepatuhan WPOP, dan
suatu pendekatan untuk usaha kecil mikro kontribusi teoretis beserta kontribusi praktis
menengah mulai dari lokal menuju nasional. sesuai dengan program reformasi Direktorat
Peneliti meyakini nilai lokalitas belum Jenderal Pajak (DJP) sebagai salah satu
banyak diteliti khususnya dalam penelitian sumbangsih pemikiran peneliti.
kualitatif berupa usulan nilai lokalitas
menjadi fondasi model kepatuhan pajak. 2. Metode
Penelitian Budiasih, dkk [24] menggunakan Penelitian ini menggunakan pendekatan
nilai lokalitas Tri Hita Karana dalam kualitatif untuk menjawab bagaimana peran
meneliti dampak nilai THK pada penggunaan nilai lokalitas sebagai fondasi kepatuhan
sistem informasi akuntansi, penelitian ini WPOP. Metode kualitatif interpretif dalam
merupakan penelitian kuantitatif dan masih memahami persepi WPOP terkait dengan
berfokus pada sudut pandang akuntansi. pandangannya terhadap pajak dan
Penelitian Yasa dan Prayudi [20] menguji pemenuhan kewajiban pajak saat ini. Metode
peran nilai TKP terhadap perwujudan etika interpretif menjadi metode yang relevan dan
berbasis nilai lokal sebagai upaya sesuai untuk menjawab tujuan maupun
meningkatkan perilaku kepatuhan wajib pertanyaan penelitian. Penelitian kualitatif
pajak, penelitian ini menggunakan SEM pada umumnya merujuk pada penggunaan
sebagai alat analisis. Penelitian Parasitic [25] data kualitatif yang dianalisis melalui
menggunakan salah satu aspek nilai TKP subjektivitas peran peneliti sebagai instrumen
yaitu Manacika Parisudha dalam penelitian [28]. Sesuai dengan keunggulan
132 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144

penelitian kualitatif menurut Qutoshi [29], penelitian ini merupakan WPOP dengan
peneliti melakukan wawancara penelitian pertimbangan pentingnya peran WPOP
secara tidak terstruktur dan mendalam sebagai penopang penerimaan pajak. Perlu
terhadap beberapa informan kunci penelitian. digarisbawahi bahwa penelitian ini hanya
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan mengambil situs (objek) penelitian dengan
pihak pewawancara dan terwawancara adalah kriteria tertentu sebagai batasan penelitian,
informan kunci penelitian. Peneliti selalu dan implikasi ilmiahnya hasil penelitian tidak
memegang teguh kode etik penelitian dengan bisa digeneralisasikan [33,34]. Peneliti juga
memohon izin terlebih dahulu pada saat telah menetapkan kriteria informan kunci
merekam sepanjang proses wawancara penelitian yang memiliki pengetahuan dan
penelitian. Kode etik lainnya yang peneliti pengalaman tentang kepatuhan pajak
tegakkan adalah kerahasiaan nama informan sehingga sesuai dengan tema penelitian.
penelitian mengacu pada Pasal 34 UU Kriteria informan kunci penelitian
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah informan yang memiliki pengetahuan
(KUP). dan pengalaman dalam pemenuhan
Objek penelitian yaitu WPOP mengingat kewajiban perpajakannya. Mengingat dalam
belakangan ini, WPOP merupakan salah satu penelitian ini ada upaya untuk memusatkan
WP yang berkontribusi tinggi terhadap dan menyeimbangkan persepsi kepatuhan
penerimaan pajak. Peneliti menetapkan pajak melalui nilai lokalitas Tri Kaya
WPOP yang melakukan kegiatan usaha Parisudha. Tri berarti 3 (tiga), Kaya
sebagai objek penelitian dengan mengandung arti bagian atau badan, Pari
mempertimbangkan WPOP tersebut bisa diterjemahkan menjadi menyeluruh kata
memenuhi kewajiban perpajakannya dengan lainnya sempurna dan Sudha mengandung
SAS. Pentingnya peran dari WPOP arti bersih atau murni. Poin penting dari
menjadikannya sangat strategis sebagai ajaran Tri Kaya Parisudha yang terdiri dari
penopang penerimaan pajak sehingga tepat berpikir baik atau Manacika, berkata baik
menjadi situs atau objek penelitian. atau Wacika dan berbuat yang baik atau
Kamayanti [31] menyarankan pengumpulan Kayika [35]. Nilai lokalitas ini dipandang
data melalui wawancara yang membutuhkan tepat untuk menetapkan informan kunci yang
kedekatan (rapport) antara peneliti dengan memiliki keyakinan agama Hindu.
informan sehingga peneliti mampu Peneliti mengklasifikasikan informan
memperoleh data secara alamiah. kunci menjadi tiga klasifikasi informan yang
Karakteristik penelitian kualitatif berlatar belakang akademisi pajak, konsultan
memberikan peran terhadap peneliti menjadi pajak, dan WPOP. Informan merupakan
instrumen kunci dalam penelitian mulai dari representasi dari UMKM sesuai dengan
pengumpulan dan penafsiran data. Sebagai klasifikasi dan kriterianya [36]. Nama
subjek penelitian, pengetahuan, pengalaman, informan, peran serta rencana waktu
dan nilai yang ada pada diri peneliti dapat wawancara disajikan pada Tabel 1.
dituangkan pada tema-tema penelitian. Hal Hasil pengumpulan data dituangkan
ini mengacu pandangan Wahyuni [32] bahwa dalam manuskrip wawancara yang
penelitian kualitatif sangat dipengaruhi oleh selanjutnya dikategorikan berdasarkan
subjektivitas peneliti bahkan peneliti mampu beberapa tema penelitian. Tema penelitian
mengobjektifkan data-data subjektif. diawali dengan pandangan umum WPOP
Penggalian pemahaman dan terhadap kepatuhan, nilai lokalitas serta
pandangan informan kunci, peneliti norma sosial. Tema selanjutnya adalah
diperkenankan secara langsung berinteraksi memusatkan nilai lokalitas sebagai fondasi
dengan situs (objek) penelitian. Situs (objek) kepatuhan. Selanjutnya menghadirkan norma
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 133

Tabel 1. Daftar Informan Penelitian


Nama Waktu
Peran
Informan Wawancara
WPOP dengan satu sumber penghasilan dan memiliki
Ibu Nengah 01-Jul-20
usaha sampingan
Bapak Nyoman WPOP dengan beberapa sumber penghasilan 30-Jun-20
Bapak Komang WPOP UMKM 24-Sep-20
Bapak Made WPOP UMKM 29-Sep-20
Bapak Wayan Berperan sebagai konsultan pajak 01-Jul-20
Bapak Putu Berperan sebagai akademisi perpajakan 23-Jul-20
Keterangan: Nama samaran sesuai dengan Pasal 34 KUP

sosial sebagai tambahan penyeimbang ―Kita dapat honor dipotong, kita


fondasi kepatuhan dan pada akhirnya dapat hibah dana penelitian
menyeimbangkan peran nilai lokalitas, serta dipotong, jadi kita pasti mengikuti
norma sosial untuk merubah persepsi WPOP bukti potongnya, tapi kalau di luar
terhadap kepatuhan. Penelitian kualitatif, itu.. yaa kadang-kadang kita tidak
analisis datanya berlangsung secara melaporkan, karena kan kalau kita
bersamaan antara analisis data dengan melaporkan, kita harus menambah
pengumpulan data [37]. Pada bagian akhir bayar pajak lagi.‖
penelitian sebagai esensi dari hasil penelitian,
peneliti menghadirkan usulan nilai lokalitas Sejalan dengan pandangan Bapak
dan norma sosial sebagai penyeimbang Nyoman, Bapak Komang sebagai WPOP
persepsi kepatuhan pajak. UMKM dalam wawancara tersebut juga
menyampaikan hal serupa sebagai berikut.
3. Hasil dan Pembahasan
Pandangan WP Terhadap Pajak. ―Kalau menurut saya sih beban,
Penelusuran peneliti akan pentingnya karena nurunin keuntungan saya, iya
terminologi pajak merujuk pada apa itu kan biasanya dapat untung ni dari
pajak. Pajak sebagai sumber utama jualan, terus kalau saya bayar pajak
penerimaan negara digunakan bagi sebesar- berkurang dong keuntungan saya,
besarnya kemakmuran rakyat. Otoritas pajak karena saya tau pajak kulitnya saja,
memiliki wewenang untuk memungut pajak jadi di mata saya ya beban‖
selama hal tersebut adalah untuk kepentingan
rakyat. Hal ini mencerminkan pandangan ―Saya taat pajak, tapi beban juga
―taxation without representative is robbery‖. bayar pajak‖
Sepatutnya masyarakat memaknai
pembayaran pajak sebagai kewajiban. Kurangnya pengetahuan tentang pajak
Namun, masyarakat masih menganggap yang dimiliki Bapak Komang berujung pada
pajak sebagai suatu beban sehingga tumbuhnya rasa berat hati dalam melakukan
memupuk rasa kurang ikhlas dalam pembayaran pajak, walaupun begitu Bapak
pemenuhan kewajiban perpajakannya Komang tetap menjalankan kewajiban
[38,39]. Selanjutnya, peneliti melakukan perpajakannya sebatas pengetahuannya saat
penelusuran terhadap pandangan informan ini. Pandangan berbeda juga disampaikan
dengan latar belakang wajib pajak orang informan Bapak Putu dengan latar belakang
pribadi. akademisi pajak sebagai berikut:
134 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144

―Baik, untuk honor yang ada di membayar pajak, WP tidak mendapatkan


kampus yang ada bukti potong dari imbalan secara langsung tetapi dengan
saya semua saya laporkan, kebetulan memperoleh pelayanan, fasilitas umum yang
bukti potong-bukti potong lainnya memadai dan menikmati pembangunan
yang bersifat final itu saya infrastuktur. Namun, nampaknya manfaat
masukkan dalam penghasilan final yang diberikan pemerintah sebagai imbalan
sehingga tidak memengaruhi kurang belum dapat dirasakan oleh masyarakat.
bayar dari pajak yang saya punya di Setidaknya itulah yang dirasakan oleh Ibu
SPT.‖ Nengah sebagai WPOP pemilik usaha
melalui pandangannya sebagai berikut:
―Gaji, honor kepanitian, serdos-
sertifikasi dosen, dan sewa properti. ―Emm, sementara sih belum begitu
Terkait dengan gaji, serdos, dan terasa, karena usahanya juga
honor lainnya sudah ada bukti omzetnya masih kecil, dan pajaknya
potong, sedangkan untuk sewa dari juga masih kita bayarkan dalam
properti tidak ada bukti potong tapi jumlah yang kecil‖
di sini saya membayar sendiri
karena sesuai aturan pajak bahwa Mengamati pandangan Ibu Nengah
ehhhh sewa yang tidak dipotong terlihat bahwa pembayaran pajak tidak
pihak lain wajib menyetor sendiri menjadi beban, namun akan berbeda jika
dan itu saya laporkan di SPT.‖ nominalnya besar. Hal ini perlu dicermati
dengan kebijakan yang mendukung
Pandangan Bapak Putu mencerminkan tumbuhnya usaha dengan pungutan pajak
bahwa beliau tidak keberatan untuk yang proporsional. Untuk itu pemerintah
melaporkan semua penghasilan yang beliau perlu melakukan perbaikan. Perubahan
miliki walaupun atas penghasilan tersebut menuju perbaikan dapat dicapai dengan
muncul tambahan kewajiban untuk melakukan reformasi perpajakan secara
membayar pajak. Hal tersebut juga menyeluruh. Penyederhanaan peraturan harus
mengindikasikan bahwa Bapak Putu telah terus dilakukan sesuai dengan temuan dari
menjalankan kepatuhan pajaknya secara Indayani [40] terkait penyederhanaan
material. Berbeda dengan pandangan Bapak ketentuan pendaftaran WP menjadi
Putu, pernyataan dari Bapak Nyoman pengusaha kena pajak. Seyogyanya reformasi
menunjukkan terdapat rasa berat hati dalam perpajakan ini meliputi pembaharuan
membayar pajak yang timbul atas selisih peraturan-peraturan perpajakan serta
penghasilan beliau dalam hal ini adalah PPh perubahan dalam sistem pemungutan pajak.
Pasal 29. Pandangan informan telah Reformasi pajak yang dilakukan
mengindikasikan bahwa Bapak Nyoman pemerintah untuk menanggulangi masalah
masih menganggap membayar pajak adalah kepatuhan pajak nyatanya masih belum
suatu beban. Hal ini sejalan dengan mendapatkan hasil yang memadai.
penelitian Darmayasa [38] bahwa terdapat Diberlakukannya SAS yang memberikan
kecenderungan WP hanya memenuhi keleluasaan bagi WP sebagai bentuk
kewajiban formal saja. Sehingga, pandangan kepercayaan DJP kepada WP, justru
wajib pajak orang pribadi secara tidak dicederai DJP dengan melakukan
langsung hanya menyentuh kewajiban formal pemeriksaan pajak yang semata-mata
semata. Hal tersebut merupakan suatu mengejar penerimaan negara sebagai upaya
resistensi. untuk menguji kepatuhan WP. Implikasinya
Resistensi WP untuk membayar pajak SAS belum dapat dilaksanakan secara
juga dimotivasi oleh prinsip bahwa setiap maksimal karena kepatuhan yang ada pada
pengorbanan ekonomi harus memberikan masyarakat saat ini masih berada pada
manfaat ekonomi sebagai imbalan. Saat tataran keterpaksaan. Berikut merupakan
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 135

pernyataan dari informan Bapak Nyoman sebagian besar masyarakat. Reformasi pajak
yang mengindikasikan bahwa kepatuhan dengan tujuan untuk memberikan kemudahan
masyarakat masih pada tataran paksaan kepada WP untuk melapor, membayar, dan
sebagai berikut: menghitung perpajakannya akan memberikan
dorongan kepada WP untuk patuh secara
―Paksaan gara-gara memang wajib material. Selain diberlakukannya SAS,
seperti itu, boleh dikatakan kita reformasi pajak juga mencakup pembaruan
terpaksa, mungkin lebih tepatnya, kebijakan perpajakan dengan harapan
patuhnya formal, formal artinya kebijakan tersebut dapat meningkatkan
yang dapat bukti potong, kita kepatuhan WP. Sanksi administrasi berupa
laporin, harus lapor SPT tanggal 31 denda, bunga, maupun kenaikan serta
Maret yaa kita lapor.‖ pemeriksaan dilakukan DJP sebagai paksaan
terhadap WP untuk patuh [41]. Namun,
Pandangan Bapak Nyoman juga upaya tersebut sebagai law enforcement
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan WP justru membuat WP terjebak pada kepatuhan
saat ini masih berada pada kepatuhan formal paksaan, sebagaimana pendapat Bapak
belum mencapai kepatuhan material. Berbeda Wayan sebagai konsultan pajak berikut ini:
dengan pendapat Bapak Nyoman, Bapak
Putu menyatakan bahwa kepatuhan material ―Em, kalau WP yang berada di
sudah tercapai walaupun belum bisa terwujud Indonesia kecenderungan dia patuh,
sepenuhnya sebagaimana kutipan wawancara karena kan ada sanksi pidana yang
berikut: mereka takutkan juga‖

―Dari sisi tatanan kepatuhan formal Paksaan yang dirasakan WP nampaknya


dan material saya melihat di sini disadari oleh otoritas pajak. Untuk itu
kepatuhan secara material juga otoritas pajak juga mengeluarkan kebijakan
sudah terpenuhi walaupun tidak sebagai stimulus kepatuhan sukarela WP.
seratus persen wajib pajak patuh Kebijakan berupa pengampunan pajak dan
secara material, tapi ditunjukkan PP 23 dikeluarkan pemerintah sebagai wujud
dengan adanya peningkatan- kebijakan berpihak bagi WP yang patuh
peningkatan penerimaan negara dari dengan harapan dapat meningkatkan
sektor pajak, dari tahun ke tahun kepatuhan sukarela. Bahkan pemerintah telah
progres penerimaan negara dari mengeluarkan PMK 44 Tahun 2020
sektor pajak itu semakin mengenai insentif pajak sebagai stimulus
meningkat.‖ kepatuhan pajak di tengah pandemi Covid-
19. Nyatanya, kebijakan tersebut belum dapat
―Apa penyebabnya, kemungkinan dirasakan adil bagi sebagian masyarakat
dari kebijakan-kebijakan pemerintah sebagaimana yang disampaikan Bapak
terkait dengan kemudahan dalam Wayan berikut:
melaksanakan kewajiban perpajakan
yang dapat mensugesti wajib pajak ―Tetapi kalau mereka bergerak di
yang selama ini mungkin eeee tidak pariwisata, WPOP yang bergerak di
membayar pajak karena rumit, pariwisata.. dengan omzet di atas
susah, dan apanamanya sulit untuk 4,8 itu kacau sekali, karena
melakukan pelaporan perpajakan kewajiban PPh 25nya tetep berjalan
dan pembayaran perpajakan..‖ sedangkan mereka sudah tidak ada
income.‖
Berdasarkan pernyataan Bapak Putu,
dapat dipahami bahwa kebijakan serta sistem Begitu pula yang sudah dirasakan oleh
perpajakan masih dianggap rumit bagi Bapak Made sebagai WPOP UMKM dan
136 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144

telah tertuang pada kutipan wawancara tidak sesuai dengan kondisi yang
berikut: sebenarnya.‖

―Dengan penerapan PP No 23 tahun ―Peran pemerintah di sini


2018 secara teknis cukup sederhana bagaimana selaku regulator dan
dan tarifnya lebih kecil, Tapi terasa pengawas itu mengawasi prilaku
berat di masa covid 19, mengurus self-assessment dari wajib pajak,
insentif pajak pada masa Covid-19 sehingga apa, sehingga keadilan
dirasakan ribet.‖ bagi semua wajib pajak itu
terpenuhi, di mana ketika wajib
Kendati telah dipermudah dengan pajak merasa adil maka akan
adanya kebijakan PP 23, Bapak Made masih tercipta kepatuhan-kepatuhan baru
merasakan adanya kerumitan dalam bagi wajib pajak yang belum
administrasi perpajakan khususnya dalam melaksanakan kepatuhan selama
penerapan PMK 44 Tahun 2020. Kebijakan- ini.‖
kebijakan yang dikeluarkan otoritas pajak
juga didukung oleh berbagai program yang Pandangan Bapak Nyoman dan Bapak
dijalankan DJP. Program-program seperti Putu mengindikasikan bahwa lingkungan
sosialisasi, inklusi pajak, serta relawan pajak sosial seseorang dapat memengaruhi
telah dijalankan dalam rangka mengedukasi keputusan WP untuk patuh. Keputusan ini
masyarakat menuju kepatuhan sukarela. didorong oleh aspek psikologis WP atas
Kendati demikian, program tersebut tidak dasar rasa keadilan yang dirasakan. Untuk
serta merta dapat meningkatkan kepatuhan itu, pemerintah sepatutnya lebih
WP. Hal ini tercermin dalam pernyataan memperhatikan bagaimana rasa keadilan bagi
informan Bapak Nyoman sebagai berikut: WP yang dapat dicapai. Sejalan dengan
pernyataan Bapak Nyoman dan Bapak Putu,
―Inklusi pajak dan em, relawan peneliti mencoba mengaitkan dengan hasil
pajak ini dapat agak membantu WP penelitian Damayanti, Sutrisno, Subekti, dan
atau calon WP atau mahasiswa Baridwan [42] dalam penelitiannya
untuk mengerti pajak, tapi gak jamin berpendapat bahwa kepatuhan WP yang
lo, pas masuk dunia kerja bisa dahulu berfokus pada faktor ekonomi telah
berbeda, gak jamin mereka akan bergeser menuju pendekatan sosial psikologi
mau patuh, kan semua kembali ke yang menekankan pada faktor non ekonomi.
lingkungan‖ Dari berbagai teori psikologi, teori yang
mampu menjelaskan aspek perilaku wajib
Pandangan serupa juga diajukan oleh pajak yaitu theory planned behavior [26,43].
Bapak Putu sebagaimana kutipan wawancara Berdasarkan teori tersebut, perilaku WP
berikut: untuk patuh dalam melaksanakan
perpajakannya dipengaruhi oleh hal-hal di
―Terkait dengan ketimpangan wajib sekitar WP. Nilai nasional berupa norma
pajak yang membayar pajak dan sosial yang ada pada lingkungan sekitar WP
wajib pajak yang tidak membayar misalnya, diinternalisasikan menjadi norma
pajak, ini tentu akan memengaruhi pribadi sehingga WP cenderung berperilaku
psikologis dari wajib pajak yang sesuai dengan norma tersebut. Selain aspek
membayar pajak, di mana wajib psikologi, religiositas dari seseorang juga
pajak yang membayar pajak merasa perlu dipertimbangkan sebagai faktor yang
tidak adil, sehingga mungkin saja memengaruhi perilaku WP. Menurut Basri,
wajib pajak tersebut akan ikut- Surya, Fitriasari, Novriyan, dan Tania [44]
ikutan juga untuk membayar pajak religiositas merupakan nilai-nilai agama yang
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 137

harus dianut seseorang. Sehingga dipilihlah Pendapat yang selaras dengan


nilai Tri Kaya Parisudha (TKP), sebagai pernyataan Bapak Nyoman juga
nilai yang dianut masyarakat Hindu-Bali disampaikan oleh Bapak Putu, yaitu:
dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan
selanjutnya diantarkan pada tema pemusatan ―Salah satunya bisa jadi adalah
nilai lokalitas. percaya akan karmaphala, di mana,
Pemusatan Nilai Lokalitas. Nilai bagi saya bahwa ketika kita berbuat
lokalitas merupakan nilai yang tertanam buruk sekarang maka akan
dalam masyarakat yang berada pada daerah berdampak buruk juga di masa
tertentu dan memiliki perbedaan dengan depan, sehingga tentu ini kita
masyarakat yang menempati atau berada di hindari, artinya apa, artinya bahwa
daerah lainnya. Bali yang terkenal dengan pembayaran pajak sebaiknya ya
berbagai destinasi wisatanya telah sesuai dengan kondisi apa adanya
mengalami perkembangan sangat pesat di sehingga kedepan kita akan
bidang pariwisata. Namun hal tersebut tidak mendapatkan hasil yang sesuai juga
serta merta melunturkan nilai-nilai luhur dengan yang kita perbuat.‖
agama Hindu yang mereka jalankan dengan
selaras. TKP merupakan nilai kearifan lokal ―Tidak ada yang mengharapkan ke
masyarakat Bali yang masih relevan di depan menjadi lebih buruk, sehingga
tengah kehidupan modern yang sedang apa, dengan adanya karmaphala
melingkupinya. Nilai filosofi TKP berperan maka sebisa mungkin kita harus
sebagai pedoman masyarakat dalam berbuat baik di masa sekarang yang
kehidupan sehari-harinya [27]. harapannya nanti kita akan
Penelitian Barro dan McCleary [45] mendapatkan hal yang baik pula di
dalam Damayanti dan lain-lain [42] masa mendatang. Nah, tentu, begitu
menyatakan bahwa orientasi religiositas juga dengan pembayaran pajak,
berfungsi untuk mendorong perilaku tertentu. bahwa kalau kita membayar pajak
TKP yang bersumber dari keyakinan secara jujur, maka dampak yang lain
masyarakat Bali atas eksistensi Hukum juga kita akan dapat di masa
Karmaphala diyakini mampu menjadi mendatang.‖
penghalang seseorang untuk melakukan
tindakan yang tidak etis [21]. Masyarakat Pandangan Bapak Putu mengindikasikan
Bali percaya bahwa karma yang merupakan bahwa beliau percaya setiap perbuatan buruk
perbuatan baik diyakini akan mendatangkan akan memberikan dampak yang buruk juga.
phala dalam artian hasil yang sesuai dengan Untuk menghindari hal tersebut dalam
perbuatannya begitupun sebaliknya [27]. praktik pemenuhan kewajiban perpajakan,
Dengan kata lain, nilai tersebutlah yang informan Bapak Putu melihat bahwa secara
membingkai masyarakat untuk berperilaku normatif perbuatan saat ini akan memberikan
etis. Pendapat serupa juga disampaikan oleh implikasi pada hasil di kemudian hari.
Bapak Nyoman dalam wawancara. Demikian juga dengan praktik pemenuhan
kewajiban perpajakan, Bapak Putu meyakini
―Karmaphala itu boleh dikatakan bahwa pembayaran pajak yang sesuai dengan
emm.. itu mungkin panduan ya, jadi kondisi yang sebenarnya akan memberikan
cara memahami karmaphala itu.. suasana tenang dalam hati wajib pajak di
karena karmaphala-lah orang kemudian hari. Bapak Putu dalam kehidupan
berbuat baik, kalo tidak ada sehari-hari juga telah melakukan perbuatan
karmaphala orang itu tidak ada baik dengan berpedoman pada nilai TKP.
rambu-rambu‖
138 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144

TKP memiliki makna 3 (tiga) perilaku memberikan ketenangan diri maupun


yang disucikan, yaitu berpikir suci kebahagiaan bagi diri sendiri sebagaimana
(manacika), berkata-kata yang jujur sesuai diungkapkan oleh Bapak Wayan berikut ini:
dengan keadaan (wacika), dan selalu berbuat
yang mencerminkan kebenaran (kayika). ―Artinya ketika perusahaannya
Nilai TKP akan membentuk kesadaran untuk mereka bayar pajak dan bilanglah
berkomitmen dan selalu melakukan tindakan mungkin 90 atau, patuh terhadap
yang benar, sehingga ada rasa cemas ketika pajak jadi tidak ada kekhawatiran
komitmen tersebut tidak dilaksanakan. akan biaya-biaya yang muncul
Komitmen dalam perbuatan baik dalam dikemudian hari yang tidak
artian takut dengan perbuatan dosa bisa terduga.‖
dalam bentuk praktik pembukuan dari usaha
[46], demikian juga praktik pemenuhan Pernyataan dari Bapak Wayan
kewajiban perpajakan. mengindikasikan bahwa ia telah mampu
memberikan edukasi yang baik kepada klien.
―Untuk service charge-nya pun, Tindakan etis Bapak Wayan sebagai
mereka karyawan kita tetap berikan konsultan pajak mencerminkan tingkat
tanpa memungut apapun, full untuk religiositas yang dimilikinya. Sebagai
karyawan dan pajak pun riil sudah seorang konsultan pajak, Bapak Wayan
pakai sistem untuk pembayaran senantiasa mengedukasi kliennya untuk
pajaknya‖ bersikap jujur. Edukasi perpajakan yang
diberikan Bapak Wayan berujung pada
Pernyataan yang diberikan Ibu Nengah kepatuhan pajak kliennya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa beliau telah berhasil tercermin dalam pernyataan Bapak Wayan
mengamalkan nilai TKP untuk patuh dalam sebagai berikut:
pemenuhan kewajiban perpajakannya sebagai
warga negara yang baik. Namun, nilai TKP ―PHR beberapa klien hampir
tersebut tidak dapat langsung memengaruhi menyetorkan 100% PHRnya,
perilaku patuh WP sebagaimana disampaikan bahkan ada salah satunya yang di
oleh Bapak Made sebagai berikut: Gianyar itu dapat award sebagai
pembayar terbesar di Gianyar‖
―Nilai-nilai tersebut berdampak
pada WP, namun belum sepenuhnya Pernyataan Bapak Wayan mengindi-
karena ada faktor internal seperti kasikan, bahwa edukasi yang diberikannya
rendahnya pemahaman tentang telah meningkatkan pengetahuan dan
pajak‖ kesadaran pajak klien yang berujung pada
kepatuhan pajak kliennya. Hal tersebut
―Secara perlahan-lahan bisa sejalan sejalan dengan pendapat Ali, Fjeldstad, dan
dengan peningkatan pemahaman Sjursen [47] serta Kolodziej [48]. Perilaku
terhadap kewajiban perpajakan‖ Bapak Wayan tersebut membuahkan hasil
berupa kepercayaan klien terhadap Bapak
Hal ini dikarenakan rendahnya Wayan yang berujung pada peningkatan
pengetahuan serta pemahaman mengenai kepatuhan dari kliennya, sebagaimana yang
perpajakan dapat menghambat pengamalan diungkapkan oleh Bapak Komang dalam
nilai TKP, untuk itu diperlukan edukasi wawancara sebagai berikut:
perpajakan yang memadai sehingga nilai
TKP secara perlahan dapat meningkatkan ―.. jadi sedikit ngerti lah pajak dan
kepatuhan WP. Pengamalan nilai TKP juga lebih ada keinginan bayar pajak‖
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 139

Bapak Komang menunjukkan bahwa ―Kemudian lingkungan itu juga


edukasi pajak yang ia dapatkan dari rekan tergantung dari masyarakat,
konsultan pajaknya menggerakkan hati masyarakatnya tinggal di mana?
Bapak Komang untuk lebih patuh secara Kalo tinggal di pasar, lirik
material. Uraian berikutnya peneliti antarkan temennya, kalo temennya gak bayar
pada internalisasi norma sosial. ya dia ngikut gak bayar. Kalo dia di
Internalisasi Norma Sosial. Perilaku perumahan, tetangganya gak bayar
kepatuhan WPOP tidak hanya dipengaruhi ya.. dia ngikut gak bayar. Harus ada
oleh TKP sebagai nilai lokalitas tempat orang yang bisa dijadikan panutan
tinggal WP. Penelitian Pope dan Mohdali dalam membayar pajak.‖
[49] menyatakan bahwa seseorang bisa saja
menjalankan religiositasnya dengan tujuan Sejalan dengan Bapak Nyoman, Bapak
lain, misalnya menyenangkan orang lain Made juga menyatakan hal serupa dalam
bahkan untuk terhindar dari isolasi sosial. wawancara sebagai berikut:
Berdasarkan penelitian tersebut, maka
dipilihlah norma sosial sebagai nilai nasional ―Faktor eksternal seperti rasa
penyeimbang fondasi kepatuhan pajak. keadilan, misal UMKM tetangga
Norma sosial merupakan pedoman yang tidak bayar pajak lancar-lancar saja‖
mampu mencegah suatu individu bertindak
menyimpang dari aturan maupun kebiasaan ―dan perubahan lingkungan yang
yang ada pada masyarakat. semakin positif terhadap pajak.‖
Norma sosial mencakup norma
Pernyataan Bapak Made menunjukkan
deskriptif, norma injungtif, norma subjektif,
bahwa pandangan WP terhadap
dan norma pribadi. Aturan yang berlaku
lingkungannya berpengaruh terhadap
secara umum (norma injungtif), standar yang
keputusan WP untuk berperilaku patuh.
terbentuk dari suatu tindakan dalam situasi
Bapak Komang pun mengutarakan bahwa
(norma deskriptif), maupun norma yang
dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya,
dianut pihak ketiga (norma subjektif) dapat
Bapak Komang mendapat dorongan dari
memengaruhi norma pribadi seseorang.
orang-orang terdekat Bapak Komang
Norma sosial secara tidak langsung
sebagaimana kutipan wawancara berikut:
memengaruhi niat WPOP untuk berperilaku
patuh melalui internalisasi menjadi norma ―Ya, saya mau bayar pajak gara-
pribadi [23]. gara edukasi dari temen-temen sih‖
Proses internalisasi cenderung lebih
cepat terbentuk melalui keterlibatan seorang Norma sosial diyakini mampu berperan
panutan melalui keteladanan. Teladan yang sebagai kontrol sosial karena diikuti oleh
dimaksud dapat berasal dari lingkungan sanksi sosial atas suatu tindakan yang
kerja, keluarga, maupun teman sejawat. menyimpang. Sanksi sosial ini kerap kali
Apabila teladan tersebut berperilaku patuh, tidak dinyatakan secara terang-terangan,
maka besar kemungkinan WP untuk dengan kata lain diberikan secara implisit.
mengimitasi perilaku patuh tersebut. Sanksi tersebut diberikan untuk memberikan
Sebaliknya apabila orang-orang terdekat WP efek jera kepada pelanggar dengan harapan ia
menganggap ketidakpatuhan pajak sebagai tidak mengulangi tindakan menyimpang
tindakan yang dapat diterima maka WP akan yang dilakukannya.
menginternalisasikan tindakan tidak patuh Model-model kepatuhan yang ada
tersebut. Bapak Nyoman juga memberikan sebelumnya belum dapat melibatkan nilai
pendapat yang serupa, sebagaimana lokalitas di dalamnya. Sehingga diperlukan
wawancara berikut ini: model kepatuhan baru berlandaskan nilai
140 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144

lokalitas dan norma sosial. Untuk itu bahasan WP dan otoritas pajak. WP yang telah
selanjutnya peneliti antarkan pada usulan memiliki standar moral (norma pribadi) yang
model kepatuhan pajak berlandaskan nilai tinggi untuk berperilaku patuh akan semakin
lokalitas TKP dan norma sosial. terdorong untuk berperilaku patuh melalui
Usulan Model Kepatuhan Pajak pengamalan nilai TKP. Namun tidak
Berlandaskan Nilai Lokalitas yang demikian bagi sebagian WP, tidak
Mengakar pada Norma Sosial. Norma terinternalisasinya norma sosial yang baik
sosial diyakini sebagai kontrol sosial yang mengenai kepatuhan pajak menyebabkan
dapat memengaruhi setiap tindakan yang mereka cenderung memenuhi kewajiban
dibuat individu termasuk keputusan WP perpajakannya untuk menghindari sanksi
untuk patuh. Norma sosial merujuk pada sosial. Dengan kata lain, WP tersebut
perilaku masyarakat pada umumnya di mana dianggap masih belum patuh karena perilaku
dalam masyarakat tersebut terdapat orang- kepatuhan yang mereka tunjukkan masih
orang terdekat WP. Di sini WP dapat bersifat paksaan.
menginternalisasi nilai-nilai sosial maupun Peran paksaan yang dialami oleh WP
nilai-nilai orang lain yang mereka anggap harus dihilangkan guna mencapai kepatuhan
penting dalam membentuk standar pribadi sukarela. Untuk itu diperlukan penanaman
mereka tentang perilaku yang dapat diterima. nilai lokalitas baik dalam diri WP maupun
Penginternalisasian norma sosial pada diri otoritas pajak. Apabila individu
menjadi norma pribadi dapat dilihat dari telah memahami konsep nilai TKP maka ia
perilaku sehari-hari individu. WP dengan akan dengan senantiasa memikirkan sebab-
norma pribadi yang meyakini perilaku patuh akibat serta baik-buruknya suatu tindakan.
adalah perilaku yang benar cenderung akan Pengamalan nilai TKP pada diri WP akan
berperilaku patuh, begitu pula sebaliknya. mendorong WP untuk berpikir bahwa pajak
Sebagai nilai nasional, norma sosial tidak yang mereka bayarkan telah digunakan
bisa berdiri sendiri untuk membentuk dengan baik untuk kesejahteraan rakyat. Hal
perilaku masyarakat. Oleh karena itu, tersebut akan membentuk komitmen untuk
diperlukan nilai lokalitas sebagai nilai luhur berperilaku patuh.
yang diyakini masyarakat suatu daerah untuk Komitmen WP untuk patuh dalam
menyeimbangkan nilai tersebut. pemenuhan kewajiban perpajakannya
TKP merupakan nilai lokalitas yang hendaknya diikuti dengan kepercayaan
peneliti gunakan sebagai penyeimbang otoritas pajak kepada WP. Hal ini tentunya
fondasi kepatuhan WPOP. TKP merujuk bukanlah hal yang sulit dicapai apabila nilai
pada pedoman seseorang untuk selalu lokalitas telah mengakar dalam diri WP
berperilaku dengan baik dan benar. Sebagai sebagai pedoman untuk berperilaku. Dengan
suatu nilai yang menjadi pedoman dalam kata lain, untuk menggiring WP yang belum
kehidupan masyarakat, TKP berasal dari patuh menuju WP patuh diperlukan
kepercayaan masyarakat terhadap Hukum penginternalisasian nilai TKP menjadi nilai
Karmaphala yang memiliki esensi ―apa yang yang mengakar dalam norma pribadi WPOP.
kau tanam, itu yang kau tuai‖. Bahwa apa Semakin kuat pemahaman WPOP terhadap
yang didapatkan hari ini merupakan hasil nilai TKP maka semakin mengakar nilai
perbuatan terdahulu. Baik dan buruk yang tersebut, begitu pula sebaliknya. Namun hal
kita lakukan, cepat atau lambat akan kembali ini tidak dapat langsung merubah WP
pada diri kita. Dengan begitu masyarakat menjadi patuh.
dengan senantiasa mengamalkan nilai TKP Penginternalisasian nilai lokalitas
dalam kehidupan sehari-harinya. menjadi nilai yang mengakar dalam norma
Pengamalan nilai TKP untuk senantiasa pribadi WP, membutuhkan proses
berpikir, berkata, dan berbuat baik akan penyesuaian yang sangat dipengaruhi oleh
memunculkan sikap saling percaya diantara norma pribadi yang melingkupinya. Sebagai
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 141

contoh apabila seorang WPOP ingin berlaku pengertian tidak semata-mata mengejar
patuh karena patuh adalah perbuatan yang penerimaan negara. Dalam perspektif WPOP
baik, namun ia juga percaya bahwa sebagai panduan perilaku pemenuhan
berperilaku tidak patuh itu adalah hal yang kewajiban perpajakan sebagai wujud warga
dapat diterima maka perilaku yang akan negara yang baik demi kebaikan bersama.
ditunjukkan oleh WPOP tersebut akan Peneliti menyadari usulan model
bergantung pada seberapa kuat nilai lokalitas kepatuhan pajak ini tidak serta merta
memengaruhi norma pribadi yang ia miliki. mengakibatkan WPOP patuh. Diperlukan
Oleh karena itu, nilai lokalitas dan norma adanya konsensus bersama akan pentingnya
pribadi hanya mampu mengantarkan WP pembayaran pajak demi pembangunan
menuju patuh, tidak langsung menjadi WP bangsa dan negara. Dari sudut pandang
patuh. Usulan model kepatuhan pajak dengan otoritas pajak, mereka memerlukan adanya
internalisasi nilai lokalitas pada norma sosial kerja sama dan partisipasi aktif WPOP untuk
disajikan pada Gambar 1. memenuhi kewajiban perpajakannya.
Demikian juga dengan WPOP yang
mengharapkan adanya profesionalisme
otoritas pajak dalam memberikan pelayanan
dan pijakan dalam penyusunan kebijakan-
kebijakan yang berpihak. Uraian berikutnya
peneliti antarkan pada kesimpulan penelitian
yang merupakan esensi dari tujuan penelitan.

4. Kesimpulan
Penelitian ini mengusulkan model
kepatuhan pajak melalui internalisasi nilai
lokalitas pada model kepatuhan pajak. Nilai
lokalitas yang digunakan adalah Tri Kaya
Parisudha. Wawancara mendalam dengan
informan penelitian dengan pendekatan
interpretif mengantarkan pada esensi
penelitian bahwa norma pribadi dalam model
Gambar 1. Usulan model kepatuhan pajak kepatuhan saat ini belum mampu
dengan internalisasi nilai lokalitas yang mengantarkan wajib pajak orang pribadi
mengakar pada norma sosial untuk patuh. Konsep nilai berpikir, berkata,
dan berbuat yang baik dalam nilai lokalitas
Usulan model kepatuhan pajak Tri Kaya Parisudha diyakini bisa menjadi
mencerminkan bahwa saat ini secara material fondasi model kepatuhan pajak. Model
WPOP yang patuh lebih rendah dari WPOP kepatuhan ini peneliti usulkan dengan nama
yang belum patuh. Melalui internalisasi nilai model kepatuhan pajak berlandaskan nilai Tri
lokalitas yang diyakini oleh informan Kaya Parisudha yang mengantarkan WPOP
penelitian sudah mengakar dalam keseharian menuju patuh.
seyogyanya diimplementasikan pada praktik Penelitian ini memberikan kontribusi
pemenuhan kewajiban perpajakan. teoretis sebagai tambahan usulan model
Internalisasi nilai lokalitas tidak terbatas pada kepatuhan WPOP yang berlandaskan nilai
WPOP namun diterapkan pada otoritas pajak. lokalitas. Kontribusi kebijakan terhadap
Model kepatuhan pajak WPOP dalam otoritas pajak sebagai referensi dalam
perspektif otoritas pajak dalam memberikan penyusunan kebijakan perpajakan yang
pelayanan kepada WPOP dan pijakan berpihak kepada WPOP pemilik usaha.
penyusunan kebijakan yang berpihak dalam Penelitian ini menjadi dasar kesesuaian
142 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144

antara nilai lokalitas yang mengakar pada diri an Effort to Prevent COVID-19
WPOP menjadi suatu tindakan patuh dalam Attacks and Its Impacts on Work
pemenuhan kewajiban perpajakannya Productivity. TIJAB (The Int J Appl
merupakan kontribusi praktikal penelitian. Business) 2020;4:13–21.
Adapun keterbatasan penelitian ini https://doi.org/10.20473/tijab.v4.i1.20
adalah hasil penelitian tidak bisa 20.13-21.
digeneralisasikan sebagai implikasi [7] Padyanoor A. Kebijakan Pajak
penelitian kualitatif. Selain itu, peneliti Indonesia Menanggapi Krisis COVID-
belum dapat menggali pandangan otoritas 19: Manfaat bagi Wajib Pajak. E-
pajak yang berupaya untuk meningkatkan Jurnal Akunt 2020;30:2216–30.
kepatuhan sukarela WP UMKM. Peneliti https://doi.org/10.24843/eja.2020.v30.
selanjutnya diharapkan melibatkan otoritas i09.p04.
pajak sebagai pembuat regulasi sebagai [8] Bawazier F. Reformasi Pajak di
informan penelitian. Perlu dipertimbangkan Indonesia. J Legis Indones 2011;8:1–
penelitian selanjutnya memperhatikan jangka 12.
waktu penggalian pandangan pemahaman [9] Supriyati S. Pengaruh Pengetahuan
informan. Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Daftar Rujukan Indones Account Rev 2011;1:27–36.
https://doi.org/10.14414/tiar.v1i01.430
[1] Darmayasa IN. Preskriptif Ketentuan .
Umum Perpajakan Dalam Perspektif [10] Sudarma IM, Darmayasa IN. Does
Akuntansi Pancasila. J Akunt Voluntary Tax Compliance Increase
Multiparadigma 2019;10:1–17. After Granting Tax Amnesty?
https://doi.org/10.18202/jamal.2019.0 Account Financ Rev 2017;2:11–7.
4.10002. [11] Saad N. Tax Non-Compliance
[2] Lisi G. Tax morale, tax compliance Behaviour: Taxpayers View. Procedia
and the optimal tax policy. Econ Anal - Soc Behav Sci 2012;65:344–51.
Policy 2015;45:27–32. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.1
https://doi.org/10.1016/j.eap.2014.12.0 1.132.
04. [12] Saad N. Tax Knowledge, Tax
[3] Mangoting Y. Quo Vadis Kepatuhan Complexity and Tax Compliance:
Pajak? J Akunt Multiparadigma Taxpayers‘ View. Procedia - Soc
2018;9. Behav Sci 2014;109:1069–75.
https://doi.org/10.18202/jamal.2018.0 https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.1
4.9027. 2.590.
[4] www.pajak.go.id. Laporan Kinerja [13] Diamastuti E. Ke ( Tidak ) Patuhan
Direktorat Jenderal Pajak 2019 2020. Wajib Pajak : Potret Self Assessment
https://www.pajak.go.id/id/laporan- System. EKUITAS (Jurnal Ekon Dan
kinerja-tahun-2019 (accessed January Keuangan) 2012;20:280–304.
2, 2021). https://doi.org/10.24034/j25485024.y2
[5] Rosita R. Pengaruh Pandemi COVID- 016.v20.i3.52.
19 Terhadap UMKM di Indonesia. J [14] Glaze S. Schools Out: Adam Smith
Lentera Bisnis 2020;9:109–20. and Pre-disciplinary International
https://doi.org/10.34127/jrlab.v9i2.380 Political Economy. New Polit Econ
. 2015;20:679–701.
[6] Mustajab D, Bauw A, Rasyid A, https://doi.org/10.1080/13563467.201
Irawan A, Akbar MA, Hamid MA. 4.999757.
Working From Home Phenomenon As [15] Rahim E. Marx—From Hegel and
Darmayasa, Absari, dan Mandia, Nilai Tri Kaya Parisudha... 143

Feuerbach to Adam Smith: A New in a social setting: The influence of


Synthesis. Int Crit Thought social norms, trust in government, and
2018;8:193–209. perceived fairness on taxpayer
https://doi.org/10.1080/21598282.201 compliance. Adv Account
8.1478235. 2016;34:17–26.
[16] Vigo de Lima I, Guizzo D. An https://doi.org/10.1016/j.adiac.2016.07
Archaeology of Adam Smith‗s .001.
Epistemic Context. Rev Polit Econ [24] Budiasih, I Gusti Ayu Nyoman and
2015;27:585–605. Sadha Suardikha IM. Impact of Tri
https://doi.org/10.1080/09538259.201 Hita Karana Culture on the Use of
5.1082819. Accounting Information Systems and
[17] Palil MR, Rusyidi MA. The User Satisfaction as the Expression of
Perception of Tax Payers on Tax Information System Success. Int J
Knowledge and Tax Education with Account Financ Rev 2017;2:38–45.
Level of Tax Compliance: A Study the [25] Parasitic NPE, Wirakusuma MG,
Influences of Religiosity. ASEAN J Muliartha K. The Influence of
Econ Manag Account 2013;1:118–29. Machiavellian Character, Love of
https://doi.org/10.26905/jkdp.v22i2.16 Money Against Decision of Ethical
78. Auditors with Manacika Parisudha as
[18] Darmayasa IN, Aneswari YR. The Moderating Variables (Empirical
Ethical Practice of Tax Consultant Study on BPK RI Province of Bali).
Based on Local Culture. Procedia - Int J Siences Basic Appl Res
Soc Behav Sci 2015;211:142–8. 2019;48:178–87.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.1 [26] Yasa INP, Martadinata IPH, Astawa
1.021. IGPB. Peran Theory Of Planned
[19] Darmayasa IN. Yadnya sebagai Behavior Dan Nilai Kearifan Lokal
Pemaknaan Lain atas Nilai Wajar Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak:
Harta Amnesti Pajak. J Akunt Sebuah Kajian Eksperimen.
Multiparadigma 2017;8:166–82. EKUITAS (Jurnal Ekon Dan
https://doi.org/10.18202/jamal.2017.0 Keuangan) 2020;3:149–67.
4.7046. https://doi.org/10.24034/j25485024.y2
[20] Yasa INP, Prayudi MA. Nilai-Nilai 019.v3.i2.4082.
Etika Berbasis Kearifan Lokal dan [27] Kepramareni P, Sudarma M, Irianto G,
Perilaku Kepatuhan Perpajakan. J Rahman AF. Sekala and Niskala
Ekon Dan Bisnis 2019;22:361–90. accountability practices in the clan-
https://doi.org/10.24914/jeb.v22i2.252 based organization MGPSSR in Bali,
7. Indonesia. Sci Res J 2014;2:1–5.
[21] Fidiana, Triyuwono D. Non- [28] Kamayanti A. Metodologi Penelitian
Compliance Behavior In The Frame Kualitatif Akuntansi: Pengantar
Of Ibn Khaldun. Seventh Asia Pacific Religiositas Keilmuan (Edisi Revisi).
Interdiscip Res Account Conf Kobe Yayasan Rumah Peneleh; 2020.
2013. https://doi.org/10.52893/peneleh.2020.
[22] Bobek DD, Hageman AM, Kelliher 39.ak
CF. Analyzing the Role of Social [29] Qutoshi SB. Phenomenology: A
Norms in Tax Compliance Behavior. J Philosophy and Method of Inquiry. J
Bus Ethics 2013;115:451–68. Educ Educ Dev 2018;5:215–22.
https://doi.org/10.1007/s10551-012- [30] UU Ketentuan Umum dan Tata Cara
1390-7. Perpajakan (KUP). Undang-Undang
[23] Jimenez P, Iyer GS. Tax compliance Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
144 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol.5, No.2, September 2021, hlm. 129 - 144

2007 Tentang Ketentuan Umum Dan https://doi.org/10.18382/jraam.v3i3.17


Tata Cara Perpajakan 2007. 1.
[31] Kamayanti A. Metodologi Penelitian [41] Aneswari YR, Darmayasa IN. Konsep
Kualitatif Akuntansi: Pengantar Kepatuhan Pajak Berlandaskan Tat
Religiositas Keilmuan. 2016. Twam Asi. Pertem Masy Akunt
[32] Wahyuni S. Qualitative Research Multiparadigma Indones Nas 4
Method : Theory and Practice 2nd 2016;2:1–14.
Edition. Jakarta: Salemba Empat; [42] Damayanti TW, Sutrisno, Subekti I,
2015. Baridwan Z. Trust and Uncertainty
[33] Darmayasa IN, Aneswari YR. The Orientation: An Efforts to Create Tax
Ethical Practice of Tax Consultant Compliance in Social Psychology
Based on Local Culture. Procedia - Framework. Procedia - Soc Behav Sci
Soc Behav Sci 2015;211:142–8. 2015.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.1 https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.1
1.021. 1.124.
[34] Neuman WL. Metodologi Penelitian [43] Ritsatos T. Tax evasion and
Sosial: Pendekatan Kualitatif dan compliance; From the neo classical
Kuantitatif. Jakarta: PT Indeks; 2013. paradigm to behavioural economics, a
[35] Adnyana PB, Citrawathi DM. Model review. J Account Organ Chang 2014.
Pendidikan Karakter Berbasis Tri https://doi.org/10.1108/JAOC-07-
Kaya Parisudha Terintegrasi Dalam 2012-0059.
Pembelajaran Di Sekolah Dasar. [44] Basri YM, Surya RAS, Fitriasari R,
Semin Nas Ris Inov 2017;5:862–8. Novriyan R, Tania TS. Studi
[36] UU No. 20 Tahun 2008. Undang- Ketidakpatuhan Pajak : Faktor Yang
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Memengaruhinya. SNA XV
Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Banjarmasin 2012.
Kecil, dan Menengah n.d. [45] Barro RJ, McCleary RM. Religion and
[37] Sugiyono. Metode Penelitian economic growth across countries. Am
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Sociol Rev 2003.
Bandung: ALFABETA CV.4; 2017. https://doi.org/10.2307/1519761.
[38] Darmayasa IN. Constructed [46] Thalib MA. Mohe Dusa: Konstruksi
Interpretation of Tax Compliance Akuntansi Kerugian. J Res Appl
through the Historicity, Rationality, Account Manag 2019.
and Actuality of Pancasila (Cases in https://doi.org/10.18382/jraam.v4i1.00
Indonesia). Int J Trade Glob Mark 2.
2018;11:1. [47] Ali M, Fjeldstad OH, Sjursen IH. To
https://doi.org/10.1504/ijtgm.2018.100 pay or not to pay? Citizens‘ attitudes
11156. toward taxation in Kenya, Tanzania,
[39] Jaya IMLM. Realita Kesadaran Pajak Uganda, and South Africa. World Dev
di Kalangan Generasi Muda 2014;64:828–42.
(Mahasiswa) Yogyakarta dan https://doi.org/10.1016/j.worlddev.201
Surabaya. JIA (Jurnal Ilm Akuntansi) 4.07.006.
2019;4:161–83. [48] Kolodziej S. The role of education in
https://doi.org/10.23887/jia.v4i2.2188 forming voluntary tax compliance.
5. Gen Prof Educ 2011:22–25.
[40] Indayani L. Memahami Proses [49] Pope J, Mohdali R. The role of
Permohonan Pengukuhan Pengusaha religiosity in tax morale and tax
Kena Pajak Wajib Pajak Badan. J Res compliance. Aust Tax Forum 2010.
Appl Account Manag 2019.

Anda mungkin juga menyukai