Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Internasional Era Orde Baru di Indonesia

Hubungan Internasional yang dilakukan oleh pemerintah di era orde baru berdasarkan pada
prinsip kepentingan nasional yang telah diperhitungkan dengan realistis dan fakta bahwa kita
berada dalam dunia internasional yang nantinya kita akan menciptakan revolusi Indonesia
sekaligus berpartisipasi menciptakan tatanan masyarakat dunia baru. Dengan prinsip tersebut
maka Indonesia mencetuskan gaya politik internasional baru yaitu good neigborhood policy
dimana Indonesia berusaha untuk menjalankan relasi baik dengan negara lain. Adapun
beberapa bentuk hubungan Internasioan pada era orde baru, antara lain:

1. Indonesia Bergabung Kembali Dengan PBB


Pada saat Indonesia menyatakan dirinya untuk keluar dari PBB pada tanggal 7
Agustus 1965, Indonesia merasa terisisihkan (terkucilkan) dalam kancah pergaulan
luar negeri. Disini pula, Indonesia mengalami masa - masa krisis dalam politik dan
ekonomi. Dengan adanya hasil sidang DPRGR, Indonesia pun dinyatakan masuk dan
bergabung kembali ke dalam naungan keanggotan PBB pada 28 September 1966,
setelah pengumuman Soeharto tentang kerjasama dengan PBB pada 19 September
1966.
2. Indonesia Berusaha Lebih Dekat Dengan Barat Secara Politis Dan Ekonomi
Indonesia berusaha lebih dekat dengan barat secara politis dan ekonomi, misalnya
dalam kebijakan politik pintu terbuka, program pelunasan hutang dan berbagai kerja
sama ekonomi tahun 1966 sampai 1967 demi memperbaiki namanya setelah dianggap
lebih dekat dengan negara sosialis. Fransiscus Xaverius Seda, yang saat itu menjabat
sebagai menteri keuangan di awal orde baru, berusaha mendapatkan pinjaman dari
negara barat dan menggunakan model anggaran belanja berimbang. Langkah utama
yang dilakukan adalah masuk kembali ke IMF tahun 1967 dan membentuk ICGI atau
Inter-Governmental Group on Indonesia bersama dengan Amerika, Australia,
Belanda, Inggris dan negara-negara blok barat lainnya, bahkan ICGI juga
beranggotakan World Bank, ADB, dan IMF sendiri. Hingga tahun 1970, hutang
Indonesia ke ICGI telah mencapai US$ 1,04 milyar.
3. Terdapat Pemulihan Korelasi Diantara Negara - Negara Tetangga Yaitu
Malaysia Dan Singapura Akan Tetapi Mengalami Pemutusan Korelasi Dengan
Negara Tiongkok
Menjalin kembali hubungan dengan Malaysia lewat perundingan Bangkok yang
hasilnya ditandatangani 11 Agustus 1966 di Jakarta. Berbeda dengan Malaysia,
Penandatangan perjanjian hitam di atas putih oleh Singapura pun disentakkan dengan
pengakuan kemerdekaan Singapura yaitu pada tanggal 2 Juni 1966.
Pembekuan hubungan diplomatik dengan RRC dengan tuduhan keterlibatannya
dengan G30S/PKI baik dalam persiapan, pelaksanaannya maupun pada masa-masa
sesudahnya. Diantara alasan lain yang dikemukakan oleh pemerintah adalah bahwa
tindakan-tindakan orang Cina terhadap gedung dan harta milik star Kedutaan Besar
RI di Peking yang tidak dapat ditolerir oleh Indonesia, sebab star kedutaan
mempunyai hak imunitas dan hak ekstra-teritorial. Meskipun pemutusan korelasi ini
mulai berlangsung pada 1 Oktober 1967 tetapi Kedutaan Besar Indonesia di Peking
baru akan ditutup secara resmi pada tanggal 30 Oktober 1967. Untuk mewakili
kepentingannya di Cina, peme-rintah menunjuk Kedutaan Kamboja di RRC.
4. Memperluas Hubungan Diplomatik Regional dan Internasional
Upaya yang dilakukan oleh Indonesia demi memperluas hubungan diplomatik
regional dan internasional diantaranya ialah :
 Turut serta aktif dalam Pembentukan ASEAN pada 8 Agustus 1967 di Bangkok dan
Indonesia merupakan salah satu negara pendiri untuk pembentukan ASEAN ini.
 Mengirimkan kontingen - kontingen Garuda dalam misi perdamaian dunia.
 Berperan aktif di dalam KTT Non Blok.
 Berperan aktif di dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam).

Daftar Rujukan:
Yogatama, R. D., Ramadhani, D., & Gunawan, R. P. T. DINAMIKA POLITIK DAN HUBUNGAN
INTERNASIONAL INDONESIA DI MASA ORDE BARU.

Anda mungkin juga menyukai