Anda di halaman 1dari 14

MATERI 2

PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI


A. PROSES LAKTASI DAN MENYUSUI
1. Anatomi dan Fisiologi Payudara
a. Anatomi Payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang
gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu
untuk mempertahankan kelangsungan hiduo keturunannya, maka organ ini menjadi
sumber utama dari kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi
yang paling utama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot
dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat
hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula
mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak
berkembang, kecuali jika dirangsang dengan hormon. Pada wanita terus
berkembang pada pubertas, sedangkan selama kehamilan terutama berkembang
pada saat menyusui.
1) Letak: setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa kedua
dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada
yang disangga oleh ligamentum suspensorium.
2) Bentuk: masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan
mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila.
3) Ukuran: ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga bergantung pada
stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya
agak lebih besar daripada yang lainnya.
Struktur Makroskopis payudara sebagai berikut:
1) Korpus Mammae
Adalah jaringan payudara yang meluas ke arah aksila.
2) Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit yang longgar dan mengalami
pigmentasi. etaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan dan
biasanya mengalami perubahan saat kehamilan dengan warna yang lebih gelap.
Pada daerah ini terdapat kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Kelenjar lemak
akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara sedang
menyusui. Pada kalang payusara terdapat duktus laktiferus yang merupakan
tempat penampungan ASI. Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang
besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di
dalam alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot-otot polos yang bila
berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3) Papilla mammae (puting susu)
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan
ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Bentuk puting ada empat
macam, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang, dan terbenam
(inverted)
Struktur Mikroskopis payudara sebagai berikut:
1) Alveoli, merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. ASI disalurkan dari
alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2) Duktus laktiferus, merupakan sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
laktiferus.
3) Ampulla, merupakan bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan
tempat menyimpan air susu yang terletak di bawah areolla.
4) Lanjutan setiap duktus laktiferus, meluas dari ampula sampai muara papilla
mammae.
b. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan
pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas,
sampai klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan
progesteron yang diproduksi hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya sinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi
payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi,
tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemerikasaan foto mammogram tidak
berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasu mulai, semuanya
berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dan hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
duktus ke puting susu.
2. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian
ASI. Peran bidan dalam membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan
mencegah masalah-masalah umum terjadi. Bidan dapat memberikan dukungan dalam
pemberian ASI dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama.
Bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir, hal ini disebut dengan Inisiasi
Menyusui Dini (early initiation) atau permulaan menyusui dini. Pemberian ASI
sedini mungkin adalah lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit
setelah lahir.
b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul.
c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
Membantu ibu segera menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Hal ini
karena isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera
mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk
memeras ASI.
d) Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung)
Merupakan salah satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam
penuh.dilihat dari berbagai aspek, manfaat rawat gabung adalah sebagai berikut:
1) Aspek fisik, mempermudah bayi menyusu setiap saat dan tanpa terjadwal.
2) Aspek fisiologis, bayi mendapat nutrisi alami dan kecukupan ASI karena bayi
lebih sering disusui.
3) Aspek psikologis, dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi karena
adanya sentuhan badaniah antara ibu dan bayi.
4) Aspek edukatif, memberikan pengalaman bagi ibu dalam hal cara merawat bayi
dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan.
5) Aspek ekonomi, memberikan penghematan karena tidak melakukan pembelian
susu buatan dan peralatan lain yang dibutuhkan.
6) Aspek medis, dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
e) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui
sesuai dengan keinginannya (on demand). Menyusui yang dijadwalkan akan
berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi berikutnya.
f) Memberikan kolostrum dan ASI saja
ASI dan kolostrum merupakan makanan terbaik untuk bayi. Kandungan dan
komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing.
g) Menghindari susu botol dan dot empeng
Pemberian susu dan empeng dapat membuat bayi bingung puting dan menolak
menyusu.
3. Manfaat Pemberian ASI
Manfaat ASI untuk bayi adalah sebagai berikut:
a) Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama,
separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama.
b) ASI mengandung zat protektif.
Dengan adanya zat protektif yang terdapat dalam ASI, maka bayi jarang
mengalami sakit. Zat-zat protektif antara lain Lactobasilus bifidus, laktoferin,
lisozim, komplemen C3 dan C4, Imunoglobulin (IgC, IgM, IgA, IgD, IgE), anti
alergi.
c) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
Pada saat bayi kontak kulit dengan ibunya, maka akan timbul rasa aman dan
nyaman bagi bayi. Perasaan ini sangat penting untuk menimbulkan rasa percaya
(basic sense of trust).
d) Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.
Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang yang baik. Hal ini
dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otak baik.
e) Mengurangi kejadian karies dentis.
Insidensi karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. Kebiasaan menyusu dengan botol
ayau dot akan menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu formula sehingga
gigi menjadi lebih asam.
f) Mengurangi kejadian maloklusi.
Penyebab maloklusi rahang adalh kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat
menyusu dengan botol dan dot.
4. Komposisi Gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI khusus dibuat untuk bayi manusia.
Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan
tumbuh kembang bayi.
a) Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio Whey : Kasein = 60 : 40,
dibandingkann dengan ais susu sapi yang rasionya 20 : 80. ASI mengandung alfa-
laktabumin, sedangkan air susu sapi mengandung beta-laktobulin dan bovine serum
albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar
methiolin dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, sedangkan sistin lebih tinggi.
Kadar triosin dan fenilanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang
penting untuk sintesis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu sapi.
b) Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5-7 gram).
Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
c) Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih
besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan
otak. Kolestrol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan
diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim.
d) Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa
dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang terdapat
dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat.
ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium, potasium, dalam tingkat yang lebih rendah
dibandingkan dengan air susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima
pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air
tambahan di bawah kondisi-kondisi umum.
e) Air
Kira-kira 80% ASI terdiri dari air yang berguna melarutkan zat-zat yang terdapat di
dalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi.
f) Vitamin
Di dalam ASI terdapat berbagai macam vitamin yaitu, vitamin A, D, E, K, B, dan
C, sementara itu golongan vitamin B kecuali riboflafin dan asam enthothenik lebih
kurang.
ASI dibedakan dalam tiga stadium, yaitu:
a) Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan viskositas kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel
darah putih, dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu kolostrum
masih mengandung rendah lemak dan laktosa.
b) ASI Transisi/ Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air
susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar
immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c) ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur tampak
berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila
dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama
disebut Foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah
lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan
nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Dengan demikian, bayi
akan membutuhkan keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.
5. Upaya Memperbanyak ASI
Produksi dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua hormon, yaitu prolaktin
dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah ASI, sedangkan oksitosin
mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Hormon oksitosin sering disebut sebagai
hormon kasih sayang. Hal ini disebabkan karena kadarnya sangat dipengaruh oleh
suasana hati, rasa bahagia, rasa dicintai, rasa aman, ketenangan dan relaks.

Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah sebagai berikut:

a) Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi
ASI. Apabila makanan yang ibu makan mengandung cukup gizi dan pola makan
yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
b) Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus
tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan
volume ASI.
c) Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak
mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah
kondom, pil khusus menyusui, atau suntik hormonal 3 bulanan.
d) Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga mempengaruhi
hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
e) Anatomi payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu
diperhatikan juga bentuk anatomi papilla mammae atau puting susu ibu.
f) Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin yang menetukan produksi
dan mempertahankan sekresi air susu.
g) Pola istirahat
Faktor istirahat memengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi ibu
terlalu capek, kurang istirahat, maka ASI juga berkurang.
h) Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran
ASI akan semakin banyak. Oleh karena itu, direkomendasikan penyusuan paling
sedikit 8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan
ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
i) Berat lahir bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI lebih
rendah dibanding bayi yang berat lahir normal ( >2500 gram).
j) Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir memengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan
bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah
dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
daripada bayi yang lahir cukup bulan.
k) Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat memengaruhi volume ASI karena akan mengganggu hormon
prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Meskipun
minuman alkohol dosis rendah di satu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks
sehingga membantu proses pengeluaran ASI, namun di sisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitosin.
6. Tanda Bayi Cukup ASI
Bayi usia 0-6 bulan dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan
sebagai berikut:
a) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali
pada 2-3 minggu pertama.
b) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda
pada hari kelima setelah lahir.
c) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari.
d) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.
e) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.
f) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.
g) Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan grafik
pertumbuhan.
h) Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang
usianya).
i) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan
cukup.
j) Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur pulas.
7. ASI Eksklusif
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai
bayi berusia 2 tahun. pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh
pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik
bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara.
Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.677 bayi selama 12 bulan
mangatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian akibat infeksi
saluran nafas akut dan diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu,
bila memungkinkan ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan dengan menerapkan hal-
hal sebagai berikut:
a) Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi.
b) ASI eklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau
minuman.
c) ASI diberikan secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiapp hari setiap
malam.
d) ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot.
8. Cara Perawatan Payudara
Perawatan payudara bertujuan untuk memperlancar pengeluaran ASI saat masa
menyusui. Langkah-langkah pengurutan payudara adalah sebagai berikut:

a) Pengurutan pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak. Tempatkan kedua tangan di antara
payudara. Pengurutan dilakukan dimulai ke arah atas, lalu telapak tangan kanan ke
arah sisi kiri dan telapak tangan kiri ke arah sisi kiri. Lakukan terus pengurutan ke
bawah dan samping, selanjutnya pengurutan melintang. Ulangi masing-masing 20-
30 gerakan untuk tiap payudara.
b) Pengurutan kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan
membuat gerakan memutar sambil menekan muali dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu. Lakukan 2 gerakan tiap payudara bergantian.
c) Pengurutan ketiga
Sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya mengurut
dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu. Lakukan sekitar 30 kali.
d) Pengompresan
Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan
kompres air dingin. Kompres bergantian selama 3 kali dan akhiri dengan kompres
air hangat.
e) Pengosongan ASI
Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan ASI. Keluarkan air
susu dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-kira 2 sampai 3 cm dan puting
susu dan tampung ASI yang keluar. Tekan payudara ke arah dada dan perhatikan
agar jari-jari jangan direnggangkan. Angkat payudara yang agak besar dahulu lalu
tekan ke arah dada. Gerakkan ibu jari dan telunjuk ke arah puting susu untuk
menekan dan mengosongkan tempat penampungan susu pada payudara tanpa rasa
sakit. Ulangi untuk masing-masing payudara.
Adapun tips untuk perawatan payudara antara lain:
a) Kenakan bra untuk menjaga bentuk payudara tetap indah.
b) Bersihkan secara rutin daerah seputar puting susu dengan kapas yang dibasahi
air hangat.
c) Oleskan minyakk zaitun pada payudara untuk menjaga kelembapan.
9. Cara Menyusui yang Benar
a) Pembentukan dan persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada
kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak, serta berkembangnya
kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan
membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI
makin tampak. Payudara semakin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh
darah makin tampak, dan areola mammae makin menghitam.
b) Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan sebagai
berikut:
1) Membersihkan puting susu dengan air atau minyak sehingga epitel yang lepas
tidak menumpuk.
2) Puting susu ditarik-tarik setiap mandi sehingga menonjol untuk memudahkan
isapan bayi.
3) Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan
operasi.
Hal terpenting dalam posisi menyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks.
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
Beberapa langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
a) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar
puting, duduk dan berbaring dengan santai.
b) Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/ kursi. Ibu
harus merasa rileks.
c) Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh
berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di
depan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi
menghadap perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya
menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke
belakang/ menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis
lurus.
d) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya ( muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati
bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh. Bayi
harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan
dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai puting susu ibu.
e) Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi
terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu hingga bibir
bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu memegang payudara dan ibu jari di
atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. Semua jari ibu
tidak boleh terlalu dekat dengan areola.
f) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, dagu rapat ke
payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi
melengkung keluar.
g) Bayi diletakkan menghadap ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan
hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi ke
dada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan
bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai
mulut bayi terbuka lebar.
h) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan puting dari mulut bayi dengan
cara memasukkan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara.
i) Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di undak atau menelungkupkan
bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi.
10. Masalah dalam Pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya
beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang
tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anak saja.
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum
persalinan (periode antenatal), pada masa pasca-persalinan dini, dan masa pasca
persalinan lanjut. Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi
sehingga bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering
diinterpretasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
Masalah menyusui dapat pula diakibatkan keadaan yang khusus. Selain itu, ibu
sering kali mengeluhkan bayinya sering menangis, “menolak” menyusu, dan
sebagainya yang sering diartikan bahwa ASI tidak cukuo, atau ASI tidak enak, tidak
baik, atau apa pun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan
untuk menghentikan menyusui.
Masalah dalam pemberian ASI dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut :
a) Kurang/ salah informasi
Banyak bu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik
dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang.
Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat
pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/
petugas kesehatan yang tidak mengetahui hal-hal berikut:
1) Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering sehingga
dikatakan bayi menderita diare dan sering kali petugas kesehatan meminta
untuk menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat
kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat laksan (zat pencahar).
2) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan
minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai
persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman
selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minuman sebelim ASI keluar
akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi karena bayi menjadi kenyang
dan malas menyusu.
3) Payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran
payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang kaena
ukurang ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara, sedangkan kelenjar
penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI
dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik
dan benar.
4) Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/ menyusui antara lain meliputi
hal-hal sebagai berikut:
 Fisiologi laktasi
 Keuntungan pemberian ASI
 Keuntungan rawat gabung
 Cara menyusui yang baik dan benar
 Kerugian pemberian susu formula
 Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan.
b) Puting Susu Datar atau Terbenam
Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi
masalah. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai
bayi lahir. Segera setelah pasca lahir lakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1) Skin to skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin.
2) Biarkan bayi “mencari” puting kemudian mengisapnya. Bila perlu coba
berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan.
Rangsang puting agar dapat “keluar” sebelum bayi “mengambil”nya.
3) Apabila puting benar-benar tidak bisa muncul, dapat ditarik dengan pompa
puting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit
yang dipakai terbalik.
4) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit
penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika
memasukkan puting susu ke dalam mulut bayi.
5) Bila terlalu penuh ASI, dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan dengan
sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bial perlu lakukan
ini hingga 1-2 minggu.
c) Puting Susu Lecet (Abraded and or Cracked Nipple)
Beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebgai berikut:
1) Teknik menyusui yang tidak benar.
2) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu
membersihkan puting susu.
3) Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
4) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).
5) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
d) Puting Melesak (Masuk ke Dalam)
Jika putinh susu melesak diketahui sejak masa kehamilan, hendaknya puting susu
ditarik-tarik dengan menggunakan minyak kelapa setiap mandi 2-3 kali sehari.
e) Payudara Bengkak
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu sehingga
sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Gejala payudara bengkak diantaranya
payudara udem, sakit, puting susu kencang, kulit mengkilap walau tidak merah,
dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah 24 jam. Beberapa
tindakan yang dapat dilalkukan untuk mencegah payudara bengkak adalah sebagai
berikut:
1) Menyusui bayi segera setelah lahior dengan posisi dan perlekatan yang benar.
2) Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal dan on-demand).
3) Keluarkan ASI dengan tangan/ pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
4) Jangan menberikan minuman lain pada bayi.
5) Lakukan perawatan payudara pasca persalinan (masase atau sebagainya)
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara bengkak
adalah sebagai berikut:
1) Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudara dengan lap bersih
dengan daun pepaya basah.
2) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek sehingga
lebih mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi.
3) Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa
dan diberikan pada bayi dengan cangkir/ sendok.
4) Tetap mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
5) Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi kompres hangat dan dingin.
6) Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
7) Lakukan pemijatan pada daerah payudara yang bengkak, bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran ASI.
8) Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks.
9) Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan perbanyak
minum.
10) Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti misalnya pilek,
usahakan tetap memberikan ASI dengan menutup mulut dan hidung dengan
masker.
f) Abses Payudara (Mastitis)
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang disebabkan kurangnya ASI
kurang diisap/ dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif, kebiasaan menekan
payudara dengan jari atau karena tekanan bra. Ada 2 jenis mastitis yaitu infeksi
milk statis disebut non-infective mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri
“infective mastitis”. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Kompres hangat/ panas dan pemijatan.
2) Rangsang oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi
puting, pijat leher punggung dan lain-lain.
3) Pemberian antibiotik yaitu flucloxacilin atau erythromycin selam 7-10 hari.
4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
5) Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan
karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
g) Sindrom ASI Kurang
Tanda-tanda yang mungkin saja ASI benar kurang antara lain sebagai berikut;
1) Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusui, meyusu dengan
waktu yang sangat lama. Akan tetapi, terkadang juga bayi lebih cepat menyusu.
Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai
menyusu.
2) Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu.
3) Tinja bayi keras, kering, atau berwarna hijau.
4) Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang) atau ASI
tidak keluar pasca kelahiran.
5) Berat badan bayi meningkat kurang dari rata-rata 500gram per bulan.
6) BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.
7) Mengompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam, cairan urine pekat, bau,
dan warna kuning.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada empat
kelompok faktor penyebab yaitu sebagai berikut:
1) Faktor teknik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai, yang dapat
disebabkan oleh masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/ botol dan lain-
lain.
2) Faktor psikologis juga sering terjadi.
3) Faktor fisik ibu (jarang) antara lain dikarenakan oleh KB, kontrasepsi, diuretik ,
hamil, merokok, kurang gizi, dan lain-lain.
4) Sangat jarang, adalah faktor kondisi bayi misal penyakit, abnormalitas dan lain-
lain.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi
terus memberikan isapab efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu di mana
produksi ASI memang tidak memadai, maka perlu upaya yang lebih, misalnya
pada relaktasi. Bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu
dengan pipa nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada puting
untuk diisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.
h) Bayi Sering Menangis
Penyebab bayi menangis antara lain bayi merasa tidak aman, bayi merasa sakit,
bayi basah, dan bayi kurang gizi. Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu yaitu ibu
tidak perlu cemas karena akan mengganggu proses laktasi, perbaiki posisi
menyusui, periksa pakaian bayi, serta jangan biarkan bayi menangis terlalu lama.
i) Bayi Bingung Puting
Nipple Confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu
formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena
mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan botol. Tanda-tanda bayi bingung
puting antara lainn mengisap puting seperti mengisap dot, mengisap terputus-putus
dan sebentar, serta bayi menolak menyusu. Tindakan yang dapat dilakukan antara
lain jangan mudah memberi PASI, jika terpaksa berikan dengan sendok atau pipet.
j) Bayi Prematur
Pada bayi prematur susui dengan sering, walau pendek-pendek, rangsang
dengan sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat
mengisap berikan dengan pipa nasogastrik, tangan, dan sendok. Uraian sesuai
dengan umur bayi adalah sebagai berikut:
1) Bayi umur kehamilan <30 minggu: BBL <1.250 gram. Biasanya diberi cairan
infus selama 24-28 jam. Lalu diberikan ASI menggunakan pipa nasogastrik.
2) Usia 30-32 minggu: BBL 1.250-1.500 gram. Dapat menerima ASI dari sendok,
2 kali sehari, namun menerima makanan lewat pipa, namun lama kelamaan
makanan pipa makin berkurang dan ASI ditingkatkan.
3) Usia 32-34 minggu: BBL 1.500-1.800 gram. Bayi mulai menyusui langsung
dari payudara namun perlu kesabaran.
4) Usia >34 minggu: BBL >1.800 gram. Mendapatkan semua kebutuhan dari
payudara.
k) Bayi Kuning
Pencegahan: segera menyusui setelah lahir dan jangan dibatasi atau susui
sesering mungkin. Berikan bayi kolostrum, kolostrum mengandung purgatif ringan,
yang membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium. Bilirubin dikeluarkan
melalui feses, jadi kolostrum berfungsi mencegah dan mghilangkan bayi kuning.
l) Bayi Kembar
Ibu optimis ASInya cukup, disusui dengan football position, susui pada
payudara dengan bergantian untuk variasi bayi, dan kemampuan menghisap
mungkin berbeda. Yakinkan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua
makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, semua ibu sebenarnya
sanggup menyusui bayi kembar.
m) Bayi Sakit
Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi dengan
keadaaan tertentu seperti diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk
rehidrasi.
n) Bayi Sumbing
Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan memberikan
posisi yang sesuai untuk sumbing palatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum
durum (langi-langit keras). Manfaat menyusui bagi bayi sumbing: melatih kekuatan
otot rahang dan lidah, memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko
terjadinya otitis media. Untuk bayi dengan palatoskisis (celah pada langit-langit):
menyusui dengan posisi duduk, puting dan areola dipegang saat menyusui, ibu jari
ibu digunakan sebagai penyumbat lubang. Kalau mengalami labiopalatoskisis,
berikan ASI dengan sendok, pipet, dan dot panjang.
o) Bayi dengan Lidah Pendek
Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat penghubung
lidah dan dasar mulut yang tebal dan kaku sehingga membatasi gerak lidah dan
bayi tidak dapat menjulurkan lidah untuk menangkap puting. Cara menyusui: ibu
bantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap
puting dan areola dengan benar.
p) Bayi yang Memerlukan Perawatan
Ibu ikut dirawat supaya pemberian ASI bisa dilanjutkan. Seandainya todak
memungkinkan, ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan di
dalam lemari untuk kemudian sehari sekali dan antar ke rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai