Dosen Pembimbing :
Ibu Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.M.Kep
Disusun oleh :
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-nya yang berupa kesehatan dan kemampuan sehingga kita bisa
menyelesaikan makalah tentang “Gagal ginjal dan persiapan tindakan hemodialisa”
ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Ibu Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.M.Kep . pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi pembaca serta penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................................................4
A. Konsep Teori Penyakit..................................................................................................4
1. Defenisi....................................................................................................................4
2. Etiologi.....................................................................................................................4
3. Tanda Gejala.............................................................................................................4
4. Patofisiologi..............................................................................................................5
5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................5
6. Penatalaksanaan......................................................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................7
1. Pengkajian................................................................................................................7
2. Diagnosa...................................................................................................................9
3. Intervensi.................................................................................................................9
4. Implementasi.........................................................................................................13
5. Evaluasi..................................................................................................................15
PERSIAPAN TINDAKAN HEMODIALISA....................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan
fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang
berlebihan dari dalam tubuh (Vitahealth,2007). Penurunan fungsi ginjal dapat
terjadi akibat suatu penyakit, kelainan anatomi ginjal dan penyakit yang
menyerang ginjal itu sendiri. Apabila hanya 10 % dari ginjal yang berfungsi,
pasien dikatakan sudah sampai pada penyakit ginjal endstage renal disease
(ESRD) atau penyakit ginjal tahap akhir. Awitan gagal ginjal mungkin akut,
yaitu berkembang sangat cepat dalam beberapa jam atau dalam beberapa
hari. Gagal ginjal dapat juga kronik, yaitu terjadi perlahan dan berkembang
perlahan, mungkin dalam beberapa tahun (Baradero, 2009).
Pada pasien gagal ginjal membutuhkan terapi pengganti ginjal yaitu
hemodialisa. Pasien ini harus menjalani terapi hemodialisa sepanjang
hidupnya, biasanya 3 kali seminggu selama paling sedikit 3 jam atau 4 jam
per kali terapi (Smeltzer, 2002). Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh
pasien agar patuh menjalani terapi hemodialisa seumur hidupnya. Dalam
menjalani terapi hemodialisa ini pasien menglami perubahan-perubahan
dalam hidupnya. Banyak reaksi emosional yang dialami pasien GGK yang
menjalani hemodialisa dan mengharuskan pasien tersebut bereaksi dan
menghadapi masalah yang dialaminya dengan menggunakan kooping yang
ada dalam dirinya. Dalam hal ini pasien akan merasa sengan bila ada
dukungan dari keluarga secara emosional pasien akan merasa lega bila ada
perhatian dari keluarga, serta mendapat saran, kesan atau pesan pada
dirinya (Imelda Tharob, 2012).
Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari
500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang
harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (Hemodialisis). Di
Indonesia, berdasarkan Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50
orang per satu juta penduduk, 60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut.
Menurut Depkes RI (2009) pada peringatan Hari Ginjal Sedunia, menyatakan
bahwa hingga saat ini terdapat sekitar 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik
yang memerlukan penanganan terapi cuci darah. Di Jawa Timur, 1-3 dari
10.000 penduduknya menderita PGK. Di Ponorogo pada bulan Januari
sampai September 2014 jumlah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa sejumlah 8.617 pasien. Terdiri dari pasien baru sejumlah 170
pasien, dan pasien lama sejumlah 8.447 pasien (Rekam Medik RSUD Dr.
Hardjono Ponorogo, 2014) Pada pasien GGK terdapat tiga pilihan untuk
mengatasi masalah yang ada yaitu; tidak diobati, dialisis kronis (hemodialisa),
serta transplantasi. Pilihan tidak diobati pasti dipertimbangkan tetapi jarang
dipilih, kebanyakan orang memilih untuk mendapatkan pengobatan dengan
hemodialisa atau transplantasi dengan harapan dapat mempertahankan
hidupnya (Hudak, Gallo, Fontaine, & Morton, 2006).
Gagal Ginjal Kronik merupakan penyakit degeneratif dimana pada
penderita penyakit tersebut akan mengalami tahapan-tahapan dalam
penerimaan penyakitnya yaitu penyangkalan (denial), marah (anger),
menawar (bargaining), deperesi (depression), dan penerimaan (acceptance).
Pasien selayaknya sadar bahwa tahapan-tahapan tersebut akan lewat
dengan sendirinya dan pada akhirnya tahapan "Penerimaan" (Acceptance)
akan dicapai. Namun kebanyakan orang tidak siap menghadapi duka, karena
seringkali, tragedi terjadi begitu cepat, dan tanpa peringatan. Pasien harus
bekerja keras melalui proses tersebut hingga akhirnya sampai pada tahap
Penerimaan. Selama proses tersebut berlangsung, dukungan keluarga sangat
penting terhadap kondisi pasien GGK karena pada umumnya klien GGK yang
menjalani terapi hemodialisa membutuhkan dukungan dalam proses
pengobatan dan terapi hemodialisa. (Santrock, J. W 2007)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gagal ginjal ?
2. Apa saja tanda dan gejala dari gagal ginjal ?
3. Apa saja pemeriksaan penunjang dari gagal ginjal ?
4. Bagaimana penatalaksanaan gagal ginjal?
5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari penderita gagal ginjal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud gagal ginjal .
2. untuk menegtahui etiologi dari gagal ginjal.
3. untuk mengetahui tanda dan gejala dari gagal ginjal .
4. untuk megetahui patofisiologi dari gagal ginjal
5. untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penujang dari gagal ginjal.
6. untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan gagal ginjal.
7. Untuk mengetahuin konsep asuhan keperawatan gagal ginjal
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Teori Penyakit
1) Defenisi
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013). Gagal Ginjal Kronik merupakan
suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah
sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan
menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan
menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta
asam basa (Abdul, 2015) Sedangkan menurut Black (2014) Gagal Ginjal
Kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat
pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada
peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik
bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan
berupa, trensplantasi ginjal, dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan
dalam waktu yang lama (Desfrimadona, 2016).
2) Tanda Gejala
Menurut perjalanan klinisnya (Corwin, E (2009):
4) Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju
filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration
rate (GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):
5) Pemeriksaan Penunjang
1. Urin
a. Volume urin : oliguri atau anuria
b. Warna urin : keruh
c. BJ urin : kurang 1,015
d. Osmolalitas urin
e. Klirens kreatinin :menurun
f. Natrium :meningkat
2. Darah
a. BUN/ kreatinin meningkat
b. Ht dan Hb
9
c. Natrium serum
6) Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan
elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien.
Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal
kronis adalah sebagai berikut (Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016):
1. Hipervolemia
2. Defisit nutrisi
3. Nausea
6. Intoleransi aktivitas
9. Nyeri akut
3) Intervensi
NO. Diagnosa Tujuan dan Krieteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia
Observasi:
keperawatan selama 3x8 jam
1. Periksa tanda dan
gejala hipervolemia
maka hipervolemia meningkat
(edema, dispnea,
suara napas
dengan kriteria hasil:
13 tambahan)
2. Monitor intake dan
a. Asupan cairan meningkat output cairan
3. Monitor jumlah dan
b. Haluaran urin meningkat warna urin Terapeutik
4. Batasi asupan cairan
dan garam
c. Edema menurun
5. Tinggikan kepala
tempat tidur
d. Tekanan darah membaik Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan
e. Turgor kulit membaik prosedur pemantauan
cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai
pemberian diuretik
8. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat deuretik
9. Kolaborasi pemberian
continuous renal
replecement therapy
(CRRT), jika perlu
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Observasi
keperawatan selama 3x8 jam
1. Identifikasi status
diharapkan pemenuhan
nutrisi
kebutuhan nutrisi pasien
2. Identifikasi makanan
tercukupi dengan kriteria
yang disukai
hasil:
3. Monitor asupan
makanan
1. intake nutrisi tercukupi
4. Monitor berat badan
2. asupan makanan dan
Terapeutik
cairan tercukup
5. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
6. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
14
7. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Edukasi
8. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
11. . Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
3. Nausea Setelah dilakukan tindakan Manajemen Mual Observasi
keperawatan selama 3x8 jam
1. Identifikasi
maka nausea membaik
pengalaman mual
dengan kriteria hasil:
2. Monitor mual (mis.
1. Nafsu makan
Frekuensi, durasi, dan
membaik
tingkat keparahan)
2. Keluhan mual Terapeutik
menurun
3. Kendalikan faktor
3. Pucat membaik lingkungan penyebab
4. Takikardia membaik (mis. Bau tak sedap,
(60-100 kali/menit) suara, dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan)
4. Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab mual (mis.
15
Kecemasan, ketakutan,
kelelahan
Edukasi
6. Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika
merangsang mual
7. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual(mis.
Relaksasi, terapi
musik, akupresur)
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
4. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
kulit
keperawatan selama 3x8 jam Obsevasi
diharapkan integritas kulit 1. Identifikasi penyebab
dapat terjaga dengan kriteria gangguan integritas kulit (mis.
hasil: Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi)
a. Integritas kulit yang
Terapeutik
baik bisa
2. Ubah posisi tiap 2 jam jika
dipertahankan
tirah baring
b. Perfusi jaringan baik 3. Lakukan pemijataan pada
18
8. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi
efektif perawatan selama 3x8 jam Observasi 1. Periksa sirkulasi
maka perfusi perifer perifer (mis. Nadi perifer,
meningkat dengan kriteria edema, pengisian kapiler,
hasil: warna, suhu)
1. denyut nadi perifer 2. Monitor perubahan kulit
meningkat 3. Monitor panas, kemerahan,
2. Warna kulit pucat menurun nyeri atau bengkak
3. Kelemahan otot menurun 4. Identifikasi faktor risiko
4. Pengisian kapiler membaik gangguan sirkulasi
5. Akral membaik Terapeutik
6. Turgor kulit membaik 5. Hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
6. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
7. Lakukan pencegahan
infeksi
8. Lakukan perawatan kaki
dan kuku
Edukasi
9. Anjurkan berhenti merokok
10.Anjurkan berolahraga rutin
11.Anjurkan mengecek air
mandi untun menghindari kulit
terbakar
12.Anjurkan meminum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
Kolaborasi
13.Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
19
9. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri Observasi
keperawatan selama 3x8 jam 1. Identifikasi factor pencetus
maka tautan nyeri meningkat dan pereda nyeri
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kualitas nyeri
1. Melaporkan nyeri terkontrol 3. Monitor lokasi dan
meningkat penyebaran nyeri
2. Kemampuan mengenali 4. Monitor intensitas nyeri
onset nyeri meningkat dengan menggunakan skala
3. Kemampuan menggunakan 5. Monitor durasi dan frekuensi
teknik nonfarmakologis nyeri
meningkat Teraupetik
4. Keluhan nyeri penggunaan 6. Ajarkan Teknik
analgesik menurun nonfarmakologis untuk
5. Meringis menurun mengurangi rasa nyeri
6. Frekuensi nadi membaik 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Pola nafas membaik Edukasi
8. Tekanan darah membaik 8. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
9. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
obat analgetik
d. Implementasi
Implentasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status
kesehatan yang baik/optimal.
e. Evaluasi
20
PERSIAPAN TINDAKAN HEMODIALISA
A. Hal-Hal yang Dipersiapkan Sebelum Lakukan Hemodialisa
Persiapan untuk hemodialisis dimulai beberapa minggu hingga beberapa
bulan sebelum prosedur pertama. Untuk memudahkan akses ke aliran darah, dokter
bedah akan membuat akses vaskular.
Akses tersebut menyediakan mekanisme agar sejumlah kecil darah
dikeluarkan dengan aman dari sirkulasi dan kemudian dikembalikan pada
pengidapnya agar proses hemodialisis berjalan. Akses bedah membutuhkan waktu
untuk pulih sebelum pengidapnya memulai perawatan hemodialisis.Ada tiga jenis
akses, yakni :
Menurut penelitian dari jurnal Blood Purification, pasien gagal ginjal stadium akhir yang
menjalani dialisis berisiko mengalami stroke 8-10 lebih besar dibandingkan lainnya. Bahkan,
prevalensi perdarahan stroke (stroke hemoragik) juga lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi umum.
Kondisi ini mungkin terjadi karena pengobatan gagal ginjal ini menggunakan antikoagulan
(penghambat pembekuan darah) secara rutin. Antikoagulan dipakai untuk mempertahankan
sirkuit darah agar proses cuci darah lancar.
Namun, penggunaan obat ini ternyata juga berisiko membuat pasien mengalami perdarahan
ketika darah tidak cukup menggumpal. Alhasil, risiko perdarahan berlebih pun terjadi.
22
6. Kram otot dan sendi kaku
Bagi pasien yang telah menjalani hemodialisis beberapa tahun mungkin kerap merasakan
kram otot dan sendi yang kaku. Kedua kondisi ini dapat terjadi akibat adanya perubahan
yang drastis pada cairan tubuh yang mengganggu zat kimia selama perawatan.
Sebagai contoh, endapan kristal asam urat di dalam darah yang menumpuk dapat
menyebabkan kaku dan nyeri pada sendi.
Apabila hal ini terjadi, dokter biasanya akan mengganti larutan dialisis untuk mengurangi
risiko kondisi semakin parah.
Selain beberapa kondisi yang disebutkan, ada efek samping lainnya yang mungkin terjadi
selama menjalani cuci darah, seperti:
gangguan tidur, seperti restless leg syndrome, sleep apnea, dan insomnia,
kulit kering dan gatal,
peradangan selaput jantung, serta
depresi.
Jika Anda mengalami beberapa masalah yang disebutkan, segera konsultasikan dengan
dokter.
23
BAB II
PENUTUP
A.Kesimpulan
Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi
ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari
dalam tubuh. ). Penurunan fungsi ginjal dapat terjadi akibat suatu penyakit, kelainan
anatomi ginjal dan penyakit yang menyerang ginjal itu sendiri. Apabila hanya 10 %
dari ginjal yang berfungsi, pasien dikatakan sudah sampai pada penyakit ginjal
endstage renal disease (ESRD) atau penyakit ginjal tahap akhir. Awitan gagal ginjal
mungkin akut, yaitu berkembang sangat cepat dalam beberapa jam atau dalam
beberapa hari. Gagal ginjal dapat juga kronik, yaitu terjadi perlahan dan
berkembang perlahan, mungkin dalam beberapa tahun.
24
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG
Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan Hemodialisa
di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas Andalas
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keprawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
https://hellosehat.com/urologi/ginjal/hemodialisis/
25