Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN KELOMPOK SEBAGAI MODALITAS

DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN


(Group Approach As Modalities In Poverty Alleviation)

Suradi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Kementerian Sosial Repubik Indonesia
Email : mas.soeradi@yahoo.co.id

Abstrak
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang sangat komplek baik dari faktor sebab maupun akibatnya.
Oleh sebab itu, kemiskinan juga bersifat multidimensi. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Sosial telah mengembangkan program penanggulangan kemiskinan. Salah satu dari program tersebut
adalah Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Program ini menggunakan kelompok sebagai pendekatan
dalam mengembangkan dan merubah perilaku di kalangan keluarga miskin guna meningkatkan standar
kehidupan mereka baik aspek ekonomi maupun sosial. Penggunaan kelompok sebagai modalitas dan
strategi perubahan keluarga dan masyarakat mempunyai dasar teori dalam profesi pekerjaan sosial.
Oleh karena itu, KUBE harus dipahami sebagai sebuah pendekatan dan strategi untuk perubahan dan
peningkatan kesejahteraan keluarga.

Kata kunci: kemiskinan, pendekatan, kelompok

Abstract
Poverty is complex sosial problem especially in term of cause and effect factors. That way, poverty
also has a multidimentional aspect. Goverment of Indonesia through the Ministry of Sosial Affairs has
develop the Poverty Reducation Program. One of the program is Kelompok Usaha Bersama (KUBE). This
program using the group as apporach to develop and changed behavior among poor family to improve the
standard of living both econimic and sosial aspect. Using a group as modalities and strategy for family and
community change have theoritical based in sosial work profession. Therefor, KUBE must be understood
as an approach and strategy to change and improvement of family welfare.

Key words: poverty, approaches, group

PENDAHULUAN penduduk miskin.


Kemiskinan merupakan fenomena Terlepas dari pedebatan yang berkaitan
sosial yang sampai saat ini masih menjadi dengan definisi dan data penduduk miskin
perdebatan berbagai pihak, baik kalangan tersebut, sampai tahun 2011 penduduk miskin
akademisi, birokrasi, elit politik, maupun di Indonesia masih cukup besar dibandingkan
praktisi pembangunan. Perdebatan dimaksud dengan jumlah penduduk. Berdasarkan data
masih berkisar pada definisi, indikator, dan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2011
data (populasi). Badan Pusat Statistik sebagai penduduk miskin di Indonesia berjumlah
lembaga resmi pemerintah yang berwenang 30,02 juta jiwa atau 12,49 persen. Selanjutnya
mengeluarkan data kemiskinan, tidak luput dilaporan oleh BPS juga, bahwa penduduk
dari kritik, dan mengundang perdebatan yang yang hampir miskin berjumlah 72,12 juta jiwa.
berlarut-larut ketika mengumumkan data Sementara itu, menurut Pusat Data dan Informasi

Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012 65


Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos), program-program penaggulangan kemiskinan
berdasarkan data tahun 2011 populasi fakir diselenggarakan oleh 18 kementerian dan
miskin berjumlah 7,76 jiwa. Populasi penduduk lembaga negara. Diharapkan dengan banyaknya
miskin, fakir miskin dan hampir miskin tersebut instansi pemerintah yang menyelenggaran
tentu tidak statis. Artinya, kemungkinan besar program-program penanggulangan kemiskinan
angka tersebut akan mengalami pergerakan tersebut, jumlah penduduk miskin di Indonesia
cenderung meningkat, apabila dikaitkan dengan cepat terentaskan.
pertumbuhan perekonomian nasional saat ini.
Kesungguhan negara dan pemerintah dalam
Kondisi tersebut ditambah dengan jumlah
penaggulangan kemiskinan, ditunjukkan dengan
pengangguran terbuka masih sebesar 8.12 juta
diundangkannya Undang-Undang Nomor 13
(BPS, 2011), terjadinya bencana alam dan
Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin.
bencana sosial di beberapa wilayah di Indonesia.
Secara jelas tersurat, bahwa di dalam Undang-
Selain data kuantitatif yang masih cukup Undang tersebut Kementerian Sosial diposisikan
besar, permasalahan terkait dengan kemiskinan sebagai leading sector. Sebagaimana diketahui,
yaitu lahirnya berbagai permasalahan sosial. bahwa selama ini penanganan kemiskinan
Permasalahan-permasalahan sosial yang berakar ditangani oleh 18 instansi pemerintah. Oleh
dengan kemiskinan, antara lain balita dan anak karena itu, amanat Undang-Undang tersebut
telantar, anak dengan gizi buruk, anak jalanan, merupakan tantangan yang cukup berat bagi
anak yang dieksploitasi diperlakukan salah, Kementerian Sosial. Posisi leading sector, akan
diperdagangkan dan dilacurkan, wanita tuna mendorong 17 intansi pemerintah yang lain
susila, perdagangan perempuan, gelandangan untuk “berkiblat” ke Kementerian Sosial dalam
dan pengemis, tindak kekerasan dalam penyelenggaraan program penaggulangan
keluarga dan tindakan kriminal dan anarkis. kemiskinan. Namun demikian sangat ironis,
Oleh karena itu, dalam perspektif pekerjaan meskipun Kementeria Sosial sebagai leading
sosial, kemiskinan merupakan masalahan sosial sector, hanya memperoleh anggaran APBN
yang bersifat multi-dimensional. Dimensi- sebanyak 0.2 persen dari total anggaran nasional
dimensi di dalam konsep kemiskinan, yaitu untuk program penanggulangan kemiskinan.
berdimensi sosial, budaya, ekonomi, budaya,
Program Penanggulangan Kemiskinan
politik dan hukum. Implikasi dari sifat yang
pada Kementerian Sosial, dilaksanakan dengan
multi-dimensional tersebut, maka penanganan
pendekatan kelompok, atau yang dikenal
kemiskinan menghendaki pelibatan berbagai
dengan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
ilmu dan keahlian atau multi-disipliner.
Program ini mengundang kritik dari berbagai
Penanggulangan kemiskinan di Indonesia pihak, terutama Bappenas - karena sampai
sesungguhnya diamanatkan oleh para pendiri saat ini efektivitasnya masih dipertanyakan.
negara, sebagaimana tercantum di dalam Undang- Pada Seminar Nasional Penanggulangan
Undang Dasar 1945 Pasal 34, yang berbunyi Kemiskinan: KUBE sebagai Media Peningkatan
:”Fakir Miskin dan Anak Terlantar dipelihara Kesejahteraan, Keberdayaan dan Kemandirian
oleh Negara”. Berdasarkan amanat tersebut, di Hotel Accacia Jakarta tanggal 5 Oktober 2011,
maka Kementerian Sosial sebagai salah satu Bappenas mempertanyakan efektivitas KUBE.
instansi pemerintah, mengembangkan kebijakan Pada seminar tersebut, Bappenas menyampaikan
dan program penanggulangan kemiskinan. laporan hasil uji petik di Kota Kendari, Malang
Mengingat populasi penduduk miskin masih dan Pasuruan. Hasil uji petik menunjukkan,
cukup besar, maka dalam perkembangannya bahwa banyak permasalahan mendasar yang

66 Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012


ditemukan di lapangan seperti distribusi demikian, kemiskinan tidak hanya menyangkut
bantuan, pendampingan, pengelolaan usaha dan persoalan-persoalan kuantitatif, tetapi juga
pengendalian. KUBE dipaksakan diintegrasikan persoalan-persoalan kualitatif (Nugroho, 1995).
dengan PKH, padahal kedua program tersebut
Sesuai dengan isu yang diangkat dalam
memiliki sasaran dan karaterisitik yang berbeda.
tulisan ini, maka konsep kemiskinan akan
Karena itu, Bappenas mengeluarkan peringatan
dilihat dari aspek sosio-kultural. Berkaitan
yang cukup keras, bahwa skema P2K-KUBE
dengan aspek sosio-kultural, Soemardjan
perlu perbaiki.
(1997) mengemukakan, bahwa salah satu
Temuan dari uji petik Bappenas tersebut tipologi kemiskinan adalah budaya kemiskinan.
tidak jauh berbeda dengan temuan tim peneliti Istilah kemiskinan budaya adakalanya dipakai
Puslitbang Kesejahteraan Sosial (Suradi dan secara terbalik menjadi budaya kemiskinan.
Mujiyadi, 2009). Penelitian evaluasi yang Kemiskinan budaya adalah tata hidup yang
mengambil sampel lokasi di Kalimantan Barat, mengandung sistem kaidah serta sistem nilai
Lampung, Sulawesi Utara dan Jawa Timur tersebut, yang menganggap bahwa taraf hidup miskin
menemukan data dan informasi yang menunjukkan yang disandang suatu masyarakat pada suatu
belum efektifnya P2K-KUBE melalui Bantuan waktu adalah wajar dan tidak perlu diusahakan
Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) dilihat perbaikannya. Kemiskinan yang diderita oleh
dari aspek konteks, input, proses dan produk. Tim masyarkaat itu dianggap sudah menjadi nasib
kemudian memberikan rekomendasi, yaitu review dan tidak mungkin diubah, karena itu manusia
konsep dan desain program, penajaman kriteria dan masyarakat harus menyesuaian diri dari
sasaran, mengoptimalkan supervisi, monitoring kemiskinan itu, agar tidak merasa keresahan jiwa
dan evaluasi. Namun demikian, hasil penelitain atau frustrasi serta berkepanjangan. Manusia
tersebut belum memperoleh respon oleh unit kerja dan masyarakat menyerah kepada nasib dan
terkait. besikap tidak perlu mengguanakan sumber daya
lingkungannya untuk mengubah nasib itu.
Tulisan ini dimaksudkan untuk
memberikan landasan teoritis berkaitan dengan Sejalan dengan pemikiran Soemardjan di
penaggulangan kemiskinan dengan model atas, Nugroho (1995) mengemukakan, bahwa
KUBE. Konsep KUBE yang selama ini dipahami kemiskinan memiliki dimensi ekonomi atau
sebagai ‘media’ atau ‘wadah’ kegiatan usaha material, sosial dan budaya, dan struktural atau
dari keluarga miskin, sesungguhnya memiliki politik. Menurutnya, pada lapisan masyarakat
pengertian yang lebih luas, apabila dilihat dari yang secara ekonomis miskin akan berbentuk
perspektif metode pekerjaan sosial. kantong-kantong kebudayaan yang disebut
budaya kemiskinan demi kelangsungan hidup.
PEMbAHASAN Budaya kemiskinan ini dapat ditunjukkan
dengan terlembaganya nilai-nilai seperti apatis,
Urgensi Pendekatan Kelompok apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan dan lain-
Kemiskinan bukan semata-mata lain. Kemudian di dalam teori konvensional,
permasalahan ekonomi, akan tetapi juga kemiskinan terkait dengan faktor-faktor
permasalahan sosial dan psikologis. Oleh sebab struktural, termasuk “budaya” atau “gaya hidup”
itu, akan timbul kesulitan ketika fenomena malas. Teori-teori itu bahkan sudah menjadi
kemiskinan diobyektifkan dalam bentuk angka- “mitos”, sehingga mengilhami sosiolog Syed
angka, seperti dalam penentuan garis kemiskinan Husein Alatas menulis buku yang kini sudah
yang sampai kini masih diperdebatkan. Dengan menjadi klasik, The Myth of the Lazy Natives,

Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012 67


mitos tentang kaum bumi putra pemalas (Azra, Pengertian Kelompok
2005), Menurut Brigham yang dikutip oleh Wilgino
Paul Horton dan Cheaster l. Hunt (2006), kelompok adalah dua orang atau lebih
(1980) yang dikutip oleh Susanto (1984), yang berinteraksi dan saling mempengaruhi satu
mengemukakan beberapa nilai sosial dan budaya sama lain dan memiliki kepentingan dan tujuan
yang khas pada rumah tangga miskin, yaitu : yang hendak dicapai bersama (group is two or
more people who interest with and influence
1. Situasi keluarga dengan ibu sebagai each other and are ied together by common
fokus kehidupan keluarga, pengelola dan
interest or goals). Kemudian menurut Bass yang
pengendali rumah tangga.
dikutip Shaw (Walgino, 2006), kelompok adalah
2. Sikap agresif - fisik. kumpulan individu-individu yang keberadaan
3. Ketidakmampuan merencanakan hari depan sebagai perkumpulan tersebut memberi manfaat
dan mengutamakan apa yang dapat dicapai bagi individu-individu (group is a collective of
dalam jangka pendek. individuals whose existence as a collection is
4. Sikap memberi reaksi impulsif - emosional. rewarding to individuals).
5. Sikap fatalistik/pasrah terhadap kehidupan Berdasarkan definisi tersebut, maka di
masa kini dan masa depan. dalam konsep kelompok terdapat beberapa
Berdasarkan pengertian tentang unsur, yaitu individu-individu, interaksi dan
kemiskinan tersebut, bahwa seseorang menjadi saling ketergantungan, ada kepentingan dan
miskin dipengaruhi oleh faktor sosio-kultural. tujuan yang hendak dicapai bersama, serta ada
Faktor tersebut berasal dari dalam diri mereka manfaat bagi individu-individu sebagai anggota.
sendiri, baik sebagai individu, kelompok Keberadaan kelompok bukan sekadar wadah,
maupun komunitas. Nilai-nilai yang telah tetapi sebagai alat atau agen perubahan untuk
terlembaga cukup lama, akan membentuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi setiap
siklus atau lingakaran setan (vircius sircle) yang individu.
menghambat orang miskin keluar dari situasi
Dikemukakan oleh Irfan (2011), bahwa
atau kondisi yang dihadapi. Lingkaran setan
suatu kelompok sosial memiliki ciri-ciri sebagai
kemiskinan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
berikut :
1. Memiliki motif yang sama antara individu
satu dengan yang lain. (menyebabkan
interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan
yang sama
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang
berlainan antara individu satu dengan yang
lain (akibat yang ditimbulkan tergantung
rasa dan kecakapan individu yang terlibat)
3. Adanya penugasan dan pembentukan
struktur atau organisasi kelompok yang jelas
dan terdiri dari peranan serta kedudukan
masing-masing.
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah
Gambar 1 : Lingkaran Setan Kemiskinan Perspektif Sosio-
Kultural
laku anggota kelompok yang mengatur

68 Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012


interaksi dalam kegiatan anggota kelompok (Alim, 2012). Dua kriteria tersebut adalah :
untuk mencapai tujuan bersama.
1. Sosial control adalah satu anggota dapat
Kemudian menurut Wibawa (2010), ciri- mempengaruhi anggota yang lain. Ketidak
ciri suatu kelompok sosial adalah : mampuan anggota dalam mengambil
suatu beban sendiri dalam mempengaruhi,
1. Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat
sehingga dia membutuhkan anggota yang
dibedakan dari kelompok atau kesatuan
lain untuk menanggung beban yang sama,
manusia yang lain.
kecuali bila anggota tersebut mempunyai
2. Memiliki struktur sosial yang setiap power tersendiri.
anggotanya memiliki status dan peran
2. Sosial coparison downward adalah
tertentu. Kelangsungan hidup kelompok
kemampuan individu dalam menghasilkan
tersebut tergantung pada kesungguhan para
atau berbuat sesuatu untuk anggota
anggotanya dalam melaksanakan perannya.
kelompok. Sehingga dia dapat merasakan
3. Memiliki norma-norma yang mengatur perasaan lebih baik dari pada anggota yang
hubungan diantara para anggotanya. lain. Karena sesungguhnya bukan satu orang
4. Memiliki kepentingan bersama. yang merasa lebih baik atas segalanya dalam
5. Adanya interaksi dan komunikasi diantara suatu kelompok, tetapi bagaimana anggota
para anggotanya. kelompok yang lain dapat memberikan
inspirasi untuk dirinya. Sehingga akan
Seseorang bersedia masuk ke dalam mucul suatu kepuasan bagi anggota tersebut.
kelompok, karena kelompok tersebut diyakini
dapat memberikan kepuasan. Dikemuakkan oleh Fungsi dan Peranan Kelompok
Alim (2012), ada beberapa kriteria kelompok
Kelompok dibangun dalam upaya memenuhi
yang dapat menimbulkan kepuasan anggotanya,
kebutuhan masyarakat. Setiap kelompok pada
yaitu :
umumnya memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1. Sosial bonding, yaitu dimana kelompok
1. Menjalin hubungan sosial antar anggota
tersebut menyenangkan bagi anggotanya.
dan kelompok. Bagaimana individu dalam
Sehingga anggota tersebut merasa senang
suatu kelompok dapat berhubungan sosial
menjadi bagian dari kelompok.
tanpa berkomunikasi atau sejauhmana suatu
2. Sosial comparison-upward, yaitu dimana kelompok dapat memelihara hubungan
suatu anggota merasa terinspirasi oleh sosial di antara anggota dengan anggota
anggota yang lain, sehingga dia dapat ataupun anggota dengan kelompok.
melakukan sesuatu seperti yang dilakukan
2. Pendidikan atau edukasi. Hal ini berkaitan
oleh anggota yang menjadi inspirasinya.
dengan pertukaran informasi antar anggota.
3. Sosial esteem, yaitu terwujudnya suatu harga Melalui fungsi ini kebutuhan anggota akan
diri anggota dikarenakan dia telah menjadi informasi dapat terpenuhi. Dan secara
satu dengan anggota-anggota yang lain, tidak langsung kemampuan para anggota di
dari sinilah akan muncul harga diri suatu bidangnya masing-masing dapat membawa
kelompok. pengetahuan baru atau justru membawa
4. Sosial learning, yaitu dimana anggota keuntungan untuk para anggota lainnya
tersebut merasa mendapat suatu pelajaran ataupun bagi kelompok.
yang berarti dalam kelompok yang 3. Kemampuan persuasi. Hal ini berkaitan
dimasukinya. dengan komunikasi yang bersifat ajakan
Tetapi terdapat dua kriteria yang kurang kepada anggota kelompok untuk bersikap
dapat memuaskan suatu anggota kelompok dan perilaku orang lain sebagaimana yang

Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012 69


diharapkan. Melalui fungsi ini, anggota 4. Menciptakan iklim demokratis dalam
kelompok akan memperoleh pengetahuan kehidupan masyarakat dengan memungkinkan
baru, sehingga secara sadar melakukan setiap individu memberikan masukan,
perubahan terhadap sikap dan perilakunya berinteraksi, dan memiliki peran yang sama
sebagimana diharapkan kelompok. Persuasi dalam masyarakat.
ini dapat menciptakan iklim yang positif di Berdasarkan fungsi kelompok tersebut,
dalam kelompok.
maka secara umum kelompok memiliki
4. Pemecahan masalah problem solving. sejumlah peranan, yaitu :
Hal ini berkaitan erat dengan jalan-jalan
alternatif dari para anggota kelompok untuk 1. Memberikan media atau memfasilitasi
memecahkan masalah. Keuntungan problem setiap anggota kelompok untuk melakukan
solving dalam kelompok adalah : hubungan sosial satu sama lain.

a. Banyak orang -banyak masukan atau 2. Memberikan kesempatan kepada para


pendapat anggota untuk memperoleh pengetahuan,
pengalaman baru dan sumber-sumber
b. Berkaitan dengan fungsi no. 2. Latar ekonomi.
belakang pendidikan yang berbeda
memungkinkan pemasukan jalan 3. Memberikan iklim yang kondusif, sehingga
alternatif dari banyak sudut pandang, setiap anggota kelompok memiliki kesadaran
sehingga akan lebih bijaksana dalam untuk melakukan perubahan pada sikap dan
pengambilan suatu keputusan. perilakunya sesuai harapan kelompok.

5. Terapi. Hal ini berkaitan dengan pemecahan 4. Membantu para anggota kelompok untuk
masalah yang bersifat individual pada memecahkan masalah yang mereka hadapi,
anggota kelompok. Individu sebagai baik masalah yang bersifat individual
anggota kelompok yang memiliki masalah maupun bersifat kolektif.
yang sama diminta untuk saling terbuka
dalam mengungkapkan permasalaahan Kelompok sebagai Modalitas
yang dihadapi. Kelompok ini membutuhkan Dilihat dari pengaruh langsung yang
pemimpin sebagai pengatur atau penengah ditimbulkannya, pendekatan pekerjaan sosial
jika terjadi konflik atau perbedaan pendapat. dibedakan menjadi dua, yaitu langsung
(http://psikologikelompok.wordpress.com, (direct-approarch) dan pendekatan tidak
2012). langsung (indirect-approarch). Pendekatan
Kemudian menunrut Kamanto (1992), langsung meliputi pekerjaan dengan individu,
fungsi dari kelompok antara lain : pekerjaan dengan kelompok dan pekerjaan
dengan organisasi dan masyarakat. Sedangkan
1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan
pendekatan tidak langsung meliputi kebijakan
dalam mengatasi persoalan hidup.
sosial, penelitian sosial dan administrasi sosial.
2. Memudahkan pekerjaan.
Khusus pendekatan kelompok atau lebih
3. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan
dikenal dengan groupwork, didefinisikan oleh
pemecahan masalah dan mengurangi beban
Skidmore, Thackeray dan Farley yang dikutip
pekerjaan yang terlalu besar, sehingga
selesai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah oleh Adi (2005), yaitu :
satunya dengan membagi pekerjaan besar A method of working with people in groups
sesuai bagian kelompoknya masing-masing (two or more people) for the enhancement of
atau sesuai keahlian. sosial functioning and for the achievement of
sosially desirable goals. Groupwork is based on

70 Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012


the knowledge of people’s needs for each other mengatasi masalah yang dihadapi. Jenis dari
and their interdependence. Groupwork is a group work yang termasuk dalam perspektif
methode of reducing or eliminating roadblocks ini, antara lain (a) sosial control groupwork
to sosial interaction and for accomplishing dan (b) therapitec groupwork.
sosially desirable purposes. 2. Perspektif resiprokal dikenal juga dengan
orientasinya yang bersifat transisional yang
Menurut definsisi tersebut, groupwork
menjembatani perspektif remedial dan
adalah sebuah metode yang bekerja dengan
perspektif tujuan sosial. Disebut transisional
orang di dalam suatu kelompok (dua atau karena pada satu sisi perspektif ini terkait
lebih orang) untuk peningkatan keberfungsian dengan upaya untuk mengatasi masalah
sosial, dan untuk pencapaian tujuan sosial yang dihadapi individu seperti mereka
yang diinginkan. Groupwork didasarkan pada yang terlibat dalam upaya penyembuhan
pengetahuan tentang kebutuhan masyarakat masalah kecanduan narkoba), di sisi yang
yang saling ketergantungan satu sama lain. lain pendekatan ini juga mengarah pada
Groupwork adalah metode untuk mengurangi upaya perubahan sosial. Beberapa jenis dari
atau menghilangkan hambatan interaksi groupwork yang termasuk dalam perspektif
sosial dan untuk mencapai tujuan sosial yang ini adalah (a) self help dan independend group
diinginkan. in work, dan (b) organisasional group work.
3. Perspektif yang berorientasi pada tujuan
Definisi groupwork tersebut jauh berbeda
sosial merupakan metode groupwork yang
dengan pengertian yang dikembangkan pada
berorientasi politis atau pembangunan
Direktorat Penanggulangan Kemiskinan yang progresif yang diarahkan pada upaya
Perdesaan maupun Perkotaan, dimana pembentukan kesadaran sosial masyarakat.
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang Dalam kelompok ini juga seringkali terdapat
hakikatnya sebagai groupwork, hanya asumsi bahwa kelompok yang mereka
merupakan sebuah “wadah” kegiatan sosial dan kembangkan mempunyai tanggung jawab
ekonomi bagi keluarga miskin. Pemahaman ini sosial untuk melakukan perubahan sosial
tentu membawa implikasi, dimana KUBE dalam kearah kehidupan yang lebih baik. Beberapa
desain program penanggulangan kemiskinan jenis metode groupwork dengan perspektif
ditempatkan sebagai tujuan program, dan bukan ini adalah (a) community development
sebagai metode perubahan sikap dan perilaku groupwork, (b) conscientation groupwork
sosial keluarga miskin. Hal ini dapat dicermati atau liberatory groupwork, dan (c) sosial
dari indikator keberhasilan program dan action dan sosial movement groupwork.
kegiatan yang ditetapkan. Pendekatan kelompok digunakan dalam
usaha perubahan, karena kelompok memiliki
Berkaitan dengan groupwork sebagai
ciri-ciri dan fungsi yang efektif dalam
sebuah metode perubahan, menurut Benyamin,
membantu individu-individu, terkait dengan
Bessant dan Watts yang dikutip oleh Adi (2005),
proses sosialisasi. Pada proses sosialisasi
ada tiga perspektif, yaitu :
tersebut, antar individu akan terjadi saling
1. Perspektif yang berorientasi penyembuhan, belajar sosial yang berkaitan dengan pola pikir
adalah bentuk groupwork yang didesain (mindset), sikap (attitude) dan perilaku sosial
untuk memperbaiki atau menyembuhkan (behavior). Sehubungan dengan itu, pendekatan
suatu disfungsi sosial. Tujuan metode group kelompok sangat tegat untuk digunakan dalam
work dengan pespektif ini adalah membantu perubahan perilaku sosial orang. Berkaitan
seseorang untuk belajar berbuat sesuatu yang
dengan itu, Hasugian (2008) mengemukakan,
dapat digunakan untuk memperbaiki atau

Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012 71


bahwa pendekatan kelompok atau groupwork masalah-masalah atau situasi-situasi mereka.
tepat dilakukan dengan keyakinan, bahwa : 5. Memberikan kesempatan kepada para
1. Orang yang mempunyai masalah atau status anggota kelompok agar mengadakan
yang sama dapat saling membantu dengan hubungan dengan kelompok-kelompok
cara yang paling baik. lainnya di dalam masyarakat untuk tujuan
peningkatan pemahaman masyarakat dan
2. Orang mempunyai tanggungjawab terhadap
pelayanan-pelayanan yang terdapat di
orang lain.
dalamnya. Kegiatan semacam ini diharapkan
3. Suatu kelompok dapat menjadi suatu juga dapat meningkatkan kepercayaan
sarana yang efektif untuk membantu para anggota kepada diri sendiri dan memperkuat
anggotanya agar menerima diri mereka loyalitas mereka terhadap kelompok maupun
sendiri menurut apa adanya dan memecahkan tujuan-tujuannya.
masalah-masalah, sehingga mereka dapat
meningkatkan harga diri mereka. Implementasi Pendekatan Kelompok
4. Orang dapat memperoleh kepuasan pribadi Implementasi pendekatan kelompok dalam
dan harga diri karena membantu orang lain. penanggulangan kemiskinan dapat dilihat pada
5. Keyakinan akan pentingnya model peranan Program Penanggulangan Kemiskian (P2K)
dari seorang anggota kelompok yang telah yang dikembangkan Kementerian Sosial.
berhasil baik memecahkan masalahnya. Pendekatan kelompok yang menjadi icon
6. Seorang anggota kelompok yang baik akan Kementerian Sosial dimaksud, yaitu Kelompok
selalu siap untuk membantu anggota lain Usaha Bersama atau lebih dikenal dengan
kalau diperlukan. KUBE. Empat kegiatan yang dikembangkan di
Kelompok seperti tersebut di atas cenderung dalam P2K, yaitu :
mengurangi peran pimpinan kelompok. 1. KUBE penumbuhan (KUBE)
Kelompok ini diorganisasi atas partisipasi
Penanggulangan kemiskinan yang diarahkan
kelompok secara demokratis. Para anggota pada pengelolaan usaha ekonomis produktif
didorong agar mengambil tanggungjawab (UEP). Pembentukan KUBE penumbuhan
sebesar mungkin di dalam kelompok. Kemudian ini melalui beberapa mensimen, yaitu
strategi dan teknik-teknik umum dari pendekatan melalui (1) dana dekonsentrasi bersumber
kelompok menurut Hasugian (2008) adalah : APBN, dana bersumber APBD, dan dana
1. Memberikan perasaan diterima dan menjadi bersumber swadaya masyarakat.
bagian dari kelompok kepada para anggota. 2. KUBE pengembangan (KUBE-BLPS)
2. Memberikan dukungan moral dengan Kegiatan ini merupakan lanjutan dari
pengertian bahwa para anggota mempunyai kegiatan KUBE penumbuhan. Oleh
masalah atau status yang sama. karena itu, syarat utama penerima KUBE
pengembangan atau Bantuan langsung
3. Memberikan kesempatan kepada para
Pemberdayaan sosial (KUBE-BLPS) adalah
anggota agar mengutarakan masalah-
sudah mengelola KUBE penumbuhan.
masalah mereka, saling membicarakan
Meskipun demikian, tidak semua KUBE
perasaan-perasaan, menerima nasehat-
penumbuhan secara otomatis mendapatkan
nasehat tentang pemecahan masalah sosial
stimulan pengembangan (KUBE-BLPS).
dari anggota-anggota yang lain.
Stimulan pengembangan diprioritaskan
4. Memberikan model-model peran yang pada KUBE penumbuhan yang dinilai
diambil dari anggota kelompok yang berkembang, baik dari sisi ekonomi maupun
telah berhasil baik dalam penanggulangan aktivitas sosial.

72 Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012


3. KUBE penguatan (KUBE-LKM) kelompok Anggota KUBE memiliki kewajiban-
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kewajiban sebagai anggota kelompok, seperti
KUBE pengembangan (KUBE-BLPS). mengikuti pertemuan kelompok, membayar
Oleh karena itu, syarat utama peserta iuran kesetiakawanan sosial, dan kewajiban-
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah kewajiban lain yang sudah disepakati melalui
sudah mengelola KUBE-BLPS. Meskipun musyawarah dalam kelompok. Sehubungan
demikian, tidak semua KUBE-BLPS secara dengan itu, maka eksistensi pendampingan
otomatis mendapatkan stimulan melalui sosial menjadi sangat penting dan strategis,
LKM. Stimulan melalui LKM diprioritaskan karena ia akan memfasilitasi anggota kelompok
pada KUBE-BLS yang memiliki komitmen
melakukan perubahan sikap dan perilaku sosial.
sebagai anggota LKM, dan jumlahnya
minimal 10 KUBE di tingkat kecamatan.
4. Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layah KESIMPULAN
Huni dan Sarana Prasarana Lingkungan. Kemiskinan memiliki sifat multi-
Kegiatan ini dimaksaudkan untuk dimensional, karena di dalamnya meliputi aspek
memberikan bantuan rumah dan permukiman sosial, ekonomi, psikis, budaya, dan politik.
yang layak huni bagi keluarga miskin. Oleh karena itu, penanggulangan kemiskinan
Kegiatan ini menggunakan mekanisme tidak dapat mengandalkan satu pendekatan
kelompok, yang setiap kelompoknya terdiri dan strategi saja. Tetapi diperlukan berbagai
dari 5 - 10 orang. Setiap keluarga miskin pendekatan dan strategi yang dikembangkan
menerima dana bantuan untuk renovasi
dari berbagai perspektif keilmuan.
rumah, dimana pembangunannya dikerjakan
secara berkelompok. Di dalam perspektif pekerjaan sosial,
Berdasarkan tinjauan teoritis tentang dikenal dengan metode group work. Metode
esensi dan urgensi kelompok, maka pendekatan ini dikembangkan untuk memecahkan masalah
yang ditempuh Kementerian Sosial dalam yang dihadapi individu dengan memanfaatkan
penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya potensi dan sumber pada kelompok. Hal ini
sudah tepat. Permasalahannya, implementasi didasarkan pada hakikat kelompok, yaitu
KUBE ada kesan memaksa keluarga miskin sekumpulan orang yang saling mempengaruhi
untuk mengelola Usaha Ekonomis Produktif dan saling memberikan manfaat satu sama lain.
(UEP) secara bersama dalam satu kelompok. Oleh karena itu, KUBE yang dikembangkan
Akibatnya, tidak sedikit KUBE yang berhenti dan menjadi icon Kementerian Sosial,
di tengah jalan dengan alasan (1) kesulitan sesungguhnya sudah memiliki dasar teoretis.
mengatur anggota, (2) pembagian hasil Tetapi pemahaman KUBE masih perlu diperluas,
tidak adil, (3) biaya operasional lebih tinggi bukan hanya sebagai “wadah” kegiatan, tetapi
dibandingkan hasil usaha, dan (4) tidak semua sebagai pendekatan dan strategi perubahan bagi
anggota memiliki minat terhadap UEP yang keluarga miskin ke arah taraf hidup yang lebih
dikelola (Suradi dan Mujiyadi, 2009). baik.

Berdasarkan temuan penelitian Suradi dan


***
Mujiyadi (2009) tersebut, maka kelompok atau
KUBE tetap dapat digunakan sebagai pendekatan
dalam perubahan sikap dan perlaku sosial. Usaha
ekonomi tidak dikelola secara kelompok, tetapi
dikelola secara individu dengan manejemen

Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012 73


DAFTAR PUSTAKA Dewanta dkk (Ed), Kemiskinan dan
Kesenjangan di Indonesia, Yogyakarta :
Adi, I.R. (2005). Ilmu Kesejahteraan Sosial
Aditya Media.
dan Pekerjaan Sosial : Pengantar Pada
Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan. Soemardjan, S. (1997). Kemiskinan dalam
Jakarta. Universitas Indonesia Press. Persektif Sosiologi. Jurnal Sosiologi,
Jakarta. Ikatan Sosiologi Indonesia.
Alim, M.B. (2012). Fungsi Kelompok Untuk
Anggotanya. http://www. psikologizone. Sumodiningrat, G. (2009). Mewujudkan
com, didownload, 9 Februari 2012. Kesejahteraan Bangsa : Menanggulangi
Kemiskinan dengan Prinsip Pemberdayaan
Azra, A.(2005). Bangun Pagi dan Kemiskinan.
Masyarakat, Jakarta : PT Alex Media
Republika, 30 Juni 2005.
Komputindo Susanto , Astrid, 1985,
Badan Pusat Statistik. (2011). Data Penduduk
Sunarto, Kamanto. (1992). Sosiologi Kelompok.
Miskin di Indonesia. Jakarta.
Jakarta. Pusat Antar Universitas Ilmu-Ilmu
Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Sosial Universitas Indonesia.
Perkotaan. (2011). Pedoman
Suradi (ed) (2009). Kemiskinan dan Politik
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.
Pembangunan Sosial, Yogyakarta : Citra
Jakarta.
Media.
Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perdesaaan
Suradi dan Mujiyadi.B. (2009). Pemberdayaan
(2011). Pedoman Penanggulangan
Masyarakat Miskin : Studi Evaluasi di
Kemiskinan Perdesaaan. Jakarta.
Empat Provinsi. Jakarta. P3KS Press.
Hasugian, F. Penerapan Case Work dan Group
Susanto, A. (1984). Sosiologi Pembangunan.
Work Terhadap Warga Binaan Bekas
Jakarta. Bina Cipta.
Hukuman. Informasi, Nomor 01/2008.
Puslitbang Kesos. Jakarta. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang
Penanganan Fakir Miskin.
http://psikologikelompok.wordpress.com,
didownload 9 Februaru 2012. Wibawa.(2010). Ciri - Ciri Kelompok Sosial.
http://wibawa-rian.blogspot.com/2010/10/
Irfan. (2011). Ciri-ciri Kelompok Sosial.
ciri-ciri-kelompok-sosial.html.
Jakarta. http://irfan-student.blogspot.
com/2011/10/ciri-ciri-kelompok-sosial. Walgino, Bimo, 2006, Psikologi Kelompok,
html. Yogyakarta : ANDI press.
Nugroho, H. (1995). Kemiskinan, Ketimpangan
dan Pemberdayaan, dalam Awan Setya

74 Informasi, Vol. 17, No. 02 Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai