ID Faktor Risiko Tumorkanker Rongga Mulut Dan Tenggorokan Di Indonesia Analisis Ris
ID Faktor Risiko Tumorkanker Rongga Mulut Dan Tenggorokan Di Indonesia Analisis Ris
Abstrak
Latar belakang: Tumor/kanker rongga mulut ditemukan sekitar 2-5% dari seluruh keganasan. Angka kematiannya 2-3%
dari seluruh kematian akibat keganasan. Tujuan: penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi serta faktor-faktor
yang mempengaruhi tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan di Indonesia. Metode: Desain penelitian ini adalah
kasus kontrol. Data diambil dari data individu Riset Kesehatan Dasar 2007. Kasus adalah semua responden yang
menderita tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan. Kontrol adalah responden yang tidak menderita tumor/kanker
pada anggota tubuh lain. Perbandingan kasus dan kontrol adalah 1 : 4 yang dipadankan dengan kabupaten kasus. Hasil:
7HUGDSDW NDVXV WXPRU NDQNHU URQJJD PXOXW GDQ WHQJJRURNDQ SUHYDOHQVL Å NRQWURO GLDPELO VHEDQ\DN
orang. Jumlah kasus terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Ada 5 provinsi yang tidak ditemukan adanya kasus
yaitu Provinsi Jambi, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Ditemukan OR suaian kelompok umur 11-
20 tahun sebesar 2,5 dengan 95% CI 1,3-4,9 dibanding dengan umur 60 tahun atau lebih. Merokok/menyirih mempunyai
OR suaian 1,6 dengan 95% CI 1,1-2,3 dibanding yang tidak merokok. Kebersihan mulut kurang mempunyai OR suaian
2,3 dengan 95% CI 1,4-3,9 dibanding dengan kebersihan mulut baik. Kesimpulan: Ditemukan hubungan yang bermakna
antara umur, merokok/menyirih dan kebersihan mulut dengan tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan.
Kata kunci: prevalensi, tumor/kanker, rongga mulut dan tenggorokan, Riskesdas 2007
Abstract
Background: Globally, oral cancer is counted about 2-5% from all malignancies. The death rate of the disease is about 2-
3% from all cancer related mortalities. Objective: The aim of this study was to estimate prevalence and risk factors of
nasopharyngeal cancer (NPC) in Indonesia. Method: Study design was case control. Data was retrieved from individual
data of Indonesia Basic Health Research 2007. Cases were all respondents who suffered NPC. Controls were all
respondents who did not suffer the disease. The proportion ratio between cases and controls was 1 : 4, and they were
matched based on their regency (kabupaten). Result: There were 203 cases of NPC (prevalence was 0.2Å), and 802
controls were retrieved from the study population. The majority of NPC cases were found in Central Java Province.
There were five provinces where none of cases was found; these provinces were: Jambi, West Sulawesi, North Maluku,
West Papua and Papua. The adjusted OR of NPC for respondents aged 60 years or older was 2.5 (95% CI 1.3-4.9)
higher than those aged 11-20 years. Smoking and betel nut chewing (menyirih) have an adjusted OR of NPC as much as
1.6 (95% CI 1.1-2.3) when never smoker became the reference class. And the adjusted OR of NPC for respondents with
poor oral hygiene was 2.3 (95% CI 1.4-3.9) when respondents with good oral hygiene became the reference class.
Conclussion: There was paralel and significant association between age, smoking and oral hygiene with NPC.
Keywords: prevalence, cancer, oral and naso-pharyngeal. Basic Health Research 2007
122
Faktor Risiko Tumor/Kanker... (Anna Maria Sirait)
123
Media Litbangkes Vol 23 No. 3, Sept 2013, 122-129
responden yang menderita tumor/kanker rongga (pengakuan dari responden atau yang mewakili).
mulut dan tenggorokan dipisahkan dan dijadikan Variabel independen (bebas) adalah lokasi
menjadi kasus. Dari kumpulan data yang tersisa, tempat tinggal (kota, desa), jenis kelamin.
semua responden yang mengalami tumor/kanker Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang dijalani
lainnya dikeluarkan sehingga tidak ada lagi respon- UHVSRQGHQ 'LNDWHJRULNDQ PHQMDGL ³UHQGDK´ ELOD
den yang mengalami tumor/kanker. Kemudian tidak pernah sekolah sampai tamat SLTP sesuai
kumpulan data ini dikelompokkan berdasarkan dengan wajib belajar ³PHQHQJDK´ ELOD WDPDW 6/7$
kabupaten sesuai dengan kabupaten kasus. Dari GDQ ³WLQJJL´ ELOD WDPDW ' 3HUJXUXDQ 7LQJJL 8PXU
tiap-tiap kabupaten dilakukan pemilihan kontrol dihitung berdasarkan pada ulang tahun terakhir
secara acak (menggunakan program komputer) responden. Kategori umur dibagi menjadi 7
dengan jumlah empat kali besar kasus. kelompok dengan interval 10 tahun. Pekerjaan
Data dianalisis dengan menggunakan ditanyakan khusus pada responden umur 10 tahun
program komputer. Analisis dasar dilakukan untuk atau lebih mengenai pekerjaan utamanya. Pekerjaan
melihat hubungan antara variabel independen, utama adalah pekerjaan yang menggunakan waktu
variabel perancu dengan variable independen. Uji terbanyak responden atau pekerjaan yang
kemaknaan dilakukan dengan uji statistik chi memberikan penghasilan terbesar. Dikelompokkan
square. Sedangkan untuk mengetahui besarnya menjadi Ibu Rumah Tangga, tidak bekerja, sekolah,
risiko dari masing-masing variabel dilakukan pegawai, wiraswasta dan buruh. Merokok adalah
analisis rasio odds dengan menggunakan chi square perilaku merokok atau kebiasaan mengunyah
atau analisis bivariat regresi logistik. Analisis tembakau dalam satu bulan terakhir (merokok
multivariat dengan menggunakan regresi logistik setiap hari maupun merokok kadang-kadang)
dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel Dikategorikan menjadi perokok (³ya´) dan ³tidak
independen dengan variabel dependen dengan merokok´. Pada penelitian ini tidak dirinci siapa
mengontrol pengaruh variabel yang diduga sebagai yang merokok dan siapa yang mengunyah
perancu. Variabel yang diikutkan dalam analisis tembakau (menyirih), karena dalam kuesioner
multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai p digabung menjadi satu. Status ekonomi responden
<0,2513 berdasarkan analisis chi square (X2) atau dihitung dari jumlah pengeluaran rumah tangga
bivariat regresi logistik. Seluruh variabel kandidat yang kemudian dibagi dengan jumlah anggota
dimasukkan ke dalam multivariat regresi logistik, rumah tangga. Data tentang status ekonomi dihitung
kemudian diperiksa apakah di antara variabel ada oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan
perancu dengan cara mengeluarkan satu per satu dikelompokkan menjadi lima, yaitu kuintil satu
variabel yang tidak bermakna dan yang pertama sampai lima. Namun dalam kepentingan analisis ini,
dikeluarkan adalah variabel yang paling besar nilai status ekonomi dikelompokkan lagi menjadi dua,
p-nya. Apabila satu variabel dikeluarkan, harus yaitu kuintil satu dan dua menjadi ³miskin´ sedang
diperhatikan apakah ada perubahan nilai odds ratio kuintil tiga sampai lima menjadi ³tidak miskin´.
(OR) sebesar 10% atau lebih pada variabel yang Kebersihan mulut adalah bila responden mem-
tinggal; jika ada maka variabel tersebut adalah punyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari,
perancu dan harus dipertahankan dalam persamaan. GLNDWHJRULNDQ PHQMDGL ³EDLN´ bila responden setiap
%LOD WLGDN GLWHPXNDQ SHUXEDKDQ 25 • PDND hari menggosok gigi atau membersihkan mulut dan
variabel tersebut dikeluarkan dari persamaan. ³NXUDQJ´ bila tidak melakukan gosok gigi dan
Setelah semua variabel perancu dievaluasi kemu- membersihkan mulut setiap hari.
dian dilakukan pemeriksaan interaksi dengan cara Keterbatasan penelitian:
multiplikasi dua variabel. Jika interaksi memiliki
Tumor/kanker bukan berdasarkan hasil labo-
nilai p <0,05 berarti variabel tersebut harus tetap
ratorium patologi anatomi tetapi hanya pengakuan
ada dalam persamaan, dan bila nilai p •
dari responden atau yang mewakili. Di samping itu
variabel tersebut dapat diabaikan.
tumor/kanker rongga mulut maupun tenggorokan
Variabel dependen (tergantung) adalah tidak dipisahkan berdasarkan lokasi, sehingga tidak
tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan. diketahui berapa kasus tumor bibir, lidah dan
Tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan tidak lainnya karena pada kuesioner digabung menjadi
berdasarkan hasil laboratorium patologi anatomik satu variabel. Pada kuesioner tidak dipisahkan yang
akan tetapi hanya berdasarkan wawancara merokok maupun yang menyirih.
124
Faktor Risiko Tumor/Kanker... (Anna Maria Sirait)
Grafik 1. Jumlah Kasus Tumor/Kanker Rongga Mulut dan Tenggorokan Menurut Provinsi
Di Indonesia, Riskesdas 2007
125
Media Litbangkes Vol 23 No. 3, Sept 2013, 122-129
Tabel 1. Karakteristik Kasus dan Kontrol Tumor/Kanker Rongga Mulut dan Tenggorokan
di Indonesia, Riskesdas 2007
bila diperhatikan Tabel 1 diperoleh bahwa tingkat tenggorokan. Ditinjau dari perilaku merokok
pendidikan berbanding terbalik dengan jumlah responden, persentase yang paling banyak pada
kasus, di mana pada pendidikan rendah ditemukan kelompok kasus maupun kontrol adalah yang tidak
kasus yang lebih tinggi. Kelompok kasus yang merokok. Uji statistik memperlihatkan tidak ada
berpendidikan rendah sebanyak 77,3% dan pada hubungan yang bermakna antara perilaku merokok
kelompok kontrol 74,1%. Setelah dilakukan uji dengan kejadian tumor/kanker rongga mulut dan
statistik ternyata tingkat pendidikan tidak ber- tenggorokan. Namun karena nilai p = 0,18 maka
hubungan secara bermakna dengan kejadian tumor/ variabel merokok masih dapat dimasukkan sebagai
kanker rongga mulut dan tenggorokan. kandidat variabel untuk analisis multivariat (regresi
logistik).
Ditemukan bahwa kelompok kasus sekitar
29,3% responden bekerja sebagai buruh dan 19,3% Berdasarkan status ekonomi, ditemukan
sebagai Ibu Rumah Tangga. Pada kelompok kontrol kasus maupun kontrol paling banyak tergolong
yang paling banyak adalah buruh dan yang masih tidak miskin. Setelah dilakukan uji statistik dengan
sekolah, masing-masing 26,9% dan 18,6%. Setelah X2 tidak ditemukan adanya hubungan yang
dilakukan uji statistik dengan X2, tidak ditemukan bermakna antara status ekonomi dengan kejadian
adanya hubungan yang bermakna antara jenis tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan.
pekerjaan dengan tumor/kanker rongga mulut dan Sekitar 81,1% kelompok kasus dan 91,5%
126
Faktor Risiko Tumor/Kanker... (Anna Maria Sirait)
kelompok kontrol termasuk kebersihan mulut baik. besar dibanding yang tidak merokok. Pada status
Secara statistik ditemukan adanya hubungan yang sosial ekonomi, nampak bahwa risiko tumor/kanker
bermakna antara kebersihan mulut dengan kejadian rongga mulut dan tenggorokan pada mereka yang
tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan. miskin 0,9 kali dibanding yang tidak miskin.
Kelihatannya seolah oleh keadaan sosial ekonomi
miskin dapat melindungi kejadian tumor ini, namun
Analisis Rasio Odds
keadaan ini tidak berhubungan secara bermakna.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya serta berapa besar risiko tumor/ kanker
rongga mulut dari variabel independen maupun dari Analisis Multivariat
setiap variabel yang dianggap perancu. Tabel 2 Variabel yang nilai p < 0,25 pada uji bivariat
menunjukkan bahwa risiko tumor/kanker rongga adalah sebagi kandidat variabel pada analisis
mulut dan tenggorokan pada responden yang ber- multivariat (regresi logistik), dalam hal ini adalah
mukim diperkotaan 1,2 kali lebih besar dibanding kelompok umur, merokok dan kebersihan mulut.
yang diperdesaan. Ditinjau dari segi jenis kelamin, Semua variabel kandidat dimasukkan secara
risiko tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan bersama-sama ke regressi logistik kemudian
tidak berbeda pada pria maupun wanita (OR 1,1 : diperiksa apakah ada perancu dan interaksi. Setelah
1). Dibanding dengan umur > 60 tahun, diperoleh diperiksa ternyata tidak ditemukan adanya perancu
risiko tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan maupun interaksi, sehingga hasil akhir dari analisis
pada kelompok umur <10 tahun sebesar 3,3 kali regresi logistik didapat seperti tabel 3 di bawah ini.
lebih besar, 3,2 kali pada umur 11-20 tahun, 2,6 kali Pada kelompok umur yang bermakna hanya umur
pada umur 21-30 tahun dan ditemukan hubungan 11-20 tahun, di mana diperoleh risiko tumor/kanker
yang bermakna. Di samping itu pada kelompok rongga mulut dan tenggorokan sebesar 2,5 kali
umur 31-40 tahun, 41-50 tahun dan 51-60 tahun lebih besar dibanding yang berumur > 60 tahun
mempunai risiko masing-masing 1,5; 1,3; dan 1,3 dengan 95% CI 1,26-4,91. Bila responden merokok
kali, namun hubungan ini tidak bermakna. Bila risiko tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan
dilihat dari segi pendidikan risiko tumor/kanker 1,6 lebih besar dibanding yang tidak merokok
rongga mulut dan tenggorokan tidak berbeda. dengan 95% CI 1,1-2,3 .HEHUVLKDQ PXOXW ³NXUDQJ´
Bila dibandingkan dengan mereka yang tidak mempunyai risiko tumor/kanker rongga mulut dan
bekerja maka risiko tumor/kanker rongga mulut dan tenggorokan sebesar 2,34 lebih besar dibanding
tenggorokan pada yang masih sekolah 1,8 kali lebih GHQJDQ NHEHUVLKDQ PXOXW ³EDLN´dengan 95% CI
besar, pada ibu rumah tangga 1,1 kali, pegawai 1,6 1,4-3,9. Model akhir dengan 3 variabel yang
kali, wiraswasta 1,3 kali dan pada buruh 1,2 kali. dianggap dapat mewakili hubungan antara variabel
Namun semua ini tidak ditemukan hubungan yang bebas dan variabel terikat memiliki persentase
bermakna. Risiko tumor/kanker rongga mulut dan klasisfikasi benar sebesar 78,0%.
tenggorokan pada yang merokok 1,3 kali lebih
Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat Tumor/Kanker Rongga Mulut dan Tenggorokan di Indonesia
127
Media Litbangkes Vol 23 No. 3, Sept 2013, 122-129
128
Faktor Risiko Tumor/Kanker... (Anna Maria Sirait)
membantu atas terselenggaranya penelitian ini. 8. Herlady, Yusuf. Kanker rongga mulut, bagaimana
Akhirnya penulis juga menyampaikan ucapan mengobatinya. Disitasi dari http://yusufherlady.
terima kasih kepada semua responden yang telah blogspot.com. Diunduh 12 Agust 2012
memberi informasi yang berharga pada penelitian 9. Norman K. Wood, Danny R Sawyer. Oral cancer
5th ed. St. Louis: Mosby-year Book Inc, 1997 : 587
ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi
± 593
baik bapak/ibu sekalian. 10. R.A. Cawson, E.W. Odell. Oral cancer 6th ed.
London : Churchill Livingstone, 2000 : 228 ± 238
Daftar Pustaka 11. Scully, C. Oncogen. Onco-Supressor.
Carcinogenesis and Oral Cancer. British Dental
1. Khandekar SP, Badgey PS, Tiwari RR. Oral cancer
Journal, 1992 : 173
and some epidemiological factors : a hospital based
12. Pinborg, J.J.. Kanker dan prekanker rongga mulut.
study. Indian J Community, 2006; 31 (3): 157 ± 159
Alih bahasa Lilian Yuwono. Ed. Pertama. Penerbit
2. Mengenal Penyakit Kanker Nasofaring . Disitasi
Buku Kedokteran. EGG, Jakarta, 1991 : 21-93; 125
dari http://mypotik.blogspot.com. Diunduh pada
13. Hosmer, D,W; Lemeshow, S. Applied Logistic
tanggal 13 November 2012.
Regression, John Wiley & Sons, Wiley Interscience
3. Saman Warmkulasuriya. Global Epidemiology of
Publication, New York, 1989
Oral an Oripharyngeal Cancer. Oral Oncology,
14. Cawson, RA., Odel, EW. Oral cancer 6th. Ed.
2009; 45: 309-316
London, Churchill Livingstone, 2000; 228-238
4. Ferlay J; Pisani P; Parkin DM. Globocan 2002.
15. Daftari, DK, Mukti, DR, Bhonsle, RB, et al. Oral
Cancer Incidence, Mortality and Prevalence
squamous cell carcinoma in Prabhu SR. Oral
Worldwide. IARC, Cancer Base (2002 estimates),
Diseases in the tropics, New York, Oxford Medical
Lyon 2004. IARC, Press.
Publication, 1992, 429-446
5. Yuli. Satu orang meninggal dalam sehari akibat
16. Anonymus. Oral Cancer Prevention. Health
kanker rongga mulut. Disitasi dari
Professional Version. Disitasi dari
http://forum.um.ac.id. Diunduh 21 Januari 2012
http://www.cancer.org. Diunduh 21 Januari 2012
6. Balaram, P; Meenattoor, G. Imunology of Oaral
17. Anonymus. Oral Cancer. Disitasi dari
Cancer ± A Review. Singapore Dental Journal,
http://www.cancer.org. Diunduh 21 Januari 2012
1996, vol. 21, no 1, 36
7. Chichibernadus. Kanker Rongga Mulut, Kenali
Gejalanya. Disitasi dari http://id.shooving.com.
Diunduh 13 November 2012
129