Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alat ukur sudah di gunakan pada masa bangsa mesir kuno , bangsa mesir kuno
berhasil membangun sebuah piramid menggunakan alat ukur yang sederhana antara
lain: Cubit merupakan pengukuran menggunaka ujung siku sampai dengan ujung jari
tengan, span merupakan pengukuran menggunakan jengkal manusia, palm merupakan
pengukuran menngukana telapak tangan, digit merupakan selebar ujung jari tengah,
dan thum breadth merupakan pengukuran menggunkan ibu jari. Kemajuan teknologi
didunia pengukuran ternyata cukup pesat, terbukti sekarang ini sudah terdapat alat-alat
ukur dengan tingkat presisi sampai dengan 0.00019 micron, bukanhanya itu alat-alat
ukur yang semula manual sekarang sudah menggunakan digital dan pencitraan 3D.
Berdasarkan latar belakang diatas, kami menyusun makalah tentang “Perkembangan
Alat Ukur Dari Masa Kuno Sampai Sekarang”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun pembahasannya kami rumuskan sebagaai berikut :


1. Apa arti Alat Ukur dan Pengukuran?

2. Bagaimanakah Sejarah Alat Ukur?


3. Bagimanakkah Sistem Pengukuran Pada Zaman Kuno?
4. Bagaimanakah Perkembangan Alat Ukur Kuno Dan Modern?
5. Bagaimanakah Teknik Pengukuran?
6. Apa yang dimaksud Besaran dan Satuan?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Perkemangan Sistem Pengukuran Zaman Kuno Sampai


Sekarang

ii
2. Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Pelajaran Fisika.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengukuran

Alat ukur  merupakan alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian.


Seluruh alat pengukur dapat terkena kesalahan peralatan yang bervariasi. Bidang ilmu
yang mempelajari cara-cara pengukuran dinamakan metrologi.
Teknik pengukuran merupakan cara yang dipakai untuk menentukan sebuah
ukuran. Misalnya menjumlahkan, mengestimasi, menggunakan formula, atau
menggunakan alat-alat ukur. Saat kita menyebut banyaknya penumpang yang bisa
duduk dalam sebuah kendaraan umum berarti sedang bekerja dengan teknik
pengukuran yang berupa menghitung (counting) penumpang. Apabila seorang murid
sekolah sedang bekerja menghitung luas sebuah bangun berbentuk persegi panjang,
maka ia sedang mengukur dengan teknik formula. Ada pula seorang siswa yang bisa
menduga tinggi badan gurunya berapa kali tinggi badannya, maka ia sedang
melakukan estimasi. Adapun alat-alat ukur merupakan teknik pengukuran dalam
bentuk perkakas yang paling akrab dipakai untuk mengukur. Misalnya mistar, pita
pengukuran, jam, stopwatch, dll.

2.2 Sejarah Alat Ukur


Alat ukur sudah di gunakan pada masa bangsa mesir kuno , bangsa mesir kuno
berhasil membangun sebuah piramid menggunakan alat ukur yang sederhana antara
lain:
Cubit merupakan pengukuran menggunaka ujung siku sampai dengan ujung jari
tengan, span merupakan pengukuran menggunakan jengkal manusia, palm merupakan
pengukuran menngukana telapak tangan, digit merupakan selebar ujung jari tengah,
dan thum breadth merupakan pengukuran menggunkan ibu jari.

ii
2.3 Sistem Pengukuran Pada Zaman Kuno

Satuan-satuan panjang pertama yang ada didasarkan pada bagian-bagian tubuh


manusia. Satuan berat, volum, dan daya dikembangkan berdasarkan alat-alat
pengangkutan atau dari jumlah-jumlah dari seseorang atau seekor hewan dapat
diangkut. Daya kuda, misalnya untuk satuan daya mesin didasarkan pada kekuatan
yang dihasilkan oleh seekor kuda pada saat menari sebuah benda.
Pada tahun 221 SM, Kaisar Cina Shih Huang Thi menentukan standar-standar
untuk sistem ukuran berat Cina misal untuk mengukur anggur atau biji-bijian. Besaran-
besaran berat dikembangkan sejalan dengan perdagangan yang dilakukan oleh
manusia. Ukuran berat standar yang digunakan pertama kali ditemukan oleh angsa
Babilonia dan Bangsa Sumeris,dan menyebar hingga ke Timur Tengah. Minae
merupakan satuan berat standar yang digunakan. Minae dikatakan mendekati 640 gr
namun ada juga yang menyatakan 978gr. Satuan tersebut dibagi menjadi 60 bagian
yang kemudian setiap bagoan dinamakan siqlu. Sedangkan 60 minae yang
digabungkan menjadi satu dinamakan biltu.
Koin-koin yang digunakan untuk berdaganng dikembangkan dari berat yang
tetap, dan seringkali diberi nama yang baru yang diadaptasi dari satuan-satuan yang
telah ada sebelumnya. Siqlu misalnya menjadi shekel, dan biltu dalam koin yunani
menjadi Talent.

2.2.1   Sistem Satuan Zaman Imperial


Peagang-pedagang Eropa pada zaman pertengahan menciptakan sebuah sistem
yang disebut avoirduvois. Sistem pengukuran ini merupakan salah satu dari banyak
sistem pengukuran yang kemudian menjadi pengukuran kerajaan Inggris.
Sistem Imperial didasarkan pada satuan-satuan seperti inci, pon, dan pint
(0,568 L) yang digunakan secara luas lebih dari 750 tahun. Sistem ini secara resmi
diperkenalkan pada magna charta 1215, dan terakhir diperbaharui pada 1968. Satuan-

ii
satuan besar dan keil dalam sistem Imperial memiliki hubungan-hibingan yag sangat
tidak lazim yang tidak mengikuti apapun. Panjang sebuah kaki misalnya, sama dengan
12 inci, tetapi 1 yard sama dengan 3 kaki dan 1 mil sama dengan 1760 yard. Lagi pula,
definisi-definisi satuan imperial berbeda setiap negara. Sehingga menyulitkan untuk
pengembangannya. Sehingga para ahli lebih memilih untuk menggunakan sistem
metrik.

2.2.2    Sisitem Satuan Metrik


Saat ini, sistem Imperial telah digantikan oleh sistem metrik dan sistem yang
terdefinisi secara ilmiah, yaitu satuan-satuan Sistem Internasional. Sistem metrik
adalah sistem pengukuran standar yang paling standar digunakan dan dengan cepat
terkenal secara luas. Dalam sistem metrik, panjang ditentukan dalam satuan meter,
massa dalam kilogram, waktu dalam detik dan daya dalam ampere. Sistem ini
konsisten karena didasarkan pada besaran yang tidak pernah berubah-ubah seperti
kandungan materi dalam atom tertentu atau sinar laser.
Satuan paling utama dalam sistem metric ialah meter. Pada abad ke 20, meter
juga digunakan untuk panjang gelombang sehingga ditemukan satuan-satuan yang sulit
terbayangkan untuk orang awam, yakni hingga nano meter (lebih kecil dari
1/1.000.000.000 meter). Pada saat penghitungan ini, para ahli menggunakan istilah-
istilah tertentu, seperti mega (untuk pangkat satu juta) dan mikro (untuk pangkat satu
per sejuta).
Luas-luas daerah dihitung dengan cara panjang satu sisi dikalikan dengan
panjang satu sisi yang lainnya. Jadi luas daerah pada sistem metrik dinyatakan dalam
meter kuadrat. Untuk massa digunakan satuan kilogram (untuk satuan SI), sedangkan
berat menggunakan satuan Newton.
Manusia primitif menandakan waktu hanya berdasarkan hari, malam, dan
musim. Namun, sejalan dengan waktu manusia mulai menciptakan kalender untuk
menandai waktu dan tahun. Satu tahun dibagi ke dalam bulan, sesuai dengan
penyusutan dan pembesaran bulan. Kalender bangsa barat, muslim, dan yahudi telah
diperbarui sejak zaman Romawi dan sekarang bertambah hanya 1 dari 3200 tahun

ii
sekali. Penghitung modern yang cukup akurat ialah jam-jam yang mengandung kristal
Quartz, jam-jam atom yang merupakan turunan jam Quartz sangat akuran
penghitungannya sehingga jam-jam jenis ini akan kehilangan atau kelebihan 1 detik
setiap 1,7 juta tahun.
Ssistem metrik juga menentukan satuan Joule untuk besarnya energi, Kelvin
dan Celcius untuk suhu, dan candela untuk mengukur intensitas cahaya.

2.2.3        Sistem-Sistem Pengukuran Dengan Menggunakan Tubuh


Satuan standar pengukuran yang paling awal ialah cubit (Mesir, 5000 SM)
yang didasarkan pada panjang tangan dan lengan seseorang. Untuk Yunani mereka
menggunakan panjang jari sebagai dasar pengukuran. Sementara bangsa Romawi
membagi kaki menjadi 12 inci.

2.4 Perkembangan Alat Ukur Kuno Dan Modern


Alat-alat pengukuran modern dikembangkan sepanjang waktu untuk
memungkinkan perkembangan lebih lanjut. Dengan bantuan alat-alat tersebut, manusia
dapat mendaratkan pesawat di bulan, menggunakan peralatan pilot otomatis, dan juga
membuat terowongan di bawah laut dan dengan tepat dapat saling bertemu di tempat
yang telah ditentukan.
Sepanjang sejarah, sistem-sistem pengukuran telah menggunakan berbagai
peralatan yang dibuat mulai dari bahan seperti batu, dan kuningan sampai dengan yang
dibuat dari bahan plastik. Banyak dari peralatan ini dibuat mengikuti panjang-panjang
standar yang ditetapkan para penguasa pada saat itu.
Bangsa Mesir menggunakan standar untuk satuan cubit yang sebenarya
bertentangan dengan semua tongkat pengukur resmi yang telah diperbandingkan di
seluruh penjuru Mesir.efisisensi pengukurannya dapat dilihat dari ketepatan
pengukuran yang digunakan dalam konstruksi rumit Piramida.
Sekarang, jarak dapat diukur tanpa pita pengukur ataupun penggaris. Alat ukur
yang ada sekarang ini, mislnya memancarkan sinar ultrasonik yang melaju dengan
kecepatan suara, membentur sebuah benda, yang membalikkan sinyalnya kepada

ii
sensor pengukuran. Peralatan=peralatan yang dalam alat ini mencatat waktu yang
dihabiskan untuk mencapai suatu benda, dan dari data tersebut alat ini menghitung
jarak yang sebenarnya ke benda tadi.

2.5  Teknik Pengukuran
Di dalam pengukuran, tidak semua satuan menggunakan satuan baku, tetapi
seringkali menggunakan satuan tak baku. Teknik pengukuran dalam bentuk estimasi
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengukur dalam bentuk mencacah. Estimasi
menjadi aktivitas paling dominan dalam pengukuran dengan menggunakan bilangan
bila tidak dipakai alat ukur baku. Estimasi pengukuran dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti memperkirakan lama perjalanan dari rumah ke sekolah,
memperkirakan jarak perjalanan, menduga tinggi gedung menurut satuan tertentu.
Teknik pengukuran dengan menggunakan formula semakin sering digunakan
untuk mengukur bangun geometri yang telah diketahui atau dapat dicari formula
pengukurannya. Seiring dengan adanya kalkulus sebagai wujud perkembangan
matematika, teknik formula dikembangkan dengan konsep integral untuk menghitung
panjangm luas, daerah, dan volume benda.
Teknik pengukuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat
pengukur deperti mistar pengukur ketinggian, pita pengukur untuk mengukur kain
dengan satuan pengukuran yang baku, timbangan badan untuk mengukur massa
seseorang, dan busur untuk mengukur besar sudut dalam suatu gambar geometri.
Teknik pengukuran juga dapat dilakukan menggunakan jangka sorong. Jangka
sorong terdiri atas rahang atas dan rahang bawah yang berfungsi untuk mengukur
kedalaman, ketebalan, atau diameter suatu benda. Pada rahang bawah yang biasa
disorongkan memuat skala yang disebut nonius atau vernier. Rahang ini berfungsi
untuk mengukur kedalaman bejana dan sejenisnya. Panjang skala nonius adalah 9mm
dengan ketelitian 0,1mm.

2.6  Besaran dan Satuan Pengukuran

ii
Besaran pengukuran dapat diartikan sebagai jenis pengukuran yang ditetapkan
pada suatu keadaan atau suatu benda. Misalnya, besaran panjang merupakan jenis
pengukuran tentang panjang pendeknya suatu keadaan. Misalnya mengukur tali.
Besaran massa merupakan jenis pengukuran tentang berat ringanya suatu benda.
Besaran waktu sebagai jenis pengukuran tentang cepat lambatnya suatu pergerakan.
Besaran suhu sebagai jenis pengukuran tentang panas dinginnya suatu benda. Besaran
luas sebagai jenis pengukuran tentang lapang sempitnya suatu bidang. Besaran
volume sabagai jenis pengukuran tentang kapasitas ruang yang bisa ditempati objek.
Besaran-besaran itu memiliki nilai atau satuan pengukuran. Dengan kata lain,
satuan pengukuran merupakan kuantitas dari suatu besaran pengukuran.
Botol A penuh berisi air. Untuk mengetahui kuantitas air yang terdapat dalam
botol A dilakukan pengukuran volume. Caranya adalah dengan menuangkan air dalam
botol itu ke beberapa gelas yang memiliki volume sama. Jika air dalam botol tertuang
habis kedalam 3 gelas, maka dikatakan bahwa volume botol A tersebut adalah 3 gelas
air. Dalam hal ini gelas dipakai sebagai satuan dari volume.
Satuan pengukuran panjang yang paling tua dipergunakan orang dengan
didasarkan pada bagian-bagian anggota tubuh manusia. Misalnya, satuan jengkal,
depa, hasta, atau kaki.
a. Digit: satu digit menyatakan lebar sebuah jari. Ada 4 digit dalam satu telapak
tangan.
b. Jengkal: jarak paling panjang antara ujung jempol tangan dengan ujung kelingking
tangan, yang panjangnya kurang lebih 20 cm.
c. Hasta: ukuran sepanjang lengan bawah dari siku sampai ke ujung jari tengah.
Biasanya berkisar 40-50 cm (= ¼ depa).
d. Depa: ukuran sepanjang kedua belah tangan mengendap dari ujung jari tengah
kanan sampai ke ujung jari tengah kiri. ( = 4 hasta = 6 kaki).
e. Kepala: ukuran tinggi kepala untuk menggambarkan tinggi dari dua orang. Misalnya
untuk mengukur susunan ketinggian tempat duduk dalam sebuah ruang teater atau
bioskop.

ii
f. Telapak tangan: ukuran lebar telapak tangan yang dirapatkan dari sisi telapak tangan
bawah hingga ke sisi jempol tangan. Biasanya jama dahulu digunakan untuk
mengukur tinggi kuda.
g. Kaki: ukuran panjang sebuah kaki yang mendekati 30 cm atau 48 cm.
Satuan pengukuran dengan menggunakan anggota tubuh merupakan satuan
pengukuran sembaran (arbitary units). Karena satuan ini tidak baku dipakai secara
umum di semua tempat di bumi ini. Artinya pemakaian satuan ini bisa berbeda dari
satu pemakai dengan pemakai lainnya seperti ukuran tubuh jengkal, hasta, atau depa
yang berbeda setiap orangnya. Tetapi bisa juga menyamakan dalam hal besar, warna,
berat, dll. Misalnya, beberapa negara menggunakan satuan kelereng untuk mengukur
berat, warna jingga bisa untuk batang Cuisenaire, atau menggunakan kartu pos sebagai
ukuran luas.
Perubahan sistem satuan kian hari kian dibutuhkan. Karena, manusia
memerlukan kekonsistenan pengukuran yang bisa diterima di mana saja. Karena itu,
saat ini dikenal istilah satuan baku, yaitu sistem satuan pengukuran yang bisa diterima
di seluruh tempat. Misalnya meter sebagai satuan baku untuk panjang dalam sistem
metrik. Dalam metrik satuan panjang adalah meter, massa dalam kilogram, waktu
dalam sekon (detik), arus dalam ampere.
Di tempat mana pun di bumi ini akan diperoleh hasil pengukuran yang sama
jika bekerja dalam satuan pengukuran metrik. Sebab, sistem ini konsisten dalam
kuantitas. Untuk pertama kalinya sistem ini diusulkan di Perancis 1670-an. Sistem ini
didesain untuk memenuhi dua tuntutan penting, yaitu setiap unit dalam sistem satuan
ini dapat diturunkan dari sebuah himpunan satuan baku yang kecil dan satuan yang
besar dapat dibuat dari 10, 100, atau 1000 kali satuan yang kecil.

2.5.1    Besaran dan Satuan Pokok


Pada konferensi tahun 1960, yaitu Conference Generale des Poids et Measures
(CGPM) di paris perancis menetapkan suatu sistem satuan yang dikenal dengan
sebutan Sistem satuan Internasional (system Internationale d’Unites) yang disingkat
SI. Sistem ini merupakan penyempurnaan dari satuan baku yang sudah ada. Dalam SI

ii
terdapat 7 buah besaran poko (dasar) dan 2 besaran tambahan serta bisa dibuat besaran
atau satuan turunannya.

Besaran dan Satuan Pokok:


N BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS
O Nama Simbol Nama Simbol Nama Simbol
1 Panjang L Meter M Centimeter cm
2 Massa M Kilogram kg Gram gr
3 Waktu T Sekon(detik) sec (det) Second(detik) sec
4 Arus Listrik I Ampere A - (det)
5 Suhu t Kelvin K - -
6 Intensitas cd Kandela cd - -
7 Cahaya Mol Mole Mol - -
Jumlah Zat -

2.5.2        Besaran dan Satuan Turunan


Besaran Satuan
Nama Simbol
Sudut bidang datar Radian (radial) rad
Sudut ruang Steradian sr
Satuan yang baik berdasarkan kegunaan, sifat, dan kebutuhan pengukuran harus
memenuhi syarat-syarat:
a. Bersifat tetap (baku), tidak mengalami perubahan wujud, dan memiliki ketelitian
yang tinggi dalam keadaan apapun.
b. Mudah dibuat replikasinya (tiruannya), tetapi replika itu sama dan serupa di
manapun dan kapan pun juga.
c. Bersifat Internasional, sehingga dapat dipergunakan di mana saja.
Besaran dan satuan biasanya dapat dilakukan dengan operasi perkalian,
pembagian, atau pembagian dan perkalian, seperti:
a. Dalam bentuk perkalian

ii
Basaran panjang x besaran panjang = besaran luas, sehingga
Satuan meter x satuan meter = satuan meter persegi (m2)
Atau
Besaran panjang x besaran panjang = besaran volume
Satuan meter x satuan meter = satuan meter kubik (m3)
b. Dalam bentuk pembagian
besaran panjangbesaran waktu = besaran kecepatan, maka

Satuan metersatuan detik = satuan meter / detik (m/det)

c. Dalam bentuk pembagian dan perkalian


besaran panjangbesaran waktu x besaran waktu = besaran percepatan, maka
satuan metersatuan detik x satuan detik = satuan meter per detik2 (m/det)

2.5.3  Satuan Panjang
Dalam SI satuan panjang dinyatakan dalam meter (m). Satuan baku untuk 1
meter ditetapkan sebagai berikut. Hasil keputusan para pakar dunia di Paris Perancis

(akhir abad ke-18) menetapkan 1 meter = 110000000 x ¼ panjang lingkaran bumi.

Selanjutnya mengalami penyempurnaan dengan menggunakan batang meter standar,


yaitu menetapkan panjang 1 meter ini dengan menggoreskan 1 meter diatas sebatang
platinaridium pada suhu 00 C yang disimpan di Serves dekat Paris Perancis.
Setelah diketahui batang meter standar dari platina iridium mengalami
perubahan panjang akibat pengaruh suhu, akhirnya ditetapkan bahwa 1 meter =
1.650.763,73 x panjang gelombang cahaya yang berwarna jingga dari gas isotop-
kripton-87
Beberapa satuan panjang lainnya terturut berikut ini:
1 km = 10 hm = 100 dam = 1000 m = 10000 dm = 100000 cm = 1000000 mm
1mm = 10-1 cm = 10-2 dm = 10-3 m = 10-4 dam = 10-5 hm = 10-6 km
Adapula satuan imperial seperti foot (ft) = 12 in = 0,3048 m
1 in (inch)= 25,4 mm, dan 1 mil = 5280 ft = 1,6093 km

ii
Untuk mengukur panjang terdapat beberapa alat yang saat ini sudah dapat
digunakan. Diantaranya adalah:
Selain satuan baku, terdapat juga satuan tidak baku. Satuan-satuan yang tidak
standar atau tidak baku, misalnya satuan panjang depa atau jengkal. Satuan tersebut
tidak baku karena tidak mempunyai ukuran yang sama untuk orang yang berbeda. Satu
jengkal orang dewasa lain dengan satu jengkal anak-anak tentu saja berbeda. Itulah
sebabnya jengkal dan depa tidak dijadikan satuan yang standar.

2.5.4 Satuan Jarak


Satuan-satuan penting seperti meter, digunakan untuk jarak, kedalaman, dan
tinggi. Alat-alat pengukuran awal yang digunakan adalah kaki manusia dan langkah.
Mislnya, 5 kaki orang Romawi dijadikan sebagai 1 langkah, dan 1000 langkah
dijadikan sebagai 1 mill. Bangsa-bangsa Viking mengukur kedalaman laut dalam
jangkauan, atau depa (asal kata fathmr, “satu pelukan”). Seutas tali diberi beban
dijatuhkan ke dalam laut. Kemudian tali yang basah diukur dalam jangkauan.
Beberapa alat pengukuran waktu gelombang atau sinar infra yang membentuk benda-
benda dalam jangka yang jauh dan mengubah waktu ke dalam satuan jarak. Metode-
metode yang lainnya menggunakan altimeter (mencari ketinggian dengan cara
membandingkan tekanan atmosfer dalam 2 tempat), radar, dan gelombang radio.

2.5.5 Menghitung luas


Luas daerah adalah daerah yang berada pada sebuah lempengan atau permukaan
yang berupa kurva. Luas daerah dapat diukur dengan satuan-satuan seperti centimeter
kuadrat (cm2) atau kaki kuadrat (sq ft). Di dalam sistem matrik, satuan-satuamn luas
yang paling sering digunakan mulai dari milimeter kuadrat sampai dengan kilometer
kuadrat dan hektar (1 hektar=10000m2). Luas daerah di dalam bangun-bangun seperti
persegi panjang dan lingkaran bisa dihitung dengan menggunakan rumus-rumus
khusus. Luas daerah untuk bangun-bangun yang tidak teratur dapat dicari dengan
membagi bangun-bangun tersebut menjadi bangun-bangun sederhana yang diketahui
dan menggunakannya sebagai dasar perhitungan. Batas-batas sepanjang luas sebuah

ii
daerah disebut keliling. Pengukuran luas daerah juga secara tidak langsung
menguntungkan untuk digunakan dalam berbagai bidang seperti tekanan dihitung
dengan gaya : luas, roda kendaraan bisa berubah-ubah sesuai dengan suhu udara, berat
kendaraan, dan luas daerah gesekan antara roda dan jalan.
Salah satu cara yang digunakan untuk menghitung luas daerah
yang tidak beraturan adalah dengan cara mekanis yaitu dengan alat yang dinamakan
dengan planimeter. Alat planimeter diletakkan diatas peta (gambar) yang akan dihitung
luasnya.Kemudian alat tersebut mentrace (mengikuti) batas wilayah yang akan diukur
luasnya.Dengan konversi tertentu, maka luas akan dapat dihitung. Ketelitian hasil
sangatbergantung pada besar atau kecilnya skala peta. Semakin besar skala petanya,
akansemakin teliti hasil luasannya. Ada dua jenis planimeter yaitu planimeter
mekanik (manual) dan planimeter digital.1

2.5.6 Volume
Volume adalah ruangan yang terdapat di dalam sebuah benda 3 dimensi. Volume
biasanya dihitung dengan satuan-satuan seperti centimeter kubik (cm3), inci kubik
(cu3), liter (L) atau fluid ounces (fl oz). beberapa industry menggunakan satuan-satuan
volume yang khusus sebagai satuan pengukurannya, misalnya untuk pertumbuhan
anggur diukur dengan standar botol (750 mm). Volume juga merupakan hal yang
penting dalam penyelesaian masalah berat jenis karena berat jenis suatu benda
diketahui dari berat benda tersebut dibagi dengan volumenya.

2.5.7 Satuan Berat dan Massa


Massa dari sebuah benda adalah jumlah material dalam benda tersebut.
Sedangkan berat adalah kekuatan dorongan ke bawah dari sebuah benda, dan
didefinisikan dengan rumus
W=mxg
dengan ketentuan,
W = Berat

1
http://sarang-corat-coret.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-pengukuran.html

ii
m = massa benda
g = grafitasi
Dalam SI, satuan massa dinyatakan dalam kilogram (kg). Satuan standar untuk
massa ditentukan sebagai berikut. 1 kilogram standar adalah sebuah massa silinder
platina-iridium yang aslinya disimpan di Serves dekat Paris. Kemudian disempurnakan
menjadi 1 kg standar = massza 1 liter air murni yang suhunya 40 C.
Beberapa satuan massa lainnya seperti 1 kg = 10 hektogram (hg) = 100
dekagram (dag) = 1000 gram (gr) = 10000 desigram (dg) = 100000 centigram (cg) =
1000000 miligram (mg). Selain itu dikenal pula 1 ton = 1000 kg, 1 kuintal = 100 kg,
dan 1 ons = 0,1 kg.
Untuk mengukur massa suatu benda terdapat beberapa alat yang saat ini sudah
dapat digunakan. Diantaranya adalah:
Dalam bidang sains, berat diukur dalam kgf (kilogram gaya) atau newton (N).
Sebuah benda dengan massa yang tetap akan memiliki berat yang berbeda jika berada
di planet lain yang berbeda sesuai dengan gaya grafitasii masing-masing planet. Massa
dari sekelompok benda seringkali digunakan untuk menghitung banyaknya benda
dalam kelompok tersebut. Misalnya, seorang teller bank yang lebih suka menghitung
uang koin dengan menghitung beratnya daripada menghitungnya satu persatu. Karena
dengan mengetahui massanya, maka akan dapat diketahui junlah total koin dengan
penghitungan tertentu.
Selain satuan baku, terdapat juga satuan tidak baku. Satuan-satuan yang tidak
standar atau tidak baku, misalnya satuan genggam dan kaleng. Satuan tersebut tidak
baku karena tidak mempunyai ukuran yang sama untuk orang yang berbeda. Satu
genggam orang dewasa lain dengan satu genggam anak-anak tentu saja berbeda. Itulah
sebabnya genggam maupun kaleng tidak dijadikan satuan yang standar.

2.5.8 Satuan Waktu


Waktu dapat berarti jarak antara dua tempat seperti waktu untuk melakukan
sesuatu. Waktu juga berarti suatu ketika tertentu, seperti waktu yang ditunjukkan oleh

ii
jam. Panjang waktu ialah satuan besaran yang tak dapat dilihat. Kita tidak tahu di
mana waktu itu mulai dan dimana berakhir.
Menurut SI, satuan waktu dinyatakan dalam detik (dt) atau second (sec).

Penetapan satuan standar untuk waktu adalah 1 detik = 186400 hari matahari rata-

rata. Sebab 1 hari = 24 jam = (24x60) menit = (24x60x60) detik = 86400 detik.
Untuk mengukur waktu terdapat beberapa alat yang saat ini sudah dapat
digunakan. Diantaranya adalah:
Selain satuan baku, terdapat juga satuan tidak baku. Satuan-satuan yang tidak
standar atau tidak baku, misalnya satuan waktu candle clock, jam pasir. Satuan
tersebut tidak baku karena tidak mempunyai ukuran yang sama untuk jam lilin maupun
jam pasir yang berbeda. Satu lilin kecil tentu berbeda dengan satu lilin yang berukuran
lebih besar. Itulah sebabnya lilin dan pasir tidak dijadikan satuan yang standar.

2.5.9 Kecepatan
Kecepatan benda yang bergerak menyatakan kepada kita jarak yan g ditempuh
benda itu dalam waktu tertentu. Pemahaman tentang kecepatan sangat penting bagi
kehidupan modern. Beberapa kapal dan kereta api dirancang untuk melaju dengan
sangat cepat, tetapi batas-batas kecepatan tetap ditempatkan di jalan-jalan yang
digunakan mobil-mobil biasa, dan radar penangkap dipasang untuk menangkap
pengendara yang melajukan mobilnya terlalu cepat. Besaran kecepatan yang
merupakan turunan dari pembagian besaran waktu terhadap besaran jarak
menghasilkan satuan kecepatan dalam SI sebagai meter/detik (m/det). Karena jarak
yang ditempuh merupakan hasil kali antara kecepatan dengan waktu yang diperlukan,
yaitu

s=vxt
dengan ketentuan,
s= jarak yang ditempuh mempunyai satuan meter (dalam satuan metrik)
v= kecepatan mempunyai satuan meter/detik
t= waktu yang diperlukan mempunyai satuan detik (dalam satuan metrik)

ii
Maka kecepatan (v) merupakan perbandingan antara jarak yang ditempuh (s)
dengan waktu yang diperlukan (t), sehingga hubungan antara v, s, dan t dinyatakan

pula dengan formula v = st . Sedangkan waktu yang diperlukan (t) adalah

perbandingan jarak yang ditempuh (s) dengan kecepatan (v), sehingga hubungan

antara t, s, dan v dapat dinyatakan sebagai t = sv .

ii
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Pengukuran adalah penerapan suatu nilai bilangan berdasarkan sifat suatu


objek. Misalnya panjang sebuah pensil, luas sebidang tanah, volume botol kecap, dll.
Dalam pengukuran yang lebih luas, pengukuran merupakan bentuk penggunaan
sebuah bilangan berdasarkan karakteristik suatu situasi. Misalnya penetapan indeks
harga untuk konsumen oleh produsen lain.
Dalam pengukuran terdapat pengukuran yang standar atau baku dan yang
tidak standar atau tudak baku. Pengukuran standar adalah suatu kegiatan mengukur
dengan menggunakan alat yang memiliki satuan baku atau telah diakui sebagai
standar internasional. Dan pengukuran tak standar adalah kegiatan mengukur dengan
menggunakan alat yang tidak diakui secara internasional. Artinya alat tersebut tidak
memiliki kesamaan satuan. Dengan menggunakan alat pengukur tidak baku akan
diperoleh perbedaan-perbedaan tertentu pada setiap orang ataupun setiap wilayah.
Sebagai contoh untuk pengukuran tidak standar adalah menggunakan jengkal, kaki,
candle clock, dan lain sebagainya. Melakukan pengukuran dengan menggunakan
jengkal misalnya, akan berbeda antara jengkal anak-anak dan orang dewasa. Begitu
pula anatara orang dewasa di arab dan di indonesia. Tentu besar jengkal tidaklah
selalu sama. Hal inilah yang menyebabkan pengukurannya tidak standar.
Sebagai suatu sistem, pengukuran memuat besaran dan satuan pengukuran
serta teknik pengukuran. Besaran dan satuan pengukuran merupakan standar yang
dipakai dalam pengukuran. Ketika kita mengukur sesuatu maka sifat dari sesuatu
yang diukur itu dihubungkan dengan standar yang dipakai dalam mengukur. Teknik
pengukuran merupakan cara yang dipakai untuk menentukan sebuah ukuran.
Satuan-satuan panjang pertama yang ada didasarkan pada bagian-bagian
tubuh manusia. Besaran-besaran berat dikembangkan sejalan dengan perdagangan
yang dilakukan oleh manusia. Ukuran berat standar yang digunakan pertama kali
ditemukan oleh bangsa Babilonia dan Bangsa Sumeris,dan menyebar hingga ke

16
Timur Tengah. Setelah itu satuan pengukuran semakin berkembang dari masa ke
masa. Seperti satuan pada zaman imperial, satuan sistem yang berlaku untuk
semuanya, dan sistem-sistem pengukuran dengan menggunakan tubuh.
Alat pengukuran yang akurat sangatlah penting untuk mencatat data-data fisik.
Teknik pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat pengukur deperti
mistar pengukur ketinggian, pita pengukur untuk mengukur kain dengan satuan
pengukuran yang baku, timbangan badan untuk mengukur massa seseorang, dan
busur untuk mengukur besar sudut dalam suatu gambar geometri.

3.2  Saran

Dalam pengukuran selain terdapat pengukuran yang standar juga terdapat


pengukuran yang tidak standar. Dalam membelajarkan pengukuran kita juga perlu
untuk memperkenalkan pengukuran tersebut. sehingga siswa dapat mengetahui
pengukuran baik yang standar maupun yang tidak standar.
Dalam menjelaskan kepada siswa, sebaiknya dilakukan dengan memperlihatkan
secara real maupun miniaturnya kepada siswa agar siswa benar-benar bisa merasakan
dan memahami kegunaan dari setiap alat-alat pengukuran.

DAFTAR PUSTAKA

17
 http://pangestuti-thecolourmath.blogspot.co.id/2012/02/sejarah-teori-
bilangan.html
 https://fitrianisuci.wordpress.com/alat-ukur/
 http://as-satrahblogummat.blogspot.co.id/2011/10/sejarah-
perkembangan-standar-satuan.html
 http://sarang-corat-coret.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-
pengukuran.html

KATA PENGANTAR

18
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Fisika yang
menerangkan tentang :

“PERKEMBANGAN ALAT UKUR DARI MASA KUNO SAMPAI


SEKARANG”

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah ikut serta baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
proses pembuatan makalah ini. Kepada guru pengajar, khususnya pada mata
pelajaran fisika kami ucapkan terima kasih atas pemberian materinya.

Kami menyadari jika masih terdapat kekurangan atau kesalahan baik


dari segi isi pembahasan maupun teknik penulisan makalah ini. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini
maupun penulisan beikutnya.

             Semoga tulisan ini dapat berguna bagi kita semua terutama bagi para
siswa dan para pembaca untuk menambah wawasan, pemahaman, dan ilmu
pengetahuan.

Cisurupan, September 2016

Penulis

19
“PERKEMBANGAN ALAT UKUR DARI MASA KUNO SAMPAI
SEKARANG”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Pelajaran Fisika

Disusun oleh :

 Novia Fitria Dewi


 Eni Purwati
 Kholissudin AF
 Ginda Syadilah
 M. Farhan Maulana
 Fajar Abdillah

Kelas X - MIPA.4

SMA NEGERI 16 GARUT


Jalan Raya Cidatar, No. 810 A Kabupaten Garut - 44163
2016 / 2017

DAFTAR ISI

20
Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengukuran................................................. 2
2.2 Sejarah Alat Ukur……………………………………. 2
2.3 Sistem Pengukuran Pada Zaman Kuno……………… 3
2.4 Perkembangan Alat Ukur Kuno Dan Modern………. 5
2.5 Teknik Pengukuran………………………………….. 6
2.6 Besaran dan Satuan Pengukuran…………………….] 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................. 15
3.2 Saran……………………………………………… 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 17

21

Anda mungkin juga menyukai