PERTAMINA
ABSTRAK
Makalah ini menyajikan analisa tentang tanki bejana tekan pada pt.pertamina. Bejana tekan
memiliki rentang spesifikasi ukuran dan bentuk yang cukup luas, dari botol minuman ke bentuk-
bentuk lebih canggih yang biasanya di pakai pada konstruksi keteknikan. Bejana tekan
merupakan suatu tabung tertutup berbentuk silinder yang digunakan sebagai penampungan
tekanan baik tekanan internal maupun tekanan eksternal, dimana tekanan ini dapat diperoleh dari
sumber eksternal atau dari penggunaan panas yang berasal dari sumber tak langsung maupun
sumber sembarang dari sumber-sumber lainnya.
Menghitung tekanan yg ada pada tanki bejana tekan dengan metode penyelesaian model
matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah baku (lazim) yang didapat dari literature
yang berhubungan dengan bejana tekan
Kata kunci : bejana tekan, tanki bejana tekan, Bejana Tekan Dinding Tipis, Bejana Tekan
Silindris, pressure vessel, Shell, ASME
1.PENDAHULUAN
Definisi umum bejana tekan adalah wadah tahan kebocoran. Bejana tekan memiliki rentang
spesifikasi ukuran dan bentuk yang cukup luas, dari botol minuman ke bentuk-bentuk lebih
canggih yang biasanya di pakai pada konstruksi keteknikan. Namun, disini lebih dimaksudkan
kepada bejana tekan yang merupakan suatu tabung tertutup berbentuk silinder yang digunakan
sebagai penampungan tekanan baik tekanan internal maupun tekanan eksternal, dimana tekanan
ini dapat diperoleh dari sumber eksternal atau dari penggunaan panas yang berasal dari sumber
tak langsung maupun sumber sembarang dari sumber-sumber lainnya. Sebenarnya bola
merupakan bentuk bejana tekan tertutup yang paling ideal bila isinya memiliki berat yang bisa
diabaikan, tetapi pada kenyataannya pembuatan bejana tekan berbentuk bola sangat sulit
sehingga orang lebih memilih bejana tekan berbentuk silinder.
Kegagalan retak pada bejana baja karbon bisa terjadi karena pecah ulet atau karena
penggabungan kekosongan-kekosongan mikro, retak getas (brittle fracture) atau retak pecah,
atau sobekan yang terjadi karena retak rapuh. Penurunan temperatur, penambahan takikan,
dan laju pembebanan yang tinggi akan mendorong terjadinya retak rapuh. Perubahan dari
retak rapuh ke retakulet tergantung pada ukuran butir dan komposisi baja yang merupakan sifat
dari material. Retak awal dimulai pada daerah yang memiliki struktur mikro yang keras
yang dikenal peka terhadap tegangan retak hidrogen. Struktur mikro yang keras ini terbentuk
selama pengelasan pada saat perbaikan
Penelaahan bejana tekan dapat dimulai dengan meninjau bejana tekan silindris seperti sebuah
ketel, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Sebuah segmen dipisah tersendiri dari bejana ini
dengan membuat dua bidang tegak lurus terhadap sumbu silinder tersebut dan sebuah
bidang tambahan yang membujur melalui sumbu yang sama, seperti terlihat pada Gambar 1.
Pada Gambar 1. 2 Terdapat tegangan yang terjadi pada dinding Bejana. Tegangan-tegangan
yang terjadi pada irisan silinder tersebut adalah tegangan normal. Tegangan ini merupakan
tegangan utama. Tegangan-tegangan ini yang dikalikan dengan masing-masing luas dimana
meraka bekerja akan menjaga keseimbangan elemen silinder ketika melawan tekanan internal.
Karena bentuk bejana yang simetris, maka setengah gaya total ini mendapatkan perlawanan
pada potongan melalui silinder sebelah atas dan setengah lagi pada sebelah bawah.
Tegangan normal σ2 yang bekerja sejajar dengan sumbu silinder tidak masuk dalam integrasi di
atas.
Kedua gaya P melawan gaya yang disebabkan oleh tekanan dalam p, yang bekerja tegak
lurus dengan luas proyeksi A1 dari segmen silindris terhadap garis tengah silinder, seperti
Gambar 4. Luas ini dalam Gambar 3. adalah 2riL, jadi bisa dituliskan bahwa:
2 P= A ai p=2 r i Lp(2)
Gambar 4 Luas proyeksi A1
Gaya ini mendapat perlawanan dari gaya-gaya yang terbentuk di dalam material dalam
potongan membujur. Diketahui bahwa jari-jari luar silinder adalah rodan jari-jari dalam silinder
ri luas potongan yang membujur adalah:
2 A=2 L ( r o −r i ) (3)
Jika tegangan normal rata-rata yang bekerja pada potongan membujur adalah σ1, maka
gaya yang mendapat perlawanan dari dinding silinder adalah:
2 L ( r o−r i ) σ 1(4)
Berhubung ro-ri adalah tebal t, maka persamaan diatas bisa ditulis sebagai berikut:
pr i
σ 1= (6)
t
Tegangan normal seperti yang ditulis diatas sering disebut sebagai tegangan keliling
(circumfrerential stress). Tegangan normal yang lain σ2 bekerja membujur atau searah dengan
sumbu silinder seperti terlihat pada Gambar 3.2. Dengan membuat sebuah irisan melalui
bejana yang tegaklurus terhadap sumbu silinder, gaya yang dibentuk oleh tekanan internal
adalah:
2
Pπr i (7)
Dan gaya yang terbentuk oleh tegangan membujur σ2 dalam dinding adalah:
σ 2 ( πr o −πr i )(8)
2 2
Dengan menyamakan kedua gaya ini maka akan didapat tegangan arah membujur σ2, maka:
Pr i2 Pr i2
σ 2= = (10)
( r o2−r i2) ( r o +r i ) ( r o −r i )
karena ro-ri adalah tebal dinding silinder dan penurunan persamaan ini terbatas pada bejana
berdinding tipis , maka ro ≈ ri ≈ r , jadi:
Pr
σ 2= (11)
2t
Tekanan desain adalah tekanan yang digunakan untuk menentukan ketebalan Shell minimum
yang diperlukan bejana. Tekanan desain besarnya diatas tekanan operasi (10% dari tekanan
operasi atau minimum10 psi) ditambah dengan besarnya static Head dari fluida kerja. Tekanan
desain minimum untuk bejana Code non-vakum adalah 15 psi. Untuk tekanan desain yang
lebih kecil Code tidak berlaku. Bejana dengan tekanan operasi terukur harganya negatif
umumnya didesain untuk bejana vakum.
Tekanan yang dialami bejana bisa dikategorikan menjadi dua jenis yaitu tekan dalam (internal
pressure) dan tekanan desain eksternal (external pressure). Tekanan internal pada bejana berasal
dari fluida yang dikandung oleh bejana itu sendiri, biasanya adalah bejana yang memiliki
tekanan kerja lebih besar dari tekanan atmosfir. Sedangkan tekanan desain eksternal adalah
tekanan untuk bejana vakum. Tekanan desain dirumuskan sebagai berikut.
Dimana :
Pd = Tekanan desain
Po = Tekanan operasi
Dead load atau bobot mati adalah beban yang berupa berat bejana itu sendiri dan
elemen-elemen lain yang terpasang secara permanen pada bejana. Berat bejana bisa
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
Bobot Kosong, adalah berat bejana tanpa insulasi luar, fireproofing, panel-panel
operasi, atau struktur luar dan perpipaan. Pada dasarnya ini adalah berat bejana
yang hanya terdiri dari Shell dan Head.
Bobot Operasi, adalah berat bejana pada kondisi terpasang dan beroperasi penuh. Ini
adalah berat bejana dengan tambahan insulasi internal maupun eksternal, fireproofing,
segala elemen internal, opening yang menghubungkan system perpipaan, semua struktur
yang diperlukan pada sistem bejana, dan peralatan yang lain (heat exchangers).
Shop Test Dead Load, adalah Berat bejana yang hanya terdiri dari Shell saja setelah
proses pengelasan selesai dan diisi dengan fluid tester (air).
Angin yang dimaksud adalah angin dengan aliran yang turbulen dipermukaan bumi
dengan kecepatan yang bervariasi. Angin disini juga diasumsikan sebagai angin yang
mempengaruhi kecepatan rata-rata terentu pada fluktuasi aliran turbulen tiga dimensi lokal.
Arah aliran biasanya horizontal meskipun bisa saja menjadi vertikal ketika melewati
permukaan yang berintangan.Kecepatan angin diukur berdasarkan ketinggian standar 30 ft.
Tekanan angin dirumuskan sebagai berikut.
2
Pw =0,0025V w (13)
Dimana:
V =P w DH (14)
M =Pw DHh(15)
Dimana:
h = H/2
Kekuatan seismik pada bejana berasal dari pergerakan getaran yang tidak teratur
secara tiba-tiba di dalam tanah tempat bejana berada dan bejana terpengaruh oleh gerakan
tersebut. Faktor utama yang merusakan struktur bejana akibat getaran adalah intensitas dan
durasi gempa yang terjadi. Pada Gambar 5. adalah skema terjadinya gempa pad bejana. Gaya
dan tegangan yang terjadi selama gempa pada struktur adalah transien, tegangan dinamik alami,
dan tegangan kompleks.
Gambar 1.5. Skema terjadinya beban gempa
Tegangan yang terjadi pada bejana tekan vertikal akibat beban seismik adalah tegangan geser di
dasar bejana dan momen. Tegangan geser dasar adalah tegangan geser total akibat beban
seismik pada dasar bejana. Tegangan geser V untuk bejana dengan silinder Shell yang kaku bisa
dirumuskan sebagai berikut:
V =Z . I . K . C . S .W (17)
Dimana:
Z = faktor seismik
C = koefisien numeris
( ) √ wDT (19)
2
H
T =0,0000265
D
Dimana:
[
M = F t H + ( V −Ft ) ( 23H )](20)
Komponen utama bejana tekan merupakan komponen yang paling dominan dan selalu ada
pada setiap bejana tekan. Komponen-komponen ini antara lain; Shell, Head, nozzle, support dan
skirt support.
1.1.3.1. Shell
Shell adalah komponen yang paling utama yang berisi fluida yang bertekanan. Pada umumnya
ada dua tipe Shell yang ada yaitu Shell silindris dan Spherical Shell. Tetapi hanya Shell silindris
sering digunakan dalam desain bejana tekan. Ketebalan Shell dipengaruhi oleh tekanan desain.
Tekanan desain dibedakan menjadi dua yaitu tekanan desain internal dan tekanan desain
eksternal. Untuk menentukan ketebalan Shell harus memperhatikan beban yang terjadi pada
Shell. Arah penyambungan Shell juga akan mempengaruhi perhitunganketebalan Shell.
Berdasarkan standar ASME, ketebalan Shell berdasarkan tekanan internal bisa ditentukan
dengan persamaan berikut:
Untuk sambungan jenis ini ketebalan Shell harus bisa menahan tegangan yang terjadi.
Tegangan yang dominan pada sambungan memanjang adalah tegangan arah melingkar atau
circum ferential stress. Besarnya ketebalan Shell ditentukan dengan persamaan berikut:
PR
t= (21)
S E−0,6 P
Sambungan melingkar harus bisa menahan tegangan arah longitudinal atau longitudinal
stress. Untuk memenuhi kriteria tersebut maka ketebalan Shell dapat ditentukan dari persamaan
berikut:
PR
t= (22)
2 S E+0,4 P
Dimana:
4B
Pa= (23)
( 3 Do /t )
atau dengan persamaan:
2AE
Pa= (24 )
( )3
Do
t
Lihat harga faktor A dan faktor B dari grafik UGO-28.0 dan UCS-28.2. Jika Do /t kurang dari
4 maka faktor A dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
1.1
A= 2
(25)
( D o/ t )
Untuk harga A lebih besar dari 0,1 maka harga A yang dipakai adalah 0,1. Kemudian untuk
menentukan harga tekanan eksternal izin maksimum Pa bisa ditentukan dengan persamaan
berikut:
P a 1=
[( )
2.167
D o /t ]
−0,0833 B (26)
P a 2=
2S
Do /t[1−
1
Do /t ]
(27)
Diantara harga Pa1 dan Pa2 dicari harga yang paling kecil kemudian dijadikan sebagai tekanan
kerja izin maksimum eksternal Pa, kemudian bandingkan dengan P (tekanan desain eksternal).
Apabila Pa labih kecil dari P maka ketebalannya harus diperbesar dari harga semula.
1.1.3.2. Head
Seluruh bejana tekan harus ditutup dengan Head. Head lebih banyak berbentuk kurva
daripada pelat datar. Bentuk kurva lebih banyak memiliki keuntungan antara lain kuat
sehingga ketebalan Head bisa lebih tipis, lebih ringan walaupun agak mahal.
PR
t= (28)
2 S E+0,8 P
b) Ellipsoidal Head
PD
t= (29)
2 S E+1,8 P
PD
t= (30)
2cos α ( S E+0,4 P )
0.885 PL
t= (31)
S E+ 0,8 P
t=d
√ 0.13 P
SE
(33)
Atau
t=dx
√ CP(
SE
D .34 ) (34)
B
Pa= (35)
( R o /t )
Jika Pa perhitungan di atas lebih besar dari tekanan desain maka ketebalan yang
diasumsikan aman digunakan, tetapi jika Pa lebih kecil dari tekanan desain maka ketebalan
yang diasumsikan harus diperbesar dan prosedur diulangi lagi.
b) Ellipsoidal Head
Penentuan ketebalan ellipsoidal Head sama dengan prosedur di atas, tetapi Ro= k1Do, dimana k1=
0.9.
Prosedur untuk menentukan ketebalan Head pada prinsipnya sama tetapi untuk Head tipe ini
menggunakan tabel UGO-28 ASME dengan harga Pa dibawah ini:
4B
P z a= (36)
3 ( D l /t cos α )
Nozzle adalah komponen silinder yang berupa lubang yang menembus Shell atau Head dari
bejana tekan. Nozzle memiliki beberapa fungsi antara lain:
Merekatkan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan fluida dari atau ke bejana tekan.
Sebagai tempat untuk sambungan instrumen, seperti level gauges, thermowell satau
pressure gauges.
Sebagai tempat untuk akses langsung ke peralatan lain misalnya heat exchanger
Gambar 6. Nozzle atau Opening tanpa reinforcements
Keterangan gambar:
PR
t r= (37)
S E−0,6 P
P Rn
t rn = (38)
S E−0,6 P
Dimana:
P = tekanan desain
Keterangan gambar:
Luas total reinforcements yang diperlukan dibawah tekanan internal tidak boleh kurang dari A.
Dimana:
F = faktor koreksi, 1
fr1 = 1
sedangkan luas total reinforcements berdasarkan tekanan desain eksternal hanya 50% dari luas
reinforcements dibawah tekanan internal dengan tr adalah ketebalan dinding yang diperlukan
berdasarkan perhitungan tekanan desain eksternal.
1.1.3.4. Support
Komponen ini berfungsi untuk menahan bejana tekan agar tidak berpindah atau bergeser.
Penyangga ini harus bisa menahan beban baik berupa beban berat bejana ataupun beban
dari luar seperti angin dan gempa bumi. Perancangan penyangga tidak seperti desain
bejana tekan karena penyangga tidak mempunyai tekanan.
A. Saddle Supports
Tabung horizontal biasanya disangga dengan saddle supports pada dua tempat. Struktur
seperti ini akan menyebarkan berat bejana sehingga akan menghindari terjadinya tegangan
lokal pada Shell pada titik sangga. Dimensi penyangga tergantung pada ukuran dan kondisi
desain dari bejana tekan.
B. Leg Supports
Bejana tekan vertikal kecil biasanya menggunakan penyangga tipe leg support.
Perbandingan maksimum antara panjang leg dengan diameter bejana tekan biasanya 2:1.
Banyaknya leg yang dibutuhkan tergantung pada ukuran bejana tekan dan besarnya beban yang
diterima.
C. Lug Supports
Lug support adalah penyangga yang penyambungannya langsung dilas di Shell. Jenis penyangga
seperti bisa juga digunakan pada bejana tekan vertikal. Lug support bisa digunakan pada
bejana tekan dari ukuran kecil sampai medium (diameter 1 sampai 10 ft) dan bejana
tekan dengan perbandingan tinggi dan diameter antara 2:1 sampai 5:1.
D. Skirt Supports
Bejana tekan silindris vertikal biasanya menggunakan penyangga tipe skirt support. Penyangga
skirt adalah perpanjangan Shel lyang dilas lebih rendah dari Shell pada bejana tekan vertikal
silindris. Sedangkan skirt untuk bejana tekan tipe Spherical dilas didekat garis tengah bejana
seperti pada Gambar 8.
Ketebalan skirt dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada skirt pada saat vessel beroperasi
maupun pada saat pengujian hidrostatik. Beban yang bekerja pada skirt adalah berat total bejana
dan momen. Berikut persamaan untuk menentukan ketebalan skirt.
12 M T W
t= 2
+ (40)
R πSE Dπ SE
Dimana:
Anchor bolts berfungsi untuk mengunci bejana agar tetap pada pondasinya. Beban yang
bekerja pada anchor bolt adalah beban momen akibat angin maupun gempa bumi. Ukuran
anchor bolts ditentukan dengan menggunakan luas total yang dibutuhkan untuk melawan
momen yang bekerja pada dasar bejana. Luas total anchor bolt yang dibutuhkan dirumuskan
sebagai berikut.
12 M −W z d
Ab =2 π (41)
C t Sa j d
Dimana:
Variabel Ct, z, Ccdan j ditentukan dari tabel D Values of Constants as Function of K, sedangkan
harga K ditentukan dari persamaan berikut.
1
KF t = ( 42)
Sa
1
n f cb
Dimana:
M −W z d
F t= ( 43)
jd
Ft Ab
Sa = dimana t s= (44 )
t s r Ct πd
Fc
f cb= (45)
( l 4 −n t s ) r C c
Dimana :
Fc = Ft+ W
l4 = l -ts
Persamaan tegangan tarik pada baja dan tekan pada beton adalah:
Sa =n f c ( 46)
t B =l1
√ 3fc
S
, tanpa gusset (47)
t B=
√ 6 M max
S
, dengan gusset ( 48)
Dimana :
1. Fillet-Weld Shear
τ fw =0,49 S (49)
2. Groove-Weld Tension
τ gw =0,74 S(50)
τ a=0,7 S(51)
1) Kategori A
Sambungan berlas longitudinal yang berada pada badan utama, ruang hubung, transisi
diameter atau nozzle; tiap sambungan berlas yang berada pada bejana berbentuk bola, pada
formed Head atau flat Head, atau pada pelat sisi dari suatu bejana bersisi-datar; sambungan
berlas melingkar yang menghubungkan hemisferis Head ke badan utama, ke transisi
diameter, ke nozzle atau ke ruang hubung.
2) Kategori B
Sambungan berlas melingkar yang berada pada badan utama, ruang hubung, nozzle, atau
transisi diameter termasuk sambungan antara transisi dan silinder baik pada ujung besar
maupun ujung kecilnya; sambungan berlas melingkar yang menghubungkan formed Head
selain hemisferis ke badan utama, ke transisi diameter, ke nozzle atau ke ruang hubung.
3) Kategori C
Sambungan berlas yang menghubungkan flensa, Van Stone Lap, dudukan tube, atau flat
cover ke badan utama, ke formed Head, ke transisi diameter, kenozzle atau ke ruang hubung;
tiap sambungan berlas yang menghubungkan satu pelat sisi ke palat sisi lainya dari bejana
bersisi-datar.
4) Kategori D
Sambungan berlas yang menghubungkan ruang hubung atau nozzle ke badan utama, ke
bejana berbentuk bola, ke transisi diameter, ke Head atau bejana bersisi datar, dan sambungan
yang menghubungkan nozzle ke ruanghubung (untuk nozzle pada ujung kecil dari trsnsisi
diameter, lihat kategori B).
Lasan jenis ini membuat dua buah takikan di bagian penampang atas dan bagian penampang
bawah dari benda kerja yang akan disambung dengan las.
Lasan jenis ini membuat satu takikan di bagian penampang atas dari benda kerja yang akan
disambung dengan las.
Pengelasan jenis ini menyambungkan dua atau lebih plat dengan mengelas tiap-tiap ujung
dari plat tersebut, yang ditempelkan dengan plat yang lain.
Pengelasan jenis ini memperkuat sambungan lasan dengan metoda sebelumnya, dengan
menambahkan titik las pada plat yang lain, dimana lasan tersebut menempel dengan plat yang
telas dilas sebelumnya. Hampir sama dengan metoda sebelumnya, perbedaan pada penambahan
titik lasa untuk memperkuat sambungan lasan yang lain.
Hampir sama dengan metoda sebelumnya, perbedaan pada penambahan titik lasa untuk
memperkuat sambungan lasan yang lain.
2.METODOLOGI
2.1. Observasi
Mengambil secara langsung data untuk menganalisis daerah kritis pada bejana tekan di PT.
PERTAMINA EP PRABUMLUIH di divisi Stationary Engineering/ Maintenance Planning and
Scheduling, dan pengecekan masalah yang terjadi pada bejana tekan di Workshop di PT.
PERTAMINA EP PRABUMULIH.
Metode penyelesaian model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah baku (lazim)
yang didapat dari literature yang berhubungan dengan bejana tekan.
Setelah dilakukan pengumpulan data-data hasil pengukuran yang akan dianalisa, sehingga
diketahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas,Diameter,Tinggi,dan lainlain
Untuk memudahkan dalam perhitungan pada sebuah tangki, diperlukan gambaran dan
data-data spesifik yang telah ada dari hasil survey dilapangan maupun dari literatur yang sudah
ada. Analisa yang dilakukan pada tangki berbentuk tangki atmosferik (atmospheric tank), seperti
tangki pada stasiun pengumpul utama (SPU) di PT. Pertamina Prabumulih Limau field. Adapun
data spesifik dari tangki yang digunakan tersebut adalah sebagai berikut.
- Tebal Plat = 6 mm
Volume storage tangki meliputi volume yang mengisi tangki, yaitu minyak. Jadi untuk
menghitungnya adalah sebagai berikut :
Dimana : r tangki = Jari-jari tangki (m)
r tangki = 6 m
h = 10,05 m
r = 3,14
maka,
v = 3,14 (6 m ¿2 10,05 m
= 189,342 m3
Berat muatan tangki yaitu berat fluida yang mengisi tangki tersebut. Jadi untuk menghitungnya
adalah sebagai berikut :
= 151473,6 kg
P = .g.h
h = tinggi tangki
jadi, tekanan pada tangki adalah :
P = 78.792 N/m2
P.D
σ c = 2 t
¿
¿
D = Diameter tangki
t = Tebal plat
Untuk mencari nilai tegangan circumferensial, nilai tekanan yang dipakai adalah nilai tekanan
dalam tangki yang tingginya 10,05 m adalah 78,792 x 10-3kg/mm2.
Maka Diketahui :
D = 12000 mm
T = 6 mm
P. D
σc =
2t
σ c = 78,792 kg/mm2
3.5.2. Tegangan longitudinal (σ l)
P.D
σl =
4. t
Untuk mencari nilai tegangan circumferensial, nilai tekanan yang dipakai adalah nilai tekanan
dalam tangki yang tingginya 10,05 m adalah 78,792 x 10-3kg/mm2.
D = 12000 mm
t = 6 mm
P.D
σl =
4. t
σ l = 39,396 kg/mm2
IV. KESIMPULAN
Dengan memasukan nilai volume = 189,342 m3 maka didapat nilai diameter sebesar 12 m /
12000 mm
Tegangan Circumferencial (σ c) yang terjadi pada pada bejana sebesar : σ c = 78,792 kg/mm2
Tegangan longitudinal (σ_l) yang terjadi pada pada bejana Spherical sebesar :σ l = 39,396 kg/
2
mm
DAFTAR PUSTAKA
[2] Buthod, Paul. dan Eugene, F. Megyessy. 1995. Pressure Vessel Handbook.
Pressure Vessel Publishing Inc. Oklahoma
[3] Chattopadhyay, Somnath. 2005. Pressure Vessel Design and Practice. CRC
Press
[4] Gross, Dietmar. Werner, Haugher. Jorg Schroder. Wolfgang, A. Wall. Javier
Bonet. 2011. Engineering Mechanics 2. Springer. Berlin