Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“RUANG LINGKUP PENILAIAN DENGAN TAKSONOMI TUJUAN PENDIDIKAN


(KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK) DENGAN PENILAIAN HASIL
BELAJAR SESUAI STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN NASIONAL”

Oleh:
KELOMPOK 4

Nurul Wardah ( 105361101620)


Nur Rezky Mauliana J (105361101720 )
Andi Ashabul Khair S ( 105361101818)
Lailatul Hikmatus S. (180402008)

Mata Kuliah:
EVALUASI PEMBELAJARAN & HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampuh:
Dr. SUKMAWATI, S.Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahiwabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ” Ruang Lingkup Penilaian
dengan Taksonomi Tujuan Pendidikan (Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik) dengan Penilaian
Hasil Belajar Sesuai Standar Penilaian Pendidikan Nasional” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Dr. Sukmawati, S.Pd., M.
Pd.selaku Dosen mata kuliah Evaluasi Proses & Hasil Pembelajaran Matematika yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Tahapan Hasil Belajar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Wassalamualaikum warohmatullahiwabarakatuh

Makassar , 23 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.......................................................................................................... II
DAFTAR ISI....................................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C.Tujuan Penulisan.................................................................................................. 2
D.Manfaat Penulisan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerangka Dasar Tujuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar..................... 3
B. Ruang Lingkup Penilaian ................................................................................. 4
C.Penilaian Hasil Belajar Sesuai Standar Penilaian Pendidikan Nasional ............ 13
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan.......................................................................................................... 18
B.Saran ................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………............ 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu wadah individu untuk belajar mengembangkan kemampuan
yang dimilikinya melalui proses penanaman bermacam-macam nilai-nilai. Pendidikan yang
diselenggrakan itu terlihat sukses atau tidaknya jika adanya hasil yang didapat baik dalam
bentuk angka ataupun tidak. Dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak terlepas juga
dengan adanya pengukuran, penilaian dan evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadp siswa.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru disebut bahwa
”Dalam kegiatan pembelajaran, penilaian merupakan salah satu unsur penting yang wajib
dikuasai oleh pendidik dalam melaksanakan tugas di sekolah”. Evaluasi sangat dibutuhkan
dalam pendidikan. Karena hal ini sangat menbatu untuk mengetahui keberhasilan
pembelajaran. Dalam evaluasi kita akan menemukan kelemahan dalam pembejaran tersebut
sehingga mampu dikembangkan dengan kebih baik.
Idealnya, ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek pembelajaran,
baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor.Peserta didik yang memiliki
kemampuan kognitif yang baik belum tentu dapat menerapkannya dengan baik dalam
memecahkan permasalahan kehidupan. Untuk memahami lebih jauh tentang klasifikasi
domain hasil belajar, kita dapat mengikuti pendapat yang dikemukakan Benyamin S.Bloom,
dkk., yang mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu domain kognitif,
doman afektif, dan domain psikomotor.
Domain kognitif merupakan domain yang menekankan pada pengembangan kemampuan
dan keterampilan intelektual. Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan
pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi, sedangkan domain psikomotor berkaitan
dengan kegiatan keterampilan motorik. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran akan
difokuskan juga kepada aspek-aspek pembelajaran yang meliputi program pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran. Selanjutnya akan dikemukakan pula
ruang lingkup penilaian hasil belajar yang sesuai dengan standar penilaian pendidikan
nasional.

1
Berdasarkan uraian di atas maka perlu penjelasan secara rinci mengenai ruang lingkup
penilaian dengan taksonomi tujuan pendidikan (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
dengan penilaian hasil belajar sesuai standar penilaian pendidikan nasional.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat disusun adalah
sebagai berikut :
1. Bagamianakah kerangka dasar tujuan pendidikan dan penilaian hasil belajar?
2. Bagaimanakah ruang lingkup penilaian?
3. Bagaimanakah penilaian hasil belajar sesuai standar penilaian pendidikan nasional?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah di atas adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kerangka dasar tujuan pendidikan dan penilaian hasil belajar
2. Mengetahui ruang lingkup penilaian
3. Mengetahui penilaian hasil belajar sesuai standar penilaian pendidikan nasional

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat dijadikan bahan/materi publikasi yang akan menambah pengetahuan tentang
mekanisme penilaian bagi seluruh satuan pendidik di Indonesia.
2. Memberikan pengetahuan tentang pendekatan penilaian, ruang lingkup hasil belajar,
dan proses pengumpulan hasil belajar matematika siswa, bagi penulis dan pembaca
yang notabenenya adalah calon tenaga pendidik sehingga dapat menambah
pemahaman tentang proses penilaian (assessment).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kerangka Dasar Tujuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar


Merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini
pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain (ranah, kawasan), setiap domain tersebut dibagi kembali ke
dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Kerangka tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro (1959), yaitu:
cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan
pengamalan. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang
sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti
misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan
kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Pada tahun 1956 Benyamin Bloom menyampaikan gagasannya berupa taksonomi
tujuan pendidikan dengan menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke

3
dalam bentuk sistem klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil
perubahan pada diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran.
Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk)
dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi
sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif.
Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.
1. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk
tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai
pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.
2. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu : mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan
dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari
untuk memecahkan masalah tersebut.
Dengan demikian aspek kognitif adalah sub taksonomi yang mengungkapkan tentang
kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaitu evaluasi.
Untuk itu, afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih
kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak
semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Dengan dengan satuan
pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran
afektif dapat dicapai.

B. Ruang Lingkup Penilaian


Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1959), hasil belajar dapat dikelompokkan ke
dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi
beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang
kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal
yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak.

4
Adapun rincian setiap domain tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Domain Kognitif (Cognitive Domain)
Domain kognitif(cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang
kemampuan, yaitu:
a. Pengetahuan(Knowladge)
Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau
istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.

b. Pemahaman (omprehension)
Pemahaman(comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang
disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya
dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni: (1)
Menterjemahkan, (2) Menafsirkan, dan (3) Mengekstrapolasi.

c. Penerapan(Aplication)
Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan
teori-teori dalam situasi baru dan konkrit.

d. Analisis(Analysis)
Analisis(analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau
komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang
terorganisasi.

5
e. Sintesis(Synthesis)
Sintesis(synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai
faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme.

f. Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi(evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep
berdasarkan kriteria tertentu.
Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa,
sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk
mengevaluasi sesuatu.

2. Domain Afektif(Affective Domain)


Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke
arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai
yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam
membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
a. Jenjang Kemampuan
Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu :
(1) Kemampuan menerima(receiving)
Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan
tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk
menerima dan memperhatikan.
(2) Kemampuan menanggapi/menjawab(Responding)
Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan
yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena
tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan
peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan.

6
(3) Kemampuan menilai(valuing)
Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara
konsisten.
(4) Kemampuan organisasi(organization)
Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan
masalah, membentuk suatu sistem nilai.

b. Kriteria Ranah Afektif


Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan
sebagai ranah afektif (Andersen, 1981:4), yakni; perilaku melibatkan perasaan
dan emosi seseorang, dan perilaku harus tipikal perilaku seseorang.
Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah, Intensitas dan target.
(1) Intensitas
Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa
perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang
atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih
kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif
atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik
atau buruk.
Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan
dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama,
maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum.

(2) Target
Target, mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan.
Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada
beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap

7
sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa
merupakan target dari kecemasan.
Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang
tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi
tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa target
kecemasannya adalah tes.
c. Tipe Karakteristik Ranah Afektif
Ada lima tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu :
(1) Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau
tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui
penguatan serta menerima informasi verbal.
Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap
adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek,
situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya
sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik
ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999).
Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris,
harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa
Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk
pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.

8
(2) Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir
melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian
atau pencapaian.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau
keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal
penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
- Mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan
dalam pembelajaran,
- Mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
- Pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
- Menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas

(3) Konsep diri


Menurut Smith (1978), konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan
individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah,
dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain.
a. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti
sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya
bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah
sampai tinggi.
b. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik,
yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat
dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu
informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan
motivasi belajar peserta didik dengan tepat.

9
c. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.
Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut:
1. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta
didik.
2. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah
dicapai.
3. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
- Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta
didik.
- Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.
- Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan
mengetahui standar input peserta didik.
- Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti
pembelajaran.
- Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
- Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
- Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
- Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
- Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap
peserta didik.
- Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya
dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
- Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
- Peserta didik mampu menilai dirinya.
- Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
- Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.

(4) Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968), merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap

10
buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai
mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu
seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif.
Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung
pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai
adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu
dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan
bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga
objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan.
Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik
menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi
peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi
konstribusi positif terhadap masyarakat.

(5) Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral
anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement
moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang
melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan,
bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan
orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.
Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang
lain baik fisik maupun psikis.
Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral
berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Ranah afektif lain yang penting adalah:

11
a. Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam
berinteraksi dengan orang lain.
b. Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai,
misalnya moral dan artistik.
c. Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat
perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
d. Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis
memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada
semua orang.

3. Domain Psikomotor
Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang
berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang
sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan
memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit.
Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok
keterampilan masing-masing, yaitu:
a. Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak,
menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.
b. Manipulations of materials or objects, yang meliputi : mereparasi,
menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
c. Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan,
menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong,
menarik dan menggunakan.
Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan
tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan
kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan kreatifitas.
Dengan demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal termasuk kemampuan
tingkat rendah.

12
Dilihat cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi
dua,
yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan
melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah atau mengulang
kembali keberadaan ide-ide tersebut. Sedangkan kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu
memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya kemampuan peserta
didik dalam berpikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan
guru dalam melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat
kemampuan yang rendah saja melalui paper and pencil test. Peserta didik tidak
akan mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan
kesempatan untuk mengem bangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.

C. Penilaian Hasil Belajar Sesuai Standar Penilaian Pendidikan Nasional


1. Pengertian Standar Penilaian Pendidikan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016,
standar penilaian adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip,
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang
digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada
pendidikan dasar dan menengah.
2. Tujuan Standar Penilaian
Tujuan standar penilaian ini adalah menciptakan proses penilaian yang mengarah
pada tercapainya standar kompetensi lulusan.
3. Fungsi Standar Penilaian
Adapun fungsi standar penilaian adalah sebagai berikut.
 Sebagai acuan atau pedoman untuk tenaga pendidik dalam menjalankan
penilaian pembelajaran peserta didik.
 Menciptakan penilaian yang transparan, sistematis, dan komprehensif.
 Menjadi acuan dalam menjalankan prinsip-prinsip penilaian.
4. Manfaat Standar Penilaian

13
Manfaat adanya standar penilaian adalah pendidik bisa memantau perkembangan
peserta didik, baik dari aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

5. Ruang Lingkup Standar Penilaian


Ruang lingkup standar pendidikan dasar dan menengah meliputi penilaian hasil
belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian
hasil belajar oleh pemerintah.
6. Isi Standar Penilaian
Isi standar penilaian yang termuat di dalam rumusan Permendikbud Nomor 23
Tahun 2016 meliputi hal-hal berikut :
a. Aspek Penilaian
Aspek yang menjadi objek penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah meliputi :
(1) Aspek sikap
Penilaian aspek sikap bertujuan untuk mendapatkan informasi deskriptif
tentang sikap/perilaku peserta didik.
(2) Aspek pengetahuan
Penilaian aspek pengetahuan bertujuan untuk mengukur tingkat
penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan yang diberikan.
(3) Aspek keterampilan
Penilaian aspek keterampilan bertujuan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengimplementasikan pengetahuan yang diperolehnya
dalam memecahkan suatu permasalahan.
b. Prinsip Penilaian
Dalam melakukan penilaian, seorang tenaga pendidik dan unit satuan
pendidikan harus berpegang pada prinsip penilaian yang telah dirumuskan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu sebagai berikut.
 Sahih, artinya data penilaian sesuai dengan kemampuan peserta didik.

14
 Objektif, artinya kriteria penilaian jelas dan sesuai prosedur, bukan karena
faktor subjektivitas.
 Adil, artinya penilaian tidak menguntungkan salah satu pihak karena
berlaku sama sesuai jenjang pendidikannya.
 Terpadu, artinya penilaian dan proses pembelajaran berjalan simultan dan
tidak terpisahkan.
 Terbuka, artinya prosedur, kriteria, dan dasar penilaian bisa diketahui oleh
pihak berkepentingan.
 Menyeluruh dan berkesinambungan, artinya penilaian dilakukan dengan
berbagai teknik dan mencakup seluruh kompetensi.
 Sistematis, artinya pelaksanaan penilaian dilakukan secara terencana dan
sesuai langkah-langkah baku.
 Baracuan kriteria, artinya penilaian berdasarkan pencapaian kompetensi
yang telah ditetapkan.
 Akuntabel, artinya seluruh hasil penilaian bisa dipertanggungjawabkan.
c. Bentuk Penilaian
Jika ditinjau dari penyelenggara penilaian, ada tiga macam bentuk penilaian,
yaitu :
(1) Bentuk penilaian oleh pendidik
Pendidik bisa melakukan penilaian dalam bentuk ulangan, kuis,
pengamatan, penugasan, atau lainnya. Hasil penilaian tersebut bisa
digunakan sebagai bahan evaluasi guna perbaikan proses pembelajaran
serta memetakan tingkat kemampuan peserta didik.
(2) Bentuk penilaian oleh unit satuan pendidikan
Unit satuan pendidikan juga harus ikut serta dalam menjalankan program
penilaian. Bentuk penilaian oleh unit satuan pendidikan bisa berupa ujian
sekolah/madrasah dan ujian praktik. Hasil yang diperoleh dari penilaian
akan digunakan untuk menentukan kelulusan peserta didik.
(3) Bentuk penilaian oleh pemerintah
Sebagai pemegang regulasi pendidikan, pemerintah juga berhak
mengadakan penilaian terhadap peserta didik. Penilaian itu bisa berupa

15
Ujian Nasional yang kini sudah ditiadakan atau AKM (asesmen
ketuntasan minimal).
d. Mekanisme Penilaian
Mekanisme penilaian adalah cara yang digunakan untuk melakukan penilaian
secara terintegrasi guna mencapai standar kompetensi lulusan. Adapun
mekanisme penilaian yang dilakukan oleh masing-masing pelaksana penilaian
adalah sebagai berikut.
(1) Mekanisme penilaian oleh tenaga pendidik
 Rancangan penilaian oleh pendidik dimulai sejak pembuatan RPP
yang didasarkan pada silabus.
 Penilaian aspek sikap dilakukan melalui pengamatan dan hasilnya
menjadi tanggung jawab wali kelas.
 Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, lisan, dan
tugas yang lain.
 Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui praktik, portofolio,
proyek berdasarkan kompetensi yang dinilai.
(2) Mekanisme penilaian oleh unit satuan pendidikan
 Penetapan KKM dilakukan melalui rapat dewan pendidik.
 Penilaian harus mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek
keterampilan.
 Penilaian diambil setelah ujian sekolah/madrasah.
 Hasil penilaian disampaikan dalam bentuk laporan yang didahului
dengan rapat kelulusan/kenaikan kelas oleh dewan pendidik.
(3) Mekanisme penilaian oleh pemerintah
 Penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional atau
bentuk lain.
 Apabila ada penilaian lain akan dirumuskan melalui Peraturan Menteri
lanjutan/perbaikan.
e. Prosedur Penilaian
(1) Prosedur penilaian aspek sikap
Tahapan untuk memberikan penilaian aspek sikap adalah sebagai berikut.

16
 Pendidik mengamati perilaku peserta didik pada saat berlangsungnya
pembelajaran.
 Setiap perilaku peserta didik dicatat pada lembar observasi.
 Mengadakan tindak lanjut hasil pengamatan perilaku.
 Menulis deskripsi perilaku peserta didik di laporan akhir
pembelajaran.
(2) Prosedur penilaian aspek pengetahuan
Tahapan untuk memberikan penilaian aspek pengetahuan adalah sebagai
berikut.
 Menyusun rencana penilaian secara sistematis.
 Mengembangkan instrumen penilaian.
 Mengadakan penilaian.
 Menyampaikan hasil penilaian dalam bentuk laporan berupa angka,
mulai 0 – 100 dan disertai deskripsi.
(3) Prosedur penilaian aspek keterampilan
Tahapan untuk memberikan penilaian aspek keterampilan adalah sebagai
berikut.
 Menyusun rancangan penilaian secara sistematis.
 Mengembangkan instrumen penilaian.
 Mengadakan penilaian.
 Menyampaikan hasil penilaian dalam bentuk laporan berupa angka 0 –
100 dan disertai deskripsi.
f. Instrumen Penilaian
(1) Instrumen penilaian oleh pendidik
Instrumen penilaian oleh pendidik bisa berupa tes, pengamatan, penugasan
perseorangan/kelompok, dan bentuk lain yang disesuaikan dengan
kompetensi peserta didik.
(2) Instrumen penilaian oleh unit satuan pendidikan
Instrumen penilaian oleh satuan pendidikan bisa berupa penilaian akhir
dan/atau ujian sekolah/madrasah, dengan syarat sudah memenuhi

17
persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan validitas empirik.
(3) Instrumen penilaian oleh pemerintah
Instrumen penilaian oleh pemerintah bisa berupa Ujian Nasional dengan
syarat sudah memenuhi substansi, konstruksi, bahasa, validitas empirik,
dan memiliki skor sebagai pembanding antarsekolah.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan), setiap domain
tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Kerangka
tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor.
Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana
sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar,
dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Rincian setiap domain yaitu :
Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Domain afektif meliputi jenjang kemampuan(menerima, menanggapi/menjawab, menilai dan
organisasi), kriteria ranah afektif (intensitas dan target), serta tipe karakteristik ranah afektif
(sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral). Domain psikomotor dengan kelompok
keterampilan masing-masing, yaitu Muscular or motor skill, manipulations of materials or
objects, dan Neuromuscular coordination.

B. Saran
Agar penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan berjalan maksimal dan
menghasilkan informasi akurat, akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan, pendidik dan
satuan pendidikan perlu terus meningkatkan kemampuan terhadap pemahaman dan
implementasi penilaian melalui peningkatan keikutsertaan dalam berbagai pendidikan dan
pelatihan penilaian berbasis kelas.
Selain itu, Pemerintah wajib meningkatkan kompetensi pendidik terhadap pemahaman dan
implementasi teknik dan prosedur penilaian melalui berbagai kebijakan dan program penguatan
penilaian internal serta perlu segera menyusun petunjuk teknis penilaian hasil belajar oleh
pendidik dan satuan pendidikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Elis RatnaWulan, S.Si., MT, & Dr. H. A. Rusdiana, Drs., MM. (2014). EVALUASI PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN KURIKULUM 2013. Bandung: Pustaka Setia .

sereliciouz. (2021, Februari 23). Quipper Blog. Retrieved from Standar Penilaian Pendidikan –
Pengertian, Manfaat, dan Isi:
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/standar-penilaian/#Ruang_Lingkup_Standar_Penil
aian

20

Anda mungkin juga menyukai