OLEH KELOMPOK II
PEKANBARU
BAB I
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2020). Standar pelayanan
kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Permenkes RI, 2016).
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
(Kemenkes,2014)
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud
IFRS merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit yang habis pakai serta
pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling, Meso, Monitoring Terapi
Obat, Reaksi Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga pasien (Rusli, 2016).
Perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses sistematis yang
dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap periode tertentu sehingga
kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh tiap
kategori SDM kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit
1. Pelayanan
3. Peralatan
1. Tenaga medis
2. Tenaga kefarmasian
3. Tenaga keperawatan
4. Tenaga kesehatan
5. Tenaga nonkesehatan
2. 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling
3. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8
5. 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
Sakit; dan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian dari suatu rumah sakit dibawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit
untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud
pelayanan produk yaitu sediaan farmasi, perbekalan kesehatan dan bahan medis
habis pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi klinik (PIO, Konseling, Meso,
Monitoring Terapi Obat, Reaksi Merugikan Obat) bagi pasien atau keluarga
2016)
Habis Pakai
Rumah Sakit
- Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
memungkinkan)
Pakai
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat
digunakan
Obat
- Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat
pasien/keluarga pasien
Pakai
lain:
stabil
Rumah Sakit
- Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
untuk:
a) Pemilihan
b) Perencanaan kebutuhan
c) Penerimaan
d) Pendistribusian
f) Pengendalian
g) Administrasi
c) Rekonsiliasi Obat
f) Visite
Kemenkes No. 129 tahun 2008 tentang standar minimal pelayanan rumah sakit,
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
rawat inap merupakan sub unit Instalasi Farmasi yang melaksanakan pelayanan
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
Adalah suatu sistem distribusi obat kepada pasien rawat inap disiapkan
dalam bentuk dosis satu kali pemakaian. Sistem distribusi obat UDD merupakan
tanggung jawab farmasis, juga terkait dengan staf medis, perawat, dan
dalam bentuk satuan unit dosis yang terdiri dari obat-obatan dalam jumlah yang
telah ditentukan atau penyediaan yang efisien untuk satu kali penggunaan untuk
1. Pasien mendapat pelayanan farmasi yang lebih baik selama 24 jam sehari dan
pesanan obat yang asli dari dokter sebelum pemberian obat; dan bagi perawat
4. Meniadakan duplikasi pesanan obat dan kertas kerja yang berlebihan dibagian
perawatan farmasi.
lebih efisien.
dari saat dokter menulis pesanan obat sampai saat pasien menerima dosis
unit/UDD.
9. Kemasan dosis unit masing-masing diberi label, dengan nama obat, kekuatan
daya obat, nomor kontrol, dan kemasan tetap utuh sampai obat tersebut siap
dan juga membantu menarik kembali kemasan pada saat obat itu ditarik dari
peredaran.
Individual dose dispensing adalah resep yang ditulis dokter untuk tiap
pasien untuk beberapa hari. Dimana setiap pasien langsung bisa menebus
Keuntungan :
dan pasien.
Kerugian :
Pasien yang berada di rawat inap, terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Pasien BPJS
dengan one day dose dispensing yaitu ada pasien yang mendapatkan obat
langsung untuk sekali pakai, dan dikombinasikan dengan obat-obat yang bisa
dipakai untuk sehari. Sehingga pasien BPJS selalu mendapatkan obat langsung
individual dose dispensing, yaitu pasien non BPJS diberikan obat untuk
pemakaian beberapa hari sekaligus, namun pemberian obat untuk dimakan ada
yang langsung diberikan untuk beberapa hari, dan ada juga yang pemberiannya
dibantu oleh petugas dengan memberikannya per unit atau pemberian sekali pakai.
Keluarga pasien
memberikan Dibuat konsultasi Keluarga pasien di
kwitansi ke kasir pembayaran oleh petugas informasikan untuk
dan perawat rawat rawat inap mengambil obat
Apotek Rawat jalan adalah sub unit dari instalasi farmasi yang merupakan
b. Mencatat obat dan alkes habis pakai yang hampir habis dalam buku
tersendiri.
c. Merapikan penyimpanan obat dan alkes habis pakai sebelum dan sesudah
pelayanan.
e. Menerima dan memeriksa obat dan alkes habis pakai askes rumah sakit
f. Mencatat pemakaian obat dan alkes habis pakai umum dan BPJS dari
3. Resep akan dientri oleh petugas sekaligus diverifikasi dan diberi nomor urut.
5. AA memeriksa ulang nama obat, jumlah obat, jenis obat, aturan pakai, dan
biaya obat.
Setelah obat selesai disiapkan dan dicek ulang, obat diserahkan kepada
pasien disertai dengan penjelasan cara pakai, cara penyimpanan dan informasi
lainnya
Sumber Daya Manusia merupakan aset rumah sakit yang penting dan
merupakan sumber daya yang berperan besar dalam pelayanan rumah sakit.
Penanganan Sumber Daya Manusia Penting karena mutu pelayanan rumah sakit
sangat tergantung dari perilaku Sumber Daya Manusia, kemajuan ilmu dan
perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta terpadu dan saling mendukung, guna
(Adisasmito, 2007)
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
dan tujuan Instalasi Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga
dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri. (Permenkes RI,2016).
- Apoteker
- Tenaga Administrasi
- Pekarya/Pembantu pelaksana
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
jawabnya.
- Mempunyai SK penempatan
a. Beban Kerja
jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik dan
produksi)
jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor stock) per hari
volume Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
rawat jalan, maka kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk pelayanan
pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan yang dilakukan oleh
Instalasi Farmasi.
dan rawat jalan, diperlukan juga masing-masing 1 (satu) orang Apoteker untuk
Kefarmasian pada unit rawat intensif dan unit rawat darurat yang akan diatur
yang diperlukan.
dengan kompetensinya.
mentaati prinsip dan prosedur yang ditetapkan dan sesuai dengan kaidah-
kefarmasian terkini.
Apoteker juga dapat berperan dalam Uji Klinik Obat yang dilakukan di
oleh subyek penelitian dan mencatat Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
rawat inap
apoteker madya
Jalan
3. Memantau Persediaan Obat dan Alat kesehatan Habis Pakai Umum dan
Rawat Jalan
6. Melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian sesuai uraian jabatan
apoteker muda
2. Mengawasi Kegiatan Produksi Obat Steril dan Non Steril dan Bahan
Habis Pakai
3. Menetapkan formula obat dan teknik pembuatan sediaan obat jadi yang
akan diproduksi
ruangan.
7. Menyiapkan data Obat dan Alat Kesehatan Habis Pakai BPJS dan
apoteker madya
Sakit. Metode WISN adalah alat manajemen sumber daya manusia yang
digunakan untuk menentukan berapa banyak tenaga kesehatan jenis tertentu yang
diperlukan untuk mengatasi beban kerja yang diberikan, dan menilai tekanan
jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan beban kerja mereka. Terdapat langkah
dalam penerapan metode WISN, yaitu menentukan kader yang prioritaskan dan
menetapkan waktu tersedia, menetapkan unit kerja tersedia, dan kategori SDM,
perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja (Shipp, 1998) (Depkes RI,2004).
kategori SDM yang bekerja di RS selama satu tahun. Data yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
atau lokakarya.
e. Ketidak hadiran kerja sesuai data rata – rata ketidak hadiran kerja
SDM adalah :
fungsinal.
c. Data pegawai berdasar pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di
RS.
kesehatan.
Beban kerja adalah kuantitas beban kerja selama 1 tahun setiap kategori
SDM. Standar beban kerja disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan (rata-rata waktu) dan waktu yang tersedia per tahun yang
dimiliki oleh setiap kategori tenaga menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh
kebutuhan SDM per unit kerja meliputi: Data yang diperleh dari
b) Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama kurun waktu satu
kurun waktu satu tahun. Kebutuhan jumlah SDM disetiap unit kerja
Shipp (1998) langkah terakhir dalam perhitungan WISN dan berhubungan dengan
pengambilan keputusan yaitu rasio. Rasio antara kenyataan dan kebutuhan, inilah
ketentuan:
b) Rasio WISN < 1 berarti jumlah SDM yang ada belum sesuai dengan
beban kerja.
Instalasi Rawat Inap memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien yang
pendistribusian obat pada pasien rawat inap, baik pasien umum maupun pasien
BPJS. Apotek rawat inap mempunyai satu orang apoteker penanggung jawab dan
obat, aturan pemakaian, cara pemberian obat dan mengatur sistem manajerial
apotek rawat inap. Asisten apoteker bertugas sebagai penanggung jawab bangsal
neurologi yang dibagi tiga orang bertanggung jawab pada shift pagi dan satu
orang bertanggung jawab pada shift sore. Asisten apoteker merangkap sebagai
petugas entry data yang tertulis dalam Kartu Instruksi Obat (KIO). KIO
Rumah Sakit
Untuk menghitung tenaga kerja yang dibutuhkan, kita terlebih dahulu harus
mengetahui :
1. Menentukan jabatan
Pendidikan/pelatihan/izin/ = 10 hari
sakit = 21 hari
Waktu kerja/hari
Waktu Kerja = 6 hari/minggu
30 hari – 4hari= 26 hari/bulan
26 hari x 12 bulan = 312hari /tahun
Hari kerja tersedia = hari kerja - Cuti*
= 312 hari - (12h +10 h+21h)
= 269 hari/tahun
Waktu kerja efektif = waktu kerja tersedia – waktu istirahat
= 6 jam – 1 jam
= 5 jam/hari atau 300menit/hari
Waktu kerja tersedia = hari kerja tersedia x waktu kerja efektif
= 269 hari x 5 jam
= 1345 jam/tahun
*: (cuti tahunan/bersama + pendidikan/pelatihan/izin/sakit + libur
nasional).
Keterangan :
Beban Kerja/ beban tugas adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus
untuk menyelesaikan satu jenis tugas sesuai dengan total jumlah pasien.
= 1,26 org
Neurologi)
Neurologi)
Kebutuhan :
531menit
x 1 orang=1,77 orang
300 menit
b)
c)
d)
a.
A.
B.
C. Perhitungan
e)
f)
a.
A.
B.
C.
D.
E.
Kebutuhan:
818 menit
x 1 orang = 2,73 orang
300 menit
220.042menit
x 1 orang = 2,73 orang
80.700 menit
Rawat Jalan
Beban
No Uraian tugas SKR WPT
tugas
1 Melaksanakan pelayanan 67 resep 9,5 menit/ resep Resep non
farmasi untuk pasien BPJS non racikan dan racikan 60 x
poliklinik pada pagi hari, 21,6 menit untuk 9,5 menit =
IGD sesuai dengan protap resep racikan 570 menit
pelayanan sedangkan
resep racikan
7 x 21,6
menit = 151,2
menit jadi
total waktu
721,2 menit
2 Mengawasi stok harian serta 30 menit 30 menit
menyusun permintaan obat
umum dan BPJS habis pakai
ke gudang farmasi
3 Merapikan penyimpanan 30 menit 30 menit
Obat dan Alkes habis pakai
sebelum dan setelah
pelayanan
4 Mengkoordinir dan 150 1 menit/kartu stok 150 menit
melaksanakan pengisian
kartu stok
∑WPT 931,2 menit
Kebutuhan:
Jumlah Apoteker yang dibutuhkan = ❑
waktu kerja efektif /hari x 1 Orang
931,2 menit
x 1 orang = 3,1 orang
300 menit
250.492,8 menit
x 1 orang = 3,1 orang
80.700 menit
Beban
No Uraian Tugas SKR WPT
Tugas
1. Melaksanakan entry 67 resep 3 resep/ 201 menit
data resep umum pada menit
shift pagi
2. Memprint Rekap 5 menit 5 menit
Bulanan Penjualan
Apotek Rawat Jalan
Umum
3. Membukukan 20 menit 20 menit
pengeluaran obat
harian
4. Melaksanakan entry 10 3 menit 30 menit
mutasi obat dari
apotik BPJS atau
Beban
No Uraian Tugas SKR WPT
Tugas
UMUM
5. Membukukan faktur 20 menit
Obat Umum dari
setiap obat yang
masuk ke Apotik
Rawat Jalan dalam
buku faktur.
6. Membuat daftar harga 30 menit
Obat dari setiap faktur
obat yang baru masuk
sekaligus memeriksa /
mencek daftar harga
obat yang lama.
∑WPT 306menit
Kebutuhan :
306 menit
x 1 orang = 1,02 orang
300 menit
82.314 menit
x 1 orang = 1,02 orang
80.700 menit
Kebutuhan :
270 menit
x 1 orang = 0,9 orang
300 menit
BAB IV
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis kebutuhan tenaga kefarmasian dengan metode WISN di
Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Otak DR.Drs. M.Hatta Bukittinggi diketahui data
sebagai berikut:
Dari data pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan SDM di
Rumah Sakit Otak DR.Drs. M.Hatta Bukittinggi sebagian besar telah sesuai.
Hanya saja terdapat kekurangan satu apoteker di Apotek Rawat Jalan.
5.2 Saran
Dari perhitungan metode WISN Rumah Sakit Otak DR.Drs. M.Hatta
untuk menambah Apoteker pada posisi tersebut. Hal ini, sesuai dengan Permenkes
Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, W. (2007). Sistem kesehatan. PT. Raja grafindo persada. Jakarta.
Rusli. 2016. Farmasi Rumah Sakit dan Klinik. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik
Indonesia;