Anda di halaman 1dari 10

Ambon, 12 Maret 2017

No : 02/Pdt.PMH/ISP/III/2017

Hal :Gugatan Perbuatan Melawan Hukum

Kepada Yth.

Ketua Pengadilan Negeri Ambon

Di Pengadilan Negeri Ambon

Jl. Sutan Hairun, Sirimau, Kota Ambon, Maluku. Dengan penuh rasa hormat,

Perkenankan kami, yang bertandatangan dibawah ini :

Yulis Garlora , SH

Semy Batuwael SH

Keduanya adalah Advokat/Pengacara, berkewarganegaraan Indonesia, yang tergabung pada kantor


hukum Yulis Garlora & Partners yang beralamat kantor di Jl. Dr Siwabessy No 24 RT 003 RW 02,
kelurahan mangga dua, kecamatan Sirimau, kota Ambon Maluku. berdasarkan surat kuasa khusus
tertanggal 14 Agustus 2015 yang telah dikirim kepaniteraan pengadilan ( vide: surat kuasa terlampir),
bertindak untuk dan atas nama :

Yang selanjutnya dalam perkara ini disebut sebagai ………………………………. Penguggat Dengan ini hendak
mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum terhadap : PT INDOMOBIL FINANCE INDONESIA
Cabang Ambon , yang berkedudukan di Kel Rijali Kota Ambon Maluku. Yang selanjutnya dalam perkara
ini disebut sebagai ……………………………… Tergugat

Adapun dasar-dasar yang diajukannya gugatan ini adalah sebagaimana hal-hal berikut ini :

1. Bahwa Penggugat adalah konsumen (debitur) yang memperoleh fasilitas kredit dari Tergugat
(kreditur) sebagai leasing atau lembaga pembiayaan non bank. Bahwa untuk mendapatkan
fasilitas kredit, Penggugat menjaminkan surat berharga berupa Bukti Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB) Toyota Kijang warna Coklat Metalik Tahun 1999 Nomor Polisi DE 1247 FH
kepada Tergugat.
2. Bahwa Penggugat adalah pemilik kendaraan mobil Toyota Kijang warna Coklat Metalik Tahun
1999 Nomor Polisi DE 1247 FH Nomor Rangka MHF11KF8000047321, Nomor Mesin 7K0245245,
Nomor BPKB I07663020, yang selanjutnya dalam perkara ini mohon disebut sebagai objek
sengketa
3. Bahwa sebelum memperoleh fasilitas tersebut, anatara Penggugat dan Tergugat telah terlebih
dahulu saling mengikatkan diri suatu perikatan pembiayaan yang kemudian dalam pembiayaan
sebelum biaya dengan Nomor : 84701621413, yang selanjutnya dalam perkara ini disebut
sebagai Perjanjian Pembiayaan.
4. Bahwa perlu Penggugat sampaikan kepada Yang Mulia Majelis Hakim, sebelum Penggugat
mengajukan gugatan, karyawan tergugat datang ke Penggugat untuk melakukan survei di
Penggugat. Setelah Penggugat dianggap layak dan memenuhi kualifikasi pembiayaan oleh survei
surveyor tersebut menyuguhkan dokumen-dokumen yang telah berisi ketentuan-ketentuan
dengan klausula baku dan huruf kecil untuk ditandatangani tanpa adanya kesempatan atau
kebebasan untuk bebas tanpanya proposal perubahan terhadap klausula baku yang telah
tertuliskan dalam perjanjian, atau tidak-tidaknya karyawan yang diutus oleh Tergugat
menjelaskan terlebih dahulu Pasal – Pasal yang krusial krusial dalam perjanjian
mempersembahkan hadiah dari debitur ke kreditur yang tidak dapat dicabut kembali, kreditur
dapat melakukan segala tindakan yang dipandang perlu oleh kreditur tanpa persetujuan debitur,
pencantuman klausul yang memberikan kreditur dari ganti kerugian oleh debitur atas terjadinya
kerugian yang diderita sebagai akibat dari tindakan debitur, dan klausul lainnya yang
memposisikan risiko kreditur sangat tinggi. Sehingga dengan terpaksa, Penggugat harus
menerima semua persyaratan yang tercantum dalam formulir kredit, walaupun Penggugat tidak
setuju terhadap Pasal-Pasal tertentu. Hal tersebut dikarenakan Penggugat tidak mengerti dan
awam dengan bahasa dan klausul lainnya yang memposisikan resiko kreditur sangat tinggi.
Sehingga dengan terpaksa, Penggugat harus menerima semua persyaratan yang tercantum
dalam formulir kredit, walaupun Penggugat tidak setuju terhadap Pasal-Pasal tertentu. Hal
tersebut dikarenakan Penggugat tidak mengerti dan awam dengan bahasa dan klausul lainnya
yang memposisikan resiko kreditur sangat tinggi. Sehingga dengan terpaksa, Penggugat harus
menerima semua persyaratan yang tercantum dalam formulir kredit, walaupun Penggugat tidak
setuju terhadap Pasal-Pasal tertentu. Hal tersebut dikarenakan Penggugat tidak mengerti dan
awam dengan bahasalegal drafting yang menjadi klausal dalam perjanjian.
5. Sesuai dengan perjanjian pembiayaan yang dibuat antara Penggugat dan Tergugat, jangka waktu
pembiayaan adalah 36 (tiga puluh enam bulan) terhitung sejak tanggal 24 Oktober 2014 sd 24
September 2017, terhadap perjanjian pembiayaan itu, Penggugat wajib membayar anggsuran
setiap bulannya sebesar Rp.1.738. 000 ( satu juta tujuh ratus tiga puluh delapan ribu rupiah );
6. Sejak Perjanjian Pembiayaan berlaku efektif, Penggugat selalu melakukan pembayaran angsuran
hingga 20 bulan berturut-turut dengan jumlah angsuran yang telah disetorkan adalah sebesar
34.760.000,- ( tiga puluh empat juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah ). Sehingga sisa pokok
angsuran penggugat adalah 16 bulan dengan total Rp. 27.808.000 ( dua puluh tujuh juta delapan
ratus delapan ribu rupiah ) yang belum diumumkan kepada Tergugat.
7. Bahwa ternyata jumlah pelunasan yang diminta Tergugat adalah R66.385.000,- ( enam puluh
enam juta tiga ratus delapan puluh lima ribu rupiah ). Penggugat sangat penting untuk menilai
jumlah Rp. 66.385.000,- sangat tidak masuk akal dan terkesan mencari keuntungan sepihak.
Menurut perhitungan Penggugat sisa hutang yang akan tersedia mulai Rp.35.000.000/hari Rp.
40.000.000,-. Jumlah tersebut berdasarkan sisa pembayaran yang belum dapat diselesaikan
dengan keterlambatan keterlambatan. Namun ternyata penggugat diharuskan membayar biaya
surat kuasa yang dibuat oleh Tergugat kepada pihak debt-collector sebesar 19.500.000 (
sembilan belas juta lima ratus ) dan biaya jasa penarikan sebesar Rp. 10.000.000,- ( sepuluh juta
rupiah). Jika Tergugat sebagai usaha memiliki iktikad baik, pelakunya akan membuktikan atau
tidaknya melakukan tindakan besar tentang biaya surat kecilnya kepada penagih utang, penagih
utang yang akan ditunjuk, maupun baiaya jasa penagih utang.
8. Bahwa tentang penunjukan debt-collector yang biaya surat kuasanya mencapai Rp. 19.500.000
dan biaya penarikan oleh debt-collector Rp.10.000.000, merupakan keuntungannya terhadap
konsumen/debitur atau tidak-tidaknya terselubung ikhtikad buruk Tergugat dibalik pembuatan
perjanjian pembiayaan daninya justru sebaliknya yang diminta untuk biaya utang- pengumpul.
9. Tergugat sendiri yang memiliki biaya surat kuasa dan jasa penarikan oleh penagih utang sebab
Tergugat yang menunjuk dan membuat surat kuasa yang dimiliki oleh penagih utang. Bisa
dibayangkan bila debt-collector yang ditunjuk dan diberikan surat kuasa tanpa persetujuan
konsumen meminta bayaran surat kuasa sebesar Rp.500.000.000,- dan jasa penarikan sebesar
Rp. 500.000.000, sehingga total biaya untuk debt-collector Rp.1 milyar. Inilah yang Penggugat
maksud, dibalik perjanjian pembiayaan terselubung ikhtikad buruk Tergugat untuk menindas
konsumen/debitur. Maka berlebihan berlebihan apabila konsumen pola yang demikian itu
adalah praktik bisnis yang kotor dan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

A.Kronologi Perkara

• Pada hari senin tanggal 03 Oktober 2016 kakak Penggugat (Agustinus) dan orang
tua/ayah Penggugat (Bustamar) beserta Ibu Penggugat dan Saudara Lainnya
yang sedang mengendari objek sengketa untuk suatu keperluan keluarga di kota
Ambon singgah di ATM BRI (komplek PGSD) Jln Doktor Tamaela, kelurahan
Urimesing, Kota Ambon Maluku. Kemudian kakak Penggugat datangi 3 Orang
pihak eksternal/deb-collector, bukan karyawan Tergugat. Bahwa 3 orang
eksternal tersebut, 1 orang mengajak kakak Penggugat (Agustinus) turun dari
Mobil untuk berbicara dan 1 orang lainnya tanpa diketahui kakak Penggugat
(Agustinus) mengambil kunci kontak dari dalam mobil dan pihak eksternal
tersebut berkata “ mobil sudah menunggak dan harus ditarik” .Dan pada saat itu
kakak Penggugat (Agustinus) dan orang tua Penggugat (Bustamar) tidak mau
memberikan mobil dengan alasan bahwa satu hari sebelumnya Penggugat
sudah ada komunikasi dengan karyawan Tergugat yang bernama Ari untuk
membayar tunggakan pada hari Rabu, Tanggal 05 Oktober 2016. Akan tetapi 3
Orang pihak eksternal mengatakan “tidak bisa” . Pada akhirnya kakak Penggugat
(Agustinus) dan orang tua Penggugat (Bustamar) beserta 3 orang pihak
eksternal/deb collector memutuskan untuk menyelesaikan tunggakan dikantor
PT. INDOMOBIL FINANCE INDONESIA Cabang Ambon.
• Namun sesampainya di kantor PT.INDOMOBIL FINANCE INDONESIA Cabang
Ambon, pihak PT. INDOMOBIL FINANCE INDONESIA Cabang Ambon mengatakan
kepada ayah Penggugat (Bustamar) “Cabang Ambon tidak bisa menerima
pembayaran angsuran bunga, pembayaran tersebut harus dilakukan di kantor
pusat di Jakarta”. Kemudian ayah Penggugat (Bustamar) tanda tangan Berita
Acara Serah Terima Kendaraan Tarik No.030611. Selama ayah Penggugat
(Bustamar) berada di kantor PT.INDOMOBIL FINANCI INDONESIA Cabang
Ambon, Ibu Penggugat yang pada saat itu berada di Mobil bersama saudara
Penggugat yang menyatakan keluar dan diminta untuk menurunkan barang-
barang dari dalam mobil. Kemudian mobil dibawa kegudang PT. INDOMOBIL
FINANCI INDONESIA Cabang Ambon. Kakak Penggugat (Agustinus) dan ayah
Penggugat (Bustamar) beserta Ibu Penggugat serta saudara lainnya yang
dibiarkan kemudian terlantar di Ambon.

1. Bahwa selanjutnya, dua hari setelah penarikan yaitu pada hari rabu tanggal 05 Oktober
2016, Penggugat datang ke kantor Tergugat dengan tujuan untuk menyelesaikan
tunggakan. Pada saat itu Penggugat bertemu dengan Bapak Rudi dibagian Collection.
Penggugat menyampaikan niat untuk menyelesaikan tunggakan yang telah terjadi yaitu
dari bulan Juni, Juli, Agustus dan September 2016, dan ditambah pembayaran yang
belum jatuh tempo yaitu bulan Oktober dan November 2016 .Akan tetapi permintaan
Penggugat tersebut ditolak oleh Bapak Rudi, dimana pada saat itu Bapak Rudi meminta
PELUNASAN dengan Sistem ditambah Biaya Tarik (Biaya Surat Kuasa Kepada Eksternal)
yang terjadi di padang. Tentu saja Penggugat berkeberatan atas permintaan Bapak Rudi
tersebut mengingat kemampuan Penggugat pada hari itu hanya mampu untuk
membayar 4 (empat) Bulan yang terlambat ditambah 2 bulan yang belum jatuh tempo.
Akhirnya karena belum ada kata wajib Penggugat bertanya “ Berapa yang saya lunasi ?”.
Pada saat itu Bapak Rudi tidak memberikan angka yang pelunasan dengan alasan belum
ada kesepakatan tentang biaya tarik dengan pihak eksternal/deb collector/ di ambon.
Kemudian Bapak Rudi berjanji kepada Penggugat akan mengabarkan via Telepon kalau
sudah ketemu angka pelunasannya.
2. Bahwa setelah Penggugat menunggu ternyata tidak juga ada kabar dari Tergugat, maka
pada hari sabtu, 08 Oktober 2016, Penggugat menghubungi Bapak Rudi melalui Telepon,
dan Bapak Rudi meminta Penggugat untuk datang ke kantor PT. INDOMOBIL FINANCI
INDONESIA Cabang Ambon, pada hari senin tanggal 10 Oktober 2016. Kemudian pada
senin, tanggal 10 Oktober 2016, Penggugat datang ke kantor PT.INDOMOBIL FINANCI
INDONESIA Cabang Ambon, dan bertemu kembali dengan Bapak Rudi. Ketika Penggugat
bertanya “berapa pelunasan saya?”. Ternyata total pelunasan yang diminta
PT.INDOMOBIL FINANCI INDONESIA Cabang Ambon adalah Rp66.385.000,- ( enam puluh
enam juta tiga ratus delapan puluh lima ribu rupiah). Penggugat kaget kerena dalam
perhitungan penggugat pelunasannya berkisar Rp.35.000.000 s/d Rp.40.000.000,-.
Jumlah tersebut berdasarkan sisa pembayaran yang belum dapat diselesaikan dengan
keterlambatan keterlambatan. Namun ternyata Penggugat diharuskan membayar Biaya
Surat Kuasa yang dibuat oleh Tergugat kepada Pihak Eksternal sebesar 19.500.000 (
sembilan belas juta lima ratus ).
3. Pada hari itu juga Penggugat mengajukan permohonan resmi sebesar Rp.45.000.000,-
dari Rp.66.385.000,- dan pada tanggal 14 Oktober 2016 Penggugat dihubungi oleh
Bapak Rudi via Telepon dan jika mengajukan permohonan kepada pimpinan kantor.
4. Selanjutnya Penggugat mengajukan banding, karena untuk banding harus menunggu
persetujuan dari direktur di jakarta. Penggugat mengajukan Rp.50.000.000,-. Sampai
tanggal 31 Oktober 2016 tidak ada kabar dari pihak PT.INDOMOBIL FINANCI INDONESIA
Cabang ambon. Akhirnya Penggugat menghubungi Bapak Rudi via telepon dan dia
mengatakan “kalau dalam seminggu tidak ada jawaban kemungkinan ditolak”. Bahwa
karena tidak ada jawaban dari pihak PT.INDOMOBIL FINANCI INDONESIA Cabang
Ambon. Maka saya menyampaikan kepada Bapak Rudi untuk mediasi ke Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK);
5. Pada Hari Senin , 31 Oktober 2016 Penggugat langsung mendatangi sekretariat Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Maluku tengah dan Tanggal. Karena alamat
domisili Penggugat berada di Kota Ambon, Provinsi Maluku, Penggugat tidak bisa
melapor ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Maluku tengah. Akhirnya
sesuai dengan aturan yang berlaku pihak Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK) Maluku tengah mengusulkan Penggugat harus melapor ke Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK) terdekat.;
6. Pada Hari Jum’at, Tanggal 4 November 2016 Penggugat melapor ke Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Ambon, Provinsi Maluku. Untuk di mediasi dengan
PT.INDOMOBIL FINANCI INDONESIA Cabang Ambon dengan nomor perkara
:04/PERKARA/BPSK-SJJ/2016.
7. Pada Tanggal 14 November 2016, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota
Ambon melakukan pemanggilan terhadap Penggugat dan pihak PT.INDOMOBIL FINANCI
INDONESIA Cabang Ambon akan tetapi pihak PT.INDOMOBIL FINANCI INDONESIA
Cabang Ambon tidak hadir meskipun telah dipanggil sebanyak 3 kali secara patut.
Namun ternyata pihak PT.INDOMOBIL FINANCI INDONESIA Cabang Ambon tidak
memiliki niat baik untuk hadir
8. Eksekusi Objek Sengketa Tanpa Menunjukan Sertifikat Fidusia Selama masa
keterlambatan pembayaran, Penggugat sama sekali mendapat surat teguran (somasi)
baik secara lisan maupun tertulis dari Tergugat hingga pada tanggal 03 oktober 2016
debt collector yang beratasnamakan Tergugat datang mengajukan obyek sengketa
tanpa menunjukkan surat-surat yang sah dan tanpa menunjukkan bukti fidusia . Maka
tindakan tersebut eksekusi yang dilakukan tergugat melalui penagih utang dapat
dikualifikasi sebagai perampasan dan konflik dengan hukum.
9. Karena tidak ada bukti pendaftaran/sertifikat fidusia yang diperlihatkan kepada
konsumen sewaktu Tergugat melalui utusannya melakukan eksekusi pada tanggal 03
oktober 2016 terhadap barang jaminan oleh karenanya dapat dikatakan perjanjian
pembiayaan antara Penggugat dan Tergugat de facto merupakan perjanjian dibawah
tangan sehingga berlaku ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata sebagai lex generali ,
karenanya berlaku pula Pasal 1266 KUHPerdata yakni eksekusi harus atas dasar putusan
pengadilan. Dengan demikian eksekusi barang jaminan yang tidak dilengkapi dengan
surat-surat yang sah selain dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana perampasan (
vide ; Pasal 368 KUHP) juga sebagai perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad ) .
Karenanya eksekusi obyek sengketa yang dilakukan oleh Tergugat adalah tidak sah dan
batal demi hukum;
10. Karena perjanjian dinayatakan akan sah dan batal demi hukum karena mengandung
cacat hukum, maka sudah sepatutnya hak gugat atas gugatan dan gugatan dalam
mengajukan gugatan untuk membatalkan gugatan dalam keadaan baik dan tanpa beban
hak apapun serta menuntut penggugat untuk mengembalikan uang yang telah diterima
Penggugat dari Tergugat dikurangi uang yang telah disetorkan kepada Tergugat.
11. Perjanjian Kredit Tidak Dihadapan Notaris
12. Bahwa perjanjian pembiayaan dibuat oleh penggugat dan tergugat dibuat tanpa
dihadapan notaris atau pejabat yang berlaku, maka dalam hukum perikatan perjanjian
pembiayaan tersebut masuk kualifikasi akta di bawah tangan (vide ; Pasal 1874
KUHPerdata) sebelum melakukan eksekusi harus terlebih dahulu mengajukan
permohonan untuk memperoleh pengadilan yang kekuatan hukum tetap .
13. Merujuk Pasal 5 ayat (1) UU Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwa “pembebanan
benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa indonesia dan
merupakan akta bahwa jaminan fidusia.” Berdasarkan ketentuan tersebut dalam
pembuatan perjanjian pembiayaan yang dibuat dengan akta autentik yang berarti akta
yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang yang dibuat atau pegawai
yang berkuasa (pegawai umum) untuk itu, di mana aktanya dibuat ( vide : Pasal 1868
KUHPerdata). Dalam casu perjanjian pembiayaan yang dibuat antara penggugat dan
tergugat, tidak seharusnya akta notaris karena proses pembuatannya tidak dihadapan
notaris sehingga menurut hukum bertentangan Pasal 5 UU jaminan fidusia.
14. Bahwa tergugat sebagai pelaku usaha multinasional tentunya mengetahui bahwa
dasarkan UU Perlindungan Konsumen Pasal 18 ayat (1)
15. menyatakan bahwa :Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk dilarang membuat atau klausula baku pada setiap dokumen dan/atau
perjanjian apabila: Menyatakan tanggung jawab Menyatakan bahwa pelaku usaha
berhak memilih barang yang dibeli konsumen; Menyatakan bahwa pelaku usaha yang
berhak memilih kembali uang yang atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh
konsumen; Menyatakan mempersembahkan kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak
yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara bertahap; Menghemat
pemakaian barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen; Memberi hak
kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan
konsumen yang menjadi jual beli jasa; Menyatakan tunduknya konsumen kepada
peraturan berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang
dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang
dibelinya; Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli
oleh konsumen secara bertahap. Pelaku usaha dilarang klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang sulit . sulit Setiap
klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian
yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dinyatakan batal demi hukum. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang
bertentangan dengan undang – undang Namun demikian dalam praktiknya Tergugat
dengan menggunakan formulir standar dimana didalamnya berisi syarat-syarat dan
ketentuan yang menggunakan klausula baku dan trik surat yang digunakan dalam hal
pembuktiannya jika mengetahui itu bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) jo Pasal 62
ayat (1) UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
16. Bahwa perangkat hukum yang melindungi konsumen tersebut tidak memiliki untuk
mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi sebaliknya perlindungan konsumen dapat
mendorong iklim usaha yang sehat yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh
dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang
berkualitas. Penelantaran Terhadap Konsumen Dalam Pelaksanaan Eksekusi adalah
Perbuatan Melawan Mukum Pada saat eksekusi objek sengketa pada hari senin tanggal
03 Oktober 2016, Ibu Penggugat yang berada di Mobil bersama saudara Penggugat yang
keluar dan diminta untuk menurunkan barang-barang dari dalam mobil. Kakak
Penggugat (Agustinus), ayah Penggugat (Bustamar) dan Ibu Penggugat serta saudara
lainnya dibiarkan terlantar di lokasi kejadian oleh debcollector utusan Tergugat tanpa
bantuan akomodasi transportasi atau tidak-tidaknya mengantarkan penggugat kerumah
asal atau tujuan tujuan sehingga tidak dalam keadaan bingung dan terlantar mati kota
padang. Bahwa akibat penelantaran ini, ibu Penggugat mengalami shockdan berdampak
pada penurunan kesehatannya. Dalam situasi yang demikian, akibat penelantaran dan
sikap yang tidak bertanggung jawab dari deb-collector utusan Tergugat terpaksa
mengajukan sejumlah uang kepada Ibu Penggugat untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan, biaya konsumsi selama dikota padang dan biaya untuk naik mobil
rental/cataran, dan mengurus barang- barang bawaan lainnya, dengan total
keseluruhan Rp.5.000.000,- ( lima juta rupiah ) yang penggugat juta kepada keluarga
untuk menanggulangi penelantaran yang dilakukan Tergugat. Bahwa konsumen
merupakan prioritas terpenting dalam sebuah bisnis termasuk bisnis pembiayaan. Suatu
bisnis tidak akan bisa berjalan tanpa ada konsumen. Tetapi terkadang banyak perlakuan
terhadap konsumen yang merugikan konsumen sehingga pelaku dari asas Good
Corporate Governance Bahwa permasalahan yang dihadapi konsumen tidak hanya
sekedar bagaimana memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari yang menyangkut
kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah maupun konsumen itu sendiri
tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pengusaha menyadari bahwa mereka
harus menghargai hak-hak konsumen, memproduksi barang dan jasa yang berkualitas,
aman untuk digunakan atau dikonsumsi, mengikuti standar yang berlaku, dengan harga
yang sesuai.
17. Diberlakukannya undang-undang serta peraturan-peraturan-persegala sektor yang
berkaitan dengan hal tersebut dengan berpindahnya barang dan jasa dari pengusaha ke
konsumen bertujuanuntuk meningakatkan martabat dan kesadaran konsumen, dan
secara tidak langsung mendorong pelaku usaha dalam menyelenggarakan kegiatan
usaha dengan penuh rasa tanggung jawab dapat dilakukan sosial kontrol terhadap dan
perilaku pengusaha dan pemerintah. Berdasarkan Pasal 2 UU Perlindungan Konsumen
yang menyatakan bahwa Perlindungan konsumen berasaskan keadilan, keseimbangan,
keamanan dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum . Permohonan debitur
utusan tergugat yang melakukan penuntutan terhadap keluarga penggugat
bertentangan dengan keselamatan konsumen sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 UU
Perlindungan sehingga tindakan penggugat gugatan dapat dikualifikasikan terhadap
perbuatan melawan hukum.
18. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas secara sederhana dapat diintisarikan sebagai
berikut : Perjanjian Pemandangan Nomor : 84701621413 yang dibuat oleh Tergugat dan
Penggugat dengan menggunakan formulir dan klausula baku, menggunakan surat-surat
kuasa dalam hal barang jaminan jaminan pembayaran, atau tidak-tidaknya tidaknya
tanpa kehadiran notaris, bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, sehingga beralasan hukum Perjanjian
Pembiayaan aquo dinyatakan batal demi hukum.
19. Dalam pelaksanaan eksekusi objek sengketa tanpa menunjukkan dokumen-dokumen
yang terkait dan tanpa menunjukkan Setifikat Fidusia kepada Penggugat sebagai
konsumen atau tidak-tidaknya dengan prosedur yang benar menurut undang-undang
adalah melawan hukum.
20. Bahwa dalam pelaksaan eksekusi objek sengketa, penelantaran terhadap konflik
bertentangan dengan keselamatan dan ketentuan Pasal 2 UU Perlindungan Konsumen
juga suatu tindakan melawan hukum.
21. Bahwa atas perbuatan tergugat yang terurai telah nyata menimbulkan kerugian pada
diri Penggugat karenanya berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa
“ Setiap perbuatan yang melanggar hukum dan mendatangkan kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian karena kesalahannya untuk
kerugian tersebut ” Penggugat berhak menuntut ganti rugi sebesar Rp. 149.760.000 (
seratus empat puluh sembilan juta tujuh ratus enam puluh ribu ) dengan rincian sebagai
berikut :
22. Kerugian Materil Jumlah angsuran yang telah Penggugat bayar 20 bulan x Rp. 1.
738.000, = Rp. 34.760.000 ( tiga puluh empat juta rupiah tujuh ratus enam puluh ribu
rupiah )Biaya medical check up keluarga Penggugat akibat penelantaran Rp. 3.500.000,-
( tiga juta lima ratus ribu rupiah ) Biaya Transportasi keluarga Penggugat Padang –
Dhamas Raya Rp. 1.000.000,- ( satu juta rupiah ) Biaya Konsumsi Perjalanan keluarga
Penggugat Padang – Dhams Raya Rp. 500.000,- ( lima ratus rupiah )
23. Kerugian Imateri Selain mengalami kerugian materiil tersebut di atas Penggugat juga
menderita kerugian materiil karena keluarga Penggugat dipermalukan dimuka umum
dilokasi eksekusi objek sengketa. Hal mana jika dinilai dengan uang maka patut dan
setara dengan Rp. 100.000.000,- ( seratus juta rupiah Agar putusan Pengadilan Negeri
Muara Bungo ini dapat dijalankan dengan serta merta meskipun ada upaya banding,
verzet, dan kasasi, uit voorbarr bij vooraad , mohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia
untuk meletakkansita jaminan ( conservatoir beslag ) terhadap satu unit Mobil Toyota
Kijang warna Coklat Metalik Tahun 1999 Nomor Polisi DE 1247 FH Nomor Rangka
MHF11KF8000047321, Nomor Mesin 7K0245245, Nomor BPKB I07663020 Bahwa
karena Gugatan Penggugat berdasarkan hukum yang benar dan jelas, maka Tergugat
harus dihukum untuk membayar uang paksa ( dwangsom ) Rp1 .000.000,- (satu juta
rupiah ) setiap hari apabila Tergugat lalai melaksanakan putusan sampai dipenuhinya isi
putusan dengan sempurna oleh Tergugat;

PETITUM

Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk secara keseluruhan Objek sengketa berupa satu unit Mobil
Toyota Kijang warna Coklat Metalik Tahun 1999 Nomor Polisi DE 1247 FH Nomor Rangka
MHF11KF8000047321, Nomor Mesin 7K0245245, Nomor BPKB I07663020, STNK dan BPKB atas nama
Bustamar adalah milik Penggugat yang sah.

Menyatakan Perjanjian Pembiayaan Nomor 84701621413 yang dibuat Tergugat dengan menggunakan
format dan klausula baku bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen sehingga batal demi hukum.

Menyatakan eksekusi terhadap obyek sengketa berupa satu unit Mobil Toyota Kijang warna Coklat
Metalik Tahun 1999 Nomor Polisi DE 1752 FH Nomor Rangka MHF11KF8000047321, Nomor Mesin
7K0245245, Nomor BPKB I07663020, tanpa menunjukkan surat-surat yang sah atau tidak menunjukkan
sertifikat fidusia kepada Penggugat sebagai konsumen adalah melawan hukum Menyatakan pembuatan
akta notaril yang menggunakan surat kuasa dalam hal pemberian jaminan secara fidusia terhadap
barang yang dibeli dengan angsuran bertentangan dengan hukum.

Menyatakan penggunaan Surat Kuasa tanpa persetujuan Penggugat yang dibuat oleh Tergugat kepada
debt-collector yang biayanya Rp. 19.500.000,- ( sembilan belas juta lima ribu rupiah ) dibebankan
kepada Penggugat adalah tidak sah dan bertentangan dengan ratus hukum.

Menyatakan penggunaan jasa penarikan oleh debt-collector tanpa persetujuan Penggugat yang
biayanya Rp.10.000.000 ( sepuluh juta rupiah ) dibebankan kepada Penggugat adalah tidak sah dan
bertentangan dengan hukum. Menyatakan perbuatan tergugat melalui utusannya penagih utang yang
menelantarkan keluarga Penggugat dilokasi eksekusi barang jaminan adalah perbuatan melawan hukum
Memerintahkan Tergugat untuk mengembalikan obyek sengketa berupa satu unit Mobil Toyota Kijang
warna Coklat Metalik Tahun 1999 Polisi DE 1247 FH Nomor Rangka MHF11KF8000047321, Nomor Mesin
7K0245245, Nomor BPKB I07663020, kepada Penggugat.

Memerintahkan Tergugat untuk melaksanakan isi putusan terlebih dahulu meskipun ada upaya verzet ,
banding, kasasi, atau merancang kembali. Memerintahkan Tergugat untuk membayar kerugian
Penggugat sebesar 149.760.000 ( seratus empat puluh sembilan juta tujuh ratus enam puluh ribu )
dengan rincian sebagai berikut :

Kerugian Materil

Jumlah angsuran yang telah Penggugat bayar 20 bulan x Rp. 1. 738.000, = 34.760.000 ( tiga puluh empat
juta rupiah tujuh ratus enam puluh ribu rupiah ) Biaya medical check up keluarga Penggugat akibat
penelantaran 3.500.000,- ( tiga juta lima ratus ribu rupiah ) Biaya Transportasi keluarga Penggugat
Waihaong- passo Raya 1.000.000,- ( satu juta rupiah ) Biaya Konsumsi Perjalanan keluarga Penggugat
Rp. 1.000.000,- ( satu juta rupiah )

Kerugian Imateri

Bahwa selain penggugat mengalami kerugian materiil diatas penggugat juga menderita kerugian materiil
karena penggugat dipermalukan dimuka umum dilokasi eksekusi objek sengketa keluarga. Hal mana bila
dinilai dengan uang maka patut dan setara Rp. 100.000.000,- ( seratus juta rupiah )

Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa ( dwangsom ) sebesar 1.000.000 ( Satu juta rupiah )
setiap hari apabila ia lalai menjalankan isi putusan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini

SUBSIDER

Bila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya ( ex aequeo et bono ) Demikian
gugatan ini kami sampaikan. Atas Perhatian Ketua Pengadilan Negeri Ambon Majelis Hakim yang
memeriksa, memutus, dan mengadili perkara ini, kami terima terima kasih.

Hormat kami,
Kuasa Hukum Penggugat

YULIS GARLORA, SH

SEMY BATUWAEL, SH

Anda mungkin juga menyukai