Anda di halaman 1dari 9

Langkah- Langkah Menuju Budaya Keselamatan Pasien

Monika Naulia Marina / 181101145

Monikanaulia2@gmail.com

Abstrak

Latar belakang : Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis
obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup
besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Artinya
kesalahan medis didefinisikan sebagai: sLuatu Kegagalan tindakan medis yang telah
direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan)
atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan).
Tujuan : untuk mengetahui langkah-langkah menuju budaya keselamatan pasien. Metode :
metode yang digunakan adalah literature review. Hasil : Kesalahan yang terjadi dalam proses
asuhan medis ini akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa
berupa Near Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Pembahasan :
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan
diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang
sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi. Penutup :
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha
mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan system Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang
ada.

Kata kunci : Keselamatan pasien, langkah-langkah budaya pasien. Tindakan medis.


Pendahuluan

Salah satu system di Rumah Sakit adalah keselamatan pasien, yang bertujuan untuk membuat
asuhan di rumah sakit lebih aman. Artinya saat melakukan asuhan keperawatan juga
sebaiknya perawat harus selalu memperhatikan keselamatan pasien yang akan ia lakukan
asuhan keperawatan dengan begitu barulah dikatakan pekerjaan yang dilakukan perawat saat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di rumah sakit sudah baik dan benar. Ada
beberapa standar keselamatan pasien yang harus diperhatikan oleh sorang perawat pada saat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di rumah sakit. Setiap perawat, haruslah
selalu memperhatikan keselamatan pasien karena itu juga merupakan sebagian dari hal
penting pada saat ia melakukan asuhan keperawatan.

Tujuan

Untuk mengetahui Langkah- Langkah Menuju Budaya Keselamatan Pasien dan dapat
menerapkannya dengan baik dan benar.

Metode

Metode yang digunakan literature review.

Hasil

Peningkatan Keselamatan Pasien dan Menciptakan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah


Sakit. Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan budaya Patient safety ini :

1. Put the focus back on safety


Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik dan teraman untuk pasien.
Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan
dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit atau unit
pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang terlibat dalamsafer patient initiatives di
Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan
dan mereka memegang peran kunci dalam membangun dan mempertahankan fokus patient
safety di dalam RS.

2. Think small and make the right thing easy to do

Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan langkah-
langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini dan membuat
langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan peningkatan yang lebih nyata.

3. Encourage open reporting

Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman yang berharga.
Koordinator patient safetydan manajer RS harus membuat budaya yang mendorong pelaporan.
Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya dengan mencatat
tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien. Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden
yang terjadi bisa menjadi pembelajaran bagi semua staf.

4. Make data capture a priority

Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan mengikuti
perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data mortalitas. Dengan perubahan
data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari
penerapan patient safety.

5. Use systems-wide approaches

Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual. Pengembangan hanya bisa
terjadi jika ada sistem pendukung yang adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk
melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien. Tetapi jika
pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh kedalam sistem yang berlaku di RS,
maka peningkatan yang terjadi hanya akan bersifat sementara.

6. Build implementation knowledge

Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan metodologi, sistem
berfikir, dan implementasi program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya program disini
memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan keperawatan,
sehingga diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.

7. Involve patients in safety efforts

Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat memberikan pengaruh
yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi akan terus berkembang.
Dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite keselamatan pasien adalah salah
satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien). Secara sederhana pasien bisa diarahkan
untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut: apa masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa
yang tidak boleh kukerjakan?

8. Develop top-class patient safety leaders

Prioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data


berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan
melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam
semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak, serta dedikasi dan
komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan pengembangan budaya patient safety.
Seringkali RS harus bekerja dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerjasama
tim dan keterampilan komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik, masing-masing
anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi dengan anggota tim
lainnya melalui kolaborasi yang erat.
Pembahasan

Melakasanakan program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD


(Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, DepKes RI, 2006)
Pengorganisasian Sistem Keselamatan Pasien RS Terkait dengan manajemen mutu dan
manajemen risiko RS, Asuhan pasien atau patient care, patient safety ada ditangan “Padat
Profesi” di berbagai unit “point of care” dengan ujung tombak: Dokter dan Perawat.
Pelayanan keselamatan pasien dapat menjadi “unggulan”. (Buku Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, DepKes RI, 2006) Jadi, berdasarkan pembahasan diatas
maka untuk peningkatan mutu pelayanan terhadap patient safety perlu dibuat suatu standar
patient safety, menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam memberikan tindakan
keperawatan, penanganan pasien cidera, dan kesalahan dalam pemberian obat. Serta dapat
mendeteksi segera akan terjadinya kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan terjadinya mal
praktek. Di rumah Sakit P merencanakan penanganan patient safety mulai tahun 2009 s/d
2010 dan jika target keselamatan pasien berhasil maka kegiatan ini akan berjalan secara
berkesinambungan. Adapun rencana kegiatan pengembangan layanan patient safety :
melakukan kajian yang diperlukan meliputi kualifikasi tenaga yang diperlukan (Sarjana
Keperawatan, dan D3 Keperawatan), membentuk tim dalam pembuatan proposal ini,
Mengusulkan kepada pemerintah daerah untuk peningkatan Sumber Daya Manusia melalui
program pendidikan berkelanjutan 1 orang Sarjana Keperawatan (tugas belajar), 2 orang
pendidikan berkelanjutan bagi tenaga SPK kependidikan D3 Keperawatan (tugas belajar),
Pengembangan SDM melalui pelatihan keperawatan patient safety untuk mendapatkan
sertifikasi untuk 25 orang perawat dua kali periode, Merumuskan Standar Asuhan
Keperawatan patient safety diantaranya penyusunan Standar Asuhan Keperawatan (SAK),
penyusunan Standard Operating Prosedure (SOP), sosialisasi serta revisi dan penggunaan
SAK dan SOP. 47

Kesimpulan

Pemerintah lebih memperhatikan dan meningkatkan upaya keselamatan pasien dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan aman dengan mengeluarkan dan
memperbaiki aturan mengenai keselamatan pasien yang mengacu pada perkembangan
keselamatan pasien (patient safety) internasional yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di
Indonesia.
Referensi

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Firawati, dkk. (2012). Pelaksanaan program keselamatan pasien di RSUD solok. Jurnal
kesehatan masyarakat .Vol. 6 No. 2.

H Simamora Roymond. (2019). Documentation of Patient Identification into the Electronic


System to Improve the Quality of Nursing Services. International Journal of Scientific &
Technology Research. 8 (9). 1884-1886

H Simamora Roymond. (2019). Buku Ajar Pelaksanaan Indentifikasi Pasien. Uwais Inspirasi
Indonesia

H Simamora Roymond., Fathi Achmad. (2019). The Influence of Training Handover based
SBAR Communication for Improving Patients Safety. Indian Journal of Public Health
Research & Development. 9. 1280-1285

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah
Sakit. Jakarta.

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmojo, S. (2003). Prinsip-prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rhineka Cipta.

Potter dan Perry. (2010). Fundamental Keperawatan (Ed.7). Jakarta: Salemba Medika.

Priharjo,R. (2000). Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Rifai, Fridayanti, dkk. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Implementasi Kesehatan
Pasien di RSUD Ajjappannge Soppeng tahun 2015. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia,
vol.5. 152-157.

Rutami & Setiawan. (2012). Pelaksanaan Proses Pengkajian Keperawatan Di Ruang Rawat
Inap RSUP Adam Malik Medan. Jurnal Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima Pasien
Berbasis Komunikasi Efektif: SBAR.

Simamora, R. H. (2019). Menjadi Perawat yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata Publisher.

Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.
Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21st of Andalas University,
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai