A. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI dalam Bahasa Inggris) merupakan suatu pendekatan
yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit usia 0-5 tahun
secara menyeluruh (Maryunani, 2014).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas
rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap
penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan
upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A
dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka
kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit
tersebut. Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk
umur 5 tahun). (Kemenkes RI a. , 2014)
Manajemen terpadu balita sakit merupakan suatu pndekatan manajemen
keperawatan untuk menciptakan pelayanan keperawatab secara terpadu
terhadap pelayanan promotif, prevetif, dan kuratif secara terstruktur meliputi
Tanya, lihat, raba dan dengar kemudian membuat klasifikasi untuk pemberian
tindakan pengobatan sampai pada konseling tindak lanjut (Kemenkes RI,
2015).
Dalam menangani balita sakit, tenaga kesehatan (perawat,bidan/desa) yang
berada di pelayanan dasar dilatih untuk menerapkan pendekatan MTBS secara
aktif dan terstruktur, meliputi :
1. Melakukan penilaian adanya tanda-tanda atau gejala penyakit dengan cara
tanya, lihat, dengar, dan raba
2. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan serta pengobatan anak
3. Memberikan konseling dan tindak lanjut pada saat kunjungan ulang (Dwi,
2015).
B. Tujuan MTBS
MTBS bertujuan untuk menurunkan angka kematian serta menekan
morbiditas pada bayi dan anak terkait tanda bahaya , pneumonia, diare,
campak, malaria, DBD, Infeksi Telinga, status gizi, anemia, status HIV, dan
status imunisasi (Kemenkes RI, 2015).
Terdapat dua tujuan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), tujuan
yang pertama yakni tujuan secara umum yang bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan yang sering terjadi pada balita dan mengurangi angka
kematian balita, serta memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kesehatan anak. Tujuan yang ke dua, yakni tujuan secara luas
yang bertujuan untuk menilai tanda-tanda dan gejala penyakit, status
imunisasi, status gizi, dan pemberian vitamin A, membuat klasifikasi,
menentukan tindakan yang sesuai dengan klasifikasi dan menentukan apakah
anak perlu dirujuk, memberi pengobatan pra-rujukan, seperti dosis pertama
antibiotic, vitamin A, dan perawatan anak untuk mencegah menurunnya gula
darah dengan pemberian air gula, serta mencegah hipotermia. Pada tujuan
secara luas juga dilakukan tindakan di fasilitas kesehatan berupa tindakan
(preventif dan kuratif), seperti imunisasi, tablet zinc, dan oralit, mengedukasi
ibu cara pemberian obat dirumah dan asuhan dasar bayi muda, serta
melakukan penilaian ulang dan memberi tindakan pada saat anak kembali
untuk pelayanan tindak lanjut (Maryunani, 2014).
Selain itu MTBS juga bertujuan:
1. Meningkatkan keterampilan petugas
2. Menilai, mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah
4. Dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki
manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan
pengetahuan bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya
mengoptimalkan system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan
primer dan rumah sakit sebagai rujukan.
5. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak.
6. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
7. Memperbaiki sistem kesehatan
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan
dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes,
dll).
2. MTBS mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit
(kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan
preventif).
3. Agar penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan,
maka diperlukan langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh,
meliputi pengembangan sistem pelatihan, pelatihan berjenjang,
pemantauan pasca pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS,
ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-lain (Kemenkes RI a.
, 2014).
Tiga komponen khas yang menguntungkan yang dimiliki Praktek MTBS
yaitu:
1. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita
sakit (petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat
memeriksa dan menangani pasien balita)
2. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS)
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan) (Moelyo,
Widardo, & Herlambang, 2013)
C. Sasaran MTBS
Sasaran MTBS adalah anak usia 0-5 tahun yang dibagi menjadi dua
kelompok yakni: Kelompok usia satu hari sampai dua bulan atau biasa disebut
bayi muda dan kelompok usia dua bulan sampai lima tahun. Pelayanan
Kesehatan yang diberikan pada penatalaksanaan MTBS tidak hanya untuk
anak sakit, tetapi juga kepada anak sehat yaitu pemberian imunisasi. Sasaran
MTBS pada anak balita di layanan kesehatan tingkat dasar yakni untuk
mengurangi angka kematian balita (Maryunani, 2014).
E. Penatalaksanaan MTBS
1. Pelaksanaan Protap Pelayanan MTBS
Hal-hal yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dalam menangani
balita sakit sesuai dengan Protap MTBS, meliputi :
a. Anamnesa :
Wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan
utama, lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat
penyakit lainnya.
b. Pemeriksaan :
1) Untuk bayi umur 1 hari-2 bulan
Pemeriksaan yang dilakukan: Periksa kemungkinan kejang,
gangguan nafas, suhu tubuh, adanya infeksi, ikterus, gangguan
pencernaan, BB, status imun.
2) Untuk bayi 2 bulan - 5 tahun
Pemeriksaan yang dilakukan: Keadaan umum, respirasi, derajat
dehidrasi, suhu, periksa telinga, status gizi, imun, penialaian
pemberian makanan.
3) Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi
dokter (Depkes RI b. , 2008).
c. Pengobatan
Pengobatan untuk balita sakit yang mendapatkan terapi rawat jalan,
maka petugas kesehatan dapat mengajari ibu cara pememberian obat
oral dirumah, obat-obat yang diberikan sesuai dengan diagnosa pasien
seperti (antibiotik oral, antimalaria oral, parasetamol, vitamin A, zat
besi, dan obat cacingan). Sedangkan anak dengan tanda bahaya umum
mempunyai masalah serius perlu dirujuk segera (Dwi, 2015).
2. Langkah-langkah kegiatan MTBS
a. Persiapan pasien
Minta keluarga untuk ikut berperan dalam melakukan penilaian dan
pemberian tindakan sehingga anak sebisa mungkin dalam kondisi
rilex.
b. Persiapan lingkungan
c. Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat dengan cukup
penerangan serta ketersediaan sarana untuk menjaga privacy pasien
Persiapan alat
1) Formulir penilaian MTBS untuk balita sakit usia 2 bulan sampai 5
tahun, dan formulir bayi muda umur kurang dari 2 bulan.
2) Buku Bagan MTBS
3) Alat
a) Timbangan BB
b) Alat ukur tinggi badan/ panjang badan
c) Thermometer
d) Stateskop
d. Prosedur pelaksanaan
1) Tahap Pra-interaksi
a) Memberi salam dengan mengucapkan basmalah dan membaca
do’a, kemudian melakukan kontrak waktu.
b) Menyiapkan alat yang akan di gunakan
c) Mencuci tangan
2) Tahap orientasi
a) Memberi salam kemudian menyapa orang tua dan anak dengan
cara memanggil nama anak.
b) Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan dan
menanyakan persetujuan kesiapan anak dan orang tua sebelum
kegiatan dilakukan.
c) Mengajak ke tempat atau ruangan yang telah disiapkan atau
memilih tempat yang didinginkan.
3) Tahap kerja
a) Menetapkan usia anak untuk menyesuaikan dengan formulir
penilaian yang akan digunakan.
b) Melakukan proses tanya jawab pada anak, orang tua atau
keluarga yang mendampingi secara terstruktur berdasarkan
formulir penilaian dengan cara melingkari setiap jawaban atau
gejala yang ditemukan.
c) Data hasil Tanya jawab kemudian di klasifikasikan berdasarkan
buku bagan kemudian menentukan tindakan/ pengobatan
segera berdasarkan gejala yang ada.
d) Penentuan rencana tindak lanjut setelah pemberian pengobatan
dalam bentuk konseling kesehatan kepada orang tua dan
keluarga.
4) Tahap terminasi
a) Melakukan evaluasi hasil penilaian secara keseluruhan
berdasarkan formulir yang digunakan.
b) Menyampaikan hasil pemeriksaan pada orang tua atau
keluarga. Berpamitan sambil mengucapkan salam dan Mencuci
tangan
c) Mencatat atau mendokumentasikan hasil pemeriksaan. (Tim
Penyusun: Dosen Ners UINAM, 2020)
Depkes RI, (2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dwi. (2015). Skripsi: Faktor Yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Manajemen
Terpadu Balita Sakit. Badung-Bali: Universitas Udayana. Retrieved
Januari 13, 2020, from
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1420015024-3-skripsi%20dwi
%20Bab%20II.pdf
Kemenkes RI. (2015). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta: Direktoran Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Kemenkes RI.
Kemenkes RI, a. (2014). Pedoman Penyelenggara Manajemen Terpadu Balita
Sakit Berbasis Masyarakat (MTBS-M). Jakarta: Katalog dalam Terbitan
Kementrian kesehatan RI.
Maryunani. (2014). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Malang. Retrieved
Januari 13, 2021, from Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS):
http://eprints.umm.ac.id/49012/3/BAB%20II.pdf
Moelyo, A. G., Widardo, & Herlambang, G. (2013). Ketrampilan Managemen
Terpadu Balita Sakit. Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret.
Tim Penyusun: Dosen Ners UINAM. (2020). Buku Kepanitraan Umum Ners
Angkatan XVII (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Makassar: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar: Jurusan
Keperawatan Program Profesi Ners.