Hak orang sakit yang pertama dan yang utama adalah bebas dari segala tanggung jawab sosial
yang normal.
Artinya, orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan pekerjaan sehari-hari
yang biasa dia lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidak mutlak.
Maksudnya, tergantung dari tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakitnya tersebut.
Apabila tingkat keparahannya masih rendah maka orang tersebut mungkin tidak perlu
menuntut haknya. Dan seandainya mau menuntutnya harus tidak secara penuh.
ia tetap berada di dalam posisinya tetapi peranannya dikurangi, dalam arti volume dan
frekuensi kerjanya dikurangi. Tetapi bila tingkat keparahannya tinggi maka hak tersebut harus
dituntutnya. Lebihlebih apabila si sakit tersebut menderita penyakit menular.
Hak untuk tidak memasuki posisi sosial dapat dituntut olehnya sebab apabila tidak maka akan
berakibat ganda. Di satu pihak akan menambah derajat keparahan si sakit dan juga akan
menghasilkan hasil kerja yang tidak sempurna, dan di pihak lain masyarakat kerja atau anggota-
anggota masyarakat yang lain akan tertulari penyakitnya yang mungkin akan menimbulkan
epidemik (outbreak) yang berbahaya.
Kepada siapa hak tersebut dapat dituntut? Sebagai anggota keluarga hak tersebut dapat
dituntutnya kepada anggota keluarga yang lain. Sebagai konsekuensi tuntutan hak atas sakit ini
maka anggota keluarga yang lain dituntut kewajibannya untuk meneruskan tuntutan tersebut
kepada masyarakat dimana saja si sakit tersebut mendapatkan posisi dan peranan.
Tuntutan yang kedua adalah kepada organisasi kerja (tempat kerja), dan yang ketiga adalah
tuntutan hak sakit kepada organisasi-organisasi masyarakat dimana si sakit menduduki posisi
dan menjalankan peran.
Kedua tuntutan ini boleh langsung maupun melalui lembaga keluarga dan bahkan melalui
lembaga pelayanan kesehatan seperti surat cuti dokter dn sebagainya.
Hak yang kedua dari orang sakit adalah hak untuk menuntut (mengklaim) bantuan atau
perawatan kepada orang lain.
Di dalam masyarakat orang yang sedang sakit berada dalam posisi lemah, lebih-lebih bila
sakitnya sudah berada pada derajat keparahan yang tinggi. Di pihak lain orang yang sakit
dituntut kewajibannya untuk sembuh dan juga dituntut untuk segera kembali berperan di
dalam system sosial.
Dari kondisi ini ia berhak untuk dibantu dan dirawat agar cepat memperoleh kesembuhan. Di
dalam hal ini anggota keluarga dan anggota masyarakat yang tidak sakit berkewajiban untuk
membantu dan merawatnya.
Oleh karena tugas penyembuhan dan perawatan itu memerlukan suatu kemampuan dan
keterampilan khusus maka tugas ini didelegasikan kepada lembaga-lembaga masyarakat atau
individu-individu tertentu, seperti dukun, dokter, perawat, bidan, dan petugas kesehatan yang
lain.
Pemerintah di dalam hal ini juga sebagai penyelenggara pelayanan sosial berkewajiban untuk
memberikan hak-hak penyembuhan dan perawatan kepada anggotanya yang sedang sakit.