Anda di halaman 1dari 2

Pencegahan Tersier

Yaitu usaha pencegahan terhadap masyarakat yang setelah sembuh dari sakit serta
mengalami kecacatan. Kegiatan ini ditujukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi yang
bertujuan membantu klien untuk mencapai tingkat fungsi yang tinggi, sesuai dengan
keterbatasan yang ada akibat penyakit atau kecacatan, antara lain :
1. Pendidikan kesehatan lanjutan
2. Terapi kerja ( work therapy )
3. Perkampungan rehabilitasi sosial
4. Penyadaran terhadap masyarakat
5. Lembaga rehabilitasi dan partisipasi masyarakat

Upaya pencegahan tersier dimulai dari saat cacat atau ketidakmampuan terjadi
penyembuhan sampai stabil/menetap atau tidak dapat diperbaiki (irreversaible). Dalam
pencegahan ini dapat dilaksanakan melalui program rehabilitas untuk mengurangi
ketidakmampuan dan meningkatkan efisiensi hidup penderita. Kegiatan ini meliputi aspek
medis dan sosial.

Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari
pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi. Menurut
Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi
penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah ditegakkan.
Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat dengan melakukan
perawatan pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-terapi untuk meminimalisir
kecacatan akibat masalah tersebut. Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi. contoh:
rehabilitasi pada penderita-penderita kanker ovarium, kanker payudara dan lain sebagaiannya

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat,
untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan tertentu. Disamping
itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke
masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggoota
masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja
untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat.
Pada pusat-pusat rehabilitasi misalnya rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.

Rehabilitasi ini terdiri atas :

1. Rehablitasi fisik yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik


semaksimal – maksimalnya
2. Rehabilitasi mental yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri
dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali
bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan –
kelainan – kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita
perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam
masyarakat.
3. Rehabilitasi sosial vokasional yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang
semaksimal – maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya
4. Rehabilitasi aesthesis yaitu usaha rehabilitasi aesthesis perlu dilakukan
untuk mengembalikan rasa keindahan walaupun kadang – kadang fungsi
dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan

Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, memerlukan bantuan


dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami
keadaan mereka (fisik, mental dan kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam
proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang.

Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah pancasila
yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini. Mereka yang direhabilitasi ini
memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasihan
semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak azasinya sebagai manusia.

Dari tingkatan-tingkatan tersebut seharusnya strategi pencegahan berurutan mulai dari


pencegahan primer sampai ke pencegahan tersier. Prinsip mencegah lebih mudah dan lebih
murah daripada mengobati masih menjadi dasar mengapa pemilihan strategi pencegahan
penyakit sebaiknya berurutan dari primer menuju tersier.

Amalia, R. (2012). Kesehatan Reproduksi. Diakses pada tanggal 31 Desember 2018 dari
http://ichiekiky.blogspot.com/2012/09/makalah-kesehatanreproduksi.html.

Hariyati, dkk. (2012). Skripsi: Upaya-upaya Pencegahan dan Pola Pencarian Pelayanan
Infeksi Menular Seksual (IMS) Perempuan Pekerja Seks di Tempat Prostitusi Bandang Raya
Kota Samarinda. Diakses pada tanggal 31 Desember 2018 dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5216/jurnal%202% 205.pdf?sequence=1

Potter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses dan Praktik Ed 4. Jakarta: EGC

http://repository.unimus.ac.id/856/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai