Anda di halaman 1dari 11

SEKSUALITAS PADA REMAJA

OLEH :

NAMA NIM
A.A MADE AYUNI PUTRI ARTATI 213213315

A.A ESHA WAISYAKA 213213341

GLORY PASCA RINI PAULUS 213213327


NI WAYAN NOVI WIJAYANTI 213213313

NI MADE MIRAH MAHESWARI 213213311


I GEDE SANTIKA YASA 213213341

SHAZA AMELIA AMAY PUTERI 213213348


NI KADEK SUSANTI DEWI 213213343

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Seksualitas Pada Remaja”. Atas
terselesaikannya makalah ini, kami selaku penyusun makalah ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Ns. Ni Ketut Citrawati, S.Kep., M.Kep selaku dosen fasilitator mata
kuliah Keperawatan Maternitas yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah dan
juga semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa sesungguhnya makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun
inpirasi pembaca.

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Denpasar, 23 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................................ 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................................... 5
2.1 Seksualitas Pada Remaja .............................................................................................................................. 5
2.2 Menjelaskan Kehamilan Pada Remaja ........................................................................................................ 6
2.3 Menjadi Orang Tua Pada Masa Remaja...................................................................................................... 8
2.4 Peranan Orang Tua Dalam Keluarga .......................................................................................................... 8
2.5 Peranan Orang Tua Secara Umum .............................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan yang penuh rasa ingin tahu terhadap segala
hal, termasuk salah satunya masalah seksual. Pada masa remaja membutuhkan bimbingan
dalam bengtuk pendidkan seksual dalam pembentukan pribadinya baik dengan orang tua
maupun lingkungan. Pendidikan seksual ini juga termasuk dalam hubungan baru yang
lebih matang dengan lawan jenis. Pada masa ini informasi tentang masalah seksual sudah
seharusnya mulai diberikan untuk menghindari agar remaja tidak mencari informasi
sendiri dari teman atau sumber – sumber lain yang tidak jelas atau bahkan keliru sama
sekali.
Pada masa remaja ini mempunyai keinginan besar sekali terutama dalam masalah
seksualitas. Dorongan rasa ingin tahu ini, kalau tidak terpenuhi dengan bimbingan dan
penerangan yang benar, dikhawatirkan mereka memiliki anggapan yang salah mengenai
masalah – masalah yang berkenaan dengan seks, lebih dikhawatirkan lagi, jika para remaja
memperoleh pengetahuan dan pemahaman seksnya dari cerita – cerita kotor dan cabul.
Jika keadaan ini dibiarkan, tanpa ada usaha untuk memberikan pemahaman pendidikan
seks yang sesuai dengan agama, tidak mustahil akan tercipta keadaan yang amoral; mereka
memandang seks hanya sebagai nafsu kebinatangan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Jelaskan mengenai seksualitas pada remaja !
1.2.2 Jelaskan kehamilan pada remaja !
1.2.3 Bagaimana menjadi orang tua pada masa remaja ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan seksualitas pada remaja
1.3.2 Menjelaskan kehamilan pada remaja
1.3.3 Menjelaskan menjadi orang ua pada masa remaja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Seksualitas Pada Remaja


1. Pengertian Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain,
seperti puberteit, adolescene, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula
dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan
antara masa kanak – kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai
21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12 – 15 tahun, masa
remaja pertengahan usia 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (
Monks, et al. 2002 ). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan,
tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
perubahan fisik (Hurlock, 2004)
Menurut Sarwono (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan
jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama.
Menurut Stuart dan Sundeen (1999 ), perilaku seksual yang sehat dan adaptif
dilakukan di tempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan
perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa
melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama
dan kepercayaan masing – masing ( Mu’tadin, 2002 )
Menurut Irawati (2002) remaja melakukan berbagai macam
perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan - tahapan tertentu yaitu
dimulai dari berpegangan tangan, cium kening, cium basah, berpelukan,
memegang atau meraba bagian sensitif, petting oral sex, dan bersenggama (
sexsual intercourse ). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya
dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri

2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro (2003-2004) tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku remaja di jawa tengah adalah :
1. Faktor Internal
faktor internal (pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap
layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan
terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas
sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan),
2. Faktor Eksternal
faktor eksternal (kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-
budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu),
(Suryoputro, et al. 2006).

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi


remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual
sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai,
keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang-
tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap
perkembangan kepribadian anak sebaliknya. Orang tua yang sering bertengkar akan
menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan “melarikan diri“ dari keluarga.
Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga
dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak
(Rohmahwati, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena
tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih,
2006).
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah
perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media
massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas
antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2003).
2.2 Menjelaskan Kehamilan Pada Remaja
1. Pengertian kehamilan pada Remaja
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia relatif muda yaitu usia
kurang dari 20 tahun. Kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk
melakukan hubungan seksual mengakibatkan terajadi kehamilan remaja , yang
sebagian besar tidak dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam
situasi yang serba salah dan memberikan tekanan batin (stres) yang disebabkan oleh
beberapa faktor (Rohan dan Siyoto 2013).
2. Faktor Penyebab Kehamilan pada Remaja
Faktor penyebab terjadinya kehamilan pada remaja (Mutanana dan Mutara,20150
antara lain :
a. Latar belakang sosial-ekonomi yang buruk , karena beberapa anak terkena aktivitas
seksual karena orang tua atau wali gagal mderawat mereka.
b. Pengaruh teman sebaya dalam beberapa anak dipengaruhi oleh teman-teman
sesama , beberapa yang mungkin darilawan jenis
c. Pendidikan seks , karena mayoritas anak-anak tidak menerima pendidikan tentang
seks
d. Tidak menggunakan kontrasepsi karena anak-anak tidak diperbolehkan
menggunakan kontrasepsi
e. Harga diri yang rendah di antara anak-anak juga membuat mereka melakukan
hubungan seksual yang mengarah ke awal pernikahan
f. Tingkat pendidikan yang rendah , terutama tingkat pendidikan ibu yang gagal dalam
berperan dalam mengasuh anak-anak mereka
Penelitian Aziza dan Amperaningsih (2014) menyatakan faktor penyebab
terjadinya kehamilan pada remaja diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan mengenai
kehamilan remaja, kurangnya peran orangtua dalam memberikan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang kehamilan remaja, kurangnya
pendidikan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja, kurangnya penerapan ajaran
agama dan iman dalam diri remaja, perkembangan IPTEK, sosial budaya.
3. Dampak kehamilan usia dini pada remaja
Rohan dan Siyoto (2013) menyatakan dampak kehamilan di usia muda yaitu :
a. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena
terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh
tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek sampingyang
serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kemandulan
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), dan kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang
belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga
dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20
tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,
pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang,
keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena
keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum
obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya
sendiri.
c. Mudah terjadi infeksi
Gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi
saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan atau kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan
akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas
seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan
plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi
anemia.
e. Keracunan kehamilan (Gestosis)
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia, makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat
menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang
kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun). Angka kematian
karena gugur kandung yang dilakukan dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak
diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi.
4. Upaya Mencegah Terjadinya Kehamilan Usia Dini
Program pencegahan kehamilan remaja mencakup hal-hal berikut (Papri,
Zubaida, Sarwat dan Marsheda 2016) yaitu :
a. Remaja harus didorong untuk menunda aktivitas seks dini. Pentingnya
pemberian konseling dan informasi tentang pencegahan kehamilan, jika mereka
menjadi seksual yang aktif.
b. Tenaga kesehatan harus peka terhadap masalah yang berkaitan dengan
seksualitas remaja dan mempunyai riwayat perkembangan seksual yang tepat
pada semua pasien remaja.
c. Harus dipastikan bahwa semua remaja yang melakukan hubungan seksual aktif
memiliki pengetahuan tentang alat kontrasepsi.
Upaya pencegahan kehamilan pada remaja yaitu pentingnya pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja. Hal ini terutama terkait dengan
persebaran informasi mengenai kehamilan. Remaja memiliki kecenderungan untuk
memilih temannya sebagai sumber informasi dalam hal apapun, termasuk didalamnya
informasi mengenai kehamilan. Sumber informasi dari teman biasanya digunakan oleh
remaja sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terkait kehamilan. Tingginya risiko
kehamilan yang tidak diinginkan dan perceraian awal mendorong perlunya program
pendidikan dan pelatihan yang melibatkan teman sebaya untuk berbagi informasi
(Mediastuti, 2014).
2.3Menjadi Orang Tua Pada Masa Remaja
Upaya pencegahan kehamilan pada remaja yaitu pentingnya pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja. Hal ini terutama terkait dengan
persebaran informasi mengenai kehamilan. Remaja memiliki kecenderungan untuk
memilih temannya sebagai sumber informasi dalam hal apapun, termasuk didalamnya
informasi mengenai kehamilan. Sumber informasi dari teman biasanya digunakan oleh
remaja sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terkait kehamilan. Tingginya risiko
kehamilan yang tidak diinginkan dan perceraian awal mendorong perlunya program
pendidikan dan pelatihan yang melibatkan teman sebaya untuk berbagi informasi
(Mediastuti, 2014).
Komplikasi psikososial akibat pernikahan dan kehamilan di usia dini didukung
oleh suatu penelitian yang menunjukkan bahwa keluaran negatif sosial jangka panjang
yang tak terhindarkan, ibu yang mengandung di usia dini akan mengalami trauma
berkepanjangan, selain juga secara psikologis belum siap untuk bertanggung jawab dan
berperan sebagai istri, partner, seks, ibu, sehingga jelas bawah pernikahan anak
menyebabkan imbas negatif terhaap kesejahteraan psikologis serta perkembangan
kepribadian mereka.
Untuk perencanaan mejadi orang tua, maka para calon orang tua wajib mempersiapkan
diri meraka masing-masing dengan cara sebagai berikut:
1. Persiapan Fisik
Persiapan fisik penting untuk perencanaan menjadi orang tua. Perbanyak olah
raga dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi tinggi. Himbauan
berlaku bagi calon ayah dan ibu. Perokok aktif dan pasif dapat membuat janin
mengalami gangguang pertumbuhan. Asap rokok yang terhisap oleh calon ibu dapat
mengambat suplai oksigen, sehingga resiko janin premature menjadi lebih tinggi.
Minuman beralkohol membuat calon ibu menghadapi resiko keguguran kandungan
karena kandungan menjadi melemah. Sedangkan para pria, kadar alkohol yang
tinggi membuat jumlah sel sperma sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup untuk
pembuahan.
2. Persiapan Psikologis
Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga melahirkan akan menjadi
pengalaman yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan suami istri menjadi
orangtua. Jadi sebelum memiliki anak sebaiknya didikusikan perubahan dan
tantangan hidup yang akan dialami sehingga calon orangtua telah siap dengan
segala kemungkinan yang akan terjadi.
3. Persiapan Finansial
Selain dua hal diatas persiapan finisial memang bukan segalanya. Namun faktor
ini bisa dikatakan paling penting. Persiapan yang dimaksud adalah perencanaan
keungan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih berada dalam kandungan
hingga lahir. Kelahiran seorang bayi berarti pertambahan biaya tetap bagi sebuah
keluarga, yang secara tetap akan meningkat seinring kebutuhan pertumbuhan anak.
Orang tua adalah penentu kehidupan anak selanjutnya dan orang tualah yang
yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar baik dalam hal
kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri, kemampuan berpikir
dan lain hal yang kelak akan menentukan keberhasilan dan kemandirian anak yang
juga menentukan keberhasilah anak saat menjadi orang tua.
2.4 Peranan Orang Tua Dalam Keluarga
Peranan adalah perangkat tingkat yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan didalam masyarakat atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam
suatu peristiwa (Depdiknas, 2005:854). Menurut Natawidjaya (1998:40) Peranan
adalah kesediaan mental individu yang mempengaruhi,mewarnai bahkan menentukan
kegiatan-kegiatan individu yang bersangkutan dalam memberikan respons terhadap
obyek atau situasi yang mempunyai arti baginya.
2.5 Peranan Orang Tua Secara Umum
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan
membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan
anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat, sedangkan pengertian orang tua di
atas,tidak lepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga
besar yang sebagian telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anaknya. Fungsi orang tua sebagai edukasi, reproduksi dan pengawasan. Menurut
Gunarsa(dikutip dari Soerjono Soekanto, 2004) dalam keluarga ideal (lengkap), maka
ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Remaja adalah masa peralihan dari kanak – kanak ke masa dewasa, bahwa
pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang. Seks bebas
merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan
perkawinan. Remaja pubertas adalah individu labil yang rentan emosi dn belum mampu
mngendalikan diri dengan baik. Pendidikan seks di sekolah perlu diberikan untuk
menginformasikan remaja bagaimana dan apa akibat dari perilaku seksual yang
menyimpang terhadap diri remaja.

3.2 Saran
Pembaca diharapkan melalui penulisan ini dapat memahami lebih lanjut tentang
Budaya Umum Tentang Kesehatan serta cakupan-cakupan yang lain dan dapat
dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

DARMASIH. (2009). Jurnal. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS


PRANIKAH PADA REMAJA SMA DI SURAKARTA.
Raharja, S. S. (2017). Jurnal. PERENCANAAN MENJADI ORANG TUA.
Rinta, L. o. (2015). Jurnal. PENDIDIKAN SEKSUAL DALAM MEMBENTUK PERILAKU ,
163-174.
Utami, N. (2021). Jurnal. POLA ASUH ORANG TUA DAN KENAKALAN REMAJA.

Anda mungkin juga menyukai