Anda di halaman 1dari 14

BAB 10

UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER


PADA SISTEM REPRODUKSI

A. Pendahuluan

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu
penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan sebagai
bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan faktor risiko.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada
mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu.
Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat melalui
obat dan operasi.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari pencegahan
tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi.

Mubarak Wahit Igbal, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba


Medika
Syafrudin, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta Timur : CV. Trans Info
Media
Soepardan,suryani.2008. “Konsep Kebidanan”. Jakarta : EGC
Notoatmojo,soekidjo.2008 “Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat”.
Jakarta : Rineka Cipta

B. Persiapan Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat sitostatika untuk membunuh sel kanker
yang memiliki efek samping pada pasien dan petugas kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaannya, seperti kerusakan fertilisasi, ruam kulit, kemandulan, keguguran, kecacatan bayi,
risiko leukemia dan kanker lainnya. Sangat dibutuhkan pelaksanaan kemoterapi yang sesuai
dengan SOP sehingga dapat meminimalisir efek samping yang muncul pada pasien dan petugas
kesehatan.
1. Persiapan Kemoterapi yang Perlu Dilakukan Pasien Kanker
 Siapkan Imunitas yang Baik
 Minta Dukungan dari Orang Sekitar
 Kontrol Kesehatan Gigi dan Mulut
 Siapkan Mental
 Kosongkan Jadwal Sebelumnya
 Menunda Kehamilan
 Pahami Efek Samping Obat Kemoterapi

2. Persiapan Sebelum Kemoterapi dari Sisi Medis


 Menjadwalkan Kemoterapi dan Melakukan Aktivitas Harian
 Menyiapkan Biaya Kemoterapi
 Mengetahui Efek Samping Kemoterapu yang mungkin Terjadi
 Memeriksa Kondisi Tubuh Secara Keseluruhan
 Pemasangan Intravena

De Jong, W. 2005. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga (alih
bahasa oleh Astoeti Suharto Heerdjan). Jakarta: Arcan. Dirdjo, M.M., 2009. Penatalaksanaan Kemoterapi
Yang Aman. Available at: http://maridimdirdjo.blogspot.com/2009/07/penatalaksanaan-kemoterapi-
yangaman-ns.html. (Diakses tanggal 20 Maret 2012) Jacobson, J.O.; M. Polovich, et.al. 2009. American
society of clinical oncology/oncology nursing society chemotherapy administration safety standards.
Oncology Nursing Forum Vol. 36, No. 36. Available at:
http://search.proquest.com/docview/223114498/fulltextPDF/135959E9F8965B1 13C4/3?
accountid=48290. (Diakses tanggal 20 Maret 2012) Joshi, M. 2007. Cytotoxic drugs: towards safer
chemotherapy practises. Indian Journal of Cancer Vol. 44, No 1. Available at:
http://search.proquest.com/ (Diakses tanggal 20 Maret 2012) Otto, S.E. 2005. Buku Saku Keperawatan
Onkologi. (alih bahasa oleh Jane Freyana Budi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Parsinahingsih,
S.H., dan Supratman. 2008. Gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di rumah sakit umum daerah
dr. Moewardi surakarta. Majalah Berita Ilmu Keperawatan Vol. 1, No. 1. Available at:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11081924.pdf. (Diakses tanggal 24 Maret 2012)

https://www.sehatq.com/artikel/proses-kemoterapi-juga-memerlukan-persiapan-personal-dari-pasien

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3648478/persiapan-sebelum-kemoterapi-pertama-untuk-
pasien-kanker
C. Persiapan Radiotrapi

Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan sinar radiasi tingkat tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker.

1. Persiapan Radioterapi dari Sisi Medis


 Pasien diminta berbaring dan menentukan posisi yang nyaman agar prosedur
radioterapi bisa berjalan dengan lancer
 Dokter akan memberikan bantal dan mengikat tubuh pasien agar tidak berubah posisi
selama radioterapi berlangsung
 Dokter akan melakukan pemindaian dengan CT Scan untuk menentukan bagian
tubuh mana yang akan mendapatkan radiasi
 Dokter akan menentukan jenis radioterapi dan berapa kali terapi akan dilakukan,
sesuai hasil pemeriksaan
 Dokter akan menandai bagian tubuh pasien yang akan mendapatkan paparan
gelombang radiasi
 Setelah semua tahapan di atas selesai, radioterapi siap dilakukan

2. Persiapan Radiologi dari Pasien


 Berhenti Merokok
 Luangkan Waktu untuk Bersantai
 Jangan Lupa Implan Logam
 Sampaikan Kekhawatiran
 Pertimbangkan Kesuburan

https://sanglahhospitalbali.com/v3/wp-content/uploads/2019/11/Radioterapi-pada-kanker-servik.pdf

https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-persiapan-sebelum-melakukan-terapi-radiasi

https://www.alodokter.com/radioterapi-ini-yang-harus-anda-ketahui

D. Pemeriksaan Refleks

Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Semua gerakan reflektorik


merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin
ketangkasan gerakan volunteer maupun membela diri. Refleks pada manusia dibedakan
menjadi tiga terdiri dari reflex fisiologis, patologis dan primitive. Sebelum melakukan
pemeriksaan refleks, pemeriksa perlu melakukan anamnesis baik secara umum maupun
secara khusus yang akan mengerahkan kepada diagnosis.
Pada tiap bagian yang dapat bergerak harus dilakukan :
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Pemeriksaan gerakan pasif
4) Pemeriksaan gerakan aktif
5) Kondisi gerak

1. Pemeriksaan Refleks Fisiologis


Pemeriksaan refleks fisiologis rutin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi sensorimotor
pada tubuh. Hasil pemeriksaan dapat memberikan hasil normal, meningkat (hiperefleks),
menurun (hiporefleks) atau tidak ada refleks.

a. Refleks Biseps
 Fleksikan lengan klien pada bagian siku hingga 45’ dengan telapak
tangan menghadap ke bawah
 Letakkan ibu jari anda ke di fosa antekubital di dasar tendon biseps dan
jari-jari lain anda di atas tendon biseps
 Pukul ibu jari anda dengan reflex hammer

b. Refleks Triseps
 Letakkan lengan penderita di atas lengan pemeriksa
 Tempatkan lengan bawah penderita dalam posisi antara fleksi dan
ekstensi
 Minta klien untuk merilekskan lengan bawah
 Raba triseps untuk memastikan bahwa otot tidak tegang
 Pukul tendo triseps yang lewat fosa olekrani dengan refleks hammer

(GAMBAR BLM ADA)

c. Refleks Patela
 Minta klien duduk dengan tungkai bergantung di tempat tidur atau kursi
atau minta klien berbaring terlentang dan sokong lutut dalam posisi fleksi
90’
 Raba daerah tendo patella
 Satu tangan meraba paha penderita bagian distal, tangan yang lain
memukulkan reflex hammer pada tendo patella
(GAMBAR BLM ADA)

d. Refleks Brakioradialis
 Letakkan lengan bawah penderita di atas lengan bawah pemeriksa
 Tempatkan lengan bawah klien dalam posisi antara fleksi dan ekstensi
sedikit pronasi
 Minta klien untuk merilekskan lengan bawah
 Pukul tendo brakialis pada radius bagiab distal dengan menggunakan
ujung daftar reflex hammer

(GAMBAR BLM ADA)

e. Refleks Achilles
 Minta klien untuk mempertahankan posisi, seperti pada pengujian patela
 Dorsifleksikan pergelangan kaki klien dengan memegang jari-jari kaki
dengan telapak tangan anda dan naikkan ke atas
 Pukul tendon Achilles tepat di atas tumit pada malleolus pergelangan

f. Refleks Superfisialis (abdominalis)


 Minta klien berdiri atau berbaring terlentang
 Tekan kulit abdominal dengan gagang reflex hammer di atas batas lateral
otot-otot rektus abdominal kea rah bagian garis tengah
 Ulangi pengujian ini pada masing-masing kuadran abdominal

(GAMBAR BLM ADA)

2. Pemeriksaan Refleks Patologis

Pemeriksaan refleks patologis. Refleks patologis adalah refleks-refleks yang tidak dapat


ditemukan pada orang yang sehat, kecuali bayi dan anak kecil. Refleks-refleks patologik yang
sering diperiksa diantaranya babinski, hoffman, dan tromner .
a. Refleks Babinski (plantar)
 Gunakan benda yang memiliki ketajaman sedang, seperti ujung hammer
atau kunci
 Goreskan ujung benda tadi pada telapak kaki klien bagian lateral,
dimulai ujung telapak kaki belakang terus ke atas dan berbelok sampai
pada ibu jari

(GAMBAR BLM ADA)


b. Refleks Hoffmann
 Mintalah klien berbaring terlentang atau duduk dengan santai
 Tangan klien dipegang pada pergelangan dan jari-jarinya disuruh fleksi
atau entengkan
 Jari tengah penderita kita jepit diantara telunjuk dan jari tengah kita
 Dengan ibu jari kita gores kuat ujung jari tengah klien

c. Refleks Tromner
 Mintalah klien berbaring terlentang atau duduk
 Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari-jarinya disuruh
fleksi
 Jari tangan penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah (ibu jari)
kita
 Dengan jari tengah kita mencolek-colek ujung jari klien
(GAMBAR BLM ADA)

3. Pemeriksaan Refleks Primitif


Pemeriksaan reflex primitive adalah gerakan feflektorik yang bangkit secara fisiologis
pada bayi dan tidak ditemukan pada anak yang sudah besar dan orang dewasa. Bila
ditemukan pada orang dewasa maka menandakan kemunduran fungsi susunan saraf
pusat. Refleks-refleks pada primit adalah refleks menetek, snout reflex, refleks grasp,
refleks glabella dan refleks palmomental

a. Refleks Snout
 Stimulasi klien dengan melakukan perkusi pada bibir atas
 Refleks positif (+) bila bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi
otot-otot di sekitar bibir atau dibawah hidung

b. Refleks Rooting (menghisap)


 Stimulasi klien dengan memberikan sentuhan pada bibir/menyentuh
sesuatu benda pada bibir
 Refeks positif jika stimulasi tersebut menimbulkan gerakan bibir, rahang
bawah seolah-olah menetek

c. Pemeriksaan Reflex Menggenggam (Grasp Refleks)


 Stimulasi dengan penekanan pada tempat jari pemeriksa pada telapak
tangan klien
 Refleks positif jika tangan klien mengepal

(GAMBAR BLM ADA)

d. Refleks Glabella
 Lakukan stimulasi dengan pukulan singkat pada glabella atau sekitar
supraorbitalis
 Refleks positif bila terdapat konstraksi singkat pada kedua otot
orbikularis okuli. Pada lesi perifer nervus fasialis, refleks ini berkurang
atau negatif, sedangkan pada sindrom parkinson refleks ini meninggi.
Pusat refleks terletak di Pons
e. Refleks Palmomental
 Stimulasi dengan gorean ujung pensil/gagang refleks hammer terhadap
kulit telapak tangan bagian tenar
 Refleks positif bila terdapat konstraksi pada muskulus mentalis dan
orbikularis oris ipsilateral

https://gustinerz.com/berbagai-macam-refleks-dan-cara-pemeriksaannya/

https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/08/MANUAL-CSL-IV_2014-Pemeriksaan-
Sistem-Motorik-Refleksi-Fisiologis-Patologis-Primitif.pdf

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/neurologi/pemeriksaan-refleks-fisiologis/teknik

E. Observasi Cairan Vagina


Cairan vagina adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam kesehatan organ intim
wanita. Namun, banyak wanita masih malu atau enggan mempelajari lebih lanjut soal
berbagai jenis cairan yang dihasilkan vagina dan artinya. Padahal, hanya dari cairan
vagina saja Anda sudah bisa mendeteksi kemungkinan penyakit tertentu. Keputihan
adalah sekresi cairan berlebih dari saluran reproduksi wanita (vagina).

a) Jenis Cairan Vagina Normal


Cairan yang normal sering disebut sebagai keputihan. Fungsinyaadalah
membersihkan kelamin dari berbagai jenis bakteri serta sel kulitmati. Keluarnya
cairan keputihan ini berarti vagina Anda masih sehat dan berfungsi dengan
baik.Ciri-ciri cairan yang normal pada vagina adalah :
 warnanya beningatau putih
 tidak berbau
 teksturnya kental dan lengket
 serta volumenyatidak terlalu banyak.

Biasanya karakteristik ini berubah-ubah mengikuti siklus menstruasi


wanita. Misalnya volume cairan bertambah ketika anda memasuki masa subur.
Cairan keputihan ini masuh wajar selama warna, tekstur, dan volumenya tidak
berubah. Jika ada perubahan, hal ini mungkin menandakan penyakit tertentu.

b) Jenis Cairan Vagina Tidak Normal


1) Cairan Vagina Keruh
Bila cairan vagina berwarna lebih keruh dari biasanya dan
disertai dengan bau yang amis atau menyengat, bisa jadi Anda mengidap
infeksi bakteri vagina. Cairan ini biasanya akan jadi lebih banyak setelah
berhubungan seks atau sebelum dan sesudah haid. Infeksi ini bisa diatasi
dengan salep khusus dan antibiotik dari dokter.
Selain infeksi bakteri, cairan keruh yang teksturnya sangat kental
hingga tampak seperti gumpalan mungkin menandakan infeksi ragi
vagina. Infeksi yang disebabkan oleh jamur ini biasanya juga
menyebabkan vagina terasa gatal dan perih. Penyakit ini bisa
disembuhkan dengan salep antijamur khusus vagina dan obat minum.

2) Cairan Vagina Kemerahan atau Kecoklatan


Vagina yang mengeluarkan cairan berwarna kemerahan atau
kecoklatan biasanya disebabkan oleh luruhnya dinding rahim. Hal ini
bisaterjadi di masa nifas pada ibu yang baru saja melahirkan. Kondisi ini
juga disebut sebagai lokia.  
Namun, bila anda sering mengalami keputihan bercampur darah
atau perdarahan di saat anda tidak haid atau di luar masa nifas, segera
periksakan diri ke dokter. Anda mungkin saja menunjukkan gejala kanker
endometrium (Rahim).

3) Cairan Vagina Keruh Kekuningan


Jika cairan yang keluar berwarna keruh kekuningan, diikuti
dengan rasa nyeri di area vagina dan sulit menahan urin, Anda mungkin
mengidap penyakit gonore. Biasanya penyakit ini juga ditandai dengan
perdarahan vagina di saat Anda tidak sedang haid. Dokter umumnya
akan meresepkan antibiotik atau obat minum lainnya untuk mengatasi
gonore.
Penyakit lain yang mungkin menyerang Anda adalah klamidia.
Mirip seperti gonore, Anda mungkin merasakan sakit ketika buang air
kecil atau berhubungan seks. Cairan keruh kekuningan ini juga jadi
tambah banyak. Untuk mengobati klamidia, Anda juga butuh antibiotik.

4) Cairan Vagina Kuning Kehijauan


Cairan berbusa yang warnanya kuning kehijauan dan baunya
tidak sedap menandakan penyakit trikomoniasis. Gejala lain yang
mungkin muncul yaitu vagina terasa gatal dan perih. Untuk
mengatasinya, Anda memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
Selain trikomoniasis, cairan vagina kekuningan disertai dengan
bau tidak sedap bisa jadi gejala herpes genital. Penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus ini biasanya juga ditandai dengan muncul luka atau
nanah di sekitar vagina. Untuk meredakan gejalanya, dokter akan
meresepkan obat antivirus.

c) Tanda-tanda Cairan Vagina yang Tidak Normal


Di bawah ini adalah beberapa tanda cairan vagina tidak normal yang
penting untuk anda ketahui:

 Terjadi perubahan pada warna cairan vagina, misalnya dari yang


biasanya putih menjadi kuning kehijauan
 Cairan vagina menjadi berbau tidak sedap atau tajam
 Cairan vagina disertai adanya luka pada vagina
 Volume cairan vagina mendadak meningkat atau cairan tampak
menggumpal seperti keju atau susu
 Keluarnya cairan vagina disertai rasa gatal atau nyeri pada
bagian kemaluan
 Cairan vagina disertai perdarahan yang di luar masa menstruasi

King, Susan and Marjorie. 2017.


Urinalis & Cairan Tubuh.
Edisi 5. Jakarta: BukuKedokteran EGCEko, Nurul, dkk. 2010.
KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) Kebidanan
.Yogyakarta: Pustaka RihamnaUliyah, Musrifatul, dkk. 2008.
Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika

https://www.alodokter.com/tanda-tanda-ketidaknormalan-cairan-vagina

https://hellosehat.com/wanita/penyakit-wanita/jenis-cairan-vagina-dan-artinya/

F. Observasi Edema
1. Pengertian

Edema Edema adalah penumpukan cairan dalam jaringan tubuh. Edema paling sering
terjadi di kaki atau lengan. Namun, kondisi ini juga dapat terjadi di bagian tubuh lainnya, seperti
perut dan wajah.
Edema pada kasus ringan sering terjadi dan biasanya tidak berbahaya. Akan tetapi,
edema juga dapat menjadi tanda penyakit serius, seperti gagal jantung, serta gangguan pada
hati, ginjal, atau otak. Oleh karena itu, pemeriksaan ke dokter saat terjadi edema sangat
penting dilakukan untuk mencari tahu penyebab yang mendasarinya.
2. Penyebab Edema
Edema terjadi ketika cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya.
Cairan tersebut kemudian menumpuk dan membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.
Edema pada kasus yang ringan dapat terjadi akibat:

 Berdiri atau duduk yang terlalu lama


 Konsumsi makanan dengan kadar garam tinggi secara berlebihan
 Perubahan hormon pada masa pramenstruasi
 Kehamilan, karena tubuh lebih banyak menahan garam dan air dari biasanya

Selain akibat kondisi-kondisi di atas, edema juga dapat terjadi karena kondisi yang serius,
yaitu:

a) Kekurangan Protein Albumin


Protein, termasuk albumin, berperan menjaga cairan tetap berada dalam
pembuluh darah. Kekurangan protein dalam darah dapat menyebabkan cairan di
dalam pembuluh darah keluar dan menumpuk sehingga menyebabkan edema.
Kondisi yang dapat menyebabkan kekurangan albumin antara
lain malnutrisi dan sirosis.

b) Reajsi Alergi
Reaksi alergi, misalnya akibat gigitan serangga atau bulu hewan, dapat
menyebabkan edema. Hal ini terjadi karena respons tubuh terhadap alergen
membuat cairan di dalam pembuluh darah keluar ke area tersebut.

c) Kerusakan Pembuluh Darah Vena pada Kaki


Kondisi ini terjadi pada penyakit chronic venous insufficiency. Penyakit
ini menimbulkan gangguan pada pembuluh darah vena di kaki. Akibatnya, cairan
di dalam aliran darah menumpuk di pembuluh darah dan keluar ke jaringan
sekitarnya.

d) Gagal jantung
Saat jantung mulai gagal berfungsi, salah satu atau kedua bilik jantung
akan kehilangan kemampuan memompa darah secara efektif. Akibatnya, cairan
akan menumpuk secara perlahan dan menimbulkan edema di kaki, paru-paru,
atau perut.
e) Penyakit Ginjal
Edema dema dapat terjadi akibat penyakit ginjal, khususnya sindrom
nefrotik dan gagal ginjal kronis. Hal tersebut terjadi karena cairan dalam tubuh
tidak dapat dibuang melalui ginjal yang rusak sehingga terjadi penumpukan.
Edema yang disebabkan oleh penyakit ginjal, dapat terjadi di kaki atau area
sekitar mata.
f) Luka bakar
Luka bakar berat juga dapat menyebabkan edema. Hal ini terjadi karena
luka bakar bisa mengakibatkan kebocoran cairan ke jaringan di seluruh tubuh.
g) Infeksi
Sama halnya dengan luka bakar, infeksi berat, seperti selulitis
atau COVID-19, juga dapat menyebabkan kebocoran cairan ke jaringan pada
bagian tubuh yang terinfeksi.
h) Gangguan sistem aliran getah bening
Sistem aliran getah bening berfungsi untuk membersihkan cairan
berlebih dari jaringan. Kerusakan pada sistem ini dapat menyebabkan kelenjar
getah bening di suatu area tubuh tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi
penumpukan cairan.
i) Efek samping obat
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping berupa edema.
Contohnya adalah obat antihipertensi, kortikosteroid, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), hormon estrogen, dan obat diabetes.
3. Faktor Risiko Edema
Ada sejumlah factor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya edema, yaitu:

 Berjenis kelamin wanita


 Berusia lanjut (lansia)
 Memiliki berat badan berlebih
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat antihipertensi, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), atau obat diabetes
 Menderita penyakit kronis, seperti gagal jantung dan penyakit ginjal
 Baru menjalani operasi

4. Gejala Edema
Gejala yang dapat timbul akibat edema tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang
bengkak. Keluhan yang muncul dan dapat dirasakan oleh penderitanya berupa:

 Pembengkakan pada anggota tubuh yang terkena, seperti lengan atau kaki
 Kulit pada area yang terkena edema menjadi kencang dan mengkilap
 Timbul lubang seperti lesung pipit selama beberapa detik jika kulit pada area edema
ditekan
 Ukuran perut membesar
 Sesak napas dan batuk bila terjadi edema di paru-paru
 Sulit berjalan karena kaki terasa lebih berat akibat pembengkakan
5. Pemeriksaan Fisik Edema

a) Persiapan Pasien

 Persilahkan pasien untuk berbaring dan membebaskan kedua tungkai dari


pakaian/kaos kaki
 Berikan informasi imim pada pasien tentang pemeriksaan fisik edema,
tujuan, dan manfaat

b) Lokasi Pemeriksaan Terjadinya Edema

 Diatas tibia
 Pergelangan kaki

c) Langkah- Langkah Pemeriksaan

 Inspeksi daerah edema (apakah ada tanda-tanda peradangan)


 Palpasi region tibia di beri tekanan ringan dengan ibu jari selama kurang dari
10 detik lalu lepaskan. Pada pitting edema akan timbul indentasi kulit yang di
tekan, dan akan kembali secara perlahan-lahan. Pada non-pitting edema tidak
akan terjadi indentasi. Lakukan penilaian apakah terjadi edema atau non-
pitting.

d) Penilaian

6. Cara Penanganan Edema


a) Pembatasan Asupan Cairan
Tujuan utama penanganan edema adalah untuk menghilangkan cairan
yang menumpuk di jaringan tubuh. Oleh karena itu, dokter akan menganjurkan
penderita untuk membatasi asupan cairan atau mengurangi minum air putih.
Dokter juga akan menyarankan penderita edema untuk mengurangi
asupan garam dalam makanan atau minuman. Terlalu banyak garam dalam tubuh
dapat meningkatkan penumpukan cairan dan memperparah pembengkakan.
b) Pemberian Obat-Obatan
Untuk mengeluarkan cairan berlebih yang menumpuk dalam tubuh
penderita, dokter dapat memberikan obat diuretik. Obat ini berfungsi untuk
membuang garam dan cairan berlebih dari dalam tubuh melalui urine. Obat
diuretik bisa diberikan pada edema akibat penyakit tertentu, misalnya gagal
jantung dan edema paru.

c) Pemberian albumin
Kekurangan protein albumin (hipoalbuminemia) di dalam darah juga
dapat menyebabkan edema. Protein ini membantu menahan garam dan cairan di
dalam pembuluh darah agar tidak bocor ke jaringan tubuh.
Untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah penderita edema,
dokter biasanya akan menyarankan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein,
misalnya daging, ikan, telur, susu, keju, dan kacang-kacangan.
Selain dari makanan, dokter juga dapat meningkatkan kadar albumin
dengan memberikan suplemen albumin atau cairan infus yang mengandung
albumin.

d) Cuci darah
Gagal ginjal juga dapat menyebabkan edema. Hal ini terjadi karena ginjal
tidak lagi dapat membuang kelebihan cairan, elektrolit, dan garam dari tubuh. Untuk
mengatasi edema akibat gagal ginjal, dokter dapat merekomendasikan prosedur cuci
darah.

https://www.alodokter.com/edema
https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-edema-dan-cara-
mengatasinya

Anda mungkin juga menyukai