A. Pendahuluan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu
penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan sebagai
bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada seseorang dengan faktor risiko.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada
mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu.
Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat melalui
obat dan operasi.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari pencegahan
tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi.
B. Persiapan Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan obat sitostatika untuk membunuh sel kanker
yang memiliki efek samping pada pasien dan petugas kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaannya, seperti kerusakan fertilisasi, ruam kulit, kemandulan, keguguran, kecacatan bayi,
risiko leukemia dan kanker lainnya. Sangat dibutuhkan pelaksanaan kemoterapi yang sesuai
dengan SOP sehingga dapat meminimalisir efek samping yang muncul pada pasien dan petugas
kesehatan.
1. Persiapan Kemoterapi yang Perlu Dilakukan Pasien Kanker
Siapkan Imunitas yang Baik
Minta Dukungan dari Orang Sekitar
Kontrol Kesehatan Gigi dan Mulut
Siapkan Mental
Kosongkan Jadwal Sebelumnya
Menunda Kehamilan
Pahami Efek Samping Obat Kemoterapi
De Jong, W. 2005. Kanker, Apakah itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga (alih
bahasa oleh Astoeti Suharto Heerdjan). Jakarta: Arcan. Dirdjo, M.M., 2009. Penatalaksanaan Kemoterapi
Yang Aman. Available at: http://maridimdirdjo.blogspot.com/2009/07/penatalaksanaan-kemoterapi-
yangaman-ns.html. (Diakses tanggal 20 Maret 2012) Jacobson, J.O.; M. Polovich, et.al. 2009. American
society of clinical oncology/oncology nursing society chemotherapy administration safety standards.
Oncology Nursing Forum Vol. 36, No. 36. Available at:
http://search.proquest.com/docview/223114498/fulltextPDF/135959E9F8965B1 13C4/3?
accountid=48290. (Diakses tanggal 20 Maret 2012) Joshi, M. 2007. Cytotoxic drugs: towards safer
chemotherapy practises. Indian Journal of Cancer Vol. 44, No 1. Available at:
http://search.proquest.com/ (Diakses tanggal 20 Maret 2012) Otto, S.E. 2005. Buku Saku Keperawatan
Onkologi. (alih bahasa oleh Jane Freyana Budi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Parsinahingsih,
S.H., dan Supratman. 2008. Gambaran pelaksanaan kewaspadaan universal di rumah sakit umum daerah
dr. Moewardi surakarta. Majalah Berita Ilmu Keperawatan Vol. 1, No. 1. Available at:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11081924.pdf. (Diakses tanggal 24 Maret 2012)
https://www.sehatq.com/artikel/proses-kemoterapi-juga-memerlukan-persiapan-personal-dari-pasien
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3648478/persiapan-sebelum-kemoterapi-pertama-untuk-
pasien-kanker
C. Persiapan Radiotrapi
Radioterapi adalah jenis terapi yang menggunakan sinar radiasi tingkat tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker.
https://sanglahhospitalbali.com/v3/wp-content/uploads/2019/11/Radioterapi-pada-kanker-servik.pdf
https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-persiapan-sebelum-melakukan-terapi-radiasi
https://www.alodokter.com/radioterapi-ini-yang-harus-anda-ketahui
D. Pemeriksaan Refleks
a. Refleks Biseps
Fleksikan lengan klien pada bagian siku hingga 45’ dengan telapak
tangan menghadap ke bawah
Letakkan ibu jari anda ke di fosa antekubital di dasar tendon biseps dan
jari-jari lain anda di atas tendon biseps
Pukul ibu jari anda dengan reflex hammer
b. Refleks Triseps
Letakkan lengan penderita di atas lengan pemeriksa
Tempatkan lengan bawah penderita dalam posisi antara fleksi dan
ekstensi
Minta klien untuk merilekskan lengan bawah
Raba triseps untuk memastikan bahwa otot tidak tegang
Pukul tendo triseps yang lewat fosa olekrani dengan refleks hammer
c. Refleks Patela
Minta klien duduk dengan tungkai bergantung di tempat tidur atau kursi
atau minta klien berbaring terlentang dan sokong lutut dalam posisi fleksi
90’
Raba daerah tendo patella
Satu tangan meraba paha penderita bagian distal, tangan yang lain
memukulkan reflex hammer pada tendo patella
(GAMBAR BLM ADA)
d. Refleks Brakioradialis
Letakkan lengan bawah penderita di atas lengan bawah pemeriksa
Tempatkan lengan bawah klien dalam posisi antara fleksi dan ekstensi
sedikit pronasi
Minta klien untuk merilekskan lengan bawah
Pukul tendo brakialis pada radius bagiab distal dengan menggunakan
ujung daftar reflex hammer
e. Refleks Achilles
Minta klien untuk mempertahankan posisi, seperti pada pengujian patela
Dorsifleksikan pergelangan kaki klien dengan memegang jari-jari kaki
dengan telapak tangan anda dan naikkan ke atas
Pukul tendon Achilles tepat di atas tumit pada malleolus pergelangan
c. Refleks Tromner
Mintalah klien berbaring terlentang atau duduk
Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari-jarinya disuruh
fleksi
Jari tangan penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah (ibu jari)
kita
Dengan jari tengah kita mencolek-colek ujung jari klien
(GAMBAR BLM ADA)
a. Refleks Snout
Stimulasi klien dengan melakukan perkusi pada bibir atas
Refleks positif (+) bila bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi
otot-otot di sekitar bibir atau dibawah hidung
d. Refleks Glabella
Lakukan stimulasi dengan pukulan singkat pada glabella atau sekitar
supraorbitalis
Refleks positif bila terdapat konstraksi singkat pada kedua otot
orbikularis okuli. Pada lesi perifer nervus fasialis, refleks ini berkurang
atau negatif, sedangkan pada sindrom parkinson refleks ini meninggi.
Pusat refleks terletak di Pons
e. Refleks Palmomental
Stimulasi dengan gorean ujung pensil/gagang refleks hammer terhadap
kulit telapak tangan bagian tenar
Refleks positif bila terdapat konstraksi pada muskulus mentalis dan
orbikularis oris ipsilateral
https://gustinerz.com/berbagai-macam-refleks-dan-cara-pemeriksaannya/
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/08/MANUAL-CSL-IV_2014-Pemeriksaan-
Sistem-Motorik-Refleksi-Fisiologis-Patologis-Primitif.pdf
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/neurologi/pemeriksaan-refleks-fisiologis/teknik
https://www.alodokter.com/tanda-tanda-ketidaknormalan-cairan-vagina
https://hellosehat.com/wanita/penyakit-wanita/jenis-cairan-vagina-dan-artinya/
F. Observasi Edema
1. Pengertian
Edema Edema adalah penumpukan cairan dalam jaringan tubuh. Edema paling sering
terjadi di kaki atau lengan. Namun, kondisi ini juga dapat terjadi di bagian tubuh lainnya, seperti
perut dan wajah.
Edema pada kasus ringan sering terjadi dan biasanya tidak berbahaya. Akan tetapi,
edema juga dapat menjadi tanda penyakit serius, seperti gagal jantung, serta gangguan pada
hati, ginjal, atau otak. Oleh karena itu, pemeriksaan ke dokter saat terjadi edema sangat
penting dilakukan untuk mencari tahu penyebab yang mendasarinya.
2. Penyebab Edema
Edema terjadi ketika cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya.
Cairan tersebut kemudian menumpuk dan membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.
Edema pada kasus yang ringan dapat terjadi akibat:
Selain akibat kondisi-kondisi di atas, edema juga dapat terjadi karena kondisi yang serius,
yaitu:
b) Reajsi Alergi
Reaksi alergi, misalnya akibat gigitan serangga atau bulu hewan, dapat
menyebabkan edema. Hal ini terjadi karena respons tubuh terhadap alergen
membuat cairan di dalam pembuluh darah keluar ke area tersebut.
d) Gagal jantung
Saat jantung mulai gagal berfungsi, salah satu atau kedua bilik jantung
akan kehilangan kemampuan memompa darah secara efektif. Akibatnya, cairan
akan menumpuk secara perlahan dan menimbulkan edema di kaki, paru-paru,
atau perut.
e) Penyakit Ginjal
Edema dema dapat terjadi akibat penyakit ginjal, khususnya sindrom
nefrotik dan gagal ginjal kronis. Hal tersebut terjadi karena cairan dalam tubuh
tidak dapat dibuang melalui ginjal yang rusak sehingga terjadi penumpukan.
Edema yang disebabkan oleh penyakit ginjal, dapat terjadi di kaki atau area
sekitar mata.
f) Luka bakar
Luka bakar berat juga dapat menyebabkan edema. Hal ini terjadi karena
luka bakar bisa mengakibatkan kebocoran cairan ke jaringan di seluruh tubuh.
g) Infeksi
Sama halnya dengan luka bakar, infeksi berat, seperti selulitis
atau COVID-19, juga dapat menyebabkan kebocoran cairan ke jaringan pada
bagian tubuh yang terinfeksi.
h) Gangguan sistem aliran getah bening
Sistem aliran getah bening berfungsi untuk membersihkan cairan
berlebih dari jaringan. Kerusakan pada sistem ini dapat menyebabkan kelenjar
getah bening di suatu area tubuh tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi
penumpukan cairan.
i) Efek samping obat
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping berupa edema.
Contohnya adalah obat antihipertensi, kortikosteroid, obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS), hormon estrogen, dan obat diabetes.
3. Faktor Risiko Edema
Ada sejumlah factor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya edema, yaitu:
4. Gejala Edema
Gejala yang dapat timbul akibat edema tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang
bengkak. Keluhan yang muncul dan dapat dirasakan oleh penderitanya berupa:
Pembengkakan pada anggota tubuh yang terkena, seperti lengan atau kaki
Kulit pada area yang terkena edema menjadi kencang dan mengkilap
Timbul lubang seperti lesung pipit selama beberapa detik jika kulit pada area edema
ditekan
Ukuran perut membesar
Sesak napas dan batuk bila terjadi edema di paru-paru
Sulit berjalan karena kaki terasa lebih berat akibat pembengkakan
5. Pemeriksaan Fisik Edema
a) Persiapan Pasien
Diatas tibia
Pergelangan kaki
d) Penilaian
c) Pemberian albumin
Kekurangan protein albumin (hipoalbuminemia) di dalam darah juga
dapat menyebabkan edema. Protein ini membantu menahan garam dan cairan di
dalam pembuluh darah agar tidak bocor ke jaringan tubuh.
Untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah penderita edema,
dokter biasanya akan menyarankan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein,
misalnya daging, ikan, telur, susu, keju, dan kacang-kacangan.
Selain dari makanan, dokter juga dapat meningkatkan kadar albumin
dengan memberikan suplemen albumin atau cairan infus yang mengandung
albumin.
d) Cuci darah
Gagal ginjal juga dapat menyebabkan edema. Hal ini terjadi karena ginjal
tidak lagi dapat membuang kelebihan cairan, elektrolit, dan garam dari tubuh. Untuk
mengatasi edema akibat gagal ginjal, dokter dapat merekomendasikan prosedur cuci
darah.
https://www.alodokter.com/edema
https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-edema-dan-cara-
mengatasinya