Anda di halaman 1dari 33

M E R AWAT T R A D I S I DA N

M E M A J U K A N K E B U DAYA A N
PENGERTIAN
PEMAJUAN KEBUDAYAAN
“Pemajuan Kebudayaan adalah
upaya meningkatkan ketahanan
budaya dan kontribusi budaya
Indonesia di tengah peradaban
dunia melalui Pelindungan,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan
Pembinaan Kebudayaan.”

UU No.5/2017, Pasal 1
BUDAYA Budaya adalah cipta batin (akal budi) suatu
masyarakat

Kebudayaan adalah segala sesuatu yang berkaitan


KEBUDAYAAN hasil kegiatan dan penciptaan budaya masyarakat yang
berupa cipta, rasa, karsa, dan hasil karya masyarakat
Kebudayaan Nasional Indonesia adalah keseluruhan
KEBUDAYAAN proses dan hasil interaksi antar-Kebudayaan yang
NASIONAL
hidup dan berkembang di Indonesia

Pemajuan Kebudayaan adalah upaya meningkatkan


PEMAJUAN ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di
KEBUDAYAAN
tengah peradaban dunia melalui Pelindungan,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan
Kebudayaan
WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan terbagi atas beberapa hal, yaitu:

1. NILAI BUDAYA
Nilai – nilai ini dipelajari oleh masyarakat sejak kecil, sulit untuk digoyahkan dan menghasilkan gagasan di
kemudian hari. Dapat berupa buah pikiran, tingkah laku, maupun benda – benda tertentu.

2. SISTEM BUDAYA
Sifatnya abstrak, dalam perwujudannya berpola dan berdasarkan sistem tertentu.

3. SISTEM SOSIAL
Kebudayaan dalam sistem sosial sifatnya konkret dan dapat diabadikan. Sistem ini menggambarkan tingkah
laku manusia yang terus berjalan dengan pola tertentu dan aturan tertentu.

4. KEBUDAYAAN FISIK
Artinya memiliki bentuk dan bisa dilihat. Misalnya saja hasil budaya seperti candi, baju adat, gamelan, dan
benda – benda sejarah lainnya.
Sumber : I Dewa Gde Sugihamretha, Bappenas
FUNGSI
KEBUDAYAAN Kebudayaan berguna bagi manusia.
 untuk melindungi diri terhadap alam,
 mengatur hubungan antar manusia
(habit, custom, law, rules, patterns of
behavior, social organization, designs
for living, blueprint for behavior),

 sebagai wadah dari segenap perasaan manusia.

8
PERLINDUNGAN
meliputi upaya-upaya menjaga keberlanjutan kebudayaan sebagai warisan bagi dunia dan generasi
penerus.
• INVENTARISASI terwujud melalui upaya pencatatan dan pendokumentasian, penetapan, serta pemuktahiran data Objek Pemajuan
Kebudayaan. Segenap data dan informasi dihimpun dalam Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu, yang dikelola oleh pemerintah dan
bisa diakses oleh masyarakat. Pendataan dan pengelolaan informasi yang baik adalah syarat mutlak bagi upaya pemajuan kebudayaan
yang tepat guna.
• PENGAMANAN terwujud melalui pengenalan dan pengelolaan hak masyarakat Indonesia atas kekayaan intelektual Objek Pemajuan
Kebudayaan. Tujuannya adalah untuk memperjuangkan kebudayaan nasional sebagai warisan bagi dunia dan generasi penerus, serta
untuk mencegah pihak asing agar tidak mengklaim hak atas kekayaan intelektual kebudayaan nasional.
• PEMELIHARAAN terwujud melalui pemantauan dan penanganan kondisi Objek Pemajuan Kebudayaan. Pemeliharaan dilakukan untuk
mencegah kerusakan, kehilangan, bahkan kemusnahan unsur-unsur yang menghidupi ekosistem kebudayaan di Indonesia.
• PENYELAMATAN terwujud melalui revitalisasi, repatriasi, dan restorasi Objek Pemajuan Kebudayaan. Revitalisasi berkenaan dengan
upaya-upaya menghidupkan kembali unsur-unsur kebudayaan yang telah atau hampir musnah dengan peninjauan, penggalian,
perekaan ulang, hingga penggunaan dalam kehidupan sehari-hari. Repatriasi merupakan upaya-upaya pengembalian unsur-unsur
kebudayaan nasional yang berada di luar wilayah Republik Indonesia ke dalam negeri melalui pembelian, kerjasama pengembalian,
hingga advokasi di tingkat internasional. Sementara restorasi adalah upaya-upaya pemulihan unsur-unsur kebudayaan yang rentan
atau rusak ke kondisi semula.
• PUBLIKASI terwujud melalui penyebaran informasi tentang Objek Pemajuan Kebudayaan kepada publik, di dalam maupun di luar
negeri, melalui berbagai bentuk media.
PENGEMBANGAN
upaya-upaya memberdayakan ekosistem kebudayaan serta meningkatkan, memperkaya, dan
menyebarluaskan kebudayaan.

• PENYEBARLUASAN dilakukan melalui diseminasi dan diaspora. Diseminasi dilakukan, antara lain, melalui
penyebaran nilai-nilai budaya ke luar negeri, pertukaran budaya, pameran, dan festival. Diaspora dilakukan,
antara lain, melalui penyebaran pelaku budaya dan identitas budaya ke luar negeri.

• PENGKAJIAN dilakukan melalui penelitian ilmiah dan metode-metode kajian lainnya untuk mengenali dan
mendalami makna dan nilai atas unsur-unsur kebudayaan di Indonesia. Hasil dari pengkajian akan berguna bagi
rencana dan upaya pengembangan kebudayaan pada masa mendatang.

• PENGAYAAN KERAGAMAN dilakukan melalui penggabungan budaya (asimilasi), penyesuaian budaya sesuai
dengan konteks ruang dan waktu (adaptasi), penciptaan kreasi baru atau kreasi hasil dari pengembangan
budaya sebelumnya (inovasi), dan penyerapan budaya asing menjadi bagian dari budaya Indonesia (akulturasi)
PEMANFAATAN
upaya-upaya pendayagunaan Objek Pemajuan Kebudayaan untuk memperkuat ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan dalam mewujudkan tujuan nasional.

• Pertama, untuk membangun karakter bangsa dan ketahanan budaya. Lingkupnya ada pada kehidupan bersama
warga Indonesia. Pemanfaatan untuk tujuan ini dilakukan melalui internalisasi nilai budaya, inovasi, peningkatan
adaptasi menghadapi perubahan, komunikasi lintas budaya, dan kolaborasi antarbudaya.

• Kedua, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lingkupnya ada pada daya dan ketangguhan ekonomi.
Pemanfaatan untuk tujuan ini dilakukan melalui pengolahan Objek Pemajuan Kebudayaan menjadi produk
industri, perdagangan, dan pariwisata. Idealnya, pengolahan dilakukan dengan memperhatikan dan menjaga
nilai keluhuran serta kearifan unsur-unsur kebudayaan terkait. Selain itu, demi menghidupkan dan menjaga
ekosistem kebudayaan, pemerintah harus memastikan industri besar dan/atau pihak asing yang memanfaatkan
Objek Pemajuan Kebudayaan untuk membagi keuntungan yang diperoleh dengan komponen-komponen
masyarakat terkait. Pihak swasta atau asing yang hendak memanfaatkan Objek Pemajuan Kebudayaan harus
mendapat izin dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

• Ketiga, untuk meningkatkan peran aktif dan pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional. Lingkupnya ada
pada posisi Indonesia sebagai bagian dari warga dunia dan relasinya dengan kebudayaan-kebudayaan bangsa
lain. Pemanfaatan untuk tujuan ini dilakukan melalui diplomasi budaya dan peningkatan kerjasama internasional
di bidang kebudayaan.
PEMBINAAN
upaya-upaya sumber daya manusia dalam meningkatkan dan
memperluas peran aktif dan inisiatif masyarakat dalam pemajuan
kebudayaan. Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan jumlah
dan kapasitas pelaku, lembaga, dan pranata kebudayaan

• peningkatan pendidikan dan pelatihan di bidang


kebudayaan;
• standardisasi dan sertifikasi pelaku dan pekerja di bidang
kebudayaan; dan
• peningkatan tata kelola lembaga dan pranata di bidang
kebudayaan.
PENGETAHUAN
TRADISI LISAN MANUSKRIP ADAT ISTIADAT RITUS TRADISIONAL

10 OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN

TEKNOLOGI PERMAINAN OLAHRAGA


TRADISIONAL SENI BAHASA RAKYAT TRADISIONAL
• Tuturan yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat, antara lain, sejarah lisan, dongeng, rapalan, pantun,
Tradisi Lisan
dan cerita rakyat

• Naskah beserta segala informasi yang terkandung di dalamnya, yang memiliki nilai budaya dan sejarah, antara lain,
Manuskrip
serat, babad, hikayat, dan kitab.

• Kebiasaan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus dan
Adat Istiadat
diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain, tata kelola lingkungan dan tata cara penyelesaian sengketa.

• Berbagai permainan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus
Permainan Rakyat menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, yang bertujuan untuk menghibur diri, antara lain, permainan
kelereng, congklak, gasing, dan gobak sodor

• Berbagai aktivitas fisik dan/atau mental yang bertujuan untuk menyehatkan diri, peningkatan daya tahan tubuh,
Olah Raga Tradisonal didasarkan pada nilai tertentu, dilakukan oleh kelompok masyarakat secara terus-menerus, dan diwariskan pada
generasi berikutnya, antara lain, bela diri, pasola, lompat batu, dan debus.
• Seluruh ide dan gagasan dalam masyarakat, yang mengandung nilai-nilai setempat sebagai hasil pengalaman nyata
Pengetahuan dalam berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi
Tradisional berikutnya. Pengetahuan tradisional antara lain, kerajinan, busana, metode penyehatan, jamu, makanan dan
minuman tradisional, serta pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta.

• Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang atau cara yang diperlukan bagi kelangsungan atau
Teknologi kenyamanan hidup manusia dalam bentuk produk, kemahiran, dan keterampilan masyarakat sebagai hasil
pengalaman nyata dalam berinteraksi dengan lingkungan, dikembangkan secara terus-menerus dan diwariskan pada
Tradisional generasi berikutnya. Teknologi tradisional antara lain, arsitektur, perkakas pengolahan sawah, alat transportasi, dan
sistem irigasi.

• Ekspresi artistik individu, kolektif, atau komunal, yang berbasis warisan budaya maupun berbasis kreativitas
Seni penciptaan baru, yang terwujud dalam berbagai bentuk kegiatan dan/atau medium. Seni terdiri atas seni pertunjukan,
seni rupa, seni sastra, film, seni musik, dan seni media.

• Sarana komunikasi antarmanusia, baik berbentuk lisan, tulisan, maupun isyarat, antara lain, bahasa Indonesia
Bahasa dan bahasa daerah.

• Tata cara pelaksanaan upacara atau kegiatan yang didasarkan pada nilai tertentu dan dilakukan oleh kelompok
Ritus masyarakat secara terus-menerus dan diwariskan pada generasi berikutnya, antara lain, berbagai perayaan,
peringatan kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan ritual kepercayaan beserta perlengkapannya
PENYEDIAAN RUANG BAGI KONSERVASI BUDAYA
Konservasi Budaya dalam Arsitektur Tradisional
• Karya-karya arsitektur perkotaan, yang digali dan sumber-sumber lokal, jika ditampilkan dalam 'wajah
atau wacana ke-indonesiaan' niscaya memiliki sumbangan yang sangat besar bagi terciptanya identitas
baru keseluruhan bagi bangsa secara keseluruhan, identitas keruangan adalah salah satu kekayaan sosial
budaya untuk meneguhkan keberadaan masyarakat dalam proses perubahan sosial budaya lingkungannya
- Juwono (2005:76)
• Arsitektur vernakular kurang lebih adalah kategori arsitektur yang dibangun berdasarkan kebutuhan lokal,
dengan menggunakan tenaga dan material yang tersedia secara lokal pula, tanpa bantuan tenaga (arsitek)
profesional. Arsitektur vernakular mencerminkan tradisi, budaya dan sejarah daerah setempat dan dapat
berevolusi seiring waktu serta menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya - Rapoport (1969)
• Arsitektur rakyat (architecture without architect ) selalu berorientasi pada lingkungan dimana arsitektur
tersebut dibangun, sehingga benar-benar terikat pada tersedianya sumber-sumber yang ada pada
lingkungan tersebut. Jadi, orientasi arsitektur vernakular adalah potensi lokal yang dimiliki oleh
lingkungannya - Rudofsky (1964)
Wae Rebo
Konservasi yang Mendapatkan Pengakuan Dunia
Yori Antar, arsitek prinsipal Han Awal Partners dan pendiri Rumah Asuh, menggagas proyek
konservasi desa Wae Rebo setelah melakukan perjalanan arsitektural ke pulau Flores dan
menemukan desa tersebut tahun 2008. Pada fase konservasi pertama dimulai, yaitu tahun
2009, dan fase konservasi kedua, tahun 2009-2010, Rumah Asuh bersama warga Wae Rebo
memutuskan untuk memugar dulu dua rumah yang sudah ada. Pada 2011, tiga rumah
dibangun untuk mengembalikan desa Wae Rebo dengan tujuh rumahnya. Proses
pembangunan dikerjakan melalui gotong-royong warga.

Pada tahun 2012, Mbaru Niang, sebutan setempat untuk rumah kerucut desa Wae Rebo,
mendapatkan penghargaan Unesco Asia Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation.
Penghargaan tersebut diberikan pada upaya pelestarian warisan budaya berupa bangunan
yang berumur lebih dari lima puluh tahun di kawasan Asia Pasifik. Mbaru Niang
mendapatkan Award of Excellence, yang merupakan penghargaan tertinggi. Selain itu, Mbaru
Niang juga masuk nominasi 20 besar penghargaan Aga Khan Award for Architecture tahun
2013.

Konservasi Wae Rebo mendapatkan pengakuan sebagai sebuah model baru dari konservasi
arsitektur. Konservasi ini juga transfer ilmu membangun dari generasi ke generasi. Rumah
Asuh juga mengirim mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia untuk merekam proses
pembangunan Mbaru Niang. Berbagai rekaman konservasi Wae Rebo dipublikasikan dalam
bentuk buku, video, pameran, hingga artikel-artikel yang tersebar di berbagai media.
DESA PENGELIPURAN BANGLI salah satu desa
wisata di Bali yang masih mempertahankan tata letak dan arsitektur
tradisional khas Bali. Namun keunikan yang membedakan desa
Penglipuran dengan desa tradisional di Bali yang lain adalah
keseragaman rumah penduduk yang terlihat hampir sama.
Keseragaman terlihat dari gerbang rumah penduduk dengan
arsitektur tradisional khas Bali yang terlihat sama dari tiap-tiap
rumah. Selain itu, jalan pedesaan juga ditata unik dengan
menggunakan batu.

Menyeragamkan bentuk rumah dengan khas artsitektur traditional


Bali dalam satu desa, bukan hal yang mudah. Namun penduduk desa
Penglipuran, mampu melakukannya. Selain bentuk rumah yang
terlihat sama, area kebun di dalam dan di luar rumah juga
terpelihara. Selain dapat melihat keunikan tata letak rumah, desa
Pengelipuran juga menawarkan udara sejuk karena wilayah desa
berada sekitar 750 meter dari permukaan laut.

Untuk memasuki salah satu rumah dari penduduk desa, anda akan
melewati gerbang yang terbuat dari batu bata yang sudah terlihat
tua. Setelah memasuki area rumah, anda akan disambut oleh pemilik
rumah yang sangat ramah. Selain itu, pemilik rumah juga bersedia
untuk menunjukan area sekitar rumah mereka. Dinding rumah
sebagian besar terbuat dari anyaman bambu dengan atap sirap,
dengan dapur tradisional khas Bali.
Pola Bangunan Rumah Adat Bali

1. Bangunan Suci
(Sanggah/Sanggar/Merajan/Penugun Karang)
2. Bale Dangin/Bale Gede
3. Bale Delod
4. Bale Meten/Bale Daja
5. Bale Dauh/Loji
6. Lumbung (Jineng)
7. Paon (dapur
8. Aling-aling (optional)
9. Angkul-angkul (puntu masuk rumah)

sudut utara dan timur rumah menjadi tempat yang disucikan,


sementara sudaut barat dan selatan memiliki derajat kesucian
yang lebih rendah. Hal ini membuat kita selalu menemukan
tempat ibadah di sudut utara dan timur, dan tempat buang air,
kamar mandi, dan penjemuran berada di sudut barat dan selatan.
Perkampungan Alun-alun, Kota Gede
Berada di Kawasan Kota Gedhe, 50 meter ke arah selatan dari
komplek makam raja dan Masjid Agung, terdapat sebuah
gapura tembok dengan rongga yang rendah dan plakat yang
bertuliskan "Cagar Budaya". Wilayah ini masuk Desa Purbaya,
Kota Gede, Yogyakarta. Orang menyebutnya Perkampungan
Alun-alun, karena kawasan bekas alun-alun Kota Gede di masa
Kasultanan Mataram.

Masuklah melalui gapura itu, di sanalah akan melihat rumah-


tumah tradisional Kota Gede yang masih terawat dengan baik
dan masih difungsikan sebagai rumah tempat tinggal warga.

Berbagai bentuk, model rumah tradisional Joglo terdapat di


perkampungan ini. Rumah-tumah itu dulunya merupakan
komplek perumahaan para punggawa atau prajurit Mataram.

Selama berada di kampung itu, akan melihat sisa-sisa benteng


Kedathon atau Keraton Kasultanan Mataram. Sebagian
beberapa masih utuh, sebagian sudah menjadi rumah penduduk
Layout dari kompleks rumah tradisional Jawa. Ket: 1. lawang pintu 2. pendopo
3. peringgitan 4. emperan 5. dalem 6. senthong 7. gandok 8. dapur
(Sumber: www.wikiwand.com)
Kampung Naga
Kampung Naga ini terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Yang unik letak kampung ini yang berada di
lembah. Tidak hanya itu Kampung Naga ini ternyata masih mempertahankan
kearifan lokal dan budaya yang mereka jaga sejak dahulu.
Kampung ini berada di wilayah Desa Neglasari, Jawa Barat. Lokasi
Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota
Garut dengan Kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang
subur yang dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut
terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga.
Masyarakat Kampung Naga masih memegang adat tradisi nenek
moyang mereka. Mereka menolak intervensi dari pihak luar jika hal
itu mencampuri dan merusak kelestarian kampung tersebut.

Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah kampungnya


dengan istilah "Pareum Obor". Pareum jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia, yaitu mati, gelap. Dan obor itu sendiri berarti
penerangan, cahaya, lampu. Jika diterjemahkan secara singkat
yaitu, matinya penerangan.

Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun


Kampung Naga, dan sesuatu yang tidak dilakukan karuhunnya
dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh
masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak
menghormati karuhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka.

Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan


rumah dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah,
ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau
papan kayu. Rumah harus menghadap ke utara atau ke sebelah
selatan dengan memanjang kearah barat-timur.
Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman
sasag. Rumah tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan
rumah tidak boleh menggunakan tembok, walaupun mampu
membuat rumah tembok atau gedung (gedong).
Desa Adat Bawomataluo merupakan desa purba di Kecamatan
Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Lokasinya terletak di ketinggian 270 mdpl, di atas perbukitan yang
aman dari gemlombang tsunam setinggi 4 meter sekalipun.
Masuk ke kampung harus menapaki empat buah anak tangga di
teras pertama, dan 70 anak tangga di teras kedua.
Setiap rumah saling berdapan dengan jarak empat meter, di
bagian tengah terdapat halaman dari susunan batu untuk ritual.
Nama Bawomataluo dalam bahasa setempat
berarti Bukit Matahari. Desa Adat Bawomataluo
merupakan salah satu perkampungan tradisional
yang tertua di Indonesia. Menjadi bagian dari
tradisi Megalitikum ribuan tahun lalu.
Beberapa situs era Megalitikum masih dapat
dilihat hingga sekarang, terbagi menjadi dua
jenis berdasarkan posisi, yaitu daro-daro dan
naitaro.
Kedua situs Megalitikum tersebut hingga
sekarang masih digunakan untuk ritual, salah
satunya adalah upacara untuk memperingati
meninggalnya kepala suku pertama. Konon di
waktu tertentua, roh kepala suku menjelma
kembali, kemudian duduk di meja batu purba
untuk melihat kondisi anak cucunya. Seluruh
situs Megalatikum di desa ini dianggap sakral
serta suci.
Rumah adat Batak ini disebut bolon dan Rumah adat Sasadu dari Maluku
Rumah Gadang memiliki ciri khas atap bertanduk
dilengkapi tangga yang jumlahnya ganjil

Rumah betang atau rumah panjang Rumah adat Tongkonan asal Toraja Rumah adat susku Sasak dari Lombok
Taman Mini Indonesia Indah

Anda mungkin juga menyukai