Anda di halaman 1dari 15

Terbentuknya BP2JK: Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan

di Lingkungan Kementerian PUPR

Oleh : Muazzin *)

PERAN STRATEGIS PENGADAAN

Upaya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun


infrastrutur tidak bisa dipisahkan dari peran strategis pengadaan. Bendungan, irigasi,
jalan, jembatan, bangunan gedung (kantor, sekolah, pasar, rumah dan sebagainya)
adalah output dari proses pengadaan. Seperti diketahui definisi pengadaan adalah
”kegiatan pengadaan barang/jasa oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan
serah terima hasil pekerjaan” (Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018, selanjutnya
disingkat Perpres 16/2018, pasal 1 angka 1). Pengadaan melingkupi tahapan/kegiatan
dari hulu sampai hilir, dimulai dari perencanaan pengadaan, persiapan pengadaan dan
persiapan pemilihan, serta pelaksanaan pengadaan (pemilhan penyedia, pelaksanaan
kontrak dan serah terima hasil pekerjaan).

Sudah seharusnya sistem pengadaan nasional termasuk di lingkungan


Kementerian PUPR terus diperkuat. Banyak hal yang sudah dilakukan oleh Pemerintah
dalam menata kebijakan penguatan sistem pengadaan nasional yang dituangkan dalam
peraturan (terakhir kali diterbitkannya Perpres 16/2018). Dalam Perpres 16/2018,
kebijakan penguatan sistem pengadaan tercermin dalam pengaturan “kelembagaan
pengadaan barang/jasa”. Pasal 75 ayat (1) berbunyi: Menteri /Kepala Lembaga/Kepala
Daerah membentuk UKPBJ memiliki tugas menyelenggarakan dukungan pengadaan
barang/jasa pada Kementerian/ Lembaga/Pemerintah Daerah. Pasal 1 angka 11: Unit
Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut UKPBJ adalah unit kerja di
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan Pengadaan
Barang/Jasa.
Dari Hasil kajian menunjukkan bahwa secara mandatori kelembagaan
pengadaan secara berangsur-angsur mengalami pengembangan (evolusi) dalam format
yang terbaik. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (UKPBJ) merupakan
output terbaik dan terkini proses evolusi Kelembagaan PBJP (Muazzin, 2020).
Kelembagaan PBJP dalam Keppres 80/2003 dan perubahannya berturut-turut
dikenal dengan sebutan “panitia Pengadaan serta unit layanan pengadaan
(procurement unit)”. Kelembagaan PBJP dalam Perpres 54/2010 dan perubahannya
dinamai “Unit Layanan Pengadaan (ULP)”. Sedangkan kelembagaan PBJP dalam Perpres
16/2018 disebut “Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ)”. Evolusi kelembagaan
PBJP dari Keppres 80/2003, Perpres 54/2010 hingga Perpres 16/2018 disajikan dalam
gambar berikut.

1|BP2JK:Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


KEPPRES 80/2003
evolusi ULP (adhoc)
PANITIA melaksanakan pemilihan
ULP (ad hoc)
PENGADAAN penyedia Barang/Jasa

evolusi

PERPRES 54/2010
ULP memberikan
pelayanan/pembinaan di
ULP bidang Pengadaan
Barang/Jasa

evolusi
UKPBJ:
PERPRES 16/2018 a. Pengelolaan PBJ
b. Pengelolaan LPSE
c. Pembinaan SDM dan kelembagaan PBJ
d. Pendampingan, konsultasi dan/atau
UKPBJ
bimbingan teknis
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
menteri/kepala lembaga/kepala daerah

Gambar 1. Evolusi Kelembagaan PBJP


Keppres 80/2003 - Perpres 54/2010 – Perpres 16/2018

Pasal 75 ayat (3) disebutkan bahwa “UKPBJ berbentuk struktural dan ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Unit Kerja yang memiliki
unsur pelaksana tugas pokok di daerah bersifat operasional dapat dibentuk Unit
Pelaksana Teknis PBJ (UPTPBJ) sebagaimana disebutkan pada Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14 Tahun 2018 (selanjutnya
disingkat PerLKPP 14/2018) pasal 10 ayat (1): “Kementerian/Lembaga yang memiliki
unsur pelaksana tugas pokok di daerah dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis PBJ
(UPTPBJ) yang merupakan unit kerja struktural di bawah UKPBJ”. Skema operasional
UKPBJ berbentuk UPTPBJ ditampilkan pada gambar berikut.

UKPBJ

UPTPBJ

Gambar 2. Skema Operasional UKPBJ dalam Bentuk UPTPBJ

2|BP2JK:Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


Bermula dari Perpres 16/2018 dan PerLKPP 14/2018, Balai Pelaksana Pemilihan
Jasa Konstruksi (selanjutnya disingkat BP2JK) terbentuk, yang secara yuridis tercantum
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
05/PRT/M/2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 288/KPTS/M/2019 tentang
Pembentukan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa dan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan
Barang/Jasa, membentuk UKPBJ dan UPTPBJ di lingkungan Kementerian PUPR. UKPBJ
ditempatkan pada Direktorat Pengadaan Jasa Konstruksi, sedangkan UPTPBJ Wilayah
ditempatkan pada BP2JK masing-masing provinsi. Posisi UKPBJ dan UPTPBJ diunit
struktural sebagai berikut.

UKPBJ Dit. Pengadaan Jasa


Konstruksi

UPTPBJ BP2JK
J

Gambar 3. Posisi UKPBJ dan UPTPBJ diUnit Struktural

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membentuk Balai


Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) di 34 provinsi menggantikan Unit Layanan
Pengadaan (ULP) dalam upaya meningkatkan kualitas dan profesionalisme Pengadaan
Barang/Jasa. Dengan unit kerja dan sumber daya manusia yang independen serta
proses bisnis yang lebih baik diharapkan proses dan hasil PBJ lebih efektif, efisien,
transparan, berkualitas dan akuntabel.

Pembentukan BP2JK merupakan langkah Kementerian PUPR mengimplementasikan


9 (sembilan) strategi pencegahan penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa,
yakni (1) reorganisasi struktur organisasi ULP dan Pokja PBJ; (2) memperkuat sumber
daya manusia; (3) memperbaiki mekanisme penyusunan Harga Perkiraan Sendiri
(HPS); (4) pembinaan penyediaan jasa baik kontraktor maupun konsultan; (5)
pemeriksaan hasil pekerjaan yang melibatkan Badan Pengawas Keuangan
Pembangunan (BPKP); (6) mengurangi risiko di unit organisasi (Unor), balai dan satuan
kerja; (7) pembentukan unit kepatuhan internal; (8) pembentukan inspektorat bidang
investigasi dan penguatan kapasitas auditor; dan (9) countinuous monitoring atas
perangkat pencegahan kecurangan dengan teknologi informasi.

3|BP2JK:Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


Sebelum BP2JK terbentuk, proses pemilihan penyedia dilakukan oleh ULP yang
dibentuk oleh unit organisasi / kesatkeran masing-masing. Unit organisasi /kesatkeran
melaksanakan seluruh tahapan kegiatan mulai tahap perencanaan, pemilihan penyedia,
pelaksanaan dan pengawasan. Berbeda setelah BP2JK terbentuk, kegiatan pemilihan
penyedia dilakukan oleh BP2JK yang operasionalnya dilaksanakan oleh Pokja Pemilihan
dibantu oleh Tim Pelaksana dan Tim Peneliti BP2JK. Transformasi kegiatan pemilihan
penyedia tercantum pada gambar berikut.

dilakukan oleh Unor/Satker

PERENCANAAN PEMILIHAN PELAKSANAAN PENGAWASAN

PERENCANAAN PELAKSANAAN PENGAWASAN

PEMILIHAN

Kegiatan Pemilihan oleh BP2JK


dilakukan oleh BP2JK
Gambar 4. Transformasi Kegiatan Pemilihan Penyedia

SUMBER DATA METODOLOGI


Sumber data yang digunakan dalam kajian ini adalah peraturan perundang-
undangan tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah khususnya tentang
Kelembagaan PBJP (Perpres 16/2018 dan PerLKPP 14/2018), Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2019 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 288/KPTS/M/2019 tentang Pembentukan Unit Kerja
Pengadaan Barang/Jasa dan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan Barang/Jasa. Fokus
kajian adalah kapasitas BP2JK, serta peran yang harus diimplementasikan dalam
rangka optimalisasi kinerja Pengadaan Barang/Jasa, khususnya di bidang Jasa
Konstruksi di lingkungan Kementerian PUPR. Sumber data lainnya berupa hasil
kajian/artikel terkait Kelembagaan PBJP, serta bahan-bahan yang relevan lainnya.
Proses kajian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

4|BP2JK:Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


peran strategis pengadaan & kelembagaan pengadaan

potret kelembagaan pengadaan

mencermati tugas dan fungsi BP2JK

optimalisasi kinerja pengadaan

simpulan dan saran

Gambar 5. Proses Kajian

POTRET KELEMBAGAAN PENGADAAN

Berdasarkan Gambar 4. Transformasi Kegiatan Pemilihan Penyedia, dapat disajikan


potret kelembagaan pengadaan secara umum sebagai berikut:

1. Potret Sebelum Transformasi Kelembagaan Pengadaan


a. Kelembagaan pengadaan berbentuk Incidental (Adhoc) dan tersebar pada
masing-masing unit organisasi, menyebabkan dokumentasi pengadaan tidak
terintegrasi serta proses pemilihan penyedia jasa berpotensi berbeda-beda.
b. Kelembagaan pengadaan hanya berfungsi melaksanakan proses pemilihan
penyedia, menyebabkan kualitas perencanaan dan persiapan pengadaan tidak
sesuai standar.
c. Kelembagaan pengadaan berbentuk Incidental (Adhoc) tidak memiliki fungsi
pengembangan SDM dan kelembagaan pengadaan.
d. SDM pengadaan yang melaksanakan tugas selaku anggota Pokja Pemilihan
bersamaan dengan tugas pokok di unit organisasi (peran ganda),
menyebabkan output pemilihan penyedia jasa tidak optimal.
e. Memiliki risiko intervensi dari pimpinan unit organisasi (Kepala Satker/KPA,
PPK) selaku penanggung jawab anggaran.

2. Potret Setelah Transformasi Kelembagaan Pengadaan


a. Kelembagaan pengadaan bersifat independen dan permanen, terpusat pada
unit organisasi khusus (BP2JK), membuka jalan proses pemilihan penyedia jasa
sama sesuai karakteristik barang/jasa.
b. Kelembagaan pengadaan berfungsi melaksanakan pelayanan pengadaan
barang/jasa sejak perencanaan pengadaan sampai dengan penetapan

5|BP2JK:Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


penyedia, melalui kegiatan pendampingan dan reviu serta pelaksanaan
pemilihan penyedia, sehingga dapat meningkatkan kualitas
perencanaan/persiapan pengdaan, proses pemilihan serta penetapan
penyedia.
c. Salah satu fungsinya melaksanakan pengembangan SDM dan kelembagaan
pengadaan.
d. SDM pengadaan memiliki kompetensi dan jenjang karier yang jelas dan selaku
pejabat fungsional PBJ memiliki tugas pokok melaksanakan pengadaan
barang/jasa.
e. Tidak memiliki garis instruksi yang membuka ruang intervensi dari pimpinan
unit organisasi (Kepala Satker/KPA, PPK) selaku penanggung jawab anggaran.

MENCERMATI TUGAS DAN FUNGSI BP2JK

Dalam Permen PUPR 05/PRT/M/2019, diuraikan tugas BP2JK yaitu,


melaksanakan pelayanan pengadaan barang/jasa konstruksi dan tugas lain di bidang
pengadaan barang/jasa konstruksi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina
Konstruksi. Selanjutnya BP2JK menyelenggarakan fungsi: a. Pengelolaan pengadaan
barang/jasa; b. Pelaksanaan pendampingan, konsultasi proses pengadaan, konsultasi
sistem informasi, konsultasi substansi hukum, dan/atau bimbingan teknis di
wilayahnya; c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Konstruksi. Bila dicermati tugas/fungsi BP2JK sejalan dengan tugas UKPBJ sebagaimana
Perpres 16/2018 pasal 75 ayat (2) huruf a. pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa, d.
pelaksanaan pendampingan, konsultasi, dan/atau bimbingan teknis, dan e.
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh menteri/kepala lembaga/kepala daerah.
Sedangkan huruf b. pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik dilaksanakan
oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian PUPR, hal ini sesuai dengan
amanat pasal 75 ayat (4): Fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik
dapat dilaksanakan oleh unit kerja terpisah. Fungsi UKPBJ huruf c. pembinaan Sumber
Daya Manusia dan Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa, melekat bagian dari tugas
UKPBJ Kementerian PUPR.

Kepmen PUPR 288/2019 menguraikan secara detail tugas dan kewenangan


Kepala UKPBJ dan Kepala UPTPBJ. Kepala UKPBJ adalah Direktur Pengadaan Jasa
Konstruksi, sedangkan Kepala UPTPBJ Wilayah adalah Kepala BP2JK pada masing-
masing provinsi. Kepala UPTPBJ Wilayah dapat membentuk Tim Pelaksana untuk
membantu melaksanakan tugas monitoring dan evaluasi pengelolaan Pengadaan
Barang/Jasa dan Tim Peneliti untuk membantu mengawasi seluruh tahapan proses

6|BP2JK:Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dan melaporkan apabila ada indikasi penyimpangan
dan/atau penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa kepada
Kepala UPTPBJ Wilayah.

Pelaksanaan proses Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa terdiri dari:

a. Pengadaan Jasa Konstruksi;


b. Penetapan Penyedia:
1) Paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling
sedikit diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
2) Paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit diatas Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
c. Penetapan Penyedia:
1) Paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling
banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
2) Paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
d. Pendampingan Perencanaan Pengadaan;
e. Pendampingan Persiapan Pengadaan;
f. Pembentukan Kelompok Kerja Pemilihan;
g. Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan;
h. Reviu Dokumen Pemilihan

Pengadaan Jasa Konstruksi

Bagan Alir Pengadaan Jasa Konstruksi sebagai berikut:

Perencanaan Persiapan Persiapan Pelaksanaan Penetapan


SPPBJ
Pengadaan Pengadaan Pemilihan Pemilihan Pemenang

Pendampingan
`
Reviu Dokumen
Tim Pelaksana BP2JK Tim Pelaksana BP2JK

1. Penugasan Pokja
Kepala BP2JK Pelaksanaan
2. Reviu Dokumen Pokja Pemilihan Penelitian
Pokja Pemilihan (PK ≤ Rp 100 M dan JK ≤ Rp 10 M)
Tim Peneliti BP2JK

Penelitian
(PK > Rp 100 M dan JK > Rp 10 M)
Tim Peneliti Pusat UKPBJ
Reviu
(PK ≤ Rp 100 M dan JK ≤ Rp 10 M)
Tim Peneliti BP2JK

Gambar 6. Bagan Alir Pengadaan Jasa Konstruksi

7|BP2JK:Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


Penetapan Penyedia

Paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan


nilai > Rp. 100 Milyar dan Paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai
> Rp. 10 Milyar.

 Pokja Pemilihan mengusulkan penetapan pemenang kepada PA melalui Kepala


BP2JK;
 Tim Peneliti melakukan penelitian berdasarkan penugasan Kepala BP2JK
terhadap usulan penetapan pemenang dengan tembusan kepada Kepala UKPBJ
sebelum diusulkan kepada PA;
 Tim Peneliti Pusat melakukan penelitian berdasarkan penugasan Kepala UKPBJ;
 PA menetapkan pemenang Penyedia Barang/Jasa.

Paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan


nilai ≤ Rp. 100 Milyar dan Paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai
≤ Rp. 10 Milyar.

 Pokja Pemilihan menetapkan Penyedia Barang/Jasa;


 Tim Peneliti melakukan penelitian berdasarkan penugasan Kepala BP2JK
terhadap penetapan Penyedia Barang/Jasa yang telah ditetapkan Pokja.

Pendampingan Perencanaan Pengadaan

Proses pendampingan perencanaan pengadaan dilakukan oleh Tim Pelaksana BP2JK


(selanjutnya disebut Tim Pelaksana) sebagai berikut:
 PPK menyampaikan usulan pendampingan kepada Kepala BP2JK;
 Kepala BP2JK menugaskan Kasubbag TU untuk memeriksa kelengkapan dokumen;
 Apabila dokumen tidak lengkap, Kepala BP2JK mengembalikan permohonan
pendampingan kepada PPK, dan bila dokumen lengkap, Kepala BP2JK menugaskan
Tim Pelaksana melakukan pendampingan;
 Tim Pelaksana melakukan pendampingan, setelahnya melaporkan hasil
pendampingan kepada Kepala BP2JK;
 Apabila hasil pendampingan tidak disetujui, Tim Pelaksana melakukan
pendampingan kembali, dan bila hasil pendampingan disetujui, Kepala BP2JK
menyampaikan laporan hasil pendampingan kepada PPK.

Pendampingan Persiapan Pengadaan

Proses pendampingan persiapan pengadaan dilakukan oleh Tim Pelaksana BP2JK


sebagai berikut:
 PPK menyampaikan usulan pendampingan kepada Kepala BP2JK;
 Kepala BP2JK menugaskan Kasubbag TU untuk memeriksa kelengkapan dokumen;

8|BP2JK:Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


 Apabila dokumen tidak lengkap, Kepala BP2JK mengembalikan permohonan
pendampingan kepada PPK, dan bila dokumen lengkap, Kepala BP2JK menugaskan
Tim Pelaksana melakukan pendampingan;
 Tim Pelaksana melakukan pendampingan, setelahnya melaporkan hasil
pendampingan kepada Kepala BP2JK;
 Apabila hasil pendampingan tidak disetujui, Tim Pelaksana melakukan
pendampingan kembali, dan bila hasil pendampingan disetujui, Kepala BP2JK
menyampaikan laporan hasil pendampingan kepada PPK.

Pembentukan Kelompok Kerja

Proses pembentukan kelompok kerja dilakukan oleh Kepala BP2JK sebagai berikut:
 PPK mengusulkan paket yang akan di tender/seleksi;
 Kepala BP2JK menugaskan Kasubag TU memeriksa kelengkapan dokumen.
 Apabila dokumen tidak lengkap, Kepala BP2JK mengembalikan usulan kepada PPK
untuk dilengkapi.
 Apabila dokumen lengkap, Kasubag TU menyusun anggota Pokja dan draft SK
Pokja.
 Apabila draft SK Pokja tidak disetujui oleh Kepala BP2JK, Kasubag TU menyusun
kembali anggota Pokja dan draft SK Pokja.
 Apabila draft SK Pokja disetujui, Kepala BP2JK menetapkan SK Pokja;
 Kasubag TU menyampaikan SK Pokja kepada PPK dan anggota Pokja.

Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan

Proses reviu dokumen persiapan pengadaan dilakukan oleh Pokja Pemilihan sebagai
berikut:
 Kepala BP2JK menyampaikan dokumen persiapan pengadaan kepada Pokja
Pemilihan.
 Pokja Pemilihan melaksanakan reviu dan menyampaikan hasil kepada Kepala
BP2JK;
 Apabila hasil reviu tidak disetujui, Pokja Pemilihan melaksanakan reviu kembali,
dan bila hasil reviu disetujui, Kepala BP2JK menyampaikan hasil reviu kepada PPK;
 Apabila hasil reviu disepakati PPK, PPK menetapkan dokumen persiapan
pengadaan;
 Kepala BP2JK menyampaikannya dokumen persiapan pengadaan hasil reviu kepada
Pokja Pemilihan;
 Apabila hasil reviu tidak disepakati PPK, Kepala BP2JK klarifikasi hasil reviu dan
menyampaikan kepada KPA untuk dievaluasi.

9|BP2JK:Terobosan Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


 Apabila hasil reviu disepakati KPA, PPK melaksanakan perbaikan, selanjutnya PPK
menetapkan dokumen persiapan pengadaan;
 PPK menyampaikan kepada Kepala BP2JK, selanjutnya Kepala BP2JK
menyampaikannya dokumen persiapan pengadaan hasil reviu kepada Pokja
Pemilihan;
 Apabila hasil reviu tidak disepakati KPA, KPA meminta rekomendasi Tim Peneliti
Pusat UKPBJ, selanjutnya Tim melakukan reviu;
 Apabila evaluasi hasil reviu disetujui Tim Peneliti Pusat UKPBJ, diterbitkan
rekomendasi perbaikan dokumen persiapan pengadaan;
 KPA memerintahkan PPK perbaikan, setelahnya PPK menetapkan dokumen
persiapan pengadaan;
 PPK menyampaikan Kepala BP2JK, selanjutnya Kepala BP2JK menyampaikannya
dokumen persiapan pengadaan hasil reviu kepada Pokja Pemilihan;
 Apabila evaluasi hasil reviu tidak disetujui Tim Peneliti Pusat UKPBJ, rekomendasi
pemilihan dilanjutkan tanpa perubahan dokumen persiapan pengadaan, dan
disampaikan kepada PPK untuk ditetapkan;
 PPK menyampaikan kepada Kepala BP2JK, selanjutnya Kepala BP2JK
menyampaikannya dokumen persiapan pengadaan hasil reviu kepada Pokja
Pemilihan.

Reviu Dokumen Pemilihan

Proses reviu dokumen pemilihan dilakukan oleh Tim Pelaksana BP2JK sebagai berikut:
 Pokja Pemilihan menyusun dokumen pemilihan dan menyampaikan kepada Kepala
BP2JK;
 Kepala BP2JK menugaskan Kasubag TU memeriksa kelengkapan dokumen;
 Apabila dokumen pemilihan tidak lengkap, Kasubag TU mengembalikan kepada
Pokja Pemilihan untuk dilengkapi, dan bila dokumen pemilihan lengkap, Kepala
BP2JK menugaskan Tim Pelaksana melakukan reviu;
 Tim Pelaksana BP2JK melakukan reviu dan menyampaikan hasil;
 Apabila membutuhkan perbaikan, Kepala BP2JK menyampaikan usulan perbaikan
kepada Pokja Pemilihan;
 Apabila Pokja Pemilihan setuju perbaikan, memperbaikinya selanjutnya
menetapkan dokumen pemilihan. Apabila Pokja Pemilihan tidak setuju perbaikan,
maka langsung ditetapkannya dokumen pemilihan dimaksud;
 Tim Pelaksana BP2JK melakukan reviu dan menyampaikan hasil kepada Kepala
BP2JK;
 Apabila tidak membutuhkan perbaikan, Kepala BP2JK mengusulkan penetapan
dokumen pemilihan;

10 | B P 2 J K : T e r o b o s a n Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


 Pokja Pemilihan menetapkan dokumen pemilihan.

Uraian diatas menggambarkan betapa strategisnya tugas dan fungsi BP2JK sesuai
mandatori Permen PUPR 05/PRT/M/2019, dengan tugas: melaksanakan pelayanan
pengadaan barang/jasa konstruksi serta fungsi: a. Pengelolaan pengadaan
barang/jasa; b. Pelaksanaan pendampingan, konsultasi proses pengadaan, konsultasi
sistem informasi, konsultasi substansi hukum, dan/atau bimbingan teknis di
wilayahnya. Secara detail, terjemahan praktis tugas dan fungsi dimuat pada Kepmen
PUPR 288/2019.

Sebagai pusat keunggulan pengadaan barang/jasa, bagaimana BP2JK/UKPBJ mesti


berperan, apa saja yang harus dilakukan agar tujuan pembentukannya dapat
terwujud?. Dibutuhkan langkah prioritas dan strategi serta upaya sungguh-sungguh
secara kontinu dan berkesinambungan.

OPTIMALISASI KINERJA PENGADAAN

Berbagai kajian dilakukan dalam rangka memperbaiki proses bisnis (tata kelola),
sehingga tercapai maturitas (tingkat kematangan) kelembagaan pengadaan yang
diharapkan yaitu menjadi pusat keunggulan Pengadaan Barang/Jasa. Hasil
penyelarasan dengan diterapkannya Perpres 16/2018, LKPP memunculkan konsep 4D
(domain) – 9 V (variabel).
Empat domain yang merupakan area kunci adalah: Proses, Kelembagaan, Sumber
daya Manusia (SDM) dan Sistem Informasi (SI). Empat domain di breakdown dalam 9
(sembilan) variabel sebagai berikut:
 Domain Proses terdiri 4 variabel yaitu: Manajemen Pengadaan, Manajemen
Penyedia, Manajemen Kinerja dan Manajemen Resiko;
 Domain Kelembagaan terdiri 2 variabel yaitu: Pengorganisasan Kelembagaan serta
Tugas dan Fungsi Kelembagaan;
 Domain SDM terdiri 2 variabel yaitu: Perencanaan SDM dan Pengembangan SDM;
serta
 Domain SI terdiri 1 variabel yaitu: Sistem Informasi PBJ.

Kajian ini mengulas secara umum berdasarkan potret kelembagaan serta


mencermati tugas dan fungsi, sebagai upaya BP2JK berperan penting dalam
mengoptimalkan kinerja pengadaan, diperlukan prioritasisasi langkah dan strategi
sebagai berikut:

11 | B P 2 J K : T e r o b o s a n Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


1. SDM Pengadaan
Dibutuhkan analisis jabatan serta analisis beban kerja untuk memetakan
kebutuhan SDM pengadaan di BP2JK. Berapa jumlah jabatan fungsional (jafung)
PBJ selaku Pengelola PBJ yang diperlukan terdiri dari: jafung PBJ Ahli Madya, jafung
PBJ Ahli Muda atau atau jafung PBJ Ahli Pertama. SDM pengadaan harus memiliki
kompetensi baik aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Pengembangan SDM pengadaan dapat dilakukan melalui
jalur pendidikan, pelatihan, coaching maupun mentoring.
Status kepegawaian dipastikan permanen pegawai BP2JK, sedangkan pegawai
yang statusnya masih unit organisasi yang lain, dapat segera dimutasikan menjadi
pegawai BP2JK. Hal ini memudahkan unit kerja BP2JK dalam mengembangkan SDM
serta menjadikan independensi unit kerja lebih optimal. Integritas SDM pengadaan
wajib memenuhi level kompetensi yang ditetapkan.

2. Proses Pengadaan
Mengoptimalkan fungsi BP2JK dalam pengelolaan pengadaan barang/jasa
melalui langkah terintegrasi dari proses perencanaan pengadaan sampai dengan
pelaksanaan kontrak. BP2JK proaktif menciptakan kondisi untuk terlibat dalam
proses perencanaan, sehingga mampu memberi nilai tambah kualitas perencanaan,
memberikan konsultasi mitigasi resiko agar perencanaan lebih optimal dan dapat
dimanfaatkan dengan baik.
BP2JK membangun kolaborasi dengan unit kerja pengelola layanan pengadaan
secara elektronik (electronic proqurement) yaitu Pusat Data dan Informasi sehingga
kegiatan pengadaan barang/jasa berjalan efektif.
BP2JK perlu melengkapi tata kerja dengan “standard operational procedure”
(SOP), baik SOP dalam Pendampingan Perencanaan dan Persiapan Pengadaan, SOP
pembentukan Pokja Pemilihan, SOP Reviu Dokumen Perencanaan dan Persiapan
Pengadaan, SOP Reviu Dokumen Pemilihan, SOP Pemilihan Penyedia serta SOP
Penetapan Penyedia.
BP2JK harus memiliki target kinerja yang terukur dalam kegiatan pengadaan
barang/jasa, sehingga setiap menyelesaikan tugasnya dilakukan pengukuran
kinerja. Area kinerja meliputi ketepatan waktu, penghematan biaya, kualitas
pengadaan serta tingkat layanan. Indikator kinerja meliputi pengadaan selesai
tepat waktu, capaian efisiensi HPS, capaian efisiensi pagu, kualitas perencanaan
pengadaan, partisipasi penyedia, persentase penyedia yang terlibat dalam
pengadaan, persyaratan penyedia, kepuasan pelanggan.
Proses pengadaan memiliki potensi resiko yang mungkin terjadi. Sebagai
contoh, resiko tidak ada calon penyedia yang memasukkan penawaran, atau semua

12 | B P 2 J K : T e r o b o s a n Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


penawaran diatas HPS. Resiko penyedia terpilih tidak mampu melaksanakan
kontrak sesuai perjanjian. Resiko Tim BP2JK terkena kasus hukum dalam kegiatan
pengadaan, dan sebagainya. Untuk itu BP2JK menyusun peta potensi resiko,
tingkat dan dampak resiko, sehingga menjadi bahan kajian serta strategi untuk
memitigasi resiko.
Pelaksanaan proses kegiatan pengadaan barang/jasa yang terdiri dari:
Pengadaan Jasa Konstruksi, Penetapan Penyedia, Pendampingan Perencanaan
Pengadaan, Pendampingan Persiapan Pengadaan, Pembentukan Kelompok Kerja
Pemilihan, Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan, dan Reviu Dokumen Pemilihan,
terjadi hubungan kerja saling ketergantungan (baca: mencermati tugas dan fungsi
BP2JK), sehingga koordinasi dan kolaborasi yang solid menjadi sesuatu yang
mutlak diperlukan antara unit organisasi (cq. KPA dan PPK) selaku penanggung
jawab kegiatan, dengan unit kerja BP2JK (cq. Pokja Pemilihan, Tim Pelaksana dan
Tim Peneliti) selaku penanggung jawab pengadaan.
3. Sistim Informasi
Disamping sistem informasi yang sudah ada di Kementerian PUPR seperti e-
proqurement, sirup, e-monitoring, dan lain sebagainya, BP2JK/UKPBJ perlu
mengintegrasikan sistem tersebut dengan sistem lainnya sesuai kebutuhan, sejak
perencanaan pengadaan sampai dengan pelaksanaan kontrak. Hal ini akan
memudahkan monitoring dan evaluasi kinerja pengadaan barang/jasa.

4. Independen dan bebas KKN

Menilik mandatori lahirnya BP2JK, sudah sangat jelas bahwa tujuan terbentuknya
kelembagaan ini salah satunya adalah hendak menempatkannya terpisah dari unit
organisasi penanggung jawab anggaran/kegiatan. Dengan dengan unit kerja dan
sumber daya manusia yang independen serta proses bisnis yang lebih baik
diharapkan pengadaan yang kredibel serta bebas dari KKN dapat terwujud.

KESIMPULAN

Kajian ini dimaksudkan untuk memahami histori terbentuknya BP2JK dalam


korelasinya dengan peran strategis pengadaan serta upaya optimalisasi kinerja
pengadaan di lingkungan Kementerian PUPR. Berdasarkan hasil kajian dapat
dirumuskan beberapa hal sebagai berikut:

1. Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) terbentuk berdasarkan regulasi


Perpres 16/2018, PerLKPP 14/2018, serta Permen PUPR 05/2019 dan Kepmen PUPR
288/2019.

13 | B P 2 J K : T e r o b o s a n Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


2. Sebelum bertransformasi kelembagaan pengadaan berbentuk Incidental (Adhoc);
berfungsi hanya melaksanakan proses pemilihan penyedia; akumulasi keahlian,
pengalaman dan keterampilan SDM pengadaan tidak efektif; serta tidak ada
jaminan peningkatan karier di bidang PBJ. Setelah bertransformasi dalam format
terbaik yaitu BP2JK diharapkan akan terwujud kondisi sebaliknya.
3. BP2JK memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat strategis dalam rangka
meningkatkan kualitas dan profesionalisme Pengadaan Barang/Jasa sebagai upaya
mendukung percepatan pembangunan infrastruktur yang handal.
4. Optimalisasi kinerja pengadaan ditempuh dengan prioritasisasi dan strategi yaitu:
perencanaan dan pengembangan SDM pengadaan; integrasi proses perencanaan
sampai dengan pelaksanaan pengadaan, tersedia SOP dalam pelaksanaan proses,
memiliki target kinerja terukur, memiliki peta potensi resiko; pengembangan
sistem informasi; serta independen dan bebas KKN.

SARAN

Berdasarkan simpulan, maka disarankan sebagai berikut:


1. Agar BP2JK mampu memerankan tugas dan fungsi strategis dalam rangka
mewujudkan optimalisasi kinerja pengadaan dapat ditempuh dengan perencanaan
dan pengembangan SDM pengadaan, peningkatan kinerja proses, pengembangan
sistem informasi serta independen dan bebas KKN.
2. Guna memperoleh gambaran capaian kinerja pengadaan yang berbanding lurus
dengan efektifitas kinerja BP2JK, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR RUJUKAN

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah;

Peraturan Lembaga Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 14 Tahun 2018 Tentang


Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 05/PRT/M/2019


tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 20/PRT/M/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 288/KPTS/M/2019


tentang Pembentukan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa dan Unit Pelaksana Teknis
Pengadaan Barang/Jasa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

Muazzin, Evolusi Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: Kajian Kapasitas


Kelembagaan (Kedudukan, Tugas dan Fungsi), serta Kompetensi SDM PBJP, Jurnal
Simantu Kementerian PUPR, 2020

Fahrurrazi dan KM and Partner, Video Paparan Materi Kelembagaan UKPBJ, 2020

14 | B P 2 J K : T e r o b o s a n Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR


*)Penulis adalah Widyaiswara Ahli Madya Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Kirim Feedback (saran dan kritik) ke: muazzin.hamid@gmail.com

15 | B P 2 J K : T e r o b o s a n Optimalisasi Kinerja Pengadaan PUPR

Anda mungkin juga menyukai