SB
PU
K
KP
20
14
IN
SB
PU
K
KP
20
14
20
14
K
KP
IN
SB
PU
PETUNJUK OPERASIONAL
PELAKSANAAN PELATIHAN
KONSTRUKSI BERBASIS
KOMPETENSI
dengan Mobile Training
Unit (MTU)
Versi buku : July 2014
KATA PENGANTAR
20
14
PU
SB
IN
KP
Kata Pengantar | i
DAFTAR ISI
i
Daftar Isi
ii
Daftar Lampiran
iv
vi
BAB I - PENDAHULUAN
A. Latar belakang
20
14
Kata Pengantar
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
BAB II - PERENCANAAN
E. Lokasi Kegiatan
3
3
3
4
5
PU
SB
IN
KP
I.
9
10
11
12
13
13
13
1.
2.
3.
4.
5.
ii | Daftar Isi
13
13
14
15
15
15
15
16
16
17
17
17
17
18
19
20
20
20
20
14
KP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. Pelaksanaan Pelatihan
IN
20
20
20
20
20
21
22
22
23
28
29
29
30
SB
PU
A. Monitoring
1. Persiapan, Perencanaan dan Organisasi
32
33
33
33
3. Petugas monitoring
33
B. Evaluasi
33
C. Pelaporan / Proceeding
34
D. SPTJM Final
35
35
BAB V - PENUTUP
Penutup
LAMPIRAN
36
37
38
Daftar Isi | iii
DAFTAR LAMPIRAN 1
Memorandum Of Understanding (MOU)
40
L-02.2.
43
L-02.3.
50
L-02.3.1.
51
L-02.3.2.
52
L-02.3.3.
57
L-02.3.4.
60
L-02.3.5.
61
L-02.3.6.
20
14
L-02.1.
62
L-02.5.
73
L-02.6.
75
L-02.7.
80
L-02.8.
81
L-02.9.
L-02.10.
L-02.10.1.
86
87
91
L-02.10.2.
L-02.11.
KP
IN
PU
L-02.11.2.
SB
L-02.11.1.
L-02.4.
67
92
93
97
98
Silabus (Contoh)
99
L-02.12.
100
L-02.13.
105
109
110
L-02.11.3.
L-02.13.1.
L-02.14.
iv | Daftar Lampiran 1
112
L-02.16.
113
L-02.17.
114
L-02.18.
116
L-02.19.
117
L-02.20.
118
L-03.1.
121
L-03.2.
122
L-03.3.
123
L-03.4.
L-03.5.
L-03.6.
126
L-03.7.
127
L-04.1.
128
L-04.2.
129
L-04.3.
132
L-04.4.
135
L-04.5.
137
KP
SB
124
125
139
PU
L-04.6.
20
14
L-02.15.
IN
DAFTAR LAMPIRAN 2
Daftar Lampiran 2 | v
PU
SB
IN
KP
20
14
DAFTAR ISTILAH
vi | Daftar Istilah
20
14
BAB I
PU
SB
IN
KP
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pembinaan kompetensi dan pelatihan tenaga kerja konstruksi saat ini dan ke depan akan
menghadapi tantangan (dan juga peluang) yang semakin besar. Kebutuhan tenaga kerja
konstruksi akan semakin meningkat. Tantangan yang nyata juga akan kita hadapi dalam
waktu dekat dengan diberlakukannya AFTA 2010 dan Asean Community 2015 yang akan
membawa konsekwensi masuknya tenaga kerja asing di bidang industri konstruksi yang
berpotensi dapat mengambil alih peran tenaga kerja lokal.
20
14
Masalah tenaga kerja konstruksi yang sedang dihadapi dewasa ini adalah masih tingginya
jumlah tenaga kerja yang belum memiliki kompetensi formal serta terbatasnya pengakuan
kompetensi oleh dunia industri konstruksi. Hal ini berakibat pada rendahnya posisi tawar
tenaga kerja dalam mendapatkan penghargaan yang layak.
Salah satu upaya mengatasi kondisi tenaga kerja konstruksi tersebut diperlukan upaya
bersama, baik pemerintah, dunia industri, masyarakat jasa konstruksi maupun tenaga kerja
konstruksi itu sendiri. Salah satu upaya mengatasi pengangguran adalah menyiapkan
kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan. Melalui penguasaan kompetensi diharapkan
tenaga kerja siap mengisi kesempatan kerja atau berwirausaha.
IN
KP
B.
PU
SB
TUJUAN
2 | BAB 1 Pendahuluan
C.
SASARAN
20
14
b. Terlaksana penilaian dan verifikasi terhadap penyelenggaraan Program Pelatihan dengan MTU.
D.
RUANG LINGKUP
c. Terlaksananya monitoring dan evaluasi sebagai pengendalian terhadap Penyelenggaraan Pelatihan dengan MTU.
PU
SB
IN
KP
Ruang lingkup petunjuk operasional pelaksanaan pelatihan konstruksi menggunakan kendaraan keliling (MTU) ini meliputi : Persiapan, Perencanaan dan
Pelaksanaan Kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi, kegiatan pelaksanaan mencakup konsolidasi, penyiapan administrasi, penandatanganan MOU, Membentuk Organisasi Penyelenggaraan, sosialisasi dan promosi,
rekrutmen peserta, proses seleksi, identifikasi bidang/ unit kompetensi pelatihan
konstruksi yang relevan sesuai dengan Juknis, Rencana Kegiatan MTU, menetapkan SK terkait, berikut pelaksanaan kegiatan menyangkut pemberdayaan/
pelatihan teknis konstruksi/ uji kompetensi/ sertifikasi, merangkum data monitoring dan evaluasi, serta pelaporan hasil penyelenggaraan, kelengkapan administrasi keuangan dan BA. serah terima.
E.
LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan pelatihan konstruksi berbasis kompetensi keliling dengan kendaraan keliling (MTU) ini, meliputi 7 (tujuh) wilayah provinsi, yakni : Jambi, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua
BAB 1 Pendahuluan | 3
IN
SB
PU
K
KP
PERENCANAAN
20
14
A.
ORGANISASI PENYELENGGARAAN
20
14
B.
PU
SB
IN
Pengarah Pusat
KA.SATKER
KP
PPK
TIM TEKNIS
PERENCANA dan
PENGAWAS
Pimpinan
Instansi
Pemerintah
Daerah
TIM PENYELENGGARA :
1. TIM PENGARAH
2. PENANGGUNG JAWAB
3. PELAKSANA ADMINISTRASI KEGIATAN
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
4. PELAKSANA OPERASIONAL MTU
a. Ketua
b. Supir
c. Mekanik
ULP
PANITIA
PELAKSANA
Gambar 2.3.
Struktur Organisasi Penyelenggara
BAB 2 Perencanaan | 5
Tim pelaksana pelatihan yang dibentuk akan bekerjasama dengan tim penyelenggara, peserta pelatihan para instruktur dan asesor serta staf pendukung, dalam berbagai aktivitas yang
diperlukan baik di ruang kelas maupun luar kelas selama masa pelatihan berlangsung.
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing tim dapat dilihat pada keterangan Surat
Keputusan. Contoh SK Pembentukan Tim Penyelenggara pada Lampiran L-02.2.12, dan
SK Pembentukan Panitia Pelaksana dan Instruktur pada Lampiran L-02.2.13.
C.
20
14
Untuk memenuhi kebutuhan program MTU, pihak penyelenggara Dinas PU Provinsi/ Balai
Latihan Daerah bersama tim konsultan hendaknya terlebih dahulu perlu melakukan
asesmen dan pemetaan awal dilapangan terhadap kebutuhan program MTU yang diperlukan. Kegiatan ini dapat dimulai dengan melakukan orientasi atau pengamatan lapangan
sesuai kondisi masyarakat di kantong - kantong nakerkon yang ada.
SB
IN
KP
Sehingga diperoleh informasi dan hasil pengamatan dilapangan, apakah yang diperlukan
hanya; 1). Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dengan memberikan informasi dan sosialisasi tujuan MTU dll. 2). Pelatihan Konstruksi di kantong kantong nakerkon atau kegiatan
program pembangunan terkait konstruksi (Pamsimas, PNPM Mandiri, Sanimas, USRI dsb),
sebagaimana dengan GAP tenaga kerja yang diperlukan dilapangan. 3). Meningkatkan
nakerkon dengan memberikan fasilitasi Uji Kompetensi bersama USTK. Sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pemenuhan Kebutuhan Program MTU melalui Asesmen.
PU
Gambar 2.1.
Pemenuhan Kebutuhan Program MTU Melalui Asesmen
6 | BAB 2 Perencanaan
D.
SB
IN
KP
20
14
PU
Gambar 2.2.
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan (Training Need Assesmen)
E.
BAB 2 Perencanaan | 7
Dokumen usulan rencana kegiatan MTU ini terdiri dari beberapa berkas yang
diperlukan, meliputi :
1. Surat Pengantar Usulan Rencana Kegiatan MTU L-02.3.1.
2. Kerangka Acuan Kerja (KAK-Induk) L-02.3.2
3. Jadwal Rencana Kegiatan L-02.3.3.
4. Usulan Rencana Anggaran Biaya
L-02.3.4. s/d L-02.3.8
5. Surat Keputusan yang terkait:
a. SK.Tim Penyelenggara L-02.2.
b. SK. Pejabat Pengadaan Langsung dan Penerima Hasil Pengadaan
Barang / Jasa
L-02.3.9.
20
14
F.
Pembentukan pejabat pengadaan langsung dan pejabat penerima hasil pekerjaan pengadaan
barang/ Jasa, adalah merupakan konsekuensi, atas aktivitas program penyelenggaraan pelatihan konstruksi berbasis kompetensi menggunakan kendaraan keliling MTU, yang dilakukan
secara swakelola tersebut. Sebagaimana contoh SK dari Kepala Dinas PU Provinsi/ Kepala
Balai Latihan Kerja Daerah yang diperlihatkan lampiran L-02.2.14.
KP
Tugas pokok dan kewenangan Kelompok Kerja ULP/ Pejabat Pengadaan, sebagaimana diatur
dalam Perpres No. 70 th. 2012, meliputi :
PU
SB
IN
8 | BAB 2 Perencanaan
20
14
KP
IN
G.
PU
SB
H.
Setelah SPK tersebut ditandatangani, pihak Satker yang ditunjuk dapat membuka
Rekening Bank MTU untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pelatihan konstruksi
berbasis kompetensi menggunakan kendaraan keliling MTU. Rekening bank MTU
dapat dibuka atas nama 2 (dua) orang yang bertanggung jawab untuk keperluan ini,
salah satunya adalah dapat dari tim penyelenggara/ bendahara. Rekening bank MTU
akan ditutup setelah semua kegiatan ini berakhir.
BAB 2 Perencanaan | 9
I.
20
14
PU
SB
IN
KP
Hal lainnya yang cukup efektif adalah dengan penyebarluasan informasi kegiatan MTU,
dengan memanfaatkan jaringan media komunikasi/ promosi : Media cetak/ iklan, brosur,
leaflet, spanduk, media elekronik/ spot iklan radio/ internet dll.
Jika kemudian masyarakat pekerja konstruksi berminat, maka dapat dilanjutkan dengan
rekruitmen dan proses seleksi, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4.
Kegiatan Sosialisasi dan Pemberdayaan serta Proses Seleksi
10 | BAB 2 Perencanaan
J.
20
14
KP
Kegiatan seleksi dapat dilakukan salah satu atau kombinasi metoda sebagai berikut :
1. Test tertulis
2. Wawancara
3. Recognition Prior Learning (RPL) atau pengakuan terhadap hasil pembelajaran sebelumnya (formal, non formal atau pengalaman kerja).
4. Recognition Current Competency (RCC) atau pengakuan terhadap kompetensi / pengalaman terkini.
SB
IN
PU
BAB 2 Perencanaan | 11
K.
20
14
1. Mau dan mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk pembelajaran berkelanjutan.
2. Mengetahui pembelajaran orang dewasa (adult learning).
3. Kreatif dan fleksible.
4. Responsif dan berkeinginan untuk membicarakan isu-isu dengan peserta didik dan
personil program lain.
5. Menunjukkan sikap mengajar dan menjelaskan secara baik.
6. Menunjukkan ketertarikan dan keinginan untuk bekerjasama dengan peserta didik.
7. Menunjukkan sensitivitas kepada para peserta didik.
Beberapa tugas dan tanggung jawab tenaga instruktur/ narasumber/ asesor, meliputi berikut
ini :
KP
IN
Untuk kegiatan MTU ini terdapat beberapa tenaga pelatih yang terdiri dari :
a. Tenaga instruktur, adalah merupakan seseorang yang diberi tugas, wewenang dan
PU
SB
tanggung jawab oleh pejabat yang berwewenang dalam hal ini adalah Dinas/ Balai
Pelatihan Konstruksi Daerah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Kementerian PU melalui Badan Pembina Konstruksi cq Pusat Pembinaan Kompetensi dan
Pelatihan Konstruksi (Pusbin KPK). Tenaga instruktur tersebut dilatih secara khusus
melalui lembaga pendidikan VEDC (Vocational Education Development Center)
Malang atas biaya Pusbin KPK.
b. Narasumber merupakan tenaga pelatih yang diperbantukan untuk mendukung penyelenggara kegiatan/ pelatihan, yang ditugasi membawakan materi tertentu agar selaras
dengan tujuan kegiatan.
c. Asesor yang ditunjuk oleh lembaga Unit Sertifikat Tenaga Kerja Provinsi, dan
merupakan tenaga yang telah diakreditasi dan menguasai kompetensi kerja konstruksi
sesuai dengan SKKNI.
12 | BAB 2 Perencanaan
L.
20
14
M.
1.
PU
N.
SB
IN
KP
Dari hasil rekrutmen dan proses seleksi yang telah dilakukan sebagaimana
dengan point J diatas. Hampir semua peserta yang memenuhi kualifikasi
persyaratan Umur/ Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Pengalaman
Kerja dll, dapat mengikuti kegiatan pemberdayaan ini.
Kegiatan pemberdayaan ini dapat diikuti oleh tenaga kerja tukang maupun
non tukang (baik bagi tenaga tukang belum/ kurang terampil ataupun tenaga
tukang terampil), yang akan dilaksanakan oleh Dinas/ Balai Pelatihan
Konstruksi Daerah. SK. Penetapan Peserta dapat dilihat pada lampiran
L-02.6.
2.
BAB 2 Perencanaan | 13
20
14
f. Mendapatkan penugasan dari Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi Daerah melalui surat
keputusan (SK).
Sebagai tenaga instruktur / narasumber yang dipilih, harus mampu :
KP
IN
SB
d. Sebagai mechanism, lebih memfokuskan pada proses pelatihan dan mampu menggerakkan proses pelatihan.
e. Contoh surat permohonan kesediaan instruktur/ narasumber lampiran L-02.7.
3.
PU
SK. Penetapan Panitia Pelaksana dan Tenaga Instruktur/ narasumber, sebagaimana diperlihatkan pada lampiran L-02.8.
14 | BAB 2 Perencanaan
4.
KP
20
14
PU
SB
5.
IN
O.
20
14
SB
IN
KP
PU
16 | BAB 2 Perencanaan
20
14
Adalah rincian dan uraian terhadap bidang/ unit unit kompetensi yang
akan ditempuh oleh peserta pelatihan. Kurikulum dan silabus menggambarkan :
a. Bidang kompetensi yang akan ditempuh
b. Ilmu pengetahuan yang terkait
c. Praktek yang diperlukan untuk mencapai unjuk kerja
d. Sikap yang diperlukan
e. Indikator unjuk kerja/ asesmen.
Kurikulum jelasnya dapat dilihat pada lampiran L-02.11.2. dan Silabus jelasnya
dapat dilihat pada lampiran L-02.11.3.
KP
SB
IN
Materi pelatihan konstruksi tidak diarahkan secara khusus oleh Pusbin KPK.
Pengembangan dan penggunaan materi pelatihan konstruksi adalah merupakan tanggung jawab para instruktur dan telah memperoleh sertifikat pelatihan VEDC (Vocational Education Development Center) di Malang untuk
mendukung kegiatan pelatihan konstruksi ini. Bahan yang ditawarkan
merupakan materi standar yang terkait dengan bidang kompetensi, agar
setiap peserta memperoleh pengetahuan untuk mencapai unjuk kerja yang
diharapkan.
PU
BAB 2 Perencanaan | 17
a. Bahan pelatihan harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan disesuaikan dengan
tujuan kompetensi yang akan ditempuh.
b. Bahan pelatihan terdiri atas; bahan pelatihan untuk teori dan/ atau untuk praktek.
c. Sebelum digunakan, bahan pelatihan dipastikan memenuhi syarat untuk digunakan
sesuai dengan program pelatihan yang akan dilaksanakan.
d. Refrensi, buku-buku lain yang relevan untuk mencapai kompetensi, dapat berupa
teks books, buku manual VEDC, Prosedur Operasional Standar (POS) MTU, dan
referensi lainnya yang terkait.
P.
20
14
Kegiatan uji kompetensi ini sepenuhnya merupakan domain dari USTK dan LPJKD setempat, sebagaimana yang diatur menurut Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Nasional (LPJKN) No. 07 tahun 2013, tentang Tata Cara Registrasi Ulang dan Perpanjangan
Masa Berlaku dan Permohonan Baru.
Kegiatan uji kompetensi yang akan dilakukan, dapat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
LPJKD setempat, meliputi :
IN
KP
PU
SB
1.
2.
18 | BAB 2 Perencanaan
20
14
IN
KP
PU
Q.
SB
R.
S.
2.
3.
1.
20
14
4.
Kesiapan Peralatan
KP
Jadwal acara kegiatan/ pelatihan yang disusun harus dipastikan dan dikoordinasikan
secara bersama antara pihak penyelenggara dan tenaga instruktur/ pelatih. Sehingga
kegiatan yang diprogramkan dapat berjalan sesuai dengan tahapan dan waktu yang
tersedia, sebagaimana dapat dilihat pada lampiran L-02.10.1.
SB
IN
Rincian kebutuhan peralatan dan bahan pada kendaraan MTU, jumlah dan spesifikasi
teknis bahan, alat, mesin yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
pelatihan konstruksi, sebagaimana diperlihatkan pada Juknis MTU.
PU
5.
6.
20 | BAB 2 Perencanaan
IN
SB
PU
K
KP
20
14
A.
20
14
Kegiatan ini berupa sosialisasi program MTU, yang mencakup beberapa materi dasar
seperti :
KP
PU
SB
IN
B.
22 | BAB 3 Pelaksanaan
20
14
KP
Dalam proses pelatihan ada tiga pendekatan yang dapat digunakan oleh tenaga instruktur/ pelatih. Seorang tenaga pelatih harus dapat memilih pendekatan pelatihan yang
paling efektif berdasarkan kondisi riil yang dihadapi dilapangan. Artinya, tenaga
pelatih dalam menetapkan pendekatan yang dipilih telah memperhitungkan efektivitas
biaya, isi program pelatihan, prinsip-prinsip pembelajaran yang akan diterapkan,
fasilitas peralatan dan bahan yang tersedia, kemampuan dan preferensi peserta pelatihan serta kemampuan dan preferensi tenaga pelatih yang bersangkutan.
Ketiga pendekatan pelatihan yang dapat digunakan oleh tenaga pelatih, yaitu :
a. Belajar secara mandiri / Individu
SB
IN
PU
Mendorong setiap peserta pelatihan untuk membuat pilihan tentang target berlajar mandiri yang diinginkan.
Memberi bantuan pada setiap peserta pelatihan, sesuai dengan permintaan
bantuan yang bersifat spesifik.
Menyediakan materi dan sumber belajar yang diperlukan peserta pelatihan.
Memberi bimbingan dan bantuan bagi peserta pelatihan dalam hal penggunaan
sumber belajar.
Membekali peserta dengan keterampilan belajar pada aspek perencanaan: apa,
kapan, dan bagaimana cara belajar.
Mendorong peserta pelatihan untuk memiliki tanggung jawab individu dalam
manajemen pengembangan diri.
Membimbing peserta pelatihan untuk mampu memilih dan memanfaatkan
sumber pembelajaran yang tersedia.
BAB 3 Pelaksanaan | 23
b. Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk berpartisipasi dalam kelompok, walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan
masing-masing individu, metode ini memungkinkan interaksi sesama peserta
dan tenaga pelatih.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh tenaga pelatih dalam melaksanakan
belajar kelompok adalah sebagai berikut :
20
14
KP
c. Belajar terstruktur
Belajar terstruktur adalah belajar di kelas secara formal, metode ini umumnya
mencakup topik tertentu. Metode belajar terstruktur dapat berupa : Ceramah,
ceramah bergambar, demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan praktek.
Terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan tenaga pelatih, agar peserta
mengikuti proses belajar secara terstruktur.
1. Tahap Pendahuluan ( Introduction / Preparation ), meliputi :
Mengatur ruangan (kelas/ bengkel) seperti ventilasi, penerangan.
IN
SB
PU
24 | BAB 3 Pelaksanaan
PU
SB
IN
KP
20
14
Pastikan entry point untuk memulai proses pelatihan, jelaskan hubungan antara
pelatihan dengan harapan peserta.
Penyajian dilakukan secara bertahap (per unit kompetensi).
Sampaikan penjelasan secara sederhana, sistematis, jelas dan masuk akal.
Jelaskan perlahan-lahan, sesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta
pelatihan. Jelaskan secara bertahap.
Jangan menggunakan kata-kata, istilah atau ucapan yang mungkin sulit dimengerti
oleh peserta pelatihan.
Hindari menjelaskan terlalu banyak hal, yang memungkinkan peserta tidak dapat
memahami.
Ciptakan komunikasi dua arah, gunakan teknik mendengar aktif (seperti bahasa tubuh
yang positif)
Berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk berbagi pengalaman, dan hubungannya dengan pelatihan yang diikuti.
Lakukan identifikasi, bagaimana setiap peserta dapat belajar dengan baik (seperti
melalui diskusi kelompok, praktek, peragaan dan lain-lain).
Lakukan interaksi kepada peserta yang kurang berpartisipasi (misalnya dengan
pertanyaan yang sederhana).
Berikan kenyamanan dalam pelatihan terutama bagi peserta yang memiliki kesulitan
atau tantangan dalam pelatihan.
Berikan umpan balik positif, dengan menjelaskan kesalahan atau perbaikan yang harus
dilakukan.
Jika menjelaskan menggunakan tampilan visual, yakinkan bahwa peserta pelatihan
dapat memahami dan menginterpretasikan tampilan visual atau gambar ke keadaan
yang sebenarnya.
Jika tenaga pelatih akan mendemonstrasikan materi praktek, atur posisi peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga dapat memperhatikan secara jelas dan detail setiap
pekerjaan yang didemonstrasikan.
Lakukan demonstrasi secara perlahan-lahan agar semua peserta pelatihan dapat mengikuti dengan jelas.
Pada saat demonstrasi, tenaga pelatih wajib menekankan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Demonstrasikan secara bertahap, beri kesempatan peserta bertanya.
Bila diperlukan, lakukan demonstrasi berulang-ulang untuk satu pekerjaan, sampai
semua peserta pelatihan mengerti.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi pelatihan, ajukan pertanyaan
tentang materi pelatihan kepada seluruh peserta pelatihan.
Lakukan interaksi dengan industri atau pasar kerja (misalnya menghadirkan nara
sumber dari perusahaan).
Lakukan pelatihan secara komprehensif dan berkesinambungan. Artinya setiap materi
pelatihan atau unit kompetensi harus diselesaikan secara tuntas, sebelum berpindah ke
materi pelatihan/unit kompetensi yang lain.
Berikan kesimpulan sebagai key point di setiap akhir sesi pelatihan.
BAB 3 Pelaksanaan | 25
3. Tahap Aplikasi
Untuk materi pelatihan teori dilakukan dengan memberikan tugas-tugas,
pertanyaan-pertanyaan yang harus dikerjakan/ dijawab, baik secara lisan maupun
tulisan. Tenaga pelatih membetulkan jawaban yang salah, memberikan penguatan
terhadap jawaban yang benar dan memberikan pujian. Bila peserta tidak dapat
menjawab atau jawabannya kurang tepat, jangan memojokkan peserta karena akan
menurunkan semangatnya. Waktu peserta sudah menjawab, jangan buru-buru
dikomentari, tetapi buatlah suasana persaingan dengan cara menawarkan kepada
peserta lain untuk memberikan tanggapan kepada peserta terdahulu.
Untuk materi pelatihan praktek, lakukan langkah langkah sebagai berikut :
KP
20
14
PU
SB
IN
26 | BAB 3 Pelaksanaan
KOMPETENSI
Menggunakan Peralatan
Tangan
Unjuk Kinerja
SB
IN
KP
20
14
Jika menggunakan teknik/ metode yang lain, maka asesmen menjadi tidak valid.
Reliabilitas
Artinya hasil asesmen handal dan dapat dipercaya, asesmen yang handal terdapat
konsistensi pada hasil pengujian, jika dilakukan asesmen ulang pada kondisi yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama.
Komprehensif
Artinya penilaian harus dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek kompetensi
yang telah ditetapkan dengan menggunakan berbagai teknik dan metode asesmen
untuk menilai kompetensi peserta pelatihan.
Adil
Teknik/metode asesmen dalam pelaksanaan penilaian harus adil untuk semua peserta
pelatihan. Menggunakan prosedur, aturan, kriteria dan bahasa yang digunakan harus
jelas untuk setiap peserta pelatihan.
Objektif
Artinya proses asesmen yang dilakukan harus terhindar dari pengaruh-pengaruh atau
pertimbangan yang bersifat subyektif.
Berpusat kepada peserta
Artinya proses asesmen difokuskan kepada peserta untuk pencapaian kompetensi,
bukan kepada penguasaan materi pelatihan. Oleh karena itu asesmen harus dilakukan
secara terencana, bertahap dan terus menerus kepada peserta dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
Efektif dan Efisien
Artinya tidak membuang-buang sumber daya pelatihan dan efektif dalam menilai
kompetensi yang ditetapkan.
Bagian dari pelatihan
Artinya assesmen merupakan bagian dari proses pelatihan dan bukan untuk menghakimi atau menggambarkan ketidakmampuan peserta pelatihan, tetapi asesmen
harus mampu memberikan informasi positif dan umpan balik terhadap peningkatan
capaian kompetensi peserta pelatihan. Dengan demikian hasil asesmen menjadi dasar
untuk memotivasi, peningkatan kualitas instruktur dan kualitas proses pelatihan.
PU
BAB 3 Pelaksanaan | 27
20
14
Dari 8 (delapan jenis teknik / metode penilaian / asesmen terdapat 4 (empat) jenis
teknik/ metode yang lebih banyak digunakan di lembaga pelatihan, yaitu: penilaian
unjuk kerja, penilaian terhadap diri sendiri, penilaian tertulis, penilaian skenario.
Mengupayakan proses asesmen dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Tidak boleh membandingkan hasil asesmen satu peserta dengan peserta lainnya.
Berdasarkan hasil asesmen, bagi peserta pelatihan yang dinyatakan belum mampu
mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, diberikan kesempatan melakukan pengulangan terhadap bagian/ unit kompetensi yang belum tercapai tersebut.
2. Praktek Lapangan
KP
Setelah seluruh capaian kompetensi tercapai maka peserta pelatihan dapat mengikuti
tahap selanjutnya yaitu Praktek Lapangan. Format penilaian/ asesmen pelatihan kelas
(teori), jelasnya dapat dilihat pada lampiran L-03.1.
SB
IN
PU
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam persiapan dan pelaksanaan prektek kerja
lapang antara lain:
a.
b.
c.
d.
20
14
Asesmen dilakukan oleh instruktur/ karyawan di tempat kerja yang diberi tugas,
dengan menilai kompetensi dan kinerja peserta praktek selama mengikuti program
tersebut. Asesmen dilakukan dengan berbagai indikator, sehingga akan diperoleh hasil
pelatihan sesuai dengan tujuan Praktek Lapangan yang telah ditetapkan. Penetapan
indikator dimaksud dilakukan secara bersama-sama tenaga pembimbing/ karyawan
atau tenaga instruktur dari balai latihan/ Dinas. Asesmen yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
Penilaian perilaku individu atau sikap kerja
Penilaian kemampuan teknis
Apabila peserta Praktek Lapangan belum mampu mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, maka peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk melakukan pengulangan
1 (satu) kali lagi. Apabila setelah pengulangan tersebut, peserta Praktek Lapangan
belum mampu mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, maka peserta yang bersangkutan dinyatakan belum kompeten dan hanya mendapatkan Surat Keterangan
Mengikuti Pelatihan. Dan peserta Praktek Lapangan yang kompeten akan diberikan
Sertifikat Pelatihan, dan direkomendasikan untuk lanjut ke Uji Kompetensi.
Format penilaian/ asesmen pelatihan kerja lapang (praktek), jelasnya dapat dilihat pada
lampiran L-03.2.
IN
KP
3. Penerbitan Sertifikat
a. Sertifikat pelatihan
Pada prinsipnya sertifikat pelatihan diberikan kepada peserta pelatihan yang
dinyatakan kompeten, baik untuk pelatihan kelas maupun Praktek Lapangan
yang dilakukan di tempat kerja/ bengkel/ workshop, dengan sertifikat pelatihan
yang dikeluarkan oleh balai latihan/ Dinas/ Kementerian. Jelasnya sebagaimana
diperlihatkan pada lampiran L-03.4.
C.
PU
SB
b. Surat keterangan
Surat keterangan dari balai latihan pelatihan diberikan kepada peserta yang
dinyatakan belum kompeten. Surat keterangan berisi bahwa yang bersangkutan
pernah mengikuti pelatihan. Jelasnya sebagaimana diperlihatkan pada lampiran
L-03.5.
Uji kompetensi dapat diikuti oleh peserta yang telah mempunyai reputasi kerja/ pengalaman
kerja atau bagi peserta pelatihan konstruksi yang telah bersertifikat atau rekomendasi yang
diberikan oleh instruktur dari hasil pelatihan konstruksi sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan ini
dilakukan dalam waktu 3 (tiga) hari, dengan maksimal jumlah peserta adalah 50 orang/angkatan,
dengan pendekatan kegiatan sbb :
1. Pembekalan materi
Kegiatan uji kompetensi ini dibawah tanggung jawab Lembaga Uji Jasa Konstruksi Daerah/
Unit Sertifikasi Tenaga Kerja (USTK) yang berkerjasama dan ditunjuk oleh Dinas/ Balai
Pelatihan Konstruksi Provinsi yang diberi mandat menyelenggarakan MTU. Bagi peserta yang
dinilai kompeten akan memperoleh Sertifikat kompetensi dan bagi peserta yang Belum
Kompeten diberikan kesempatan untuk mengulang 1 (satu) kali, jika masih ada kegiatan
sejenis pada perioda berikutnya. Jelasnya sebagaimana diperlihatkan pada lampiran L-03.6.
dan L-03.7.
BAB 3 Pelaksanaan | 29
D.
Pengendalian kegiatan MTU dilakukan sejak dari kegiatan persiapan, perencanaan dan
pengorganisasian maupun pada saat pelaksanaan/ hasil yang dicapai. Baik kegiatan
yang dilaksanakan di kelas (teori), pelatihan kerja lapang (praktek) yang dilaksanakan
oleh Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi Provinsi, maupun kegiatan Uji Kompetensi
yang dilaksanakan oleh USTK yang dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi.
Pengendalian kegiatan MTU terdiri dari beberapa aspek, yakni :
1. Kegiatan Persiapan dan Konsolidasi :
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU).
Membentuk Tim Penyelenggara (SK. Tim Penyelenggara).
Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Kendaraan MTU.
Melakukan asesmen dan Identifikasi lapangan Kebutuhan MTU
Menyiapkan Dokumen Rencana Kegiatan MTU (RK-MTU).
Penandatanganan Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK).
Menetapkan Pejabat Pengadaan dan Pejabat Penerima Hasil Pengadaan Barang/Jasa (SK).
Pembukaan Rekening MTU.
Menyiapkan Dokumen Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP).
20
14
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
PU
SB
IN
KP
30 | BAB 3 Pelaksanaan
PU
SB
IN
KP
20
14
Untuk mengendalikan kegiatan MTU, sejak dari kegiatan persiapan, perencanaan dan
pelaksanaan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1.
Bagan Alir Pelatihan Konstruksi Berbasis Kompetensi
Menggunakan Kendaraan Pelatihan Keliling (MTU)
BAB 3 Pelaksanaan | 31
IN
SB
PU
K
KP
20
14
BAB IV
A.
MONITORING
Kegiatan monitoring yang dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan MTU, mulai dari
persiapan, pelaksanaan pelatihan dan hasil pelatihan. Dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa hal, minimal melakukan pencatan tanggal/ waktu setiap aktivitas
pelaksanaan, jumlah peserta yang kompeten dan belum kompeten, dan jumlah biaya yang
dikeluarkan, sebagaimana dengan fomat monev yang telah disiapkan sbb :
20
14
3. Petugas Monitoring
KP
IN
Petugas monitoring terdiri dari beberapa petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas PU
provinsi/ Kepala Balai Pelatihan Kerja Daerah, USTK/ LPJK/ Konsultan maupun
petugas dari lingkungan Pusbin KPK Kementerian Pekerjaan Umum.
Teknik dan Metode Monitoring :
SB
a. Langsung.
Petugas mendatangi lokasi pelaksanaan pelatihan untuk melakukan pengamatan pada
saat berlangsungnya kegiatan (photo photo kegiatan, diskusi, metoda, mekanisme
pelaksanaan, sarana/ prasana dll).
PU
b. Tidak langsung.
Berdasarkan laporan dari hasil penyelenggaraan pelaksanaan pelatihan, pengisian
format dll.
B.
EVALUASI
Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur dan mendapatkan masukan berdasarkan hasil
pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan, guna penyempurnaan penyelenggaraan
pelatihan dimasa mendatang.
Evaluasi penyelenggaraan, meliputi :
a. Materi pelatihan
b. Tenaga instruktur
1. Pengetahuan dan pemahaman instruktur
2. Kemampuan instruktur dalam membawakan materi
3. Kemampuan masalah peserta
4. Penampilan tenaga instruktur
c. Sarana/ Prasarana
1. Praktek lapang/ bengkel kerja MTU 2. Ruang kelas/ teori
3. Listrik 4. Kamar mandi/ toilet 5. Sarana penunjang
Format evaluasi penyelenggaraan pelatihan, sebagaimana diperlihatkan pada
lampiran L-04.6.
a. Petugas evaluasi
Petugas evaluasi dapat terdiri dari personil yang ditunjuk oleh lembaga
pelatihan kerja.
20
14
b. Waktu evaluasi
Evaluasi dapat dilaksanakan baik pada saat proses pelaksanaan maupun
setelah selesai penyelenggaraan pelatihan.
C.
PELAPORAN / PROCEEDING
KP
IN
SB
PU
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4. Pelaksana Pelatihan :
a.
b.
c.
d.
b.
c.
Hasil Ujian Pelatihan (menjelaskan hasil pelaksanaan ujian baik jumlah maupun
kategorinya/ peringkatnya beserta daftar nama pesertanya)
Evaluasi Pelatihan (menjelaskan hasil pengumpulan informasi mengenai evaluasi
peserta terhadap pelaksanaan kegiatan dan hasil analisanya)
Hasil Uji Kompetensi (menjelaskan hasil pelaksanaan kegiatan uji kompetensi
beserta daftar nama pesertanya)
20
14
a.
6. Penutup
SPTJM Final
SB
D.
IN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
KP
PU
E.
IN
SB
PU
K
KP
20
14
BAB V
PENUTUP
IN
KP
20
14
Kendaraan Pelatihan Keliling (MTU) adalah salah satu upaya kita untuk melakukan
percepatan pelaksanaan pelatihan konstruksi. Tetapi, perlu kita pahami bahwa MTU
hanyalah sarana atau alat saja. Keberhasilan pelaksanaan pelatihan MTU lebih ditentukan oleh manajemen dan profesionalitas dari SDM atau Tim yang bertugas disana. Kita
bisa membayangkan, bagaimana ekspektasi masyarakat ketika setiap propinsi dapat
dihadirkan minimal satu buah MTU yang secara berkesinambungan melakukan pelatihan hingga menjangkau tenaga kerja konstruksi di pelosok daerah. Ini adalah asset yang
sangat luar biasa bagi peningkatan kapasitas SDM konstruksi. Apakah asset ini dapat
bermanfaat atau tidak secara optimal, sangat tergantung pada kualitas asset beserta SDM
yang mengoperasikannya. Program MTU yang pernah dilakukan Pusbin KPK pada
periode 2009-2012 banyak menemui kendala dan pada akhirnya berhenti begitu saja.
Hal ini perlu menjadi catatan, bahwa untuk tahun-tahun mendatang jangan sampai
berbagai kendala yang pernah dialami tidak mampu diantisipasi.
PU
SB
37 | BAB 5 Penutup
IN
SB
PU
K
KP
LAMPIRAN
20
14
LAMPIRAN
20
14
PETUNJUK OPERSIONAL
SB
IN
KP
PU
KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM
20
14
K
KP
IN
SB
PU
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN
PELATIHAN KONSTRUKSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA