Anda di halaman 1dari 49

IN

SB

PU
K

KP
20
14

IN

SB

PU
K

KP
20
14

20
14
K
KP
IN
SB
PU
PETUNJUK OPERASIONAL
PELAKSANAAN PELATIHAN
KONSTRUKSI BERBASIS
KOMPETENSI
dengan Mobile Training
Unit (MTU)
Versi buku : July 2014

KATA PENGANTAR

20
14

uku petunjuk Operasional Pelaksanaan Pelatihan Konstruksi Berbasis


Kompetensi Menggunakan Kendaraan Keliling MTU (Mobile Training
Unit) ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari buku Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan Pelatihan Konstruksi Pusat Pembinaan Kompetensi dan
Pelatihan Konstruksi (Pusbin KPK) dan berisi informasi dan manajemen pemanfaatan
MTU berikut operasional pelaksanaan kegiatan pelatihan dengan mendatangi kantong
kantong tenaga kerja konstruksi (nakerkon) setempat. Buku ini juga berisi beberapa
catatan yang perlu diketahui oleh seluruh pemangku kepentingan di lingkungan
Pusbin KPK. Peraturan dan ketentuan yang tercantum di dalam buku pedoman pelatihan konstruksi dan buku petunjuk operasional ini berlaku bagi seluruh petugas yang
menangani dan yang berkaitan dengan pelatihan konstruksi keliling khususnya yang
menggunakan MTU. Peraturan dan ketentuan sebelumnya yang bertentangan dengan
yang tercantum di dalam buku ini dinyatakan tidak berlaku lagi.

PU

SB

IN

KP

Untuk itu Pemerintah melalui Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan


Umum mengalokasikan anggaran kegiatan Bantuan Program Pelatihan Konstruksi
kepada masyarakat jasa konstruksi dengan cara swakelola oleh kelompok masyarakat
jasa konstruksi itu sendiri. Sebagaimana amanat UU Nomor 18 tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi dimana setiap tenaga kerja yang bekerja di sektor konstruksi harus
memiliki sertifikat yang merupakan tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan
kemampuan profesi kerja yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, tuntutan akan
tenaga kerja konstruksi yang kompeten dan kompetitif akan semakin besar seiring
laju permintaan masyarakat akan produk infrastruktur yang berkualitas.
Untuk kelancaran pelaksanaannya diharapkan bagi pelaku atau pelaksana terkait di
Pusat maupun di Daerah, dapat mempelajari dan mengikuti tatacara yang tercantum
dalam buku Petunjuk Operasional Pelatihan Konstruksi Berbasis Kompetensi Menggunakan Kendaraan Keliling (MTU), sehingga pada gilirannya akan dapat menunjang suksesnya penyediaan nakerkon yang handal dan profesional di Indonesia.

Pusat Pembinaan Kompetensi


dan Pelatihan Konstruksi

Dr. Ir. Masrianto, MT


Ka.Pusbin KPK

Kata Pengantar | i

DAFTAR ISI
i

Daftar Isi

ii

Daftar Lampiran

iv

Daftar Singkatan dan Istilah

vi

BAB I - PENDAHULUAN

A. Latar belakang

20
14

Kata Pengantar

B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup

BAB II - PERENCANAAN

E. Lokasi Kegiatan

3
3
3

4
5

B. Menyiapkan Organisasi Penyelenggara

C. Asesmen Kebutuhan Program MTU

D. Identifikasi Kebutuhan dan Unit Kompetensi

E. Rencana Kegiatan MTU (RK-MTU)

F. Menetapkan Pejabat Pengadaan Langsung


Dan Pejabat Penerima Hasil Pengadaan Barang/ Jasa
G. Perjanjian Kerjasama (kontrak)

H. Pembukaan Rekening Bank MTU

PU

SB

IN

KP

A. Memorandum Of Understanding (MOU)

I.

Sosialisasi kegiatan MTU dan Penyebarluasan Informasi

9
10

J. Rekruitmen dan Proses Seleksi Peserta

11

K. Rekruitmen dan Proses Seleksi Instruktur / Narasumber / Asesor

12

L. Menyiapkan Panitia Pelaksana Kegiatan

13

M. Dokumen Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP)

13

N. Rencana Kegiatan Pemberdayaan

13

1.
2.
3.
4.
5.

ii | Daftar Isi

Kesiapan peserta pemberdayaan


Kesiapan tenaga instruktur / narasumber
Menyiapkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Pemberdayaan
Materi kegiatan pemberdayaan
Menyiapkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

13
13
14
15
15

O. Rencana Kegiatan Pelatihan Konstruksi


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kesiapan peserta pelatihan konstruksi


Kesiapan tenaga instruktur / pelatih
Menyiapkan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Menyusun jadwal pelatihan
Menyiapkan Rencana Anggaran Biaya (RAB), lihat lampiran L-02.11.1.16
Menyusun kurikulum dan silabus
Bahan / materi pelatihan konstruksi

15
15
16
16
17
17
17
17

P. Rencana Uji Kompetensi

18

Q. Dokumen Pemberitahuan Kegiatan / Pelatihan

19

R. Surat Pernyataan Pertanggung Jawaban Mutlak

20

S. Persiapan Fasilitas Kegiatan / Pelatihan

20
20

20
14

Menyiapkan fasilitas kegiatan / pelatihan


Penggandaan bahan / materi pelatihan
Kepastian jadwal acara kegiatan / pelatihan
Kesiapan peralatan
Menyiapkan administrasi pelatihan
Mengatur ruangan, mengecek kendaraan dan
memastikan peralatan MTU yang digunakan dll

BAB III - PELAKSANAAN

KP

A. Kegiatan Pemberdayaan MTU

1.
2.
3.
4.
5.
6.

B. Pelaksanaan Pelatihan

IN

1. Pelatihan di kelas (teori)


2. Praktek Kerja Lapang
3. Penerbitan Sertifikat

20
20
20
20
20

21
22
22
23
28
29

29

D. Pengendalian Kegiatan MTU

30

SB

C. Pelaksanaan Uji Kompetensi

BAB IV - MONITORING DAN EVALUASI

PU

A. Monitoring
1. Persiapan, Perencanaan dan Organisasi

32
33
33

2. Pelaksanaan dan Hasil Pelatihan

33

3. Petugas monitoring

33

B. Evaluasi

33

C. Pelaporan / Proceeding

34

D. SPTJM Final

35

E. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan

35

BAB V - PENUTUP
Penutup

LAMPIRAN

36
37

38
Daftar Isi | iii

DAFTAR LAMPIRAN 1
Memorandum Of Understanding (MOU)

40

L-02.2.

SK. Pembentukan Tim Penyelenggara (Contoh)

43

L-02.3.

Dokumen Rencana Kegiatan MTU (Contoh)

50

L-02.3.1.

Surat Pengantar Rencana Kegiatan Pelatihan (Contoh)

51

L-02.3.2.

Kerangka Acuan Kerja (Contoh)

52

L-02.3.3.

Jadwal Rencana Kegiatan (Contoh)

57

L-02.3.4.

Rekapitulasi Usulan Rencana Anggaran Biaya (Contoh)

60

L-02.3.5.

Usulan RAB Administrasi (Contoh)

61

L-02.3.6.

SK. Penetapan Pejabat Pengadaan Langsung Dan

20
14

L-02.1.

62

Penerima Hasil Pekerjaan Barang/ Jasa (Contoh)


Kontrak Perjanjian Kerjasama (Contoh)

L-02.5.

Formulir Biodata Pendaftaran Peserta (Contoh)

73

L-02.6.

SK. Penetapan Peserta Pelatihan (Contoh)

75

L-02.7.

Format Surat Permohonan Kesediaan Instruktur/ Narasumber/ Asesor (Contoh)

80

L-02.8.

SK. Pembentukan Tim Panitia Pelaksana Dan Instruktur Kegiatan (Contoh)

81

L-02.9.
L-02.10.
L-02.10.1.

Rencana Mutu Pelaksanaan (Contoh)


KAK Kegiatan Pemberdayaan (Contoh)

86
87
91

L-02.10.2.
L-02.11.

Usulan RAB Kegatan Pemberdayaan (Contoh)

KP

IN

KAK Pelatihan Konstruksi (Contoh)


Usulan RAB Pelatihan Konstruksi (Contoh)
Kurikulum (Contoh)

PU

L-02.11.2.

Jadwal Rencana Kegiatan Pemberdayaan (Contoh)

SB

L-02.11.1.

L-02.4.

67

92
93
97
98

Silabus (Contoh)

99

L-02.12.

SK. Penetapan Asesor Kegiatan Uji Komptensi (Contoh)

100

L-02.13.

KAK Uji Komptensi (Contoh)

105

Usulan RAB Uji Kompetensi (Contoh)

109

Dokumen Pemberitahuan Kegiatan/ Pelatihan/ Ui (Contoh)

110

L-02.11.3.

L-02.13.1.
L-02.14.

iv | Daftar Lampiran 1

Format Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Kegiatan (Contoh)

112

L-02.16.

Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (Contoh)

113

L-02.17.

Daftar Hadir Peserta (Contoh)

114

L-02.18.

Daftar Hadir Pelatih / Panitia (Contoh)

116

L-02.19.

Daftar Tanda Terima Perlengkapan Peserta (Contoh)

117

L-02.20.

Tanda Terima Seragam dan APD Untuk Peserta (Contoh)

118

L-03.1.

Format Asesmen Kegiatan Kelas (Contoh)

121

L-03.2.

Format Asesmen Kegiatan Praktek Lapangan (Contoh)

122

L-03.3.

Format Rekapitulasi Hasil Asesmen (Contoh)

123

L-03.4.

Sertifikat Pelatihan (Contoh)

L-03.5.

Surat Keterangan Pelatih (Contoh)

L-03.6.

Sertifikat Uji Kompetensi Bagian Depan (Contoh)

126

L-03.7.

Sertifikat Uji Kompetensi Bagian Belakang (Contoh)

127

L-04.1.

Monitoring Kelengkapan Administrasi dan Dokumen Menurut Provinsi (FM-01)

128

L-04.2.

Monitoring Kelengkapan Administrasi dan Dokumen Menurut Lokasi


Kegiatan / Pelatihan / Uji (FM-02)

129

L-04.3.

Monitoring Sumber Pembiayaan (FM-03)

132

L-04.4.

Monitoring Kegiatan Kelas dan Praktek Lapangan (FM-04)

135

L-04.5.

Monitoring Peserta Uji Kompetensi (FM-05)

137

KP

SB

Format Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan (Contoh)

124
125

139

PU

L-04.6.

20
14

L-02.15.

IN

DAFTAR LAMPIRAN 2

Daftar Lampiran 2 | v

PU

SB

IN

KP

20
14

DAFTAR ISTILAH

vi | Daftar Istilah

20
14

BAB I

PU

SB

IN

KP

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Pembinaan kompetensi dan pelatihan tenaga kerja konstruksi saat ini dan ke depan akan
menghadapi tantangan (dan juga peluang) yang semakin besar. Kebutuhan tenaga kerja
konstruksi akan semakin meningkat. Tantangan yang nyata juga akan kita hadapi dalam
waktu dekat dengan diberlakukannya AFTA 2010 dan Asean Community 2015 yang akan
membawa konsekwensi masuknya tenaga kerja asing di bidang industri konstruksi yang
berpotensi dapat mengambil alih peran tenaga kerja lokal.

20
14

Masalah tenaga kerja konstruksi yang sedang dihadapi dewasa ini adalah masih tingginya
jumlah tenaga kerja yang belum memiliki kompetensi formal serta terbatasnya pengakuan
kompetensi oleh dunia industri konstruksi. Hal ini berakibat pada rendahnya posisi tawar
tenaga kerja dalam mendapatkan penghargaan yang layak.

Salah satu upaya mengatasi kondisi tenaga kerja konstruksi tersebut diperlukan upaya
bersama, baik pemerintah, dunia industri, masyarakat jasa konstruksi maupun tenaga kerja
konstruksi itu sendiri. Salah satu upaya mengatasi pengangguran adalah menyiapkan
kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan. Melalui penguasaan kompetensi diharapkan
tenaga kerja siap mengisi kesempatan kerja atau berwirausaha.

IN

KP

Kementerian Pekerjaan Umum melalui Badan Pembinaan Konstruksi terus berupaya


mendukung percepatan pemenuhan tenaga kerja konstruksi terutama di tingkat terampil.
Melalui program Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi (GNPK) yang telah dicanangkan
Pemerintah, maka di tahun 2014 ini dimulai kegiatan Pelatihan Konstruksi menggunakan
kendaraan keliling (MTU). Kegiatan ini diarahkan untuk dapat melakukan percepatan
penyediaan tenaga kerja konstruksi di tingkat terampil di lokasi kantong-kantong tenaga
kerja.

B.

PU

SB

Buku Petunjuk Operasional Pelatihan Konstruksi Berbasis Kompetensi Menggunakan


Kendaraan Keliling MTU adalah merupakan rangkaian dari buku Petunjuk Teknis
Penyelenggraan Pelatihan Konstruksi Menggunakan Kendaraan Keliling MTU, dan
merupakan jawaban atas kebutuhan SOP MTU terdahulu.

TUJUAN

Tujuan dari disusunnya Petunjuk Operasional Pelaksanaan Pelatihan Konstruksi Berbasis


Kompetensi Menggunakan Kendaraan Keliling (MTU) ini adalah sebagai panduan bagi tim
penyelenggara dan panitia pelaksana dalam melakukan operasional kegiatan pelatihan
konstruksi menggunakan MTU, serta kelompok masyarakat atau nakerkon yang terlibat
dengan penyelenggaraan kegiatan pelatihan konstruksi menggunakan kendaraan keliling
MTU.

2 | BAB 1 Pendahuluan

C.

SASARAN

Dengan tersusunnya Petunjuk Operasional ini diharapkan dapat :


a. Terselenggaranya sosialisasi petunjuk operasional kegiatan pelatihan konstruksi berbasis kompetensi menggunakan kendaraan pelatihan keliling (MTU),
yang diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan SDM tenaga kerja
konstruksi, dan khususnya bagi para pihak yang berkepentingan, sebagai ;
Perencana program, Instruktur, Dewan penguji/ asessor, Panitia, Pengemudi
MTU, Mekanik peralatan, Penyedia jasa dan Peserta kegiatan/ pelatihan.

20
14

b. Terlaksana penilaian dan verifikasi terhadap penyelenggaraan Program Pelatihan dengan MTU.

D.

RUANG LINGKUP

c. Terlaksananya monitoring dan evaluasi sebagai pengendalian terhadap Penyelenggaraan Pelatihan dengan MTU.

PU

SB

IN

KP

Ruang lingkup petunjuk operasional pelaksanaan pelatihan konstruksi menggunakan kendaraan keliling (MTU) ini meliputi : Persiapan, Perencanaan dan
Pelaksanaan Kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi, kegiatan pelaksanaan mencakup konsolidasi, penyiapan administrasi, penandatanganan MOU, Membentuk Organisasi Penyelenggaraan, sosialisasi dan promosi,
rekrutmen peserta, proses seleksi, identifikasi bidang/ unit kompetensi pelatihan
konstruksi yang relevan sesuai dengan Juknis, Rencana Kegiatan MTU, menetapkan SK terkait, berikut pelaksanaan kegiatan menyangkut pemberdayaan/
pelatihan teknis konstruksi/ uji kompetensi/ sertifikasi, merangkum data monitoring dan evaluasi, serta pelaporan hasil penyelenggaraan, kelengkapan administrasi keuangan dan BA. serah terima.

E.

LOKASI KEGIATAN

Lokasi kegiatan pelatihan konstruksi berbasis kompetensi keliling dengan kendaraan keliling (MTU) ini, meliputi 7 (tujuh) wilayah provinsi, yakni : Jambi, Jawa
Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua

BAB 1 Pendahuluan | 3

IN

SB

PU
K

KP

PERENCANAAN

20
14

A.

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU)


Dokumen MOU (nota kesepahaman) adalah merupakan suatu komitmen kerjasama antara Pemerintah Pusat melalui Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum,
dengan Pemerintahan Propinsi, sebagaimana diamanatkan dalam Buku Petunjuk
Teknis Penyelenggaraan MTU. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran
L-02.1.

ORGANISASI PENYELENGGARAAN

20
14

B.

PU

SB

IN

Pengarah Pusat
KA.SATKER

KP

Dengan semangat kemandirian daerah memberdayakan komunitas masyarakat


tenaga kerja konstruksi untuk meningkatkan keterampilannya, maka untuk itu
Kementerian Pekerjaan Umum telah memfasilitasi kendaraan pelatihan keliling
MTU (Mobile Training Unit) yang telah diserahkan ke beberapa daerah provinsi
di Indonesia. Seiring dengan tersedianya kendaraan MTU tersebut, maka perlu
dibentuk Struktur Organisasi Penyelenggara MTU di daerah, dengan struktur
organisasi sebagai berikut, sebagaimana diperlihatkan pada gambar 2.3. Struktur Organisasi Penyelenggara.

PPK

TIM TEKNIS
PERENCANA dan
PENGAWAS

Pimpinan
Instansi
Pemerintah
Daerah

TIM PENYELENGGARA :
1. TIM PENGARAH
2. PENANGGUNG JAWAB
3. PELAKSANA ADMINISTRASI KEGIATAN
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
4. PELAKSANA OPERASIONAL MTU
a. Ketua
b. Supir
c. Mekanik

ULP

PANITIA
PELAKSANA

Gambar 2.3.
Struktur Organisasi Penyelenggara

BAB 2 Perencanaan | 5

Tim pelaksana pelatihan yang dibentuk akan bekerjasama dengan tim penyelenggara, peserta pelatihan para instruktur dan asesor serta staf pendukung, dalam berbagai aktivitas yang
diperlukan baik di ruang kelas maupun luar kelas selama masa pelatihan berlangsung.
Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing tim dapat dilihat pada keterangan Surat
Keputusan. Contoh SK Pembentukan Tim Penyelenggara pada Lampiran L-02.2.12, dan
SK Pembentukan Panitia Pelaksana dan Instruktur pada Lampiran L-02.2.13.

C.

ASESMEN KEBUTUHAN PROGRAM MTU

20
14

Untuk memenuhi kebutuhan program MTU, pihak penyelenggara Dinas PU Provinsi/ Balai
Latihan Daerah bersama tim konsultan hendaknya terlebih dahulu perlu melakukan
asesmen dan pemetaan awal dilapangan terhadap kebutuhan program MTU yang diperlukan. Kegiatan ini dapat dimulai dengan melakukan orientasi atau pengamatan lapangan
sesuai kondisi masyarakat di kantong - kantong nakerkon yang ada.

SB

IN

KP

Sehingga diperoleh informasi dan hasil pengamatan dilapangan, apakah yang diperlukan
hanya; 1). Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dengan memberikan informasi dan sosialisasi tujuan MTU dll. 2). Pelatihan Konstruksi di kantong kantong nakerkon atau kegiatan
program pembangunan terkait konstruksi (Pamsimas, PNPM Mandiri, Sanimas, USRI dsb),
sebagaimana dengan GAP tenaga kerja yang diperlukan dilapangan. 3). Meningkatkan
nakerkon dengan memberikan fasilitasi Uji Kompetensi bersama USTK. Sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pemenuhan Kebutuhan Program MTU melalui Asesmen.

PU

Gambar 2.1.
Pemenuhan Kebutuhan Program MTU Melalui Asesmen

6 | BAB 2 Perencanaan

D.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PELATIHAN


Sebelum melaksanakan kegiatan pelatihan konstruksi berbasis kompetensi menggunakan
kendaraan keliling MTU, pihak penyelenggara Dinas PU Provinsi/ balai latihan daerah
bersama tim konsultan perlu melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan. Kebutuhan
pelatihan adalah suatu proses pengumpulan data dalam rangka identifikasi bidang bidang
kompetensi apa saja yang perlu diperbaiki atau dapat ditingkatkan melalui pelatihan, indentifikasi dengan mepertimbangkan bidang kompetensi yang telah diatur dalam buku petunjuk teknis penyelenggaraan, seperti :

SB

IN

KP

20
14

Kompetensi Tukang Kayu


Kompetensi Tukang Batu (Pasangan Bata)
Kompetensi Tukang Batu (Plesteran)
Kompetensi Tukang Batu (Pasangan Keramik/ Ubin)
Kompetensi Tukang Besi
Kompetensi Tukang Bangunan Umum

PU

Gambar 2.2.
Identifikasi Kebutuhan Pelatihan (Training Need Assesmen)

E.

RENCANA KEGIATAN MTU (RKM)

Rencana Kegiatan MTU (RK-MTU) merupakan suatu dokumen usulan dari


Pemerintah Daerah Provinsi, yang ditujukan kepada Kementerian PU melalui
Badan Pembina Konstruksi cq Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi (Pusbin KPK), untuk mendapatkan bantuan kegiatan pelatihan
konstruksi berbasis kompetensi sebagaimana dengan MOU yang telah ditandatangani. Dokumen usulan rencana kegiatan MTU tersebut dilengkapi dengan surat
pengantar untuk mendapatkan persetujuan Pusbin KPK, sebagaimana dengan
lampiran L-02.3.

BAB 2 Perencanaan | 7

Dokumen usulan rencana kegiatan MTU ini terdiri dari beberapa berkas yang
diperlukan, meliputi :
1. Surat Pengantar Usulan Rencana Kegiatan MTU L-02.3.1.
2. Kerangka Acuan Kerja (KAK-Induk) L-02.3.2
3. Jadwal Rencana Kegiatan L-02.3.3.
4. Usulan Rencana Anggaran Biaya
L-02.3.4. s/d L-02.3.8
5. Surat Keputusan yang terkait:
a. SK.Tim Penyelenggara L-02.2.
b. SK. Pejabat Pengadaan Langsung dan Penerima Hasil Pengadaan
Barang / Jasa
L-02.3.9.

MENETAPKAN PEJABAT PENGADAAN LANGSUNG dan


PEJABAT PENERIMA HASIL PENGADAAN BARANG / JASA

20
14

F.

Pembentukan pejabat pengadaan langsung dan pejabat penerima hasil pekerjaan pengadaan
barang/ Jasa, adalah merupakan konsekuensi, atas aktivitas program penyelenggaraan pelatihan konstruksi berbasis kompetensi menggunakan kendaraan keliling MTU, yang dilakukan
secara swakelola tersebut. Sebagaimana contoh SK dari Kepala Dinas PU Provinsi/ Kepala
Balai Latihan Kerja Daerah yang diperlihatkan lampiran L-02.2.14.

KP

Tugas pokok dan kewenangan Kelompok Kerja ULP/ Pejabat Pengadaan, sebagaimana diatur
dalam Perpres No. 70 th. 2012, meliputi :

PU

SB

IN

1. Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;


2. Menetapkan Dokumen Pengadaan;
3. Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran;
4. Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa di website Kementerian/
Lembaga/ Pemerintah
5. Daerah/Institusi masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta
menyampaikan ke LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) untuk diumumkan
dalam Portal Pengadaan Nasional;
6. Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi;
7. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk;

Khusus untuk Kelompok Kerja ULP :


1. Menjawab sanggahan;
2. Menetapkan Penyedia Barang / Jasa untuk :
Pelelangan atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/ Peker
jaan Konstruksi Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang
bernilai paling tinggi Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
Menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia
Barang/Jasa kepada PPK;
Menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
Membuat laporan mengenai proses Pengadaan kepada Kepala ULP.

8 | BAB 2 Perencanaan

Khusus Pejabat Pengadaan :


1. Menetapkan Penyedia Barang / Jasa untuk :
Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan/ atau
Pengadaan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang
bernilai paling tinggi Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);

20
14

2. Menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia


Barang / Jasa kepada PPK;
3. Menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/ Jasa kepada
PA/KPA; dan
4. Membuat laporan mengenai proses Pengadaan Pengadaan kepada PA/KPA.
Pejabat penerima hasil pekerjaan barang / jasa mempunyai tugas :

1. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang/ jasa sesuai


dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
2. Menerima hasil pengadaan barang/ jasa setelah melalui pemeriksaan/
pengujian.
3. Membuat dan menandatangani Berita Acara serah terima hasil pekerjaan.

KP

Pejabat pengadaan langsung dan pejabat penerima hasil pekerjaan pengadaan


barang/ Jasa, ditetapkan melalui SK. Kepala Dinas PU Provinsi/ Kepala Balai
Latihan Kerja Daerah, sebagaimana contoh diperlihatkan lampiran L-02.3.9.

PERJANJIAN KERJASAMA (KONTRAK)

IN

G.

PU

SB

Setelah usulan Rencana Kegiatan MTU (RK-MTU) mendapatkan persetujuan dari


Pusbin KPK, maka kemudian dilakukan penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama/ Kontrak (SPK) antar kedua belah pihak. Perjanjian Kerjasama dibuat dalam 2
(dua) rangkap, masing - masing bermeterai Rp. 6.000,- sebagaimana diperlihatkan
pada lampiran L-02.4.

H.

PEMBUKAAN REKENING BANK MTU

Setelah SPK tersebut ditandatangani, pihak Satker yang ditunjuk dapat membuka
Rekening Bank MTU untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pelatihan konstruksi
berbasis kompetensi menggunakan kendaraan keliling MTU. Rekening bank MTU
dapat dibuka atas nama 2 (dua) orang yang bertanggung jawab untuk keperluan ini,
salah satunya adalah dapat dari tim penyelenggara/ bendahara. Rekening bank MTU
akan ditutup setelah semua kegiatan ini berakhir.

BAB 2 Perencanaan | 9

I.

SOSIALISASI KEGIATAN MTU dan PENYEBARLUASAN INFORMASI


Untuk menarik minat masyarakat tenaga kerja konstruksi, pihak penyelenggara dapat melakukan sosialisasi kegiatan MTU melalui kerjasama dengan BUMD/ perusahaan (pt) yang
melibatkan para pekerjanya seperti pekerja tukang pembangunan gedung kantor/ ruko/
proverty/ industri/ mall dsb.

20
14

Atau melalui kantong kantong pekerjaan konstruksi dengan pendekatan partisipatif/


pemberdayaan yang melibatkan tukang masyarakat, yakni dengan cara menjalin kerjasama
dengan program/ proyek lain yang masih berjalan, seperti : Program PNPM Mandiri, Pamsimas, USRI (Urban Sanitation and Rural Infrastructure) dll, yang terdapat di desa/ kelurahan
setempat.

PU

SB

IN

KP

Hal lainnya yang cukup efektif adalah dengan penyebarluasan informasi kegiatan MTU,
dengan memanfaatkan jaringan media komunikasi/ promosi : Media cetak/ iklan, brosur,
leaflet, spanduk, media elekronik/ spot iklan radio/ internet dll.
Jika kemudian masyarakat pekerja konstruksi berminat, maka dapat dilanjutkan dengan
rekruitmen dan proses seleksi, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4.
Kegiatan Sosialisasi dan Pemberdayaan serta Proses Seleksi

10 | BAB 2 Perencanaan

J.

REKRUITMEN dan PROSES SELEKSI PESERTA


Rekrutmen dan proses seleksi merupakan proses penyaringan awal untuk
mendapatkan calon peserta pelatihan yang memenuhi syarat normatif. Kunci
utama keberhasilan suatu program pelatihan adalah berhasilnya kegiatan perekrutan, penyeleksian dan pelaksanaan pelatihan itu sendiri.
Tujuan dilakukan seleksi :

20
14

1. Untuk memilih calon peserta sesuai dengan persyaratan yang ditentukan


(jenis kelamin, data umur, tempat tinggal).
2. Untuk mengetahui kondisi (pengetahuan, keterampilan, pendidikan) calon
peserta pelatihan.

KP

Kegiatan seleksi dapat dilakukan salah satu atau kombinasi metoda sebagai berikut :
1. Test tertulis
2. Wawancara
3. Recognition Prior Learning (RPL) atau pengakuan terhadap hasil pembelajaran sebelumnya (formal, non formal atau pengalaman kerja).
4. Recognition Current Competency (RCC) atau pengakuan terhadap kompetensi / pengalaman terkini.

SB

IN

Berikut ini adalah kriteria seleksi untuk peserta :


1. Kriteria seleksi peserta berdasarkan kualifikasi keterampilannya :
Tenaga kerja konstruksi dengan kualifikasi belum terampil/ non pekerja konstruksi
Tenaga kerja konstruksi dengan kualifikasi kurang terampil
Tenaga kerja konstruksi dengan kualifikasi terampil

PU

2. Berdasarkan kriteria dan kualifikasi tersebut diatas, maka tenaga kerja


konstruksi dapat dikelompokkan menurut kegiatan MTU yang diprogramkan
oleh Pusbin KPK, yakni :
Kegiatan pemberdayaan masyarakat, dapat diikuti oleh tenaga
kerja konstruksi untuk semua kualifikasi diatas. Bentuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat adalah sosialisasi mengenai UU Jasa
Konstruksi, K3, profil Pusbin KPK, MRA, teknologi bangunan, informasi jasa konstruksi lainnya. Kegiatan ini memang tidak untuk memfasilitasi seorang tenaga kerja konstruksi memperoleh sertifikat.
Pelatihan konstruksi, hanya dapat diikuti oleh tenaga kerja konstrusi
dengan kualifikasi kurang terampil, contohnya kenek.
Kegiatan uji kompetensi, merupakan kegiatan yang dapat diikutioleh
tenaga kerja dengan kualifikasi terampil (contohnya kepala tukang),
atau tenaga kerja konstruksi telah memperoleh sertifikat pelatihan
konstruksi yang dilaksanakan oleh MTU.

BAB 2 Perencanaan | 11

K.

REKRUTMEN DAN PROSES SELEKSI


INSTRUSTUR / NARASUMBER/ ASESOR
Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi Daerah dapat mendatangkan/ memanfaatkan tenaga
instruktur/ narasumber yang berasal dari luar organisasinya. Beberapa kriteria tenaga instruktur/ narasumber/ asesor, adalah sebagai berikut :

20
14

1. Mau dan mengambil tanggung jawab secara pribadi untuk pembelajaran berkelanjutan.
2. Mengetahui pembelajaran orang dewasa (adult learning).
3. Kreatif dan fleksible.
4. Responsif dan berkeinginan untuk membicarakan isu-isu dengan peserta didik dan
personil program lain.
5. Menunjukkan sikap mengajar dan menjelaskan secara baik.
6. Menunjukkan ketertarikan dan keinginan untuk bekerjasama dengan peserta didik.
7. Menunjukkan sensitivitas kepada para peserta didik.
Beberapa tugas dan tanggung jawab tenaga instruktur/ narasumber/ asesor, meliputi berikut
ini :

KP

1. Menyusun dan mengembangkan materi presentasi yang komunikatif dan menarik.


2. Memperesentasikan materi dengan cara yang mudah dimengerti, komunikatif, menarik
dan merangsang terjadinya komunikasi dua arah.
3. Memimpin diskusi dan menjawab pertanyaan peserta.
4. Memberikan contoh-contoh yang memudahkan penyerapan materi yang diajarkan
5. Memberikan ice braking atau energizing bilamana diperlukan agar peserta siap mener
ima pembelajaran.

IN

Untuk kegiatan MTU ini terdapat beberapa tenaga pelatih yang terdiri dari :

a. Tenaga instruktur, adalah merupakan seseorang yang diberi tugas, wewenang dan

PU

SB

tanggung jawab oleh pejabat yang berwewenang dalam hal ini adalah Dinas/ Balai
Pelatihan Konstruksi Daerah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Kementerian PU melalui Badan Pembina Konstruksi cq Pusat Pembinaan Kompetensi dan
Pelatihan Konstruksi (Pusbin KPK). Tenaga instruktur tersebut dilatih secara khusus
melalui lembaga pendidikan VEDC (Vocational Education Development Center)
Malang atas biaya Pusbin KPK.

b. Narasumber merupakan tenaga pelatih yang diperbantukan untuk mendukung penyelenggara kegiatan/ pelatihan, yang ditugasi membawakan materi tertentu agar selaras
dengan tujuan kegiatan.

c. Asesor yang ditunjuk oleh lembaga Unit Sertifikat Tenaga Kerja Provinsi, dan

merupakan tenaga yang telah diakreditasi dan menguasai kompetensi kerja konstruksi
sesuai dengan SKKNI.

12 | BAB 2 Perencanaan

L.

MENYIAPKAN PANITIA PELAKSANA KEGIATAN


Panitia pelaksana bertugas mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan/ pelatihan,
diantaranya adalah :
1. Menyusun rencana mutu pelaksanaan sesuai dengan kondisi di lapangan.
2. Memfasilitasi kelancaran kegiatan, terutama dalam pendistribusian materi,
absensi, penyampaian form-form evaluasi, penyelenggaraan ujian dan
melayani kebutuhan Peserta yang terkait dengan pelaksanaan Kegiatan.

20
14

3. Mempersiapkan sarana dan prasarana termasuk materi, dokumentasi,


absensi dan segala kelengkapan yang menunjang kelancaran pelaksanaan
kegiatan.
SK. Penetapan Panitia Pelaksana dan Instruktur diperlihatkan pada Lampiran
L-02.7.

M.

DOKUMEN RENCANA MUTU PELAKSANAAN (RMP)

RENCANA KEGIATAN PEMBERDAYAAN

1.

Kesiapan peserta pemberdayaan

PU

N.

SB

IN

KP

Dokumen RMP adalah merupakan implementasi dari semua rencana kegiatan


diatas setelah dilakukan perbaikan maupun koreksi. Dokumen ini merupakan
kinerja dari tim penyelenggara/ pelaksana, dalam memenuhi tanggung jawabnya
terhadap semua hasil pekerjaan yang akan dilakukan. Dokumen ini disampaikan
kepada Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Pusat Pembinaan Kompetensi dan
Pelatihan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum. Secara lengkap dokumen ini
dapat dilihat pada lampiran L-02.9.

Dari hasil rekrutmen dan proses seleksi yang telah dilakukan sebagaimana
dengan point J diatas. Hampir semua peserta yang memenuhi kualifikasi
persyaratan Umur/ Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Pengalaman
Kerja dll, dapat mengikuti kegiatan pemberdayaan ini.
Kegiatan pemberdayaan ini dapat diikuti oleh tenaga kerja tukang maupun
non tukang (baik bagi tenaga tukang belum/ kurang terampil ataupun tenaga
tukang terampil), yang akan dilaksanakan oleh Dinas/ Balai Pelatihan
Konstruksi Daerah. SK. Penetapan Peserta dapat dilihat pada lampiran
L-02.6.

2.

Kesiapan tenaga instruktur/ narasumber


Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam mengajukan permintaan tenaga
instruktur/ narasumber, adalah :

BAB 2 Perencanaan | 13

a. Menunjuk instruktur/ narasumber berdasarkan kriteria sebagaimana dijelaskan pada


point K diatas.
b. Instruktur memiliki sertifikasi kompetensi teknis sebagaimana yang dikeluarkan oleh
VEDC.
c. Mengirimkan surat penunjukan kepada masing-masing instruktur/ narasumber yang
juga berisi permintaan kesediaan mereka.
d. Mengkonfirmasi kesediaan instruktur/ narasumber untuk berpartisipasi dalam pelatihan sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan.
e. Segera mencari pengganti mereka apabila yang bersangkutan tidak dapat berpartisipasi dalam pelatihan yang direncanakan.

20
14

f. Mendapatkan penugasan dari Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi Daerah melalui surat
keputusan (SK).
Sebagai tenaga instruktur / narasumber yang dipilih, harus mampu :

a. Menjembatani antara peserta pelatihan dengan materi yang dibawakannya.

KP

b. Sebagai pembimbing, tenaga instruktur/ narasumber harus mampu menolong peserta


pelatihan mengembangkan rencana - rencana belajar individu atau kelompok,
mendorong cara berfikir kritis dan kemampuan memecahkan persoalan, dan memotivasi peserta pelatihan secara perorangan.

IN

c. Sebagai penilai, tenaga instruktur/ narasumber dapat membuat keputusan terhadap


terhadap hasil evaluasi dan menilai capaian kompetensi perorangan menurut kriteria
dan standar yang ditetapkan, serta mendokumentasikan hasil - hasil penilaian setiap
peserta pelatihan.

SB

d. Sebagai mechanism, lebih memfokuskan pada proses pelatihan dan mampu menggerakkan proses pelatihan.
e. Contoh surat permohonan kesediaan instruktur/ narasumber lampiran L-02.7.

3.

PU

SK. Penetapan Panitia Pelaksana dan Tenaga Instruktur/ narasumber, sebagaimana diperlihatkan pada lampiran L-02.8.

Menyiapkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kegiatan Pemberdayaan


KAK kegiatan pemberdayaan yang disiapkan sebagai acuan bagi tenaga instrusktur/
narasumber untuk memfasilitasi dan memilih metoda yang tepat bagi peserta sesuai
dengan materi yang akan diberikan kepada masing masing peserta. KAK kegiatan
peberdayaan paling tidak berisikan :
a. Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang, maksud dan tujuan,
sasaran serta sumber pendanaan;
b. Jumlah peserta dan kualifikasinya.
c. Metodologi pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan, untuk mencapai tujuan yang
dimaksud.
d. Menyiapkan jadual acara kegiatan/ pelatihan yang disusun berdasarkan pertimbangan
waktu yang cukup bagi pelaksanaannya, sebagaimana diperlihatkan pada lampiran
L-02.10.1.
KAK kegiatan pemberdayaan, sebagaimana diperlihatkan pada lampiran L-02.10.

14 | BAB 2 Perencanaan

4.

Materi kegiatan pemberdayaan


Materi kegiatan pemberdayaan yang akan disampaikan, disesuaikan dengan
hasil sosialisasi dan orientasi yang telah dilakukan sebelumnya sebagaimana diperoleh pada point I diatas. Materi kegiatan pemberdayaan harus dapat
diikuti hampir seluruh tingkatan peserta kegiatan MTU, seperti :

KP

20
14

a. Memperkenalkan kendaraan MTU berikut kelengkapan dan peralatannya.


b. Pentingnya sertifikasi kompetensi untuk meningkatkan derajat dan
kualitas pekerjaannya, sebagaimana UU Jasa Konstruksi No. 18 tahun
1999.
c. Pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya terkait dengan meningkatnya kecelakaan dilingkungan kerja, yang dapat merugikan keluarganya.
Tujuannya adalah untuk :
d. Mencegah terjadinya kecelakaan
e. Mencegah sakit akibat kerja
f. Mencegah kejadian yang berbahaya (kebakaran, peledakan, bangunan
roboh) dsb.
g. Atau hal lainnya yang terkait dengan kondisi wilayahnya, misalnya
pada lokasi daerah rawan bencana gempa/ banjir. Sehingga masyarakat
nakerkon dapat dibekali dengan pengetahuan tentang rumah tahan
gempa atau menjaga lingkungan sungai/ rawa dari sampah dsb.

Menyiapkan Rencana Anggaran Biaya (RAB)


Rincian anggaran biaya kegiatan pemberdayaan, meliputi :

PU

SB

5.

IN

Untuk memberikan bekal pengetahuan tersebut kepada masyarakat, pihak


penyelenggara/ tim dapat memprogramkan segera kegiatan MTU ini, yakni
melalui kegiatan pemberdayaan.

a. Upah/ honor panitia/ instruktur/ narasumber dll


b. Pengadaan bahan/ peralatan yang diperlukan
c. Penggandaan bahan/ materi yang akan digunakan
d. Biaya pengeluaran lainnya yang dibutuhkan.

RAB kegiatan pemberdayaan, sebagaimana diperlihatkan pada lampiran


L-02.10.2.

O.

RENCANA KEGIATAN PELATIHAN KONSTRUKSI


Rencana kegiatan pelatihan konstruksi yang disusun dapat terdiri dari :
1. Kesiapan peserta pelatihan konstruksi
Peserta pelatihan konstruksi merupakan subjek yang akan difasilitasi dan telah
mengikuti proses rekriutmen/ seleksi, sebagaimana dengan kriteria peserta yang
disampaikan pada point J diatas. Peserta pelatihan konstruksi merupakan tukang
kurang terampil/ kenek dan dengan persyaratan minimalnya, adalah ; Umur/
Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja dll. Dari hasil
rekrutmen dan proses seleksi yang telah dilakukan.
Biodata perserta pelatihan sebagaimana diperlihatkan pada L-02.5.
BAB 2 Perencanaan | 15

2. Kesiapan tenaga instruktur / pelatih


Permohonan tenaga instruktur/ narasumber, adalah berdasarkan kriteria sebagaimana dijelaskan pada point K diatas, yakni :

20
14

a. Memiliki sertifikasi kompetensi teknis sebagaimana yang dikeluarkan oleh


VEDC.
b. Mengirimkan surat penunjukan kepada masing-masing instruktur/ narasum
ber yang juga berisi permintaan kesediaan mereka.
c. Mengkonfirmasi kesediaan instruktur/ narasumber untuk berpartisipasi
dalam pelatihan sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan.
d. Mendapatkan penugasan dari Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi Daerah
melalui surat keputusan (SK), dapat dilihat pada lampiran L-02.7.
e. Segera mencari pengganti mereka apabila yang bersangkutan tidak dapat
berpartisipasi dalam pelatihan yang direncanakan.
f. Contoh surat permohonan kesediaan kepada instruktur/ narasumber lampi
ran L-02.7.

SB

IN

KP

Tugas tenaga instruktur/ pelatih dalam pelaksanaan pelatihan teknis konstruksi


bebasis kompetensi menggunakan kendaraan keliling (MTU), adalah :

PU

Dalam proses pelatihan, tenaga pelatih harus dapat mengkombinasikan peran-peran


tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi yang terjadi.

3. Menyiapkan Kerangka Acuan Kerja


KAK merupakan acuan bagi instruktur/ tenaga pelatih untuk memfasilitasi dan
memilih metoda pelatihan yang tepat bagi peserta pelatihan sesuai dengan materi
pelatihan yang ditempuh masing masing peserta pelatihan. KAK paling tidak
berisikan :
a. Maksud dan tujuan pelatihan
b. Metoda dan teknik yang digunakan untuk setiap materi pelatihan
c. Menjelaskan peralatan/ bahan yang dibutuhkan pada setiap materi pelatihan
teori dan praktek.
d. Jenis evaluasi/ asesmen yang akan digunakan.
KAK kegiatan pelatihan konstruksi, sebagaimana diperlihatkan pada lampiran
L-02.11.

16 | BAB 2 Perencanaan

4. Menyusun Jadwal Pelatihan


Jadwal pelatihan disusun oleh bagian penyelenggara pelatihan dan dikoordinasikan dengan tenaga pelatih. Jadwal dipergunakan sebagai pegangan bagi
tenaga pelatih, penyelenggara, dan peserta pelatihan untuk mengetahui
tahapan yang diprogramkan selama kegiatan pelatihan berlangsung,
sebagaimana dapat dilihat pada lampiran L-02.10.1.
5. Menyiapkan Rencana Anggaran Biaya (RAB), lihat lampiran L-02.11.1.
6. Menyusun kurikulum dan silabus

20
14

Adalah rincian dan uraian terhadap bidang/ unit unit kompetensi yang
akan ditempuh oleh peserta pelatihan. Kurikulum dan silabus menggambarkan :
a. Bidang kompetensi yang akan ditempuh
b. Ilmu pengetahuan yang terkait
c. Praktek yang diperlukan untuk mencapai unjuk kerja
d. Sikap yang diperlukan
e. Indikator unjuk kerja/ asesmen.

Kurikulum jelasnya dapat dilihat pada lampiran L-02.11.2. dan Silabus jelasnya
dapat dilihat pada lampiran L-02.11.3.

KP

7. Bahan / materi pelatihan konstruksi

SB

IN

Materi pelatihan konstruksi tidak diarahkan secara khusus oleh Pusbin KPK.
Pengembangan dan penggunaan materi pelatihan konstruksi adalah merupakan tanggung jawab para instruktur dan telah memperoleh sertifikat pelatihan VEDC (Vocational Education Development Center) di Malang untuk
mendukung kegiatan pelatihan konstruksi ini. Bahan yang ditawarkan
merupakan materi standar yang terkait dengan bidang kompetensi, agar
setiap peserta memperoleh pengetahuan untuk mencapai unjuk kerja yang
diharapkan.

PU

Instruktur dalam menyiapkan materi pelatihan teknis konstruksi berbasis


kompetensi menggunakan kendaraan keliling (MTU) termasuk kurikulum
dan silabus, terlebih dahulu perlu melakukan kerjasama dan diskusi USTK
atau dengan asesor yang ditunjuk oleh USTK untuk mendampingi kegiatan
ini. Sehingga materi yang akan digunakan tersebut merupakan materi acuan
sebagai standar minimal, yang dapat menjadi bekal peserta sebagai syarat
untuk mengikuti uji kompetensi yang akan difasilitasi berikutnya oleh para
aseror tsb.
Semua materi atau sub. materi kompetensi yang disyaratkan hendaknya
diberi kode materi kompetensi (MK) dan diurutkan sesuai sekuennya.
Kesiapan modul/ materi modul pelatihan merupakan bahan/ sumber pembelajaran yang disusun berdasarkan standar kompetensi kerja. Materi pelatihan
konstruksi berbasis kompetensi terdiri atas buku informasi, buku kerja dan
buku penilaian.

BAB 2 Perencanaan | 17

a. Bahan pelatihan harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan disesuaikan dengan
tujuan kompetensi yang akan ditempuh.
b. Bahan pelatihan terdiri atas; bahan pelatihan untuk teori dan/ atau untuk praktek.
c. Sebelum digunakan, bahan pelatihan dipastikan memenuhi syarat untuk digunakan
sesuai dengan program pelatihan yang akan dilaksanakan.
d. Refrensi, buku-buku lain yang relevan untuk mencapai kompetensi, dapat berupa
teks books, buku manual VEDC, Prosedur Operasional Standar (POS) MTU, dan
referensi lainnya yang terkait.

P.

RENCANA UJI KOMPETENSI

20
14

Kegiatan uji kompetensi ini sepenuhnya merupakan domain dari USTK dan LPJKD setempat, sebagaimana yang diatur menurut Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Nasional (LPJKN) No. 07 tahun 2013, tentang Tata Cara Registrasi Ulang dan Perpanjangan
Masa Berlaku dan Permohonan Baru.
Kegiatan uji kompetensi yang akan dilakukan, dapat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
LPJKD setempat, meliputi :

IN

KP

1. Kesiapan waktu/ jadual acara kegiatan uji kompetensi, seperti ; pembekalan,


wawancara dan ujian praktek.
2. Kesepakatan penetapan area kerja/ jabatan kerja menurut unit kompetensi yang
dipilih.
3. Kesiapan USTK dalam menyiapkan tenaga asesor yang kompeten untuk melaku
kan uji, berdasarkan surat permohonan Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi.
4. Kesiapan tempat, peralatan, bahan dan materi uji.
Rencana kegiatan uji kompetensi yang disusun, terdiri dari :
Persyaratan perserta uji kompetensi
Peserta uji kompetensi adalah merupakan subjek yang telah mengikuti proses rekrutmen
dan seleksi, sebagaimana dengan kriteria peserta yang disampaikan pada point J diatas.
Peserta pelatihan konstruksi dengan kualifikasi tukang terampil/ kepala tukang dan
dengan persyaratan minimalnya, adalah ; Umur/ Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Lama Pengalaman Kerja Tukang dll.

PU

SB

1.

Biodata perserta uji kompetensi sebagaimana diperlihatkan pada L-02.5.

2.

Kesiapan tenaga instruktur pada kegiatan uji kompetensi, sebagaimana dijelaskan


menurut kriteria pada point K diatas, dan dengan ketentuan sbb :
a. Instruktur memiliki sertifikasi kompetensi teknis sebagaimana yang dikeluarkan oleh
VEDC.
b. Mengirimkan surat penunjukan kepada masing-masing instruktur yang juga berisi
permintaan kesediaan mereka.
c. Mengkonfirmasi kesediaan instruktur asesor untuk berpartisipasi dalam pelatihan
sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan.
d. Mendapatkan penugasan dari Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi Daerah melalui surat
keputusan (SK), dapat dilihat pada lampiran L-02.8.
e. Segera mencari pengganti mereka apabila yang bersangkutan tidak dapat berpartisipasi dalam pelatihan yang direncanakan.
e. Contoh surat permohonan kesediaan kepada instruktur/ narasumber lampiran L-02.7.

18 | BAB 2 Perencanaan

3. Kesiapan tenaga asesor sebagaimana dijelaskan menurut kriteria pada


point K diatas, dan dengan ketentuan sbb :

20
14

IN

KP

4. Tugas lembaga uji / USTK dan Asesor :

DOKUMEN PEMBERITAHUAN KEGIATAN / PELATIHAN

PU

Q.

SB

5. KAK kegiatan uji kompetensi, lihat pada lampiran L-02.13.


6. RAB kegiatan uji kompetensi, lihat pada lampiran L-02.13.1.

Dokumen ini merupakan pemberitahuan bahwa Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi


Daerah siap melaksanakan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat/ Pelatihan
Konstruksi/ Uji Kompetensi untuk disampaikan kepada Pusbin KPK. Selanjutnya
Pusbin KPK akan mentransfer biaya yang diperlukan menurut kegiatan sebagaimana dengan RK-MTU dan SPK yang telah ditandatangani sebelumnya. Dokumen ini
dilengkapi dengan surat pemberitahuan, sebagaimana diperlihatkan pada lampiran
L-02.15, berikut kelengkapan/ lampiran yang diperlukan :
1. Surat pemberitahuan penyelenggaraan kegiatan
2. KAK kegiatan
3. Jadwal acara kegiatan
4. RAB dan
5. SK. terkait yang diperlukan, seperti :
SK. Penetapan Peserta
SK. Penetapan Panitia Pelaksana dan SK. Intruktruktur/ Narasumber
SK. Penetapan Asesor
BAB 2 Perencanaan | 19

R.

SURAT PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN MUTLAK


Surat pernyataan tanggung jawab mutlak (SPTJM) dikeluarkan oleh Dinas/ Balai Pelatihan
Konstruksi Daerah dan ditandatangani oleh pemohon diatas meterai R. 6.000,-. Setelah
terlebih dahulu Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi Daerah mendapatkan persetujuan Pusbin
KPK atas sejumlah biaya yang telah ditransfer sebelumnya. Sebagaimana hasil klarifikasi
atas Dokumen Pemberitahuan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat/ Pelatihan Konstruksi/
Uji Kompetensi yang telah disampaikan sebelumnya ke Pusbin KPK.
Format Surat Perjanjian Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM), jelasnya sebagaimana diperlihatkan pada lampiran L-02.15.

S.

2.
3.

Menyiapkan fasilitas kegiatan / pelatihan


a. Tempat kegiatan/ pelatihan harus tersedia sesuai dengan yang dipersyaratkan.
b. Tempat kegiatan/ pelatihan terdiri dari ruang kelas, workshop/ bengkel/ tempat
praktek, atau Mobile Training Unit (MTU) beserta kelengkapannya.
Penggandaan bahan / materi pelatihan
Kepastian jadwal acara kegiatan / pelatihan

1.

20
14

PERSIAPAN FASILITAS KEGIATAN / PELATIHAN

4.

Kesiapan Peralatan

KP

Jadwal acara kegiatan/ pelatihan yang disusun harus dipastikan dan dikoordinasikan
secara bersama antara pihak penyelenggara dan tenaga instruktur/ pelatih. Sehingga
kegiatan yang diprogramkan dapat berjalan sesuai dengan tahapan dan waktu yang
tersedia, sebagaimana dapat dilihat pada lampiran L-02.10.1.

SB

IN

Rincian kebutuhan peralatan dan bahan pada kendaraan MTU, jumlah dan spesifikasi
teknis bahan, alat, mesin yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
pelatihan konstruksi, sebagaimana diperlihatkan pada Juknis MTU.

PU

a. Menyiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian kompe


tensi sebagaimana yang ditetapkan dalam kurikulum pelatihan.
b. Peralatan terdiri atas: mesin, peralatan tangan (handtools), peralatan dan fasilitas
pendukung lainnya serta alat-alat keselamatan kerja (APD).
c. Sebelum digunakan dalam pelatihan, semua peralatan dipastikan berfungsi dengan
baik dan sesuai dengan program pelatihan yang akan dilaksanakan.

5.

Menyiapkan Administrasi Pelatihan


a. Daftar hadir peserta pelatihan L-02.16.
b. Daftar hadir instruktur/ asesor/ panitia L-02.17.
c. Tanda terima perlengkapan peserta (ATK)
L-02.18.
d. Tanda terima perlengkapan Training Kit dan APD
L-02.19.
Training Kit (Seragam/ Tas/ Materi)
APD (Rompi, Helm, Boot).
e. Tata tertib pelatihan.
f. Formulir - formulir penilaian/ asesmen L-03.1. s/d L-03.3.
g. Sertifikat pelatihan L-03.4.

6.

Mengatur ruangan, mengecek kendaraan dan memastikan peralatan MTU yang


akan digunakan

20 | BAB 2 Perencanaan

IN

SB

PU
K

KP
20
14

A.

KEGIATAN PEMBERDAYAAN MTU

Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan merupakan implementasi dari hasil asesmen/


pengamatan lapangan yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan ini melibatkan
masyarakat nakerkon di kantong kantong kegiatan proyek konstruksi, program
pemberdayaan yang melibatkan partisipasi masyarakat, seperti; Pamsimas, Sanimas,
PNPM Mandiri, USRI dll. Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan dilakukan paling
lama 4 (empat) hari, dengan maksimal jumlah peserta adalah 25 orang/angkatan,
dengan metoda kegiatan sbb :

20
14

1. Peningkatan SDM (ceramah dan tanya jawab)


2. Permainan game/ video/ kendaraan/ peralatan MTU
3 Seleksi/ evaluasi (pendaftaran kegiatan berikutnya)

Kegiatan ini berupa sosialisasi program MTU, yang mencakup beberapa materi dasar
seperti :

KP

1. Mengenalkan kepada masyarakat nakerkon tentang tujuan MTU, profil


Pusbin KPK dan MRA (Mutual Recognition Arrangement).
2. Pengetahuan tentang UU No. 18 th. 1999, sertifikasi nakerkon melalui
uji kompetensi untuk meningkatkan status pekerja.
3. Sosialisasi K3, untuk melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja.
4. Memperkenalkan teknologi bangunan; konstruksi rumah rawan gempa,
informasi pekerjaan konstruksi yang terkait lainnya.
Dari hasil kegiatan tersebut, bagi peserta dengan kualifikasi sbb :

PU

SB

IN

1. Tenaga kerja konstruksi belum terampil/ calon tukang, tidak dapat


diikutkan lagi dalam kegiatan berikutnya; kegiatan pemberdayaan/
pelatihan konstruksi/ uji kompetensi.
2. Tenaga kerja konstruksi kurang terampil, disarankan agar mendaftar
untuk mengikuti pelatihan konstruksi pada kegiatan berikutnya (jika
diprogramkan).
3. Tenaga kerja konstruksi terampil, disarankan agar mendaftar untuk
mengikuti uji kompetensi pada kegiatan berikutnya (jika diprogramkan).

B.

PELAKSANAAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Pelaksanaan kegiatan pelatihan konstruksi dilakukan paling lama 6 (enam) hari,


dengan maksimal jumlah peserta adalah 25 orang/angkatan, dengan pendekatan
pelaksanaan sbb :
1. Kegiatan kelas (teori)
2. Asesmen/ evaluasi hasil teori
3. Praktek dilapangan, dengan kendaraan MTU
4. Asesmen hasil praktek
Sebelum menyampaikan pelatihan, tenaga pelatih harus memastikan kesiapan hal hal sebagai berikut :

22 | BAB 3 Pelaksanaan

1. Seluruh peserta pelatihan telah diketahui kapasitas kompetensi yang


dimiliki berdasarkan hasil seleksi, dapat dilihat bab II point J.
2. Seluruh peserta telah diberikan/ memperoleh buku informasi dan buku kerja sesuai
dengan unit kompetensi yang akan di ikuti.
3. Bahan dan peralatan pelatihan sudah tersedia di bengkel/ workshop/tempat praktek
kerja/ MTU.
4. Rencana pelatihan telah divalidasi kesesuaiannya untuk mencapai tujuan pelatihan.
Terdapat dua teknik atau pendekatan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pelatihan
berbasis kompetensi yaitu : Pelatihan Kelas (Teori) dan Praktek Lapangan yang dapat
dilaksanakan di tempat kerja/ workshop/ bengkel/ MTU, sedangkan pelatihan teori
merupakan suatu proses untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan pekerjaan bidang konstruksi.

20
14

1. Pelatihan di kelas (teori)

KP

Dalam proses pelatihan ada tiga pendekatan yang dapat digunakan oleh tenaga instruktur/ pelatih. Seorang tenaga pelatih harus dapat memilih pendekatan pelatihan yang
paling efektif berdasarkan kondisi riil yang dihadapi dilapangan. Artinya, tenaga
pelatih dalam menetapkan pendekatan yang dipilih telah memperhitungkan efektivitas
biaya, isi program pelatihan, prinsip-prinsip pembelajaran yang akan diterapkan,
fasilitas peralatan dan bahan yang tersedia, kemampuan dan preferensi peserta pelatihan serta kemampuan dan preferensi tenaga pelatih yang bersangkutan.
Ketiga pendekatan pelatihan yang dapat digunakan oleh tenaga pelatih, yaitu :
a. Belajar secara mandiri / Individu

SB

IN

Belajar mandiri artinya membolehkan peserta pelatihan belajar secara individu


sesuai dengan kecepatan belajarnya masing -masing. Peserta dapat menemui tenaga
pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan
belajar.
Agar proses belajar mandiri dapat dilaksanakan secara efektif, hal-hal yang perlu
dilakukan oleh tenaga pelatih adalah sebagai berikut :

PU

Mendorong setiap peserta pelatihan untuk membuat pilihan tentang target berlajar mandiri yang diinginkan.
Memberi bantuan pada setiap peserta pelatihan, sesuai dengan permintaan
bantuan yang bersifat spesifik.
Menyediakan materi dan sumber belajar yang diperlukan peserta pelatihan.
Memberi bimbingan dan bantuan bagi peserta pelatihan dalam hal penggunaan
sumber belajar.
Membekali peserta dengan keterampilan belajar pada aspek perencanaan: apa,
kapan, dan bagaimana cara belajar.
Mendorong peserta pelatihan untuk memiliki tanggung jawab individu dalam
manajemen pengembangan diri.
Membimbing peserta pelatihan untuk mampu memilih dan memanfaatkan
sumber pembelajaran yang tersedia.

BAB 3 Pelaksanaan | 23

b. Belajar berkelompok
Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk berpartisipasi dalam kelompok, walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan
masing-masing individu, metode ini memungkinkan interaksi sesama peserta
dan tenaga pelatih.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh tenaga pelatih dalam melaksanakan
belajar kelompok adalah sebagai berikut :

20
14

Mendorong agar setiap anggota kelompok harus memiliki peran.


Membantu peserta agar terjadi interaksi langsung antar anggota kelompok
belajar.
Membimbing setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas hasil
belajar dirinya dan anggota kelompoknya.
Membantu mengembangkan proses interaksi antar anggota kelompok
belajar.
Hanya berinteraksi dengan kelompok belajar pada saat diperlukan.

KP

c. Belajar terstruktur
Belajar terstruktur adalah belajar di kelas secara formal, metode ini umumnya
mencakup topik tertentu. Metode belajar terstruktur dapat berupa : Ceramah,
ceramah bergambar, demonstrasi, tanya jawab, diskusi, dan praktek.
Terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan tenaga pelatih, agar peserta
mengikuti proses belajar secara terstruktur.
1. Tahap Pendahuluan ( Introduction / Preparation ), meliputi :
Mengatur ruangan (kelas/ bengkel) seperti ventilasi, penerangan.

IN

Menyiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan waktu mengajar.


Menentukan bahan dan alat yang akan digunakan peserta pelatihan.

SB

Menyiapakan alat bantu mengajar seperti projektor, komputer, dan


lainnya sesuai dengan kebutuhan.

PU

Menyiapkan evaluasi yang akan digunakan.


Mengecek kehadiran peserta pelatihan.
Memperkenalkan judul pelajaran, disamping diucapkan, juga disampaikan secara tertulis. Kemudian lakukan diskusi singkat dengan peserta pelatihan tentang judul tersebut.
Melakukan apersepsi, menghubungkan materi yang akan disajikan
dengan materi sebelumnya sehingga jelas kaitannya.
Mengecek pengetahuan peserta pelatihan, dengan melakukan tanya
jawab singkat untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta
sebelumnya tentang materi yang akan disajikan. Dengan demikian,
pelajaran dapat dimulai dari apa yang sudah diketahui peserta pelatihan.
Menyampaikan tujuan belajar, agar para peserta pelatihan mengetahui
dengan jelas kemampuan apa yang akan diperoleh setelah pelatihan
selesai. Dalam hal ini juga disampaikan manfaat apa yang diperoleh
termasuk arah yang akan dipelajari.

24 | BAB 3 Pelaksanaan

2. Tahap Penyajian, meliputi :

PU

SB

IN

KP

20
14

Pastikan entry point untuk memulai proses pelatihan, jelaskan hubungan antara
pelatihan dengan harapan peserta.
Penyajian dilakukan secara bertahap (per unit kompetensi).
Sampaikan penjelasan secara sederhana, sistematis, jelas dan masuk akal.
Jelaskan perlahan-lahan, sesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta
pelatihan. Jelaskan secara bertahap.
Jangan menggunakan kata-kata, istilah atau ucapan yang mungkin sulit dimengerti
oleh peserta pelatihan.
Hindari menjelaskan terlalu banyak hal, yang memungkinkan peserta tidak dapat
memahami.
Ciptakan komunikasi dua arah, gunakan teknik mendengar aktif (seperti bahasa tubuh
yang positif)
Berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk berbagi pengalaman, dan hubungannya dengan pelatihan yang diikuti.
Lakukan identifikasi, bagaimana setiap peserta dapat belajar dengan baik (seperti
melalui diskusi kelompok, praktek, peragaan dan lain-lain).
Lakukan interaksi kepada peserta yang kurang berpartisipasi (misalnya dengan
pertanyaan yang sederhana).
Berikan kenyamanan dalam pelatihan terutama bagi peserta yang memiliki kesulitan
atau tantangan dalam pelatihan.
Berikan umpan balik positif, dengan menjelaskan kesalahan atau perbaikan yang harus
dilakukan.
Jika menjelaskan menggunakan tampilan visual, yakinkan bahwa peserta pelatihan
dapat memahami dan menginterpretasikan tampilan visual atau gambar ke keadaan
yang sebenarnya.
Jika tenaga pelatih akan mendemonstrasikan materi praktek, atur posisi peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga dapat memperhatikan secara jelas dan detail setiap
pekerjaan yang didemonstrasikan.
Lakukan demonstrasi secara perlahan-lahan agar semua peserta pelatihan dapat mengikuti dengan jelas.
Pada saat demonstrasi, tenaga pelatih wajib menekankan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Demonstrasikan secara bertahap, beri kesempatan peserta bertanya.
Bila diperlukan, lakukan demonstrasi berulang-ulang untuk satu pekerjaan, sampai
semua peserta pelatihan mengerti.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi pelatihan, ajukan pertanyaan
tentang materi pelatihan kepada seluruh peserta pelatihan.
Lakukan interaksi dengan industri atau pasar kerja (misalnya menghadirkan nara
sumber dari perusahaan).
Lakukan pelatihan secara komprehensif dan berkesinambungan. Artinya setiap materi
pelatihan atau unit kompetensi harus diselesaikan secara tuntas, sebelum berpindah ke
materi pelatihan/unit kompetensi yang lain.
Berikan kesimpulan sebagai key point di setiap akhir sesi pelatihan.

BAB 3 Pelaksanaan | 25

3. Tahap Aplikasi
Untuk materi pelatihan teori dilakukan dengan memberikan tugas-tugas,
pertanyaan-pertanyaan yang harus dikerjakan/ dijawab, baik secara lisan maupun
tulisan. Tenaga pelatih membetulkan jawaban yang salah, memberikan penguatan
terhadap jawaban yang benar dan memberikan pujian. Bila peserta tidak dapat
menjawab atau jawabannya kurang tepat, jangan memojokkan peserta karena akan
menurunkan semangatnya. Waktu peserta sudah menjawab, jangan buru-buru
dikomentari, tetapi buatlah suasana persaingan dengan cara menawarkan kepada
peserta lain untuk memberikan tanggapan kepada peserta terdahulu.
Untuk materi pelatihan praktek, lakukan langkah langkah sebagai berikut :

KP

20
14

Sebelum dimulai tekankan kepada peserta pelatihan tentang keselamatan


kerja dan kunci kerja yang harus diperhatikan.
Atur tempat kerja setiap peserta agar tidak saling terganggu.
Tunjukkan/ bagikan/ tentukan bahan dan alat yang akan digunakan oleh
setiap peserta pelatihan.
Bagikan lembaran kerja (job sheet) bila itu diperlukan.
Lakukan pengawasan yang seksama.
Berikan bantuan bila diperlukan saja, jangan pilih kasih.
Bila peserta melakukan langkah yang salah, segera hentikan dan betulkan.
Bila diperlukan, demonstrasikan atau jelaskan kembali.
4. Tahap Penilaian / Asesmen

PU

SB

IN

Penilaian/ asesmen berbasis kompetensi yang dilaksanakan pada saat pelatihan


kelas, merupakan rangkaian kegiatan tenaga pelatih untuk menilai/ memutuskan
pencapaian kompetensi dari peserta pelatihan. Dalam proses tersebut tenaga pelatih
melakukan pengumpulan informasi/ bukti atau pengujian selama proses pelatihan
berlangsung, sehingga tenaga pelatih akan memperoleh potret atau profil kemampuan setiap peserta dalam mencapai indikator kompetensi yang telah dirumuskan,
sebagai informasi untuk menilai/ memutuskan kompeten atau belum kompeten.
Tenaga pelatih harus dapat menentukan metode atau jenis penilaian yang akan
digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Penentuan ini sangat penting,
mengingat kebanyakan kompetensi bersifat kompleks dan mengandung variabel
yang cukup sulit untuk dinilai.
Tenaga pelatih dalam melakukan penilaian/ asesmen harus memenuhi prinsip
sebagai berikut :
Validitas
Artinya teknik/ metode asesmen yang digunakan untuk mengukur capaian kompetensi harus sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai.
Contoh:

26 | BAB 3 Pelaksanaan

KOMPETENSI

TEKNIK / METODE ASESMEN

Menggunakan Peralatan
Tangan

Unjuk Kinerja

SB

IN

KP

20
14

Jika menggunakan teknik/ metode yang lain, maka asesmen menjadi tidak valid.
Reliabilitas
Artinya hasil asesmen handal dan dapat dipercaya, asesmen yang handal terdapat
konsistensi pada hasil pengujian, jika dilakukan asesmen ulang pada kondisi yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama.
Komprehensif
Artinya penilaian harus dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek kompetensi
yang telah ditetapkan dengan menggunakan berbagai teknik dan metode asesmen
untuk menilai kompetensi peserta pelatihan.
Adil
Teknik/metode asesmen dalam pelaksanaan penilaian harus adil untuk semua peserta
pelatihan. Menggunakan prosedur, aturan, kriteria dan bahasa yang digunakan harus
jelas untuk setiap peserta pelatihan.
Objektif
Artinya proses asesmen yang dilakukan harus terhindar dari pengaruh-pengaruh atau
pertimbangan yang bersifat subyektif.
Berpusat kepada peserta
Artinya proses asesmen difokuskan kepada peserta untuk pencapaian kompetensi,
bukan kepada penguasaan materi pelatihan. Oleh karena itu asesmen harus dilakukan
secara terencana, bertahap dan terus menerus kepada peserta dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
Efektif dan Efisien
Artinya tidak membuang-buang sumber daya pelatihan dan efektif dalam menilai
kompetensi yang ditetapkan.
Bagian dari pelatihan
Artinya assesmen merupakan bagian dari proses pelatihan dan bukan untuk menghakimi atau menggambarkan ketidakmampuan peserta pelatihan, tetapi asesmen
harus mampu memberikan informasi positif dan umpan balik terhadap peningkatan
capaian kompetensi peserta pelatihan. Dengan demikian hasil asesmen menjadi dasar
untuk memotivasi, peningkatan kualitas instruktur dan kualitas proses pelatihan.

PU

Untuk melakukan penilaian/ asesmen berbasis kompetensi, seorang tenaga pelatih


harus :
Sudah mengidentifikasi tingkat kemampuan/ kompetensi peserta pelatihan.
Menyusun perencanaan asesmen yang meliputi :
Penetapan indikator capaian kompetensi (biasanya dibuat bersamaan dengan
penyusunan silabus pelatihan). Indikator yang disusun jangan hanya satu karena
akan mengakibatkan program pelatihan menjadi kaku. Indikator capaian
kompetensi disusun berdasarkan standar kompetensi kerja. Setiap capaian
kompetensi memerlukan teknik/ metode asesmen yang berbeda.
Penyusunan teknik/ metode asesmen, ditetapkan berdasarkan pilihan - pilihan
dari berbagai teknik/ metode yang sesuai dengan kondisi peserta pelatihan dan
sarana/ fasilitas yang digunakan. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan
cermat untuk menghindari berbagai keterbatasan yang bersumber dari subjektivitas tenaga pelatih.

BAB 3 Pelaksanaan | 27

Beberapa teknik / metode asesmen yang digunakan yaitu :


Penilaian unjuk kerja (performance)
Penilaian tertulis (written test)
Penilaian sikap
Penilaian penugasan
Penilaian produk
Penilaian melalui kumpulan hasil kerja peserta pelatihan (portfolio)
Penilaian terhadap diri sendiri (self assessment)
Penilaian skenario (scenario test)

20
14

Dari 8 (delapan jenis teknik / metode penilaian / asesmen terdapat 4 (empat) jenis
teknik/ metode yang lebih banyak digunakan di lembaga pelatihan, yaitu: penilaian
unjuk kerja, penilaian terhadap diri sendiri, penilaian tertulis, penilaian skenario.
Mengupayakan proses asesmen dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Tidak boleh membandingkan hasil asesmen satu peserta dengan peserta lainnya.

Berdasarkan hasil asesmen, bagi peserta pelatihan yang dinyatakan belum mampu
mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, diberikan kesempatan melakukan pengulangan terhadap bagian/ unit kompetensi yang belum tercapai tersebut.

2. Praktek Lapangan

KP

Setelah seluruh capaian kompetensi tercapai maka peserta pelatihan dapat mengikuti
tahap selanjutnya yaitu Praktek Lapangan. Format penilaian/ asesmen pelatihan kelas
(teori), jelasnya dapat dilihat pada lampiran L-03.1.

SB

IN

Praktek Lapangan merupakan bagian dari proses pelatihan secara keseluruhan


yang dilaksanakan di tempat kerja dengan fokus utama peningkatan dan penguatan
nilai - nilai budaya dan etos kerja di perusahaan/ tempat kerja. Praktek Lapangan
harus dilaksanakan di bawah bimbingan seorang instruktur/ karyawan yang berasal
dari perusahaan/ tempat kerja.

PU

Hal-hal yang harus di perhatikan dalam persiapan dan pelaksanaan prektek kerja
lapang antara lain:
a.
b.
c.
d.

Indikator capaian kompetensi yang di persyaratkan dalam Praktek Lapangan.


Penetapan pendamping yang berasal dari perusahaan/ tempat kerja.
Penetapan pembimbing dari lembaga pelatihan.
Monitoring dan evaluasi peserta selama masa Praktek Lapangan.

1. Pelaksanaan Praktek Lapangan


Praktek kerja lapang dilaksanakan dalam kurun waktu sebagaimana ditentukan dalam silabus pelatihan. Materi pelatihan yang diberikan oleh di perusahaan/ tempat kerja selama praktek berlangsung dan harus sesuai dengan
bidang kompetensi atau merupakan penyempurnaan dari yang telah diberikan
pada balai latihan.
Oleh karena itu, perusahaan tempat kerja praktek bertanggung jawab
sepenuhnya kepada peserta pelatihan, baik dalam hal pemberian tugas atau
pekerjaan, pembimbingan, dan penilaian/ asesmen, sehingga peserta dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
28 | BAB 3 Pelaksanaan

2. Asesmen peserta dalam pelaksanaan Praktek Lapangan

20
14

Asesmen dilakukan oleh instruktur/ karyawan di tempat kerja yang diberi tugas,
dengan menilai kompetensi dan kinerja peserta praktek selama mengikuti program
tersebut. Asesmen dilakukan dengan berbagai indikator, sehingga akan diperoleh hasil
pelatihan sesuai dengan tujuan Praktek Lapangan yang telah ditetapkan. Penetapan
indikator dimaksud dilakukan secara bersama-sama tenaga pembimbing/ karyawan
atau tenaga instruktur dari balai latihan/ Dinas. Asesmen yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
Penilaian perilaku individu atau sikap kerja
Penilaian kemampuan teknis
Apabila peserta Praktek Lapangan belum mampu mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, maka peserta pelatihan diberikan kesempatan untuk melakukan pengulangan
1 (satu) kali lagi. Apabila setelah pengulangan tersebut, peserta Praktek Lapangan
belum mampu mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, maka peserta yang bersangkutan dinyatakan belum kompeten dan hanya mendapatkan Surat Keterangan
Mengikuti Pelatihan. Dan peserta Praktek Lapangan yang kompeten akan diberikan
Sertifikat Pelatihan, dan direkomendasikan untuk lanjut ke Uji Kompetensi.
Format penilaian/ asesmen pelatihan kerja lapang (praktek), jelasnya dapat dilihat pada
lampiran L-03.2.

IN

KP

3. Penerbitan Sertifikat
a. Sertifikat pelatihan
Pada prinsipnya sertifikat pelatihan diberikan kepada peserta pelatihan yang
dinyatakan kompeten, baik untuk pelatihan kelas maupun Praktek Lapangan
yang dilakukan di tempat kerja/ bengkel/ workshop, dengan sertifikat pelatihan
yang dikeluarkan oleh balai latihan/ Dinas/ Kementerian. Jelasnya sebagaimana
diperlihatkan pada lampiran L-03.4.

C.

PU

SB

b. Surat keterangan
Surat keterangan dari balai latihan pelatihan diberikan kepada peserta yang
dinyatakan belum kompeten. Surat keterangan berisi bahwa yang bersangkutan
pernah mengikuti pelatihan. Jelasnya sebagaimana diperlihatkan pada lampiran
L-03.5.

PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI

Uji kompetensi dapat diikuti oleh peserta yang telah mempunyai reputasi kerja/ pengalaman
kerja atau bagi peserta pelatihan konstruksi yang telah bersertifikat atau rekomendasi yang
diberikan oleh instruktur dari hasil pelatihan konstruksi sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan ini
dilakukan dalam waktu 3 (tiga) hari, dengan maksimal jumlah peserta adalah 50 orang/angkatan,
dengan pendekatan kegiatan sbb :
1. Pembekalan materi

2. Wawancara 3. Praktek lapangan

Kegiatan uji kompetensi ini dibawah tanggung jawab Lembaga Uji Jasa Konstruksi Daerah/
Unit Sertifikasi Tenaga Kerja (USTK) yang berkerjasama dan ditunjuk oleh Dinas/ Balai
Pelatihan Konstruksi Provinsi yang diberi mandat menyelenggarakan MTU. Bagi peserta yang
dinilai kompeten akan memperoleh Sertifikat kompetensi dan bagi peserta yang Belum
Kompeten diberikan kesempatan untuk mengulang 1 (satu) kali, jika masih ada kegiatan
sejenis pada perioda berikutnya. Jelasnya sebagaimana diperlihatkan pada lampiran L-03.6.
dan L-03.7.
BAB 3 Pelaksanaan | 29

D.

PENGENDALIAN KEGIATAN MTU

Pengendalian kegiatan MTU dilakukan sejak dari kegiatan persiapan, perencanaan dan
pengorganisasian maupun pada saat pelaksanaan/ hasil yang dicapai. Baik kegiatan
yang dilaksanakan di kelas (teori), pelatihan kerja lapang (praktek) yang dilaksanakan
oleh Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi Provinsi, maupun kegiatan Uji Kompetensi
yang dilaksanakan oleh USTK yang dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi.
Pengendalian kegiatan MTU terdiri dari beberapa aspek, yakni :
1. Kegiatan Persiapan dan Konsolidasi :
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU).
Membentuk Tim Penyelenggara (SK. Tim Penyelenggara).
Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Kendaraan MTU.
Melakukan asesmen dan Identifikasi lapangan Kebutuhan MTU
Menyiapkan Dokumen Rencana Kegiatan MTU (RK-MTU).
Penandatanganan Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK).
Menetapkan Pejabat Pengadaan dan Pejabat Penerima Hasil Pengadaan Barang/Jasa (SK).
Pembukaan Rekening MTU.
Menyiapkan Dokumen Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP).

20
14

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

PU

SB

IN

KP

2. Proses Perencanaan dan Pelaksanaan :


a. Meyiapkan Lokasi Kegiatan/ Pelatihan/ Uji.
b. Rekrutmen dan Seleksi Peserta.
c. SK. Penetapan Peserta Kegiatan/ Pelatihan/ Uji
d. Rekrutmen Instruktur/Asesor (SK. Penetapan Instruktur/ Asesor).
e. Menyiapkan Dokumen Pemberitahuan Kegiatan/ Pelatihan/ Uji.
f. Penandatanganan SPTJM menurut Kegiatan/ Pelatihan/ Uji.
g. Kelengkapan Administrasi Peserta, Daftar Kehadiran, ATK, Training Kit, APD dll.
h. Kehadiran tenaga instruktur/ asesor/ panitia.
i. Metode pelatihan yang digunakan.
j. Kesiapan Materi/ Modul yang akan digunakan.
k. Referensi pendukung yang digunakan.
l. Kesiapan Ruangan/ Tempat Kegiatan/ Pelatihan/ Uji.
m. Kesiapan Peralatan Kerja Praktek/ Kendaraan MTU.
n. Penilaian/ Asesmen Kegiatan Kelas (teori) dan Praktek.
o. Pengumuman Hasil dan Sertifikasi.
p. Pemasukan Laporan Hasil Kegiatan/ Pelatihan/ Uji.
2. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan :
a.
b.
c.
d.
e.

Penggunaan Format Monitoring dan Evaluasi


Evaluasi Penyelenggaraan Kegiatan/ Pelatihan/ Uji.
Pemasukan Laporan Hasil Kegiatan/ Pelatihan/ Uji.
Penandatanganan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) Final.
Berita Acara Serah Terima Hasil Pelaksanaan Kegiatan/ Pelatihan/ Uji oleh
Kapusbin KPK.
f. Memasukkan Dokumen Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP).

30 | BAB 3 Pelaksanaan

PU

SB

IN

KP

20
14

Untuk mengendalikan kegiatan MTU, sejak dari kegiatan persiapan, perencanaan dan
pelaksanaan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1.
Bagan Alir Pelatihan Konstruksi Berbasis Kompetensi
Menggunakan Kendaraan Pelatihan Keliling (MTU)

BAB 3 Pelaksanaan | 31

IN

SB

PU
K

KP
20
14

BAB IV

A.

MONITORING
Kegiatan monitoring yang dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan MTU, mulai dari
persiapan, pelaksanaan pelatihan dan hasil pelatihan. Dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa hal, minimal melakukan pencatan tanggal/ waktu setiap aktivitas
pelaksanaan, jumlah peserta yang kompeten dan belum kompeten, dan jumlah biaya yang
dikeluarkan, sebagaimana dengan fomat monev yang telah disiapkan sbb :

2. Pelaksanaan dan Hasil Pelatihan

20
14

1. Persiapan, Perencanaan dan Organisasi


Pengendalian perencanaan dan pengorganisasian meliputi beberapa tahapan kegiatan
yakni mulai dari penandatangan dokumen MOU, penandatangan SK. Tim Penyelenggara, Tim Pelaksana, SK. Pejabat Pengadaan Barang/ Jasa dll, jelasnya sebagaimana diperlihatkan pada lampiran L-04.1. Form Monev (FM-01).

3. Petugas Monitoring

KP

Pengendalian kegiatan pelaksanaan meliputi beberapa kegiatan sejak dari pemasukkan


dokumen usulan kegiatan MTU (Jadual/ RAB dll), penandatangan SPK, SPTJM, pemasukan RMP, rekruitmen peserta, kegiatan pelatihan pemberdayaan, pelatihan konstruksi, uji kompetensi, pemasukan pelaporan, jumlah peserta pelatihan yang mengikuti
pelatihan (kompeten/ belum kompeten), rekapitulasi biaya penyelenggaraan. Jelasnya
sebagaimana diperlihatkan pada lampiran L-04.2. s/d L-04.5. (FM-02.s/d FM-05).

IN

Petugas monitoring terdiri dari beberapa petugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas PU
provinsi/ Kepala Balai Pelatihan Kerja Daerah, USTK/ LPJK/ Konsultan maupun
petugas dari lingkungan Pusbin KPK Kementerian Pekerjaan Umum.
Teknik dan Metode Monitoring :

SB

a. Langsung.
Petugas mendatangi lokasi pelaksanaan pelatihan untuk melakukan pengamatan pada
saat berlangsungnya kegiatan (photo photo kegiatan, diskusi, metoda, mekanisme
pelaksanaan, sarana/ prasana dll).

PU

b. Tidak langsung.
Berdasarkan laporan dari hasil penyelenggaraan pelaksanaan pelatihan, pengisian
format dll.

B.

EVALUASI
Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur dan mendapatkan masukan berdasarkan hasil
pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan, guna penyempurnaan penyelenggaraan
pelatihan dimasa mendatang.
Evaluasi penyelenggaraan, meliputi :
a. Materi pelatihan
b. Tenaga instruktur
1. Pengetahuan dan pemahaman instruktur
2. Kemampuan instruktur dalam membawakan materi
3. Kemampuan masalah peserta
4. Penampilan tenaga instruktur

33 | BAB 4 Monitoring dan Evaluasi

c. Sarana/ Prasarana
1. Praktek lapang/ bengkel kerja MTU 2. Ruang kelas/ teori
3. Listrik 4. Kamar mandi/ toilet 5. Sarana penunjang
Format evaluasi penyelenggaraan pelatihan, sebagaimana diperlihatkan pada
lampiran L-04.6.
a. Petugas evaluasi
Petugas evaluasi dapat terdiri dari personil yang ditunjuk oleh lembaga
pelatihan kerja.

20
14

b. Waktu evaluasi
Evaluasi dapat dilaksanakan baik pada saat proses pelaksanaan maupun
setelah selesai penyelenggaraan pelatihan.

C.

PELAPORAN / PROCEEDING

KP

Laporan penyelenggaraan pelatihan dibuat oleh tim pelaksana, selambat-lambatnya


20 (dua puluh) hari setelah seluruh kegiatan selesai, laporan disampaikan kepada
Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Badan Pembinaan
Konstruksi, Bidang Pelatihan Manajemen Teknik Konstruksi untuk Pelatihan
Keahlian & Peralatan atau Kepala Bidang Pelatihan Keterampilan Konstruksi, dan
tembusan kepada pihak pihak terkait lainnya dilingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

IN

Dokumen pelaporan yang disampaikan, merupakan kegiatan MTU yang telah


diusulkan melalui Dokumen Kegiatan MTU, dan sudah disepakati oleh Pusbin
KPK sebelumnya. Apakah kegiatan tersebut merupakan :

SB

1. Sosialisasi dan pemberdayaan 2. Pelatihan Konstruksi 3. Uji Kompetensi


Isi laporan sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Kata Pengantar 2. Daftar Isi 3. Pendahuluan
Umum (menjelaskan latar belakang dilaksanakannya pelatihan)
Dasar Penyelenggaraan (menjelaskan dasar peraturan pelaksanaan kegiatan)
Rekruitmen Peserta (menjelaskan persyaratan peserta dan proses pelaksanaan rekrutmennya)
Tata Tertib (menjelaskan tata tertib pelaksanaan pelatihan)
Persyaratan Sertifikat (menjelaskan persyaratan sertifikasi Hasil evaluasi
peserta)
Pembiayaan (menjelaskan sumber pembiayaan pelatihan)

PU

a.
b.
c.
d.
e.
f.

4. Pelaksana Pelatihan :
a.
b.
c.
d.

Kegiatan Pelatihan (menjelaskan jalannya pelaksanaan kegiatan dari sejak


pembukaan sampai dengan penutupan pelatihan)
Tim Instruktur (menjelaskan Tim Instruktur yang terlibat beserta pemenuhan kompetensinya)
Dewan Penguji (menjelaskan Dewan Penguji yang terlibat beserta pemenuhan kompetensinya)
Tim Pelaksana (menjelaskan Tim Pelaksana yang terlibat)
BAB 4 Monitoring dan Evaluasi | 34

e. Peserta Pelatihan (menjelaskan realisasi kepesertaan beserta pemenuhan


persyaratannya)
f. Materi Pelatihan (menjelaskan materi yang diberikan kepada peserta)
g. Tim Assesor (menjelaskan Tim Uji yang terlibat beserta pemenuhan kompetensinya)
5. Hasil Kegiatan / Pelatihan :

b.
c.

Hasil Ujian Pelatihan (menjelaskan hasil pelaksanaan ujian baik jumlah maupun
kategorinya/ peringkatnya beserta daftar nama pesertanya)
Evaluasi Pelatihan (menjelaskan hasil pengumpulan informasi mengenai evaluasi
peserta terhadap pelaksanaan kegiatan dan hasil analisanya)
Hasil Uji Kompetensi (menjelaskan hasil pelaksanaan kegiatan uji kompetensi
beserta daftar nama pesertanya)

20
14

a.

6. Penutup

a. Kesimpulan (menjelaskan kesimpulan terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan


yang berisikan antara lain, ketercapaian rencana kegiatan, efektifitas pelaksanaan
kegiatan, kendala yang dihadapi dan ketidaksesuaian yang terjadi)

b. Saran - saran (menjelaskan mengenai saran - saran agar ketidaksesuaian tidak


terulang beserta kendalanya dapat diatasi pada kegiatan pelatihan selanjutnya)

SPTJM Final

g. Sertifikat Pelatihan / Surat


keterangan (Copy)
h. Dokumentasi (foto kegiatan)
i. Berita Acara Hasil Uji Kompetensi
j. Sertifikat Uji Kompetensi (Copy)
k. Formulir Monev (FM. 01. s/d FM. 05)

SB

D.

Surat Keputusan (Jika ada perubahan)


KAK
Panduan Pelatihan
Daftar Hadir
Jadwal Pelatihan
Berita Acara Kelulusan

IN

a.
b.
c.
d.
e.
f.

KP

7. Lampiran, terdiri dari :

PU

Dinas/ Balai Pelatihan Konstruksi Provinsi selaku penyelenggara Kegiatan Pelatihan


Konstruksi Berbasis Kompetensi Menggunakan Kendaraan Pelatihan Keliling (MTU),
memberikan laporan pertanggung jawaban keuangan final dengan menyampaikan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM Final), yang berarti semua kegiatan/ pelatihan/ uji telah dilaksanakan 100% selesai. Selanjutnya bagi pihak penyelenggara dapat
menutup pembukuan dan rekening MTU yang ada. SPTJM Final merupakan rekap
(jumlah total) dari semua SPTJM yang telah dikeluarkan sebelumnya dan menggunakan
format yang sama.

E.

BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN


Setelah semua laporan penyelenggaraan (laporan phisik dan keuangan) diterima Pusbin
KPK, maka Kementerian PU melalui Kepala Badan Pembina Konstruksi cq Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi (Pusbin KPK) selanjutnya menyampaikan
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan kepada Pemerintah Daerah cq Dinas/ Balai Pelatihan
Konstruksi Provinsi. Format Surat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan, dapat dilihat
pada Lampiran L-02.9. Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP), persisnya pada Sub. Lampiran
5 Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.

35 | BAB 4 Monitoring dan Evaluasi

IN

SB

PU
K

KP
20
14

BAB V
PENUTUP

Peningkatan kualitas SDM konstruksi melalui kegiatan pemberdayaan dan pelatihan


konstruksi berbasis kompetensi membutuhkan kerja keras semua pihak agar dapat
menghasilkan produk kerja yang efektif dan efisien serta bermutu tinggi. Sasaran-sasaran pembinaan SDM konstruksi bisa dicapai jika para pemangku kepentingan melakukan upaya-upaya yang serius. Kerjasama antara kementerian sektoral terkait, pemerintah daerah, asosiasi profesi, serikat pekerja, institusi perguruan tinggi maupun perusahaan/ dunia usaha dalam penyelenggaraan pelatihan baik keahlian maupun ketrampilan
sangat diperlukan sebagai media untuk pengembangan profesionalitas berkelanjutan
dari SDM konstruksi.

IN

KP

20
14

Kendaraan Pelatihan Keliling (MTU) adalah salah satu upaya kita untuk melakukan
percepatan pelaksanaan pelatihan konstruksi. Tetapi, perlu kita pahami bahwa MTU
hanyalah sarana atau alat saja. Keberhasilan pelaksanaan pelatihan MTU lebih ditentukan oleh manajemen dan profesionalitas dari SDM atau Tim yang bertugas disana. Kita
bisa membayangkan, bagaimana ekspektasi masyarakat ketika setiap propinsi dapat
dihadirkan minimal satu buah MTU yang secara berkesinambungan melakukan pelatihan hingga menjangkau tenaga kerja konstruksi di pelosok daerah. Ini adalah asset yang
sangat luar biasa bagi peningkatan kapasitas SDM konstruksi. Apakah asset ini dapat
bermanfaat atau tidak secara optimal, sangat tergantung pada kualitas asset beserta SDM
yang mengoperasikannya. Program MTU yang pernah dilakukan Pusbin KPK pada
periode 2009-2012 banyak menemui kendala dan pada akhirnya berhenti begitu saja.
Hal ini perlu menjadi catatan, bahwa untuk tahun-tahun mendatang jangan sampai
berbagai kendala yang pernah dialami tidak mampu diantisipasi.

PU

SB

Pedoman operasional pelatihan konstruksi berbasis kompetensi dengan kendaraan


keliling (MTU) ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Petunjuk Teknis
yang ada sebelumnya. Tidak bisa dipungkiri, pasti masih banyak kekurangan isi maupun
kemasannya. Segala catatan, saran dan kritik sangat berharga bagi kami untuk perbaikan
edisi-edisi berikutnya. Kami berharap pedoman ini dapat menjadi acuan bagi pihak
penyelenggara di Pusat maupun di Daerah dilingkungan Badan Pembinaan Konstruksi
Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum.

37 | BAB 5 Penutup

IN

SB

PU
K

KP

LAMPIRAN

20
14

LAMPIRAN

20
14

PETUNJUK OPERSIONAL

SB

IN

KP

PUSAT PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN


PELATIHAN KONSTRUKSI BADAN PEMBINA
KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA

PU

KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM

20
14
K
KP
IN
SB
PU
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN
PELATIHAN KONSTRUKSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai