Anda di halaman 1dari 29

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


DIREKTORAT AIR MINUM

KEGIATAN PRA KONTRAK & PELAKSANAAN KONTRAK

National Urban Water Supply Project (NUWSP)

Disampaikan Oleh:

Adriyono
Procurement Specialist
Regional Management and Advisory Consultant (RMAC) 2

1
TUJUAN PEMBEKALAN
1. Memahami tahapan kegiatan;
2. Memahami mekanisme pemantauan progres
Kegiatan; dan
3. Melakukan pencatatan dan prosedur pelaporan
permasalahan yang terjadi.

Kegiatan Pra Kontrak dan Pelaksanaan Kontrak


SKEMA UMUM PROYEK KONSTRUKSI
OUTLINE I. Tahap Pengadaan Barang dan Jasa
1. Dasar Hukum Pengadaan NUWSP
2. Prosedur Pengadaan NUWSP
3. Misprocurement Pengadaan NUWSP
4. Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa Indonesia
5. Harmonisasi Peraturan Pengadaaan Indonesia
6. Lampiran II Permen PUPR No 07/Prt/M/2019 Tentang Standar Dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia

II. Tahap Konstruksi


7. Persiapan Kontruksi
8. Pelaksanaan Kontrsuksi
9. Uji Coba (Sub Sistem dan Sistem)/Comissioning
10. Proses Serah Terima Hasil Pekerjaan (STHP)
11. Masa Pemeliharaan

III. Tahap Serah Terima Aset


3.1 Serah Terima Aset Barang Milik Negara (BMN) Paket NUWSP
I.1. DASAR HUKUM PENGADAAN
 World Bank’s Guidelines: Procurement under IBRD Loans and IDA
Prosedur pengadaan Credits (Januari 2011, revisi Juli 2014);
barang/jasa untuk NUWSP  Guidelines: Selection and Employment of Consultants Under IBRD Loans and IDA
Credits & Grants by World Bank Borrowers (Januari 2011, revisi Juli 2014);
yang sebagian ataupun
 Procurement Plan yang telah disusun oleh Kementerian Pekerjaan umum dan
seluruh sumber Perumahan dan disetujui oleh Bank Dunia;
pembiayaannya berasal  Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
dari dana pinjaman IBRD khusus untuk pengadaan barang, jasa konstruksi dan jasa lainnya dengan metode
National Competitive Bidding (NCB) dan mengacu pada ketentuan tambahan (NCB
akan dilaksanakan sesuai
Annex) yang ada di dalam Loan Agreement.
dengan:
Apabila terjadi perbedaan ketentuan atau peraturan antara World
Bank’s Guidelines dengan Perpres 54/2010, maka peraturan
pengadaan Bank Dunia yang berlaku.

Sumber :Sub Bab 5.1.1. PMM NUWSP


I.2. PROSEDUR PENGADAAN NUWSP

E-procurement dalam SPSE hanya bisa digunakan untuk pengadaan barang, jasa dan
layanan nonkonsultansi dengan metode NCB dengan menggunakan harmonisasi
dokumen pelelangan standar NCB seperti yang telah disepakati oleh Bank Dunia
dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Harmonisasi dokumen lelang NCB ini juga telah ditetapkan


melalui Perka LKPP No.21 Tahun 2015.

Sumber :Sub Bab 5.1.1. PMM NUWSP


I.3. MISPROCUREMENT PENGADAAN NUWSP
•Misprocurement adalah terminologi khusus yang a. Pemasangan advertensi tidak dilakukan dengan
digunakan oleh Bank Dunia untuk menyatakan bahwa benar karena asimetri informasi bahkan mengarah
Bank Dunia tidak dapat membiayai pembayaran / pada rekanan terbatas atau iklan tersebut hanya ada
pengeluaran- pengeluaran untuk belanja barang, pada koran dengan jumlah eksemplar terbatas saja
pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya, serta jasa
yang tidak sesuai dengan peraturan koran nasional
konsuItan yang dilaksanakan tidak sesuai dgn
prosedur pengadaan yang telah ditetapkan di dalam dengan jangkauan dan oplah yang dikeluarkan Bank
PMM, termasuk dasar peraturan yang melandasinya; Dunia;
dan tidak sesuai dengan Procurement Plan yang b. Pengadaan dengan metode yang berbeda yang
telah disetujui oleh Bank Dunia pada setiap tahun • telah tercantum dalam Procurement Plan;
anggaran. Beberapa contoh penyimpangan prosedur, c. Pengadaan yang dilaksanakan tidak tercantum
misalnya: • dalam Procurement Plan.

Sumber :Sub Bab 5.1.5. PMM NUWSP


I.4. PERATURAN BARANG DAN JASA
INDONESIA PERATURAN STATUS

PERPRES No 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Berlaku

PERPRES No 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan ke Empat atas PERPRES No 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dicabut

PERPRES No 172 Tahun 2014 Tentang Perubahan ke Tiga atas PERPRES No 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dicabut

PERPRES No 172 Tahun 2012 Tentang Perubahan ke Dua atas PERPRES No 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dicabut

PERPRES No 70 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas PERPRES No 54 Tahun 2010


Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dicabut

PERPRES No 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dicabut


I.5. HARMONISASI PERATURAN BARANG DAN JASA INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA World Bank’s Guidelines: Procurement under IBRD
NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG Loans and IDA Credits (Januari 2011, revisi Juli
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 2014);

PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN


PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NO 21
TAHUN 2015.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16


TAHUN 2018 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR


07/PRT/M/2019 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI
MELALUI PENYEDIA

STANDAR DOKUMEN PENGADAAN BINKON – WB V 4.3.


(digunakan NUWSP)
I.6. PERMEN PUPR No 07/PRT/M/2019 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN
PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MELALUI PENYEDIA
I.6. PERMEN PUPR No 07/PRT/M/2019 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN
PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MELALUI PENYEDIA

PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI


A. Metode Tender , Prakualifikasi
B. Metode Tender, Pascakualifikasi, Satu File , Sistem Harga Terendah, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan
C. Metode Tender, Pascakualifikasi, Satu File , Sistem Harga Terendah, Kontrak Lumsum
D. Metode Tender, Pascakualifikasi, Satu File , Sistem Harga Terendah, Kontrak Harga Satuan
E. Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File , Sistem Harga Terendah Ambang Batas, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan
F. Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File , Sistem Harga Terendah Ambang Batas, Kontrak Lumsum
G. Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File , Sistem Harga Terendah Ambang Batas, Kontrak Harga Satuan
H. Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File , Sistem Nilai, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan
I. Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File , Sistem Nilai, Kontrak Lumsum
J. Metode Tender, Pascakualifikasi, Dua File , Sistem Nilai, Kontrak Harga Satuan
K. Metode Tender, Prakualifikasi, Dua File , Sistem Nilai, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan
L. Metode Tender, Prakualifikasi, Dua File , Sistem Nilai, Kontrak Lumsum
TAHAP KONSTRUKSI

Pelaksanaan Konstruksi mencakup kegiatan :

1. Persiapan Pelaksanaan Kontruksi


2. Pelaksanaan Konstruksi, Pengawasan dan Uji Material
3. Uji Coba Sistem (Commisioning Test)
4. Serah Terima Hasil Pekerjaan (STHP)
5. Masa Pemeliharaan
(Informasi Data Pelaksanaan konstruksi dapat diperoleh di Tim
Supervisi dan atau Direksi Teknis)
PERSIAPAN PELAKSANAAN KOSNTRUKSI
Kegiatan Persiapan Pelaksanaan Kontruksi terdiri dari:
a. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
b. Penyerahan Lapangan/Lokasi Pekerjaan
c. Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan (Pre Construction
Meeting/PCM)
d. Pemeriksaan Awal Lapangan Bersama (Mutual Check 0/MC0)
e. Mobilisasi Tenaga Kerja, Material, dan Peralatan
Didalam Rapat PCM antara lain dilakukan pembahasan:
• Pasal-pasal Dalam Kontrak
• S Curve pekerjaan
• Penyusunan Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak (RK3K)
• Tata cara pelaksanaan pekerjaan
• Program mutu (Rencana Mutu Kontrak/RMK)
• Gambar Kerja (Shop Drawing), dll
RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (RK3K)

Dibuat oleh penyedia jasa (Kontraktor, dibahas dan dan


ditetapkan oleh PPK pada saat pembahasan (Pre Construction
Meeting)
S AS AR AN
URAIAN IDENTIFIKASI B A H A Y A PENGENDALIAN R I S I K O K 3
N O K 3 PROYEK
PEKERJAAN

(1) (2) (3) (4) (5)


1
- Lalu lintas rawan t e r h a d a p
kemacetan
Mobilisasi / D e m o b
1 - Tertabrak, Terserempet
Peralatan
- Terbalik
- Terjatuh dari alat Berat

- Terkena Besi Beton


2 Pekerjaan Beton - Terjatuh dari b a n g u n a n
- Tertimpa Material
- Terkena Peralatan Kerja

- T er k e n a alat berat
- Tertimbun tanah buangan
Pekerjaan Galian - Terkena Longsoran Batu
3
Tanah - Tertimpa material
- Terjatuh

- Terkena alat
- Tertimpa material
4 Pekerjaan Pintu Air - Terjatuh
- T e r s e t r u m listrik
- T e r k e n a pe rc ikan las

5 Pekerjaan Jalan - Terkena alat


PELAKSANAAN KONSTRUKSI
Pelaksanaan pekerjaan dimulai setelah pengukuran dan pematokan oleh penyedia jasa
dengan mengajukan permohonan pelaksanan pekerjaan (Request for work).

Lingkup Utama Penyedia Jasa Dalam Menjalankan Pelaksanaan Kontruksi :

2.2.1 Pengendalian Mutu (bahan, pekerjaan), Pengendalian mutu dilaksanakan selama


pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan dokumen kontrak (spesifikasi
teknis)
2.2.2. Pengendalian Waktu, Dalam hal waktu erat kaitannya dengan biaya yang merupakan dua
hal penting dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu, karena biaya yang akan dikeluarkan
pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan pekerjaan
FORM PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI
FORM PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI
PENGENDALIAN WAKTU
Kurva S
FORM PROGRESS PELAKSANAAN FISIK
PENGENDALIAN WAKTU (KONTRAK KRITIS)
Show Cause Meeting (SCM) atau Rapat Pembuktian Keterlambatan pada proyek
konstruksi. Show Cause Meeting ( SCM ) diadakan oleh Pejabat Dinas terkait
dalam hal ini PPK. Rapat diadakan dikarenakan adanya kondisi kontrak kerja
yang dinilai kritis dan berpotensi waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan schedule
yang telah dibuat.
Karena kontrak dinyatakan kritis dalam hal penanganan pekerjaan
maka kontrak kritis harus dilakukan dengan rapat pembuktian
Show Cause Meeting ( SCM ).

Pejabat Dinas dalam hal ini PPK harus memberikan


peringatan tertulis kepada kontraktor mengenai keterlambatan
dalam melaksanakan pekerjaan
KATEGORI KONTRAK KRITIS

Jika terjadi keterlambatan progress fisik:

1. Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0% – 70% dari kontrak), selisih


keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana pelaksanaan lebih
besar 10%
2. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak), selisih
keterlambatan antara realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana pelaksanaan lebih
besar 5%
3. Rencana fisik pelaksanaan >70% - 100% dari kontrak, selisih keterlambatan antara
realisasi fisik pelaksanaan dengan rencana pelaksanaan kurang dari 5% dan akan
melampaui tahun anggaran berjalan.
PENANGANAN KONTRAK KRITIS
A. Dalam hal terjadi keterlambatan sebagaimana dijelaskan diatas, maka penanganan Kontrak Kritis
dilakukan dengan Rapat Pembuktikan (show cause meeting/SCM) :
a1.
pada saat Kontrak dinyatakan krisis, direksi pekerjaan menerbitkan surat peringatan kepada Penyedia
dan selanjutnya menyelenggarakan SCM.
a.2.
dalam SCM, direksi teknis dan Penyedia membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik
yang harus dicapai oleh Penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan
dalam Berita Acara SCM Sampul I
a.3.
apabila Penyedia gagal pada uji coba pertama, maka dilaksanakan SCM Sampul II yang membahas
dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh Penyedia dalam periode waktu
tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan dalam Berita Acara SCM Sampul II.
PENANGANAN KONTRAK KRITIS (lanjutan)

4. apabila Penyedia gagal pada uji coba tahap kedua, maka diselenggarakan SCM Sampul III yang membahas
dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh Penyedia dalam periode waktu tertentu (uji
coba ketiga) yang dituangkan dalam Berita Acara SCM Sampul III.

5.
pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus menerbitkan surat peringatan kepada Penyedia atas
keterlambatan realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan.

b. Dalam hal terjadi keterlambatan pada angka 3, PPK, setelah dilakukan rapat bersama atasannya dan sebelum
tahun anggaran berakhir, dapat langsung memutuskan Kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan
pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.]
MEKANISME KONTRAK KRITIS
UJI COBA/COMMISSIONING
• Uji Coba Operasional (commissioning) adalah serangkaian pengujian yang dilakukan dari awal
hingga akhir proses penyelenggaran SPAM yang bertujuan untuk melihat kinerja/output, baik
kualitas dan kuantitas yang direncanakan sudah tercapai atau belum tercapai

• Pekerjaan ini dilakukan setelah pekerjaan fisik dan barang telah selesai dan sebelum
dilakukan PHO

• Pengujian awal merupakan rangkaian running test yang sebelumnya telah dilakukan trial test
atau pengujian secara individu terhadap masing-masing komponen/alat dan IPA dilakukan oleh
penyedia jasa

• Uji coba operasional merupakan kelanjutan dari kegiatan running test

• Hasi uji coba dituangkan dalam bentuk berita acara uji coba operasional (commisioning)
PEMANTAUAN PROSES COMMISSIONING
PEMANTAUAN PROSES COMMISSIONING (lanjutan)
PEMANTAUAN PROSES COMMISSIONING (lanjutan)
SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN
SERAH TERIMA PERTAMA PEKERJAAN (STPP)/PROVISIONAL HAND OVER (PHO)
SERAH TERIMA AKHIR PEKERJAAN (SATP)/FINAL HAND OVER (FHO)
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
JL. PATTIMURA NO. 20, KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN, INDONESIA - 12110

Anda mungkin juga menyukai