Anda di halaman 1dari 84

KPA dan PPK

TIDAK AKAN
BEKERJA
SENDIRIAN

BUKU SAKU PPK

Tahapan & Mitigasi Risiko


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

AYO B E R S A M A K I TA B A H U M E M B A H U M E W U J U D K A N
L I N G K U N G A N P E N G A D A A N B A R A N G / J A S A YA N G L E B I H B A I K
DI INDONESIA
# B A N T U _ P P K _ K I TA
Manajemen Risiko
Tujuan
 Memudahkan Pengelola PBJ memahami tahapan pelaksanaan PBJ
 Menumbuhkan awareness akan risiko PBJ yang dihadapi oleh
Pengelola PBJ (PPK, Pejabat Pengadaan, Tim Pendukung PPK/Tim Teknis/Tim
Ahli), sehingga semua pihak mendukung pelaksanaan tugas mereka (Pimpinan
(KPA), APIP, Unit Kepatuhan Internal, Biro Hukum, Biro Bantuan Hukum)

 Mendahulukan pencegahan melalui penguatan seluruh tahapan


PBJ (perencanaan, persiapan, pemilihan penyedia, pengelolaan kontrak,
pendampingan audit dan penanganan permasalahan hukum)

 Penguatan Tim Asistensi dan Manajemen Risiko PBJ


berupa dukungan pimpinan dan para pihak terkait pembentukan dan
pengembangan Community of Practice (CoP) PBJ dalam rangka
pendampingan Pengelola PBJ ()

 Menyempurnakan profil risiko PBJ sebagai upaya meningkatkan


kesiapan Pengelola PBJ dan semua pihak terkait sehingga meminimalisir
(kuantitas dan kualitas) temuan audit internal (APIP) dan external (BPK) atas
pelaksanaan PBJ
1.Internal
 SDM
• Belum ada Jafung PPK / Jafung PBJ belum optimal
• Tim Pendukung PPK yang belum optimal (disesuaikan
dengan kompleksitas pekerjaan)
• Community of Practice (CoP) PBJ yang sedang

TANTANGA berkembang
 Organisasi

N • Tekanan lingkungan internal


• Tingkat kematangan UKPBJ yang rendah
• Koordinasi kerja yang belum optimal
• Administrasi kegiatan yang belum baik
• Strategi PBJ yang belum terintegrasi
• Vendor Management System yang belum optimal
• Budaya Integritas dan Anti KKN yang masih harus
terus dikembangkan
2.External
 Moral hazard (perilaku buruk) Penyedia
 Tekanan lingkungan eksternal
Learning Journey is like puzzling
“Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya
belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya
kebodohan”
KPA dan PPK KPA dan PPK
TIDAK AKAN
BEKERJA
TIDAK AKAN
SENDIRIAN
Hotline 24 Jam: BEKERJA
0812-1863-359 SENDIRIAN
Community of Practice PBJ
& Tim Koordinasi Asistensi PBJ

Program penguatan peran para pihak


yang terkait PBJ untuk men-support
Satker dalam berinteraksi dengan
pihak eksternal dalam bentuk:
• Asistensi/Pendampingan/ Clearing
House
• Konsultasi
• Peningkatan Kapasitas SDM
• Probity Advice
• Probity Audit
• Strategic/ Collaborative
Relationship
* UE I : Bagian Umum/ Perlengkapan, Bagian
Keuangan, Bagian Advokasi, UKI
Sumber Permasalahan Bagi Pengelola PBJ

A. Fraud B. ‘Kelalaian’ dan ‘Ketidak-


WARNING !!! cakap-an’ Entitas Pengadaan
Kelalaian/Ketidakcakapan yang (KPA, PPK, Pokja Pemilihan,
dinilai sebagai Fraud PPHP) dalam mengelola
Karena faktor penyebabnya
terlihat sama
kesulitan teknis di lapangan
Faktor Penyebab Secara Umum
 KPA (Planning lemah): Meaknisme rekrutmen Entitas Pengadaan
lemah, ketidakcakapan menyusun RUP
 PPK (Product Research & Contract Management lemah):
Ketidakcakapan menyusun Rencana Pelaksanaan Pengadaan (KAK,
Spesifikasi Teknis, HPS, dan Draft Kontrak) dan pengendalian kontrak
 Pokja ULP (Market Research lemah) : Ketidakcakapan melakukan
pemilihan penyedia barang/jasa
 Tim Pendukung PPK (Knowledge & Experience rendah):
Ketidakcakapan dalam melakukan pemeriksaan atas dokumen hasil
pekerjaan
 Penyedia: Kelalaian dan/atau perlakuan buruk (moral hazard) dari
pihak penyedia barang/jasa
 Tekanan lingkungan eksternal
1. Identifikasi Risiko dalam tahap Perencanaan PBJ;
2. Identifikasi Risiko dalam tahap Persiapan PBJ;
Profile Risiko 3. Identifikasi Risiko dalam tahap Pemilihan Penyedia;
di Setiap 4. Identifikasi Risiko dalam tahap Manajemen Kontrak;
Tahap PBJ 5. Identifikasi Risiko dalam tahap Serah Terima B/J;
6. Identifikasi Risiko terkait Penyedia Barang/Jasa.
Identifikasi Risiko dalam tahap
1.
Perencanaan PBJ
Analisa Kebutuhan
B/J yang tersedia di
Syarat Administrasi, Dokumen
Product Knowledge pasar (spesifikasi
Teknis, Harga Penawaran
teknis dan harga)
Analisa Kebutuhan
Rantai bisnis
Market Knowledge Penyedia (kualifikasi Syarat Kualifikasi Dokumen Kualifikasi
Penyedia)

• Permintaan Pimpinan/ End


User/ Satker
Proses Market Proses Pemilihan
• Kebijakan anggaran
Sounding Penyedia
• Kebijakan UMKM
• Kebijakan TKDN
• Kebijakan Konsolidasi • KAK • Tender/ Seleksi
• Kebijakan PBJ Berkelanjutan • Spesifikasi teknis • Penunjukkan
(Green Procurement) • HPS Langsung
• Kondisi lingkungan yang • Draft Kontrak • Pengadaan yang
terkait dikecualikan
• Kebijakan/regulasi internal • Mekanisme lainnya
dan eksternal terkait lainnya
Contoh Kompleksitas Perencanaan BM Konstruksi
Bangun Baru / Pekerjaan Pendahuluan
Lahan Belum Siap** (dampak ke waktu dan Multi years contract
Penambahan
biaya)

Analisa Kebutuhan Pernitungan Kebutuhan Single year contract


Bangunan* Lahan Siap
Anggaran (Dinas PU)

Pembangunan Bertahap
Pekerjaan Pendahuluan (Pasal 44 PermenPUPR
Bangunan Khusus*** (dampak ke waktu dan 22/2018) ****
biaya)
Optimalisasi BMN

Renovasi / Rehabilitasi
(sesuai kebutuhan)
* Gedung Kantor / Rumah Dinas / Bangunan Lainnya (gudang, aula, dll)
** Contoh : terdapat bangunan yang harus dihapuskan, diperlukan pematangan lahan terlebih dahulu, dan/atau penyelidikan tanah terperinci (misal: pembangunan pada lahan gambut) 
Pasal 33 PermenPUPR 22/2018
*** Contoh: membutuhkan prosedur perizinan terkait objek tertentu setelah berkoordinasi dengan Pemda setempat/Instansi terkait (misal: renovasi bangunan cagar budaya,
penggunaan lahan tertentu yang membutuhkan AMDAL dan/atau masterplan, perizinan ketinggian lantai gedung, dan sebagainya)  Pasal 33 PermenPUPR 22/2018

**** Pasal 44 PermenPUPR 22/2018:


a. Penyusunan seluruh dokumen perencanaan teknis selesai di tahun pertama
b. Pelaksanaan fondasi dan struktur bangunan keseluruhan diselesaikan pada tahun anggaran yang sama; dan/atau
c. Pelaksanaan sisa pekerjaan diselesaikan pada tahun anggaran selanjutnya
Contoh Optimalisasi Perencanaan Pengadaan
Road Map Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Alur Proses Perencanaan dan Penganggaran Pengadaan (Khusunya Belanja Modal
Konstruksi)
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA HINGGA RENCANA UMUM PENGADAAN
(RUP)

PROJECT SELECTION RKBMN RUP


Formulir T – 2 Penganggaran Setelah
Formulir T – 3
Resource Forum Tk Formulir T – 1 Pagu
Resource Forum Tk UE I Kemenkeu Indikatif

• Koordinasi dengan KemenPUPR (Cipta Karya) / Dinas PU • Rencana Belanja Modal sudah in line dengan
Provinsi terkait estimasi biaya dan hal-hal teknis RKBMN
pembangunan berupa: • Semua kebutuhan dana sudah teranggarkan
– Rekomendasi kebutuhan biaya pembangunan (Pasal 42 PermenPUPR • Entitas Pengadaan (EP) sudah ditetapkan: PPK,
22/2018) Tim Teknis/Ahli/Pendukung PPK, dan Pengelola
– Identifikasi biaya lain yang menyertai/melengkapi pembangunan – jika
Teknis PU
dibutuhkan (Pasal 33 PermenPUPR 22/2018, a.l. : penyiapan lahan,
pematangan lahan, penyelidikan tanah terperinci, penyusunan studi AMDAL • RUP sudah disiapkan dengan profile paket dan
– terkait IMB, rekomendasi khusus lainnya (jika ada) mitigasi risiko-nya
• Koordinasi dengan Pemda setempat terkait jenis dan tahapan • Penguatan managerial EP melalui Bimbingan
prosedur perizinan (lengkap dengan jangka waktu, syarat Teknis, Asistensi dan Monev RUP Belanja Modal
administratif, estimasi biaya, dan pihak yang terlibat), semisal
Pra-pengurusan IMB (studi AMDAL, dll)
Contoh Pekerjaan
Konstruksi
Contoh Pekerjaan
Konstruksi
Contoh
Pekerjaan
Konstruksi

Pasal 33 PermenPUPR 22/2018


Contoh Pekerjaan Konstruksi: Kaidah Pembangunan Bertahap
(Pasal 44 PermenPUPR 22/2018)

Jika terkendala ketersediaan anggaran dan direncanakan


untuk melakukan pembangunan secara bertahap, maka
pentahapan pembangunan sebagai berikut:
a. Penyusunan seluruh dokumen perencanaan teknis
selesai di tahun pertama
b. Pelaksanaan fondasi dan struktur bangunan keseluruhan
diselesaikan pada tahun anggaran yang sama; dan/atau
c. Pelaksanaan sisa pekerjaan diselesaikan pada tahun
anggaran selanjutnya.
Contoh Pekerjaan
Konstruksi
Contoh Pekerjaan
Konstruksi
Contoh Pekerjaan Konstruksi:
Pra Permohonan IMB

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)


 Usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL dapat dilihat pada PermenLH Nomor
5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki AMDAL.
 Prosedur AMDAL terdiri dari proses penapisan, pengumuman, pelingkupan, penyusunan
dan penilaian KA-ANDAL (Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan), penyusunan dan
penilaian ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan),
dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan), dan persetujuan kelayakan lingkungan. Lebih
lanjut dapat dilihat pada PP Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
 Pedoman penyusunan dokumen AMDAL dijelaskan lebih lanjut pada PermenLH Nomor 16
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
 Penyusunan dokumen AMDAL pada umumnya dibantu oleh konsultan.
Contoh Form Persyaratan Pengurusan IMB DKI
> 8 Lantai

< 8 Lantai
Pengelola Teknis Kegiatan
(Dinas PU Provinsi)
Contoh Pekerjaan Konstruksi: SMKK

14/2020

SE PUPR 11/2019 tentang Juknis Biaya Penyelenggaraan SMKK


Analisa
Harga
Satuan
Pekerjaan

Review
Komponen Bagunan
Hasil Kerja
• Struktur: Pondasi  Balok + Kolom + Shear Walls  Atap Konsultan
• Arsitektur (sistem pemanfaatan ruang dan keindahan)
• M/E (sistem kelistrikan, permesinan, building intelligent) Perencana
• Plumbing (sistem air bersih dan air kotor)
Contoh Peristiwa Tahap Penganggaran
Anggaran Tidak disetujui
- Tidak sesuai dengan kebutuhan riil (ex: kendaraan dinas yang melebihi SBSK)
- Belum menjadi prioritas (ex: Pembangunan Rumah Dinas bukan di daerah
remote area)
- Data dukung tidak lengkap (ex: belum ada Analisa biaya dari PU untuk
pembangunan Gedung baru)

Anggaran Diblokir
Data dukung tidak lengkap/Belum jelas peruntukannya (ex: pemelihaaran
perangkat IT dengan satuan paket tanpa penjelasan lebih detail di TOR)

Anggaran disetujui namun Data Dukung yang diajukan pada saat pengajuan
Anggaran Tidak Akurat (diluar lingkup reviu/penelitian)
- Harga terlalu rendah/tinggi
- Jenis/Lingkup/volume yang belum sesuai dengan kondisi kebutuhaan riil
Contoh Peristiwa Tahap Penganggaran
Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
Harga terlalu - Tidak memperhitungkan - Potensi Markup saat - Menyampaikan data dukung sesuai
Tinggi diskon pelaksanaan dengan spesifikasi yang akan dibeli
- Referensi tidak tepat, - Alokasi anggaran Prioritas (identifikasi kebutuhan yang lebih
atau tidak sesuai barang kegiatan lain tidak terpenuhi detail sejak awal)
yang sebenarnya akan - Melampirkan pricelist sesuai harga
diadakan pasar
- SBM jauh diatas harga - Penyusunan HPS sesuai harga
pasar pasar
Harga terlalu - Belum memperhitungkan - Anggaran tidak cukup untuk Identifikasi kebutuhan anggaran yang
rendah seluruh komponen biaya melaksanakan kegiatan lebih detail
yang dibutuhkan - Keterlambatan mulainya
- Referensi tidak tepat, pekerjaan karena harus revisi
atau tidak sesuai barang anggaran
yang sebenarnya akan - Penurunan mutu output
diadakan kegiatan
- SBM dibawah harga pasar - Kegiatan tidak dapat
dilaksanakan
Contoh Peristiwa Tahap Penganggaran
Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
Jenis/Lingkup - Identifkasi kebutuhan - Keterlambatan mulainya - Menyampaikan data dukung
belum sesuai kurang akurat pekerjaan karena harus sesuai dengan spesifikasi yang
identifikasi kebutuhan kembali akan dibeli (identifikasi
dan/atau revisi kebutuhan yang lebih detail sejak
awal)
- Penyusunan HPS sesuai harga
pasar
Volume - Identifkasi kebutuhan - Keterlambatan mulainya - Identifikasi kebutuhan yang lebih
kebutuhan kurang akurat pekerjaan karena harus revisi detail sejak awal
belum sesuai anggaran - Memberikan data yang memadai
(untuk renovasi, seringkali kepada PU pada saat pebuatan
dalam data dukung PU dokumen Analisa kerusakan
dicantumkan luas renovasi =
luas Gedung)
1. Identifikasi Risiko dalam tahap
Perencanaan PBJ (1/2)
No Kejadian Risiko Penyebab Dampak
Rencana pengadaan tidak berdasarkan 1. keinginan/selera PPK yang sudah terkunci pada barang tertentu;
2. ketidakmampuan PPK untuk menyusun spesifikasi b/j sesuai
kebutuhan (analisa kebutuhan tidak memadai – tidak dengan kriteria kebutuhan dan secara teknis tidak menguasai 1. b/j tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada;
1 memenuhi criteria perencanaan 5W+1 H atau SMART: 2. b/j tidak dapat dapat digunakan secara efisien
dasar-dasar perencanaan pengadaan;
Specific Measurable Attainable Realistic Timely – atau dan efektif (tidak optimal)
3. Kurangnya dukungan/asistensi dan tidak berkordinasi dengan
lebih cenderung pada keinginan dibandingkan kebutuhan) pihak-pihak yang terkait pada hal tersebut.
1. ketidakmampuan dan ketidaktahuan PPK memaketkan pekerjaan
Pemaketan pekerjaan tidak tepat (tidak berdasarkan dan Kurangnya pemahaman PPK terhadap peraturan/ketentuan 1. tidak mendapatkan penyedia jasa yang sesuai;
2 sifat pekerjaan dan kategori barang/jasa dan/atau yang berlaku dan dampak hukum yang terjadi atas kebijakan yang
2. pelaksananan pekerjaan tidak selesai tepat
pemecahan paket untuk menghindari petenderan tanpa diambil;
2. Kurangnya dukungan/asistensi dan tidak berkordinasi dengan waktu
alasan yang akuntabel)
pihak-pihak yang terkait pada hal tersebut.
1. ketidaktahuan PPK terhadap manajemen waktu yang kurang
proposional pada tiap perlakuan tahapan perencanaan dan 1. kesulitan dalam proses pertanggungjawaban
Rencana pembangunan bertahap (khususnya untuk pelaksanaan pembangunan bertahap. ; teknis bangunan ;
3 Pekerjaan Konstruksi) tidak sesuai dengan Pasal 44 2. anggaran yang ada tidak mencukupi pelaksanaan pekerjaan 2. menggangu proses pemilihan penyedia karena
PermenPUPR 22/2018 fondasi dan struktur; tidak fokus dalam keahlian kontruksi (spesialisasi
3. Kurangnya dukungan/asistensi dan tidak berkordinasi dengan IUJK)
pihak-pihak yang terkait pada hal tersebut.
1. ketidaktahuan dan pemahaman yang kurang user dan PPK
Rencana pengadaan tidak memperhatikan kesiapan terhadap pentingnya sarana pendukung untuk pek. Konstruksi
4 sarana dan prasarana pendukung khususnya untuk tersebut; 1. keterlambatan proses prngadaan b/j;
Pekerjaan konstruksi 2. Kurangnya dukungan/asistensi dan tidak berkordinasi dengan
pihak-pihak yang terkait pada hal tersebut.
1. Identifikasi Risiko dalam tahap Perencanaan PBJ (2/2)
No Kejadian Risiko Penyebab Dampak
1. menyepelekan pemilihan SDM (pola rekrutmen,
pembekalan, dan peningkatan kapasitas SDM) oleh 1. SDM yg ditunjuk tidsk mempunyai
5
SDM (PPK, Tim Teknis/Tim Pendukung PPK, PPHP) pemilik pekerjaan sehingga penunjukan sdm pengadaan kapabilitas ;
kurang disiapkan dengan baik asal memenuhi syarat administrasi; 2. output pekerjaan tidak maksimal dan
2. PBJ masih dianggap sesuatu yg kurang strategis dan kecendrungan human error
hanya faktor pendukung saja
1. kesulitan dalam eksekusi teknis;
masalah koordinasi dengan pihak setempat 2. timbul masalah-masalah baru yang bersifat
6 (Tim Teknis/PU , Pemda) dan pihak-pihak minimnya komunikasi dan koordinasi dengan pihak terkait personal/non personal yg seharusnya
eksternal lainnya tidak terjadi karena pihak teknis merasa
tidak diangggap
1. tidak terpantau secara keuangan oleh Unit
1. ketidaktahuan dan kelalaian user dan PPK terhadap Eselon 1;
rencana pengadaan tidak diumumkan secara 2. penyedia tidak tahu dan tidak
7 terbuka pada awal tahun Anggaran melalui kewajiban pdan pentingnya pengumuman RUP di SIRUP; mempersiapkan diri;
aplikasi SIRUP 2. Kurangnya dukungan/asistensi dan tidak berkordinasi 3. tender gagal atau peserta kurang atau
dengan pihak-pihak yang terkait pada hal tersebut.
kurang menjangkau peserta tender yg
qualivied
8 penetapan metode swakelola yang tidak tepat kurangnya pengetahuan mengenai swakelola tujuan pengadaan menjadi tidak tercapai
1. kesulitan pencarian ketika proses audit
9 dokumen penyusunan RUP tidak lengkap Pihak penyusun tidak disiplin yang berdampak temuan auditor secara
admintratif dan
Identifikasi Risiko dalam tahap
2. Persiapan PBJ
Human error
atau Moral
hazard
Kejelasan

Review metodologi,
peralatan,
informasi
Item B/J
banyak
lainnya

Hasil Kerja Kenapa


Konsultan Kewajaran
syarat teknis,
kualifikasi,
Harus
Review? Ketepatan
volume

Perencana syarat lainnya

Ketepatan Kewajaran
koefisien harga satuan
Contoh Peristiwa Tahap Persiapan :
Menyusun Spesifikasi Teknis
 Mengarah kepada produk tertentu yang dapat menimbulkan persaingan tidak sehat(kecuali
untuk barang/jasa tertentu misalnya: material pada Pekerjaan Konstruksi, suku cadang, barang
pada Tender Cepat)
 Mengusulkan dalam KAK syarat penyedia yang sudah diarahkan kepada penyedia tertentu
(diskriminatif), baik pada persyaratan kualifikasi maupun pesyaratan teknis
 Spesifikasi terlalu tinggi (over specification)
 Spesifikasi teknis yang disusun oleh PPK/Konsultan Perencana tidak jelas/multitafsir sehingga
menimbulkan dispute antara penafsiran Penyedia dengan Pokja Pemilihan dan berpotensi
terjadinya sanggahan/sanggah banding/pengaduan/gagal tender
Contoh Peristiwa Tahap Persiapan :
Menyusun HPS
 Penyusunan HPS tidak sesuai ketentuan
 Tidak berdasarkan referensi dan data dukung yang semestinya/tidak
memadai/tidak wajar
 Nilai HPS digelembungkan (mark-up)
 Nilai HPS diatur oleh pelaku usaha (ada keterlibatan pihak luar yang memiliki
konflik kepentingan)
 Tidak dilakukannya review atas HPS yang disusun oleh pihak konsultan
(kesesuaian volume – spesifikasi teknis – harga satuan, atau dalam Pekerjaan
Konstruksi berupa kesesuaian DED/gambar – RKS – RAB)
Bercermin dari pengalaman … (1)
HPS dinilai ‘Kemahalan’ atau bahkan tuduhan ‘Mark up’:
• Konsultan Perencana menetapkan harga satuan yang tinggi di beberapa item
material dengan volume pekerjaan yang besar
• PPK tidak melakukan review RAB, EE langsung menjadi OE (HPS)
• Kasus A: Penyedia melakukan persekongkolan horizontal /persaingan semu (semua
harga penawaran mendekati HPS, satu pihak mengendalikan beebrapa peserta
tender, dan indikasi yang ada di Penjelasan Pasal 83 ayat1 huruf e P 54/2020 beserta
perubahannya)
• Kasus B: Auditor external melakukan survey ke beberapa toko material sekitar lokasi
pekerjaan, ditemukan rata-rata harga beberapa material jauh dibawah harga satuan
pada HPS
• Kasus C: Hasil probity audit APIP menemukan rata-rata harga beberapa material jauh
dibawah harga satuan pada HPS
Bercermin dari pengalaman … (2)

Volume pekerjaan salah hitung/tidak sesuai dengan kondisi lapangan:


• Konsultan Perencana (KP) menetapkan volume pekerjaan yang salah
hitung/tidak sesuai dengan kondisi lapangan
• PPK tidak melakukan review Back-up Volume dan DED (khususnya pekerjaan
dengan volume besar seperti beton, baja, cladding, dll), pada akhirnya EE
langsung menjadi OE (HPS)
• Kasus A: Kontraktor menemukan perbedaan antara hasil kerja KP dengan
kondisi di lapangan dengan nilai perubahan yang sangat signifikan (>10% dari
nilai kontrak)
• Kasus B: Auditor external menyatakan kelebihan bayar, karena jenis kontrak
lumpsum, volume di perencanaan lebih besar dibandingkan yang
terpasang/yang dibutuhkan di lapangan
Lingkup Tanggung Jawab Konsultan MK (Permen PUPR
22/2018)

RAB
RKS (Spek. Tek)
Gambar (DED)

Kualifikasi
Kontraktor, Tenaga Ahli
& Terampil +
Pemenuhan Regulasi
terkait

Draft Kontrak
Rancangan Detail

Gamba • Hasil pengukuran lapangan yang dituangkan dalam bentuk gambar (visualisasi dari bangunan)
• Pengukuran lapangan tidak akurat atau SDM tidak teliti, dimensi gambar berbeda dengan dimensi
r Detail di lapangan dan/atau ada kekurangan pada gambar (berimbas pada RAB)

• Informasi detail Proyek: Identitas proyek, tata cara pelaksanaan (metodologi kerja), berbagai persyaratan, semua
keterangan yang hanya dapat dijelaskan dengan tulisan

RKS • Konsultan copy paste (banyak kesalahan isi)


• Sebaiknya ada rekapitulasi spesifikasi teknis (dengan merek/type dan identitas yang jelas) untuk memudahkan
penyamaan persepsi para pihak
• Dasar referensi yang digunakan harus jelas (terkait SNI dan persyaratan lainnya)

• Engineering Estimate (dasar penetapan Owner Estimate /HPS): Nilai rupiah dari design bangunan
• SDM tidak teliti, kesalahan aritmetik atau tidak konsisten antara gambar detail dan RAB

RAB •

Koefisien yang digunakan (pada AHSP) tidak tepat
Harga satuan yang digunakan tidak berdasar (tidak ada dokumen pendukung), cari gampangnya aja
(gunakan harga satuan Pemda yang seharusnya untuk penyusunan anggaran)
• Item pekerjaan yang tidak jelas
Proses Perhitungan HPS
Survey
Harus HSD
DETAIL DESAIN
Netto PerMen PUPR no 28/2016

DAERAH ANALISA HARGA


SATUAN PEKERJAAN
SETEMPAT
(AHSP) BoQ
KUANTITAS PEKERJAAN
BASIC Koefisien : -Satuan panjang
PRICE
-Bahan -Satuan luas Back Up
-Upah Tenaga Kerja -Satuan volume Volume
-Peralatan -Satuan waktu
Acuan
Kinerja -Lain-lain -Satuan berat
- Houling Manual
Biaya
- Penyediaan Material (Mekanis)
Angkutan
Harga Perkiraan Perencana
HARGA SATUAN (HPP/EE)
HSD PEKERJAAN (HSP)
Lokasi
HPS / OE
Biaya Operasional Perusahaan/Overhead Cost
(Lampiran Permen PUPR 28/2016)  Sebelumnya
Review Dokumen Perencanaan
(RAB, RKS, Gambar)
• Memastikan RAB / Engineering Estimate sebelum ditetapkan sebagai HPS / Owner Estimate
:
– Volume pekerjaan sudah sesuai
– Analisa Harga Satuan (AHS) disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku (SNI atau Permen PUPR
28/2016)
– Tidak ada hidden cost (item pekerjaan yang tidak jelas atau perhitungan dengan koefisien yang salah
atau AHS yang tidak jelas)
– Tidak ada kemahalan harga (sudah sesuai antara harga satuan material/bahan yang digunakan
dengan harga pasar dari merk/type yang ada dan dilengkapi dengan data dukung)
• Antara RAB/HPS, RKS, dan Gambar semuanya sinkron
• Semua material/bahan yang digunakan telah menyebut merk/type, khususnya untuk
material/bahan yang nilainya signifikan (dibuat rekap dokumen tersendiri)
• Metodologi kerja dan peralatan yang mendukung
Relaksasi
Syarat
Kualifikasi dan
Berbagai Hal
yang Harus
Diperhatikan
Hal yang Menjadi Perhatian
No Hal Keterangan
1 Syarat Kualifikasi Untuk menghindari Penyedia nekat yang tidak punya modal tap ikut tender, khususnya untuk nilai
Keuangan dan SKN paker antara Rp2,5 M s.d. Rp 15M, bagaimana mensiasati hal ini?
dihapus
 2 Penambahan Persyaratan  Dalam hal diperlukan, terhadap persyaratan kualifikasi Penyedia dan persyaratan teknis
Kualifikasi dan dapat dilakukan penambahan persyaratan.
Persyaratan Teknis (tidak  Penambahan persyaratan dilakukan pada setiap paket pekerjaan.
wajib minta izin  Penambahan persyaratan kualifikasi Penyedia dan persyaratan teknis tidak bertentangan
pimpinan) dengan prinsip pengadaan, etika pengadaan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Penambahan persyaratan bukan berarti merubah persyaratan yang sudah ditetapkan dalam
Perlem 12/2021 (relaksasi)
 3 Evaluasi Dokumen • Semua dilakukan oleh Pokmil
Penawaran • PPK tidak lagi melakukan klarifikasi SKA dan SKT, namun PPK/Tim Teknis dapat dilibatkan dalam
membantu melakukan klarifikasi kepada Penyedia
4 Rapat persiapan • Ditiadakan (tidak diwajibkan/menjadi bagian dari tahapan pelaksanaan pengadaan)
penunjukan penyedia • Namun dapat dilakukan jika dibutuhkan (substansi kegiatannya sangat bagus sebagai salah
satu titik kritis saat transfer proses dari Pokmil ke PPK)
5 Sanggahan Kualifikasi Ada
6 Jaminan Penawaran Wajib untuk HPS minimal Rp10M
Hal yang Menjadi Perhatian
No Hal Keterangan
7 Tender Terbatas Tender Terbatas untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang
(Penegasan saja) bernilai paling sedikit di atas Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima
ratus juta rupiah) untuk percepatan pembangunan
kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
 
Mengacu ke Perpres 17/2019: Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Untuk Percepatan Pembangunan
Kesejahteraan di Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat
Pasal 12:
Tender Terbatas dengan peserta terbatas untuk Pelaku Usaha Papua;
Pasal 20:
(1) Dalam hal tidak ada Pelaku Usaha Papua yang memenuhi syarat kualifikasi pada Tender Terbatas dan Tender
Terbatas dinyatakan gaga', Pokja Pemilihan melakukan Tender dengan pascakualifikasi.
(2) Tahapan dan tata cara pelaksanaan Tender Terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai
dengan tahapan dan tata cara pelaksanaan Tender dengan Pascakualifikasi sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah.
 8 Plafond 15% Perhitungan HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya tidak langsung untuk Pekerjaan Konstruksi
ditegaskan kembali paling banyak 15% (lima belas persen).
(Penegasan saja)
Hal yang Menjadi Perhatian
No Hal Keterangan
 9 Subkon (Penegasan a. Dalam hal nilai pagu anggaran di atas Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah), jenis pekerjaan yang
saja) wajib
disubkontrakkan dicantumkan dalam dokumen pemilihan
berdasarkan penetapan PPK dalam dokumen persiapan pengadaan; dan
b. Bagian pekerjaan konstruksi yang wajib disubkontrakkan yaitu:
1) Sebagian pekerjaan utama yang disubkontrakkan kepada penyedia jasa spesialis, dengan ketentuan:
a) Paling banyak 2 (dua) pekerjaan;
b) Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf a) sesuai dengan subklasifikasi SBU;
2) Sebagian pekerjaan konstruksi yang bukan pekerjaan utama kepada sub penyedia jasa usaha kualifikasi kecil dengan
ketentuan:
a) Paling banyak 2 (dua) pekerjaan;
b) Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada huruf a) tidak mensyaratkan subklasifikasi SBU.
 
10 KSO (Penegasan saja) Kerja sama operasi tidak dapat dilaksanakan oleh:
a. Penyedia Jasa dengan kualifikasi usaha besar dengan Kualifikasi usaha kecil; dan
b. Penyedia Jasa dengan Kualifikasi usaha kecil dengan Kualifikasi usaha kecil untuk Pekerjaan Konstruksi.
 
Leadfirm kerja sama operasi harus memiliki kualifikasi setingkat atau lebih tinggi dari badan usaha anggota kerja sama operasi.
11 Verifikasi/klarifikasi  Pokja Pemilihan dapat melakukan verifikasi/klarifikasi kepada penerbit dokumen asli, kunjungan lapangan terhadap
(Penegasan saja) kebenaran lokasi (kantor, pabrik, gudang, dan/atau fasilitas lainnya), tenaga kerja, dan peralatan.
 Pokja Pemilihan dilarang menggugurkan kualifikasi peserta dengan alasan kesalahan yang tidak substansial (contoh
kesalahan pengetikan, penyebutan sebagian nama atau keterangan, dokumen tidak berkop perusahaan, dan/atau tidak
distempel).
Relaksasi Syarat
Teknis
Evaluasi Teknis (Perlem 12 Hal 48 s.d. 53)
Evaluasi Teknis (Perlem 12 Hal 48 s.d. 53)
Evaluasi Teknis (Perlem 12 Hal 48 s.d. 53)
Evaluasi Teknis (Perlem 12 Hal 48 s.d. 53)
Urgensi Draft
Kontrak
Contoh Peristiwa Tahap Persiapan :
Menyusun Draft Kontrak
 Rancangan kontrak hanya copy paste dari SBD (tidak dilakukan penyesuaian berdasarkan kebutuhan)
 Penetapan jenis kontrak tidak sesuai
 Tata cara pembayaran tidak jelas/tidak tepat (misal: terkait dengan uang muka, pembayaran progress pekerjaan dikaitkan
dengan kemanfaatan barang/tahapan yang logis, pembayaran akhirdikaitkan dengan pemeriksaan hasil pekerjaan,
pembayaran yang melewati tahun anggaran (pada saat Penyedia diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan,
pembayaran jika terjadi keterlambatan pekerjaan (khususnya untuk Kontraktor, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas)
 Perlu ditambahkan penegasan klausul yang terkait dengan tindak lanjut Laporan Hasil Audit (LHA) yang menyatakan bahwa
Penyedia harus memenuhi rekomendasi yang ditetapkan oleh auditor terkait dengan LHA atas pekerjaan yang dilakukan
 Klausul yang tidak diurai secara rinci, diantaranya:
Penanganan kontrak kritis dan pemutusan kontrak secara sepihak
Sub kontrak (misal: lingkup pekerjaan yang dapat di-sub-kontrakkan, denda jika terjadi sub kontrak yang tidak sesuai
dengan ketentuan dalam kontrak)
Material on Site(MoS)
Denda (misal: denda 1/1000 dari bagian kontrak (definisi bagian kontrak itu apa?), sanksi tambahan, dll)
Urgensi Draft Kontrak
“Kontrak adalah suatu persetujuan
antara dua orang atau lebih, dimana
menimbulkan sebuah kewajiban
untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu secara sebagian”.
(Black’s Law Dictionary)

“Semua perjanjian yang dibuat secara


sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya”.
(KUHPerdata Pasal 1338 ayat 1)
Hierarki Kontrak

Review Klausul Kontrak :


Menghindari Potensi Sengketa dan
Permasalahan Hukum
Klausul Kontrak yang Sering Menimbulkan Permasalahan
 Mekanisme pembayaran : Uang muka, Pembayaran termyn, Pembayaran akhir,
Pembayaran melewati TA, Pembayaran jika terjadi keterlambatan (untuk
Kontraktor, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas)
 Kontrak kritis
 Force Majeur : Kriteria, mekanisme/prosedur
 Sub kontrak
 Adendum kontrak
 Pemutusan kontrak secara sepihak
 Material on Site
 Sanksi : 1/1000 dari bagian kontrak/total kontrak, sanksi tambahan
 Tindak lanjut Laporan Hasil Audit (LHA)
Assymetric Information Problem
Unforseen
Condition /
Penyedia Force Majeur
PPK
Moral Hazard
Melindungi para Penyedia
pihak dari
potensi risiko
User Behaviour
Adverse Selection
Hasil tender belum tentu memberikan KONTRAK
Auditor/APH
Penyedia yang berkinerja tinggi
Point of View
Moral Hazard
Tepat kualitas,
I’tikad baik harus dibuktikan dengan Mencapai
kuantitas,
output terbaik
quality assurance yang memadai waktu, biaya
2. Identifikasi Risiko dalam tahap Persiapan PBJ
No Kejadian Risiko Penyebab Dampak
1. ketidakmampuan PPK menyusun spek teknis ;
2. Mengarah kepada produk tertentu yang dapat menimbulkan
persaingan tidak sehat (kecuali untuk barang/jasa tertentu
misalnya: material pada Pekerjaan Konstruksi, suku cadang,
barang pada Tender Cepat) 1. gagal tender;
2. sanggahan;
1 spesifikasi teknis tidak akurat 3. Mengusulkan dalam KAK syarat penyedia yang sudah diarahkan 3. spesifikasi melebihi krbutuham shg yak efeisien;
kepada penyedia tertentu (diskriminatif), baik pada persyaratan
kualifikasi maupun pesyaratan teknis; 4. persaingan tidak sehat
4. Spesifikasi terlalu tinggi (over specification)
5. Spesifikasi teknis yang disusun oleh PPK/Konsultan Perencana
tidak jelas/multitafsir
1. gagal tender;
1. kurangnya pengetahuan PPK khususnya dalam penyusunan HPS; 2. overestimate and underestimate hps;
3. persaingan usah tidak sehat;
2. moral hazard PPK ; 4. kerugian negara;
2 HPS tidak sesuai ketentuan 3. memgambil data hps bukan dari sumber2 yang valid; 5. dispute antara penafsiran Penyedia dengan
4. kurangnya hubungan yang erat dan komunikasi atau
pengelolaan vendor/penyedia Pokja Pemilihan dan berpotensi terjadinya
sanggahan/sanggah banding/pengaduan/gagal
tender
1. kurangnya pengetahuan PPK dalam penyusunan kontrak;
2. kurangnya pengalaman dalam menyusun kontrak; 1. dispute kontrak;
3 rancangan kontrak tidak detail 3. Kurangnya dukungan/asistensi dan tidak berkordinasi dengan
2. kerugian negara;
pihak-pihak yang terkait pada hal tersebut. 3. pekerjaan tidak efektif dan efisien
1. Tidak efektifnya pengawasan pekerjaan;
pihak pemyusun RPP tidak dispilin dalam mendokumentasikan
4 dokumen peyusunan RPP tidak lengkap dokumen kegiatan RPP
2. koordinasi menjadi lebih rumit;
3. proses pembayaran akan memakan waktu lama
Identifikasi Risiko dalam tahap
3. Pemilihan Penyedia
Contoh Peristiwa Tahap Pemilihan Penyedia:
Ketidaksesuaian antara Dokumen RPP, Dokumen Pengadaan
serta ketidaksempurnaan Dokumen Penawaran

RPP Dokumen Pengadaan


(KAK/Spek Teknis, (Syarat Kualifikasi Dokumen Penawaran
HPS, dan draft dan Kertas Kerja
Kontrak) Pokja)
Penawaran Penyedia < 80% HPS
 Adanya penolakan beberapa hasil tender oleh PPK dikarenakan KPA/PPK tidak meyakini kemampuan
Penyedia (menawar terlalu murah <80%)
 Sebagian besar pengelolaan kontrak bermasalah dikarenakan kombinasi dari beberapa hal, antara lain:
1. Penyedia pemenang tender menawar < 80%. Praktek ini terjadi diantaranya karena:
a. Kondisi pandemic Covid 19 (sulit mendapatkan proyek) membuat Penyedia berlomba
memenangkan tender dengan segala cara (asal mengang dulu, pelaksanaan kontrak urusan
belakangan)
b. Sejalan dengan permaslahan pada butir a, Penyedia mengira dapat melakukan perubahan
spesifiaksi teknis dan volume pada saat pelaksanaan kontrak (baik dengan cara
menipu/mengelabui, mempengaruhi, atau menfaatkan kelemahan PPK)
c. Penyedia salah perhitungan, sehingga di tengah jalan baru menyadari akan mengalami kerugian
2. Penyedia “serakah”, mengelola banyak proyek tanpa memperhatikan kemampuan dalam mengelola
sumber daya. Hal ini didukung oleh persyaratan kualifikasi yang dimudahkan (tidak ada syarat
kemampuan keuangan) menyebabkan Penyedia yang tidak memiliki modal kerja nekat ikut tender
3. Penyedia melakukan praktek pinjam bendera dan moral hazard lainnya
Penawaran Penyedia < 80% HPS : Analisa Kewajaran Harga (AKH)

Memahami substansi AKH: Kenapa Penyedia menawarkan harga < 80% HPS?
a. HPS yang disusun terlalu tinggi;

Sumber HPS Unsur Sumber Penawaran


UMR Upah Nilai borongan
• Daftar harga Pemda (untuk menyusun RKAKL) Bahan • Penawaran vendor/supplier
• Survey harga • Vendor/supplier langganan (special price)
• Penawaran vendor/supplier
• Penawaran vendor/supplier (sewa) Peralatan • Penawaran vendor/supplier (sewa)
• Survey harga (sewa) • Vendor/supplier langganan (special price sewa)
• Pengalaman/kontrak sejenis (sewa) • Milik sendiri
Berdasarkan regulasi dan/atau keumuman (10 – Overhead • Berdasarkan pengalaman
15%) & Profit • Kebijakan perusahaan

b. Penyedia siap untung minimal; atau


c. Moral hazard Penyedia (yang penting menang, kualitas belakangan)
Lanjutan: Analisa Kewajaran Harga

Lumsum Harga Satuan


1. Peserta menyampaikan Rincian Keluaran dan Harga dan bukti 1. Peserta menyampaikan Analisa Harga Satuan Pekerjaan
pendukung dan bukti pendukung
2. Rincian Analisa Harga Satuan Pekerjaan dan bukti
2. Rincian Keluaran dan Harga dan bukti pendukung hanya pendukung hanya digunakan untuk evaluasi kewajaran
digunakan untuk evaluasi kewajaran harga penawaran dan harga penawaran dan tidak dapat digunakan sebagai
tidak dapat digunakan sebagai dasar pengukuran dan dasar pengukuran dan pembayaran pekerjaan
pembayaran pekerjaan
3. Pokja melakukan klarifikasi terhadap Analisa Harga
3. Pokja melakukan klarifikasi terhadap rincian keluaran dan Satuan Pekerjaan dan bukti pendukung yang
harga dan bukti pendukung yang disampaikan peserta disampaikan peserta dengan meneliti dan menilai
kewajaran kuantitas/koefisien, harga satuan dasar
dengan meneliti dan menilai kewajaran harga satuan meliputi harga satuan upah, bahan, dan peralatan dari
keluaran pekerjaan berdasarkan harga satuan keluaran harga satuan penawaran sekurang-kurangnya pada
pekerjaan kontrak sejenis sekurang-kurangnya pada setiap setiap mata pembayaran utama
mata pembayaran utama
4. Hasil penelitian digunakan untuk menghitung kewajaran
4. Hasil penelitian digunakan untuk menghitung kewajaran harga tanpa memperhitungkan keuntungan yang
harga tanpa memperhitungkan keuntungan yang ditawarkan; ditawarkan; dan
dan 5. Harga dalam Analisa Harga Satuan dan bukti harga
satuan dasar yang dinilai wajar dan dapat
5. Harga dalam rincian keluaran pekerjaan yang dinilai wajar dipertanggungjawabkan digunakan untuk menghitung
dan dapat dipertanggungjawabkan digunakan untuk total harga penawaran
menghitung total harga penawaran
3. Identifikasi Risiko dalam tahap Pemilihan Penyedia
No Kejadian Risiko Penyebab Dampak
1. potensi sanggahan;

1 penetapan metode pemilihan tidak tepat (antara 1. Ketidaktahuan Pokja Pemilihan;


2. Proses pemilihan yang mendadak dan dikejar waktu (memasuki
2.
3.
gagal tender;
penyedia yg didapat tidak qualified;
Tender Cepat atau Tender Umum) masa deadline). 4. barang/jasa yang di deliver tidak sesuai dengan
output/outcome yg ditetapkan
dokumen pemilihan tidak disusun dengan 1. Pokja pemilihan kurang pengetahuan dan pengalaman; 1. potensi sanggahan;
2 2. minimnya panduan teknis dan detail serta menyeluruh tentang 2. tender gagal;
semestinya cara menyusun dokumen pemilihan 3. multitafsir dokumen prngadaan
1. Pokja pengadaan kurang pengetahuan dan pengalaman;
1. adendum dokumen pengadaan;
3 kaji ulang tidak dilakukan dengan baik 2. minimnya panduan teknis dan detail serta menyeliruh tentang
2. multitafsir dokumen pengadaan
cara menyusun dokumen pemilihan
1. kurangnya persiapan;
2. PPK tidak mengerti secara komprehensif tentang Barang/jasanya, 1. adendum;
4 proses aanwijzing tidak memadai khususnya teknisnya; 2. tender gagal;
3. PPK tidka memiliki tim pendukung yang cukup handal untuk 3. sanggahan
mrnjawab pertanyaan teknis
1. Pokja sudah merasa yakin terhadap hasil evaluasinya;

5 tidak melakukan klarifikasi dalam proses evaluasi 2. tidak adanya SOP pemilihan penyedia;
3. tidak diwajibkan dalam dokumen pemilihan atau peraturan salah 1. sanggahan;
sesuai dengan kebutuhan, 2. gagal tender
dalam pengambilan keputusan (misal: salah dalam melakukan
perhitungan di kertas kerja evaluasi)

6 Tidak teliti dalam melakukan evaluasi Dokumen 2. kurangnya


1. Quality assurance dalam proses evaluasi;
tingginya beban volume pengadaan;
1. sanggahan;
2. tender gagal;
Pemilihan 3. belum adanya keseragaman dokumen-dokumen dalam PBJ 3. salah dalam penetapan pemenang
Identifikasi Risiko dalam tahap
4. Manajemen Kontrak
Apa yang Membuat Pelaksanaan Kontrak Bermasalah?
 Perencanaan pengadaan tidak optimal
 Quality assurance hasil kerja Konsultan Perancana (RKS, RAB, DED) tidak memadai
 Kalusul pada draft kontrak tidak memadai (copy paste mode on)
 Persiapan kontrak minim
 Tim Pengendali Kontrak lemah (PPK dan Tim Teknis)
 Assymetric Information Problem (moral hazard dan/atau adverse selection
Penyedia)
Manajemen Kontrak Jasa Konsultansi
Titik Kritis Manajemen Kontrak Jasa Konsultansi
Manajemen Kontrak Pekerjaan Konstruksi
Titik Kritis Manajemen Kontrak Pekerjaan Konstruksi
Pengelolaan Kontrak : Validasi Data
dan Informasi Laporan Proyek
Pengelolaan Kontrak : Penguatan Teknis dan Administrasi Adendum
Kontrak dan Kontrak Kritis
4. Identifikasi Risiko dalam tahap Manajemen Kontrak (1/2)
No Kejadian Risiko Penyebab Dampak
tidak melakukan tahapan persiapan kontrak 1. kurangnya pengetahuan PPK; 1. muncul unforseen condition;
1 2. tim teknis dan perencana lalai ; 2. Pemangku kepentingan tidak berangkat dari hal
dengan semestinya 3. perilaku menyepelekan dari pemilik risiko yang sama;
administrasi dan prosedur adendum kontrak, 1. kurangnya pengetahuan dari PPK;
1. kesulitan pertanggungjawaban saat audit;
2 pengawasan dan penanganan kontrak kritis yang 2.
3.
tim teknis dan Konsultan pengawas dan perencana lalai;
tidak ada pedoman teknis bagi PPK dalam pengendaliaj kontrak;
2. pelaksanaan pekrrjaan terlambat;
tidak semestinya 3. penyedia merasa seenaknya dan tidak diawasi
4. tidak tertib administrasi dan menyepelekan
Pengawasan pekerjaan yang terkait dengan
3 tindakan penyedia yang melakukan penyerahan 1. kurangnya pengetahuan PPK;  
pekerjaan utama kepada perusahaan lain/sub 2. Tim teknis dan konsultan pengawas lalai
kontraktor
Pengawas atau pemeriksa pekerjaan membuat
1. kurangnya pengetahuan teknis PPK; 1. pekerjaan tidak selesai/ tepat wkatu;
4 laporan yang tidak benar atau tidak sesuai 2. kurangnya QA tim teknis PPK 2. kualitas pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak
dengan kondisi di lapangan.
Perpanjangan masa waktu kontrak/pemberian
kesempatan penyelesaian pekerjaan (khususnya 1. kurangnya pengetahun PPK;
5 2. lalai dalam QA oleh tim teknis dan pengawas; 1. lebih bayar
jika melewati akhir tahun anggaran) yang tidak 3. tidak berkonsultansi dahulu drngan pihakterkait
semestinya
6 Tata cara pembayaran tidak sesuai dengan 1. tidak patuh administrasi pembayaran; 1. temuan administrasi;
kontrak 2. kondisi penyedia yang tidak memehmuhi kualifikasi keuangan 2. jadwal penyerapan keuangan satker tergangu
1. pengukuran tidak sesuai dengaj kondisi lapanngan;
2. kewajiban penyerapan anggaran;
7 Pembayaran melebihi progres, atau pembayaran 3. tahun anggaran yang harus selesai dan di nol kan anggaranya pada 1. temuan audit;
100% untuk pekerjaan yang belum selesai 2. kerugian negara
akhir tahun anggaran;
4. sisa anggran atau penyerapan yg tidak 100℅ merupakan aib
4. Identifikasi Risiko dalam tahap Manajemen Kontrak (2/2)
No Kejadian Risiko Penyebab Dampak
1. PPK takut digugat balik; 2. tidak ada jaminan hukum bagi PPK dan 1. penyedia dengan track record jelek masih dapat
8 tidak mengenakan sanksi daftar hitam bantuan hukum bagi PPK ikut tender; 2. rusaknya ekosistem pengadaan
1. terbatasnya kemampuan PPK untuk menganalisa perubahan harga
9 penyesuaian harga tidak semestinya, yang diajukan penyedia; 2. kurangnya QA dari Pengawas maupun tim 1. harga terlalu mahal
teknis
1. PPK tidak mengetahui dan memahami kondisi teknis lapangan; 2.
ketakutan PPK terhadap sanksi yang akan diterima; 3. PPK hanya
10 pemutusan kontrak yang tidak semestinya mendasarkan keputusanya pada peraturan dan apa yg tertulis di
1. output pekerjaan tidak selesai; 2. gugatan
dokumen pemilihan
perubahan kebijakan pimpinan (misal adanya
11 penghematan anggaran) yang berdampak pada 1. Perubahan arah Kebijakan Pimpinan di TA Berjalan: 2. Keadaan
kahar dll
pekerjaan tidak selesai/ tepat wkatu; 2. kualitas
pekerjaan tidak sesuai dengan kontrak
pelaksanaan PBJ
1. Kurangnya pengetahuan PPK terhadap mekanisme pencairan uang presntase pembayaran tidak sesuai dengan termin
12 Pencairan uang muka tidak sesuai ketentuan muka, dan ouput pekerjaan sehingga ada temuan audit.
Terkait jaminan: tidak dilakukan klarifikasi dgn
13 penerbit, masa berlaku/nilai jaminan kurang 1. Kurangnya pengetahuan PPK terhadap mekanisme jaminan
Penyedia tidak qualified lolos persyaratan menjadi
dari yang dipersyaratkan, penerbit jaminan tidak pemenang tender
berwenang
Identifikasi Risiko dalam tahap
5. Serah Terima Barang/Jasa
5. Identifikasi Risiko dalam tahap Serah Terima Barang/Jasa
No Kejadian Risiko Penyebab Dampak
1. ketakutan keterlambatan pekerjaan;
1 pekerjaan fisik belum selesai namun telah 1. temuan audit fisik;
ditandatangani BAST 2. ketakutan soal penyerapan anggaran; 2. kerugian negara
3. tidak cermatnya konsultan prngawas

2 kualitas dan kuantitas tidak sesuai dengan standar 1. ketidakcermatan PPK dan Konsultan Pengawas; 1. temuan audit;
2. PPK tidak mengetahui secara teknis mengukur kualitas
dan spesifikasi pekerjaan 2. kerugian negara
1. temuan audit;
1. PPK tidak mempunyai pengetahuan teknis dalam
3 adendum tidak memenuhi standar administrasi 2. lebih bayar;
mengukur justifikasi perubahan;
dan teknis 3. kerugian negara;
2. kelalaian dalam disiplin administrasi
4. spesifikasi trknis overprice
1. moral.hazard PPK; 1. terlambat penyerapan;
4 penundaan atau perlambat pembayaran oleh PPK 2. ketidaksamaan persepsi antara penyedia dan PPK
mengenai progress pekerjaan 2. gugatan
Identifikasi Risiko dalam tahap
6. terkait Penyedia Barang/Jasa
Moral Hazard Penyedia
 Ijin Usaha “Palugada” (Apa Lu Mau Gua Ada)
 Alamat palsu
 Pinjam Bendera
 Mengalihkan pekerjaan kepada pihak lain (subkon ilegal)
 Bonek (BondoNekat), modal cekak tapi memaksakan diri untuk mengikuti tender
 Pemalsuan dokumen (misal: referensi kerja personil, surat dukungan)
 Dokumen Penawaran formalitas (misal: Tenaga Ahli/Personil yang ditawarkan sebatas nama saja, pelaksanan di
lapanganberbeda)
 Bersekongkol untuk mempengaruhi proses dan hasil pelelangan
 Manajemen buruk (material, SDM, alat kerja, dll) hingga tidak bertanggungjawab pada pelaksanaan pekerjaan
 Mengganggu pelaksanaan pekerjaan apabila tidak lulus menjadi pemenang pelelangan
 Penyedia trial and error sehingga menganggu proses Tender Cepat
Unforeseen Condition
 Kenaikan harga karena exchange rate (kenaikan kurs USD)
 Ketersediaan material bahan bangunan
 Delay di pengiriman material/barang import
 Kesulitan SDM (tukang, mandor)
 Kondisi social masyarakat yang menghambat pelaksanaan pengadaan
 Bencana alam, non-alam dan kondisi force majeur lainnya
6. Identifikasi Risiko terkait Penyedia Barang/Jasa
No Kejadian Risiko Penyebab Dampak
diperolehnya penyedia yang under-qualified
1. tidak punya sistem/ belum berjalan dengan maksimal dantidak perform sehingga kualitas B/J tidak
1 Moral hazard penyedia terkait dengan pemenuhan untuk menyaring atau mengklasifikasikan Penyedia optimal atau bermasalah dalam proses
persyaratan kualifikas idan teknis based on performa dan integritas; pengadaannya (misal: gagal tender, pekerjaan
2. tidak beraninya PPK mengusulkan daftar hitam; terlambat, wanprestasi/mangkrak,
merepotkan Pokja/PPK
1. Bencana alam dan kondisi force majeur lainnya; 1. Kenaikan harga karena exchange rate
2. Kondisi social masyarakat tiap daerah yang berbeda (kenaikankurs USD);
(kultur, adat dan topografi) yang menghambat 2. kelangkaan Ketersediaan material bahan
Hal-hal lain dari sisi risiko Penyedia (bersifat pelaksanaan pengadaan
2 bangunan;
unforeseen condition) yang bisa berimbas ke 3. Delay di pengiriman material/barang
output PBJ (pada akhirny amenjadi risiko PPK
import;
4. Kesulitan SDM (tukang, mandor).
Thank you
AYO BERSAMA KITA BAHU MEMBAHU MEWUJUDKAN LINGKUNGAN
PENGADAAN BARANG/JASA YANG LEBIH BAIK DI INDONESIA
#BANTU_PPK_KITA

Anda mungkin juga menyukai