ABSTRACT
Excessive labor pain can cause stress that leads to excessive release of catecholamine hormones and
steroids. This hormone can cause the onset of smooth muscle tension and vasocontction of blood
vessels, so it can slow down the labor process. Based on data from the Umanen health center in
2019 obtained data on the number of maternity mothers in January to November amounted to 2,875
maternity mothers. The number of old partus in 2019 was 12 people and 3 of them were referred to
with old partus. Nonpharmacological pain diversion methods are ice gel compresses and dry
warm compresses. The purpose of this study was to find out the Effectiveness of Ice Gel Compresses
and Dry Warm Compresses Against Pain Intensity In Women Of Childbirth Primiparous Kala I
Active Phase At Umanen Health Center Atambua City.This study used quasi experimental technique
two groups of pre-post desing tests. The sample used in the study was 32 people, using a non
probability sampling technique with purposive sampling,the instrument used that is NRS. The results
of the ice gel compress and dry warm compress had a p-value of 0.001 (< 0.05) with a
mean rank value of ice gel compress 11.50 while in the intervention group the dry warm compress
obtained a mean rank value of 21.50. Mean rank values in the dry warm compress group showed
more effective in lowering the intensity of labor pain when I active phase in the mother primipara. So
it can be concluded there is the effectiveness of ice gel compresses and dry warm compresses against
the intensity of labor pain in primiparous mothers when I active phase.
Keywords : Ice Gel Compress, Dry Warm Compress,Labor Pain.
LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun
ke dalam jalan lahir.[1] Persalinan dikatakan normal jika usia kehamilan telah cukup
bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentase belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun pada janin .[2] Persalinan
dibagi menjadi empat tahapan, kala I (pembukaan); kala II (pengeluaran janin); kala III
(pengeluaran plasenta); dan kala IV (observasi). Masalah psikologis yang mungkin
terjadi pada persalinan kala I yaitu kecemasan menghadapi persalinan, kurangnya
pengetahuan tentang persalinan, munculnya ketakutan menghadapi nyeri persalinan
risiko saat melahirkan. Kala II terjadi perubahan psikologis dimana ibu merasa bahagia
karena bisa melihat anaknya dan merasa cemas serta takut kalau terjadi bahaya atas
dirinya saat persalinan. Kala III, rasa sakit ibu mulai berkurang, dan dia merasa gelisah
dan lelah, dan berlanjut; pada tahap keempat, ibu akan melepaskan tekanan dan
ketegangan yang dia rasakan, dan memikul tanggung jawab baru untuk perawatan.[3]
Proses persalinan identik dengan rasa sakit dan bisa menakutkan. Saat kepala
janin bergerak melalui jalan lahir, kandung kemih, rektum, tulang belakang dan tulang
pubis terkompresi, dan otot rahim berkontraksi dan menyebabkan nyeri persalinan.[4]
Nyeri persalinan merupakan pengalaman tidak menyenangkan serta memiliki
konsekuensi fisiologis signifikan baik pada ibu maupun pada janin.[5] Nyeri persalinan
dapat disebabkan oleh iskemia jaringan, dilatasi serviks, tekanan dan tarikan pada
struktur pelvis, distensi vagina dan perineum, juga dapat dipengaruhi oleh faktor
budaya, kecemasan dan ketakutan[6], pengalaman nyeri sebelumnya, kurangnya
persiapan persalinan dan dukungan dari pasangan dan keluarga.[6]
Nyeri diperlukan untuk mengenali kontraksi uterus selama persalinan, tetapi nyeri
dapat menyebabkan konsekuensi patologis yang terus dirasakan, serta kecemasan dan
ketakutan yang dialami klien. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, yang dapat
menyebabkan kontraksi uterus berkurang dan jam kerja lebih lama. Jam kerja yang
panjang bisa membahayakan ibu dan janin.[7]
Nyeri yang berat bisa meningkatkan ketakutan serta kecemasan ibu. Terdapat
ketakutan serta kecemasan hendak menstimulasi akitifitas saraf simpatis sehingga
sekresi katekolamin bertambah. Katekolamin menstimulasi reseptor alfa dan beta yang
dipengaruhi pembuluh darah, pembuluh darah uterus serta meningkatnya tonus otot
uterus. Dampak ini mengurangi aliran darah uterus sehingga dapat menambah tekanan
darah ibu serta dapat menyebabkan penyusutan kontraksi uterus serta memperlambat
proses persalinan sehingga mengganggu keselamatan ibu dan juga fetus serta partus
pervaginam.[6]
Sebagian besar persalinan disertai dengan rasa nyeri (90 %). Meskipun pada
penduduk sudah maju kurang lebih 7-14% bersalin tanpa nyeri. Riset yang dilakukan di
Mesir pada ibu bersalin nulipara mengalami tingkat nyeri sedang sebesar 62,5 %
sementara nyeri berat sebesar 35 %.[8] informasi Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia menarangkan jika 15% ibu di Indonesia mengalami komplikasi persalinan
dan 21% menyatakan bahwa persalinan yang dirasakan menggambarkan persalinan
yang menyakitkan karena merasakan nyeri yang sangat, sebaliknya 63% tidak
mendapatkan data tentang persiapan dalam menurunkan nyeri pada persalinan.[9]
Kemenkes menunjukkan bahwa sekitar 20% persalinan berisiko mengalami
komplikasi kehamilan dan persalinan, dan kejadian komplikasi tersebut selalu tidak
dapat diprediksi. Komplikasi persalinan dapat dikenali dengan mengenali tanda-tanda
bahaya persalinan, misalnya melalui jalan lahir berdarah, kejang ibu, cairan ketuban
keruh dan berbau, ibu tidak memiliki tenaga yang cukup untuk mengejan, ibu gelisah
atau mengalami nyeri hebat sebelum persalinan.[10]
Penolong persalinan khususnya bidan dapat memberikan bantuan langsung untuk
mengurangi rasa nyeri, membantu kelancaran persalinan sekaligus menjaga
kesejahteraan ibu dan janin.[5] Untuk memastikan ibu yang melahirkan dapat
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar, sejak tahun 2015 diharapkan setiap
ibu yang melahirkan akan dibantu oleh tenaga kesehatan yang berkualitas di fasilitas
pelayanan kesehatan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
Indonesia pada tahun 2018 sebesar 86,28 %. Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2018 sebesar 73,50 %.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskemas Umanen bulan
Januari sampai dengan bulan November sebanyak 2.875 ibu bersalin.
Nyeri persalinan bersifat subjektif dengan variabilitas interpersonal yang besar
dan dapat bervariasi antara kehamilan pertama dengan kehamilan berikutnya. Analgesia
yang tepat selama persalinan dapat memberikan rasa nyaman pada ibu dan janin,
sekaligus mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh nyeri persalinan tersebut.
Teknik analgesia yang sering digunakan meliputi teknik farmakologi dan
nonfarmakologi. Terapi farmakologi meliputi anestesi general dan blok epidural,
sedangkan terapi nonfarmakologi meliputi edukasi, dukungan moral, pemijatan,
akupresur, aromaterapi, audioterapi, serta terapi panas dan dingin.[8]
Upaya untuk menangani nyeri persalinan ditinjau dari terapi nonfarmakologi
adalah dengan cara melakukan terapi kompres ice gel dan kompres hangat kering telah
diamati dapat membantu menghilangkan rasa sakit.
Kompres ice gel ialah salah satu pengobatan nonfarmakologi untuk mengalihkan
rasa nyeri. Kemasan yang berisi gel hypoallergenic bisa digunakan dalam keadaan
dingin maupun dalam keadaan panas, jika digunakan dingin ice gel tersebut bisa
terpelihara lebih lama diluar freezer daripada es biasa. Ice gel bersifat reusable (bisa
digunakan ulang) dan gampang didapatkan sebab ada di apotek. Pada umumnya ice gel
bisa digunakan sepanjang 15 hingga 20 menit. Pada kemasan ice gel yang berbentuk
plastik, dibutuhkan kain atau handuk untuk mengeringkan air kondensasinya. Kompres
ice gel menimbulkan dampak analgesik dengan memperlambat kecepatan atau
menghambat hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang menggapai otak lebih sedikit
tidak hanya itu, dapat pula menimbulkan transmisi nyeri tertutup sehingga cortex
cerebri tidak dapat menerima sinyal karena nyeri telah diblok dengan stimulasi dingin
yang mencapai otak terlebih dahulu.[11]
Hasil penelitian “Pengaruh Pemberian Kompres Ice Gel Terhadap Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Di Bidan Praktik Mandiri Wilayah Kota Surabaya”.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan intensitas nyeri antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol Nilai p-value 0,000 Hasil model multivariat I didapat
OR 40 yang artinya ibu yang mendapat balutan ice gel memiliki 40 kali kemungkinan
mengalaminya. Dibandingkan dengan ibu yang tidak diberi balutan es gel, rasa sakitnya
lebih sedikit.[11]
Kompres hangat kering mengacu pada tindakan yang memenuhi persyaratan
keselamatan dengan memberikan kompres hangat kering, mengurangi atau meredakan
nyeri, mencegah kram otot, dan memberikan perasaan hangat. Penelitian lain dengan
judul “Pengaruh Kompres Hangat Kering Pada Nyeri Persalinan Primipara Kala I Fase
Aktif” Hasil didapatkan bahwa ada pengaruh Ada pengaruh terhadap tingkat nyeri
persalinan kala I fase aktif pada primipara sebelum dan sesudah diberikan kompres
hangat kering (P = 0,000). Sebagian besar responden sebelum diberikan kompres
hangat kering mempunyai skala nyeri 7 (36.7%) dan rerata 7.43, setelah diberikan
kompres hangat kering sebagian besar adalah pada skala nyeri 6 (40.0%) dan rerata
6.47.[12]
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Umanen diperoleh
data jumlah ibu bersalin pada bulan Januari sampai dengan November tahun 2019
berjumlah 2.875 ibu bersalin. Jumlah partus lama pada tahun 2019 sebanyak 12 orang
dan 3 orang di antaranya dirujuk dengan partus lama.
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di Puskesmas Umanen Kabupaten
Belu terdapat 3 ibu bersalin, 1 dari 3 ibu bersalin mengalami partus lama. Intervensi
yang dilakukan bidan pada ibu bersalin dengan partus lama yaitu berkolaborasi dengan
dokter dan melakukan rujukan. Dari hasil wawancara dengan bidan di Puskesmas
Umanen Kabupaten Belu penyebab partus lama salah satunya disebabkan oleh nyeri
yang tidak terkontrol. Upaya yang dilakukan bidan untuk mengalihkan nyeri persalinan
yaitu dengan memijat pada punggung bagian bawah ibu bersalin dan belum pernah
digunakan pemberian terapi kompres ice gel dan kompres hangat kering untuk
mengurangi nyeri persalinan.
Metode mutasi kelahiran harus dikembangkan melalui penelitian kesehatan,
khususnya dalam pelayanan kebidanan di Indonesia, untuk menggali manfaatnya dan
membuktikan secara ilmiah dampaknya sehingga persalinan dapat dikurangi tanpa
farmakologi. Berdasarkan pada latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
mengetahui adanya pengaruh antara kompres ice gel dan kompres hangat kering
terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di Puskesmas Umanen Kota Atambua
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
METODE
Peneltian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode Quasi
Eksperimental two group pre-post test. Populasi adalah ibu-ibu bersalin yang berjumlah
61 ibu bersalin di Puskemas Umanen Kota Atambua pada bulan Mei s/d Juni 2021.
Sampel penelitian berjumlah 32 ibu bersalin dengan pendekatan nonprobability
sampling menggunakan teknik purposive sampling. Kriterian inklusi dalam penelitian
ini adalah ibu bersalin dengan primipara, ibu bersalin secara fisiologis, ibu bersalin
yang berumur 20-35 tahun, ibu bersalin dengan umur kehamilan 37-41 minggu, ibu
bersalin inpartu kala I fase aktif (pembukaan 4-8).
HASIL
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Nyeri Persalinan Sebelum Dan
Atambua.
sebelum pemberian intervensi kompres Ice Gel yaitu 6,68 dan nilai tengah 7,00
dengan standar deviasi 1,078. Nilai minimum yaitu 4,00 dan nilai maksimum 8,00.
Sedangkan hasil rata-rata intensitas nyeri sesudah diberikan intervensi kompres Ice
Gel adalah 6,06 dan nilai tengah yaitu 6,00 dengan standar deviasi 1,289.Nilai
Berdasarkan analisa diatas diketahui hasil rata-rata intensitas nyeri persalinan sebelum
deviasi 0,774. Nilai minimum yaitu 6,00 dan nilai maksimum 8,00. Sedangkan nilai rata-rata
sesudah diberikan intervensi kompres hangat kering adalah 5,25 dan nilai tengah 6,00
dengan standar deviasi 1,289. Nilai minimum 4,00 dan nilai maksimum adalah 6,00.
Tabel 3. Analisa Perbedaan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Sebelum Dan
Wilcoxon didapatkan hasil p-value sebesar 0,004 < 0,05 maka Ha diterima,ada
kompres ice gel berpengaruh terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif
Variabel N p-value
Sebelum kompres hangat kering 16 0,000
Sesudah kompres hangat kering 16
wilcoxon pada kelompok intervensi kompres hangat kering sebelum dan sesudah
intervensi diketahui bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05 maka Ha diterima, ada
hangat kering berpengaruh terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif.
peroleh nilai median pada kelompok yang diberikan intervensi kompres Ice
Gel 1,00 dengan standar deviasi 0,619, sedangkan nilai median pada kelompok
Setelah dilakukan uji beda didapatkan nilai mean rank pada kelompok
intervensi kompres ice gel yatu sebesar 11,50 dan pada kelompok intervensi
kompres hangat kering nilai mean rank 21.50, yang artinya kompres hangat
Nilai p-value 0,001 (< 0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang
artinya ada perbedaan yang signifikan terhadap intensitas nyeri pada ibu
bersalin primipara.
PEMBAHASAN
persalinan kala I fase aktif pada ibu primipara dari 16 responden nilai mean
yaitu 6,68, median 7,00, standar deviasi 1,078, dengan nilai terendah yaitu
4,00 dan nilai tertinggi 8,00. Sedangkan nilai mean intensitas nyeri sesudah
diberikan intervensi kompres Ice Gel adalah 6,06, median 6,00 dengan nilai
perineum. Serat saraf eferen visceral yang membawa implus sensorik dari
dengan Kompres Ice Gel. Kompres ice gel adalah suatu metode kompres
lokal pada bagian tubuh tertentu. [11] Hal ini efektif untuk menghilangkan
rasa sakit karena Ice Gel penyebab rasa dingin diyakini memiliki efek
peradangan dan efektif untuk pengobatan radang sendi dan saraf akut.
ketengangaan nyeri sendi dan otot dan juga memberikan rasa sejuk pada
sehingga korteks serebral tidak dapat menerima sinyal, karena nyeri telah
Kompres Ice Gel juga dapat mengurangi aliran darah ke suatu bagian serta
sesudah dilakukan kompres ice gel hal ini dapat dilihat pada tabel uji
statistik sebelum dilakukan kompres ice gel memiliki nilai median 7,00
6,00, nilai selisih penurunan nyeri yaitu sebesar 1,00. Sehingga dapat
dikatakan bahwa kompres ice gel dapat menurunkan nyeri persalinan kala
mengalami nyeri sedang sebanyak 2 (9%) orang dan yang mengalami nyeri
bahwa intensitas nyeri persalinan kala I fase pada ibu bersalin primpara
kompres hangat kering yaitu 6,75, nilai median 7,00, standar deviasi 0,774
dengan nilai terendah yaitu 6,00 dan nilai tertinggi 8,00. Sedangkan nilai
nilai median 5,00, standar deviasi 0,774 dengan nilai terendah 4,00 dan
alami dari tubuh manusia, nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik,
persalinan adalah rasa yang timbul dari adanya kontraksi otot rahim.
Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut
penggurangan rasa nyeri pada fundus (perut) atau punggung bawah dapat
dikurangi dengan menggunakan kantung berisi air hangat dilapisi kain, dan
diletakan pada daerah nyeri seperti pada aderah fundus atau daerah
punggung bawah, efek dari pemberian kompres hangat ini akan terjadi
nyeri yang dirasakan oleh ibu pada saat bersalin. Kompres hangat pada area
yang terasa tegang dan nyeri dan mengurangi kejang otot yang disebabkan
nyeri lokal, seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin, sehingga hal ini
nyeri ke sumsum tulang belakang dan otak, sehingga akan memberikan rasa
nyeri sesudah diberikan intervensi kompres hangat kering, hal ini dapat
dilihat pada tabel uji statistik sebelum dilakukan kompres hangat kering
nilai median sebesar 7,00, dan sesudah diberikan kompres hangat kering
nilai median sebesar 5,00 dengan selisih yaitu 2,00. Sehingga dapat
responden 30 orang dan diketahui hasil yaitu nilai skala nyeri sebelum
dan skala nyeri setelah diberikan kompres hangat kering adalah 6 (40,0%)
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi kompres ice gel, dengan hasil uji
bahwa ada perbedaan pemberian kompres ice gel terhadap nyeri persalinan
kala I fase aktif pada ibu primipara di Puskesmas Umanen Kota Atambua.
Kompres ice gel merupakan suatu terapi yang menggunakan es pada lokasi
menghadapi persalinan. Ice gel dikemas dalam kantong plastik dan dapat
sirkulasi.
lebih sedikit. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p-value sebesar
nyeri sebelum dan sesudah intervensi kompres hangat kering. Hasil uji
statistik dengan nilai p-value sebesar 0,000 <0,05 yang bermakna bahwa
persalinan bersifat ringan. Pada tahap akhir persalinan bersifat berat. Nyeri
transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan cepat. Proses
hangat kering.
sehingga terjadi inersia uterus yang dapat berakibat kematian ibu saat
melahirkan.
yaitu kelompok intervensi kompres Ice Gel dan kompres hangat kering
didapatkan nilai p-value 0,001 (< 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara intervensi kompres ice gel dan kompres
kompres ice gel yaitu sebesar 11,50 dan nilai mean rank pada kelompok
ntervensi kompres hangat kering yaitu sebesar 21,50. Dari kedua kelompok
intervensi tersebut didapatkan bahwa kompres ice gel dan kompres hangat
kering dapat menurunkan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada
ibu primipara. Namun kelompok intervensi kompres ice gel kurang efektif
nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara
(< 0,05). Dan berdasarkan hasil yang didapat nilai mean rank ice gel
11,50, sedangkan nilai mean rank pada kompres hangat kering 21,50. Hal
DAFTAR PUSTAKA
2. saiffudin abdul bari. buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
2010.
3. marmi. Intranatal care asuhan kebidanan pada persalinan. pustaka belajar; 2012.
4. simkin. panduan lengkap kehamilan, melahirkan & bayi. jakarta: arcan; 2011.
8. Al-Battawi JI, Mahmoud NM, Essa RM. Effect of ice pack application on pain
intensity during active phase of the first stage of labor among primiparaous. J Nurs
10. BPS. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Badan Kependudukan dan
11. Mardliyana NE, Raden A, Hani U. Pengaruh pemberian kompres ice gel terhadap
nyeri persalinan kala i fase aktif di bidan praktik mandiri wilayah kota surabaya.
2017;1–20.
12. Bakara DM, Lagora R, Farizal J. Pengaruh Kompres Hangat Kering Pada Nyeri
14. Indrayani dan Moudy Djami. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans
15. Negara dan Winata. Analgesia Medis pada Persalinan. E-Journal Obstetric &
17. Alam HS. Upaya Mengurangi Nyeri Persalinan Dengan Metode Nonfarmakologi.
Makassar; 2009.
21. Taherian T, Shorofi SA, Zeydi AE, Charati JY, Pouresmail Z, Jafari H. The effects of
artery bypass grafting: A single–blind, randomized, clinical trial. Adv Integr Med
2020;7(2):73–8.
22. Utami W, Dewi RK, Nofitasari DE. PENGARUH KOMPRES HANGAT
2018;3(2).
24. Hidayat A AA. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. jakarta:
25. Sugiono. Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta; 2015.
27. Nasir,Abd dkk. Buku Ajar Metodelogi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2011.
28. Hidayati A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. jakarta: Salemba
Medika; 2014.
30. Sumantri. Metodologi Penelitian Kesehatan. jakarta: Kencana Prenada Media Grup;
2015.