Disusun oleh :
XI – MIPA 5 / 11 / 6 SEMESTER
Email admin@man3malang.com
MARET, 2019
Biografi Abdullah Al Makmun
A. Abdullah Al-Makmun
Al-Makmun adalah salah seorang Khalifah Bani Abbas, beliau anak kedua Khalifah
Harun al-Rasyid yang lahir pada tahun 170 H/ 786 M dari seorang ibu asal Persia.
Ketika masih menjadi putra mahkota, ia diangkat oleh ayahnya menjadi gubernur di
Khurasan dan bertempat tinggal di Marw.
Khalifah Harun ar-Rasyid telah melantik al-Makmun sebagai putra mahkota yang
kedua, sesudah al-Amin, serta menyerahkan kepadanya wilayah Khurasan sampai ke
Hamdan. Al-Amin tidak diberi kekuasaan atas wilayah tersebut.
Konflik ini oleh ilmuwan barat di gambarkan sebagai perselisihan antara orang-orang
Arab dan Persia, tetapi sekarang diakui bahwa aspirasi-aspirasi nasional masing-
masing bukanlah isu utama. Namun benar juga bahwa al-Makmun adalah putera
perempuan Persia, dan bahwa wazirnya sampai tahun 818 M, al-Fadl bin Sahal adalah
seorang keturunan Persia penganut Zoroaster, sementara ibu al-Amin adalah orang
Arab dan wazirnya, al-Fadl ibnu ar-Rabi’, walau asal-usulnya tidak diketahui, adalah
mawali suatu suku Arab dan bersimpati dengan orang-orang Arab. Wazir ini adalah
juga berjasa dalam menjatuhkan golongan Barmakiyah dalam tahun 803 M dan
menggantikan mereka dengan para pendukung Harun.
Sebaliknya saingannya, al-Fadil bin Sahal adalah seorang didikan Barmakiyah.
Namun kaum Barmakiyah bukanlah bangsa Persia sebagaimana semula diduga,
karena sekarang diketahui bahwa leluhur mereka adalah Barmakatau ketua sebuah
wihara Buddha di dekat Balkh (dekat sungai Oxus). Namun mereka dekat
hubungannya dengan kelas sekretaris dan tampaknya bersimpati dengan sikap
otokratik.
Tiga tahun terakhir dari kehidupan al-Makmun, dipenuhi oleh peperangan yang tidak
henti-hentinya melawan Byzantium yang saat itu diperintah oleh Kaisar Theopilus
(829-842 M). Akhirnya pada tahun 832 M Kaisar terpaksa meminta diadakan
perdamaian. Tak lama setelah itu yaitu pada tahun 833 M al-Makmun meninggal
dunia di salah satu markas besarnya di perbatasan Syria-Anatolia dekat Tarsus setelah
memerintah lebih dari sepuluh tahun.