ILMU PEMERINTAHAN:
Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah
Volume 4– Nomor 1, April 2019, (Hlm 64-74)
Submission: 12-04-2019; Revision: 19-05-2019; Published: 22-05-2019
Available online at: http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/jip
Doi: http://dx.doi.org/10.24905/jip.v4i1.1242
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya purnawiran TNI yang menjadi Caleg di DPRD Kota
Banjar, Jawa Barat. Pola patronase dan klientelisme masih menjadi idola para purnawirawan untuk
mendulang suara. Mereka masih terjebak pada pola patronase dan klientelisme yang banyak
dimainkan oleh politisi sipil lainnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh
mana pola patronase dan klintalisme yang dijalankan oleh purnawirawan TNI dalam
memenangkan pemilu legislatif di Kota Banjar Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan di Kota Banjar
Provinsi Jawa Barat, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini akan menggali
lebih jauh terhadap fenomena patronase dan klientelisme yang dilakukan purnawirawan. Hasil
penelitian menunjukan, dijalankannnya pola patronase dan klientelisme oleh para purnawirawan.
Pola patronase sebatas pada pemberian pribadi (individual gift) dan politik ‘gentong babi’ (pork
barrel). Selain pola patronase, pola klintelisme juga masih menjadi idola mereka untuk memobilisasi
masssa pada setiap sosialisasi/kampanye.
Kata kunci : Patronase; Klientelisme; Pemilu; Purnawirawan
Politics of Patronage and Clientelism of Retired TNI in The Legislative Election
Abstract
This research was motivated by the rise of retired military officers who became candidates in the
DPRD Banjar City, West Java. The pattern of patronage and clientelism is still the idol of retired
retainers to gain votes. They are still trapped in the pattern of patronage and clientelism which is
often played by other civilian politicians. The purpose of this study is to see the extent to which
patterns of patronage and clintelism run by retired TNI officers in winning legislative elections in
Banjar City, West Java. This research was conducted in Banjar City, West Java Province, using a
qualitative approach. This research will explore further the patronage and clientelism phenomena
that retired retired. The results showed that the pattern of patronage and clientelism was carried
out by retired retainers. The patronage pattern is limited to the individual gift and the pork barrel.
In addition to the patronage pattern, the clintelism pattern is also still their idol to mobilize mass in
every campaign / campaign
Keyword: Patronage; Clientelism; Elections; Retired Officers
Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 65
Teguh Anggoro
PENDAHULUAN legislatif di setiap daerah pemilihan yang
Pesta demokrasi tahun 2019 sudah akan didaftarkan ke KPU pada Pemilu
di ambang pintu. Ramai partai politik legislatif tahun 2019. Apakah ini me-
bekerja untuk dapat memenangkan nandakan bahwa terdapat pola pragmatis
kontestasi lima tahunan tersebut. Setiap yang dimainkan oleh partai politik untuk
partai bekerja keras untuk menyusun meraup suara pada pemilu legislatif di
strategi guna mencari massa dan me- Kota Banjar. Mereka merupakan kader
mobilisai pendukung. Sementara masing- baru, akan tetapi langsung dipasang oleh
masing Caleg, mulai bergerilya /berusaha DPC/DPD masing masing partai sebagai
mendekati masyarakat guna mendulang calon legislatif.
suara. Mereka terjun langsung ke Masuknya militer dalam dunia politik
masyarakat terutama kelompok grass root juga menjadi perdebatan di negara-negara
yang merupakan basis masa yang besar. berkembang misalnya dari ahli yang
Semua kandidat meyakini bahwa bahwa mengatakan, masuknya purnawirawan
strategi ini lebih efektif ketimbang militer ke dalam politik juga terjadi di
membagi-bagikan kaos secara gratis atau negara-negara lain dengan tujuan untuk
memasang baliho dan spanduk. dapat mempengaruhi kebijakan politik
Pertemuan dengan pola silaturahmi (Becker, 2001), (Janowitz, 1960).
dilakukan para caleg secara kontinyu Argumentasi lain menyatakan bahwa
dimulai dari awal masa kampanye, mereka masuknya purnawirawan TNI dalam
mendatangi kelompok masyarakat yang politik merupakan bagian dari upaya
berada di perkotaan, desa sampai wilayah institusi militer menguasai pemerintahan
perbatasan. Dari mulai mendatangi tokoh melalui mekanisme demokrasi, atau
agama, tokoh masyarakat, para kelompok disebut juga dengan remiliterisasi,
masyarakat hingga pesantren-pesantren. (Adejumobi, 1999) (Alagappa, 2001)
Penggunaan strategi silaturahmi oleh (Winichakul, 2008)
kandidat dipandang sebagai produk dan Dalam konteks ke Indonesiaan, se-
interaksi antara institusi formal dan menjak pemilu tahun 1999 sampai dengan
informal (North 1990 dan lauth 2005 pemilu saat ini, sudah banyak purna-
dalam Paskarina dalam (Aspinall & wirawan yang masuk pada politik praktis,
Sukmajati, 2015) mereka menjadi anggota partai, baik pada
Demikian juga yang dilakukan oleh tingkat pusat sampai dengan tingkat lokal,
Calon Legislatif yang berasal dari dan mereka tidak membawa institusi
Purnawirawan TNI di Kota Banjar, Jawa militer sebagai atribut mereka, mereka
Barat. Mereka adalah para pendatang baru murni membawa kepentingan individu
dalam dunia perpolitikan di Kota Banjar. guna dapat menjalankan politiknya.
Baru sekitar setahunan mereka ber- Akan tetapi fenomena masuknya
gabung dengan parpol. Masuknya para purnawirawan TNI ke ranah politik salah
purnawirawan TNI dalam perpolitikan di satunya disebabkan oleh lemahnya sistem
Kota Banjar Jawa Barat manjadi suatu rekrutmen partai, serta inkompetensi
tanda tanya besar, mengapa mereka politisi sipil. Selain itu dikarenakan purna-
masuk pada saat partai sedang mem- wirawan memiliki jaringan dan modal
butuhkan pemenuhan kuota calon Sosial (Sosial Capital), sehingga partai