Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

ILMU PEMERINTAHAN:
Kajian Ilmu Pemerintahan dan Politik Daerah
Volume 4– Nomor 1, April 2019, (Hlm 64-74)
Submission: 12-04-2019; Revision: 19-05-2019; Published: 22-05-2019
Available online at: http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/jip
Doi: http://dx.doi.org/10.24905/jip.v4i1.1242

Politik Patronase dan Klientelisme Purnawirawan Tni


Pada Pemilu Legislatif

Teguh Anggoro
STISIP Bina Putra Banjar, Jawa Barat, Indonesia
*Korespondesi email: goeh_an77@yahoo.co.id


Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya purnawiran TNI yang menjadi Caleg di DPRD Kota
Banjar, Jawa Barat. Pola patronase dan klientelisme masih menjadi idola para purnawirawan untuk
mendulang suara. Mereka masih terjebak pada pola patronase dan klientelisme yang banyak
dimainkan oleh politisi sipil lainnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh
mana pola patronase dan klintalisme yang dijalankan oleh purnawirawan TNI dalam
memenangkan pemilu legislatif di Kota Banjar Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan di Kota Banjar
Provinsi Jawa Barat, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini akan menggali
lebih jauh terhadap fenomena patronase dan klientelisme yang dilakukan purnawirawan. Hasil
penelitian menunjukan, dijalankannnya pola patronase dan klientelisme oleh para purnawirawan.
Pola patronase sebatas pada pemberian pribadi (individual gift) dan politik ‘gentong babi’ (pork
barrel). Selain pola patronase, pola klintelisme juga masih menjadi idola mereka untuk memobilisasi
masssa pada setiap sosialisasi/kampanye.
Kata kunci : Patronase; Klientelisme; Pemilu; Purnawirawan

Politics of Patronage and Clientelism of Retired TNI in The Legislative Election

Abstract
This research was motivated by the rise of retired military officers who became candidates in the
DPRD Banjar City, West Java. The pattern of patronage and clientelism is still the idol of retired
retainers to gain votes. They are still trapped in the pattern of patronage and clientelism which is
often played by other civilian politicians. The purpose of this study is to see the extent to which
patterns of patronage and clintelism run by retired TNI officers in winning legislative elections in
Banjar City, West Java. This research was conducted in Banjar City, West Java Province, using a
qualitative approach. This research will explore further the patronage and clientelism phenomena
that retired retired. The results showed that the pattern of patronage and clientelism was carried
out by retired retainers. The patronage pattern is limited to the individual gift and the pork barrel.
In addition to the patronage pattern, the clintelism pattern is also still their idol to mobilize mass in
every campaign / campaign
Keyword: Patronage; Clientelism; Elections; Retired Officers
Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 65
Teguh Anggoro
PENDAHULUAN legislatif di setiap daerah pemilihan yang
Pesta demokrasi tahun 2019 sudah akan didaftarkan ke KPU pada Pemilu
di ambang pintu. Ramai partai politik legislatif tahun 2019. Apakah ini me-
bekerja untuk dapat memenangkan nandakan bahwa terdapat pola pragmatis
kontestasi lima tahunan tersebut. Setiap yang dimainkan oleh partai politik untuk
partai bekerja keras untuk menyusun meraup suara pada pemilu legislatif di
strategi guna mencari massa dan me- Kota Banjar. Mereka merupakan kader
mobilisai pendukung. Sementara masing- baru, akan tetapi langsung dipasang oleh
masing Caleg, mulai bergerilya /berusaha DPC/DPD masing masing partai sebagai
mendekati masyarakat guna mendulang calon legislatif.
suara. Mereka terjun langsung ke Masuknya militer dalam dunia politik
masyarakat terutama kelompok grass root juga menjadi perdebatan di negara-negara
yang merupakan basis masa yang besar. berkembang misalnya dari ahli yang
Semua kandidat meyakini bahwa bahwa mengatakan, masuknya purnawirawan
strategi ini lebih efektif ketimbang militer ke dalam politik juga terjadi di
membagi-bagikan kaos secara gratis atau negara-negara lain dengan tujuan untuk
memasang baliho dan spanduk. dapat mempengaruhi kebijakan politik
Pertemuan dengan pola silaturahmi (Becker, 2001), (Janowitz, 1960).
dilakukan para caleg secara kontinyu Argumentasi lain menyatakan bahwa
dimulai dari awal masa kampanye, mereka masuknya purnawirawan TNI dalam
mendatangi kelompok masyarakat yang politik merupakan bagian dari upaya
berada di perkotaan, desa sampai wilayah institusi militer menguasai pemerintahan
perbatasan. Dari mulai mendatangi tokoh melalui mekanisme demokrasi, atau
agama, tokoh masyarakat, para kelompok disebut juga dengan remiliterisasi,
masyarakat hingga pesantren-pesantren. (Adejumobi, 1999) (Alagappa, 2001)
Penggunaan strategi silaturahmi oleh (Winichakul, 2008)
kandidat dipandang sebagai produk dan Dalam konteks ke Indonesiaan, se-
interaksi antara institusi formal dan menjak pemilu tahun 1999 sampai dengan
informal (North 1990 dan lauth 2005 pemilu saat ini, sudah banyak purna-
dalam Paskarina dalam (Aspinall & wirawan yang masuk pada politik praktis,
Sukmajati, 2015) mereka menjadi anggota partai, baik pada
Demikian juga yang dilakukan oleh tingkat pusat sampai dengan tingkat lokal,
Calon Legislatif yang berasal dari dan mereka tidak membawa institusi
Purnawirawan TNI di Kota Banjar, Jawa militer sebagai atribut mereka, mereka
Barat. Mereka adalah para pendatang baru murni membawa kepentingan individu
dalam dunia perpolitikan di Kota Banjar. guna dapat menjalankan politiknya.
Baru sekitar setahunan mereka ber- Akan tetapi fenomena masuknya
gabung dengan parpol. Masuknya para purnawirawan TNI ke ranah politik salah
purnawirawan TNI dalam perpolitikan di satunya disebabkan oleh lemahnya sistem
Kota Banjar Jawa Barat manjadi suatu rekrutmen partai, serta inkompetensi
tanda tanya besar, mengapa mereka politisi sipil. Selain itu dikarenakan purna-
masuk pada saat partai sedang mem- wirawan memiliki jaringan dan modal
butuhkan pemenuhan kuota calon Sosial (Sosial Capital), sehingga partai

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 66
Teguh Anggoro
politik mengambil langkah pragmatis Kondisi politik di kota Banjar
merekrutnya. Politisi sipil mendorong menjadi sangat unik, karena terdapat 4
politisi purnawirawan TNI untuk me- orang purnawirawan TNI yang masuk
nerapkan kapabilitasnya dalam bidang /bergabung dengan partai politik pada
militer, seperti penguasaan teritorial, saat partai politik membutuhkan be-
guna mendulang suara dalam pemilu. berapa calon legislatif untuk memenuhi
Strategi yang diterapkan purnawirawan kuota setiap daerah pemilihan. Keunikan
TNI patut dicontoh, karena mereka ahli juga terlihat, bahwa dari beberapa
dalam menjalankan organisasi dan me- wilayah di Jawa Barat, hanya Kota Banjar
miliki jaringan sosial yang luas, yang ber- saja yang menunjukan tingginya minat
asal dari aktifitas mereka ketika bekerja politik para purnawirawan TNI untuk
dahulu. berjuang menjadi legislatif di DPRD Kota
Sayangnya dalam usaha untuk Banjar, Sementara di daerah lain di
mendulang suara, salah satu pola yang wilayah priangan Timur Jawa Barat, tidak
dijalankan oleh para purnawirawan ter- ada mantan dari militer khususnya yang
sebut adalah memainkan model akan menjadi anggota legislatif di
klintelisme dan patronase, hal ini kabupetan/kota.
disebabkan karena pada saat mereka aktif Urgensi permasalahannya dapat di-
di militer, rata-rata mereka menduduki katakan bahwa purnawirawan yang men-
jabatan di Kodim sebagai anggota intelijen jadi kandidat legislatif, terjebak dalam
dan Babinsa sehingga mereka memiliki politik Patronase dan klientelisme di
jaringan yang luas dan banyak terdapat daerah, mereka tidak bisa keluar dari arus
mantan masyarakat di daerah binannya utama politisi sipil lainnya, ini me-
yang menjadi klien mereka. Inilah warisan nandakan bahwa partai politik sangat
dari kinerja mereka selama bekerja di lemah dalam menjalankan proses pe-
militer di mana dapat membentuk pola rekrutan. Selain itu masuknya purna-
klintelisme. wirawan TNI ke ranah politik salah
Di Kota Banjar, Jawa Barat, terdapat satunya disebabkan oleh lemahnya sistem
4 orang Purnawirawan TNI yang menjadi rekrutmen partai, serta masih tingginya
Caleg DPRD Kota Banjar tahun 2019, kepercayaan masyarakat terhadap puna-
mereka berasal dari partai yang berbeda wirawan untuk memimpin. Partai politik
dan daerah pemilihan yang berbeda pula. menganggap purnawirawan memiliki
jaringan dan modal Sosial (Sosial Capital)
Tabel 1. Calon Legislatif DPRD Kota (Marijan, 2010), sehingga partai politik
Banjar Jawa Barat, yang Berasal dari mengambil langkah pragmatis merekrut-
Purnawirawan TNI
No Nama Asal partai Daerah Pemilihan
nya. Politisi sipil memberikan celah bagi
1 Peltu (Purn) Partai Kec bergabungnya purnawirawan TNI untuk
Kasnap Gerindra Banjar&Purwaharja
2 Pelda (Purn) PDIP Kec Pataruman bergabung dalam partai politik. Dengan
Dalijo,S.IP.,M.Si
3 Serma (Purn) PBB Kec Pataruman
bergabungnya mereka, diharapkan dapat
Gunadi menerapkan kapabilitasnya dalam bidang
4 Peltu (Purn) Golkar Kec Langensari
Sudarto militer pada politik, seperti penguasaan
Sumber : KPUD Kota Banjar 2018 teritorial, kemampuan agitasi, kemampu-
an mengajak dan mampu menggerakan

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 67
Teguh Anggoro
kliennya guna untuk mendulang suara METODE
dalam pemilu. Penelitian ini dilakukan di Kota Banjar
Sejauh ini studi mengenai politik dan Provinsi Jawa Barat, dengan mengguna-
patronase dalam pemilu legislatif telah kan pendekatan kualitatif. Desain pe-
dilakukan akan tetapi sebagian besar nelitian yang digunakan dalam peneliti-
berfokus pada pola patronase di lakukan an ini adalah penelitian kualitatif dengan
oleh individu atau pribadi(Pratama, menggunakan metode deskriptif analitik.
2017), (Aspinall & Sukmajati, 2015). Penelitian kualitatif dicirikan oleh tujuan
Dalam hal ini penelitian yang akan dibuat penelitian yang berupaya guna me-
tidak jauh berbeda dengan penelitian mahami gejala-gejala yang sedemikian
sebelumnya, tetapi akan difokuskan pada rupa tak memerlukan kuantifikasi, atau
pola patronase dan klientalisme yang karena gejala-gejala tersebut tak me-
dilakukan oleh purnawirawan TNI yang mungkinkan diukur secara tepat
mengikuti kontestasi politik legislatif (Abercrombie, Nicholas, Hill, & Tumer,
tahun 2019. 1984).
Terdapat beberapa perbedaan Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini dengan penelitian lainnya. penelitian ini adalah analisis deskriptif
Pertama, peneliti berpendapat masih kualitatif. Untuk menyajikan data tersebut
sedikit penelitian politik yang berfokus agar lebih bermakna dan mudah dipahami
pada politik patronase dan klientalisme adalah menggunakan interactive model
purnawirawan TNI. Kedua, peneliti ber- analysis dari (Milles, Huberman, &
pendapat bahwa masih sedikit penelitian Saldana, 2014) Gambar analisis data
yang mengkaji pola politik yang dilakukan model interaktif Sumber : Milles dan
oleh purnawirawan TNI pada pemenang- Huberman. Dalam model ini kegiatan
an pemilu legislatif. Ketiga, penelitian ini analisis dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
akan mengupas secara global pada politik pengumpulan data, reduksi data,
patronase dan klientalisme purna- penyajian data, dan penarikan simpulan.
wirawan TNI. Penelitian ini berusaha

mengisi celah yang kosong pada politik
patronase dan klientalisme di Indonesia. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pemaparan permasalahan di Patronase dalam Politik Lokal
atas, maka penelitian akan mencari secara Patronase merupakan bagian dari
lebih mendalam pola patronase dan politik uang yang dimainkan oleh para
klintalisme yang dijalankan oleh purna- kandidat untuk memenangi pemilihan.
wirawan TNI dalam memenangkan Istilah politik uang telah secara luas
pemilu legislatif di Kota banjar jawa Barat. digunakan untuk menggambarkan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah praktek-praktek penggunaan uang dalam
untuk melihat sejauh mana pola patronase pemilihan umum. Namun demikian,
dan klintelisme yang dijalankan oleh kurang lebih satu dekade setelah
purnawirawan TNI dalam memenangkan pemilihan umum paska reformasi, istilah
pemilu legislatif di Kota Banjar Jawa Barat. politik uang untuk menggambarkan
praktik yang merujuk pada distribusi

uang (uang tunai dan terkadang dalam

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 68
Teguh Anggoro
bentuk barang) dari kandidat kepada pemberian sebagai kenang-kenangan, ini
pemilih di saat pemilu (Aspinall & dilakukan untuk meperekat hubungan
Sukmajati, 2015). sosial. Ketiga, Pelayanan dan aktifitas
Adapun pengertian dari patronase (services and activities), seperti pemberi-
jika merujuk pada Shefter, sebagai an uang tunai, kandidat seringkali menye-
pembagian keuntungan di antara politisi diakan atau membiayai aktivitas yang
untuk mendistribusikan sesuatu secara sangat umum seperti kampanye pada
individual kepada pemilih, para pekerja acara perayaan oleh komunitas tertentu.
atau pegiat kampanye, dalam rangka misalnya calon legislatif membiayai
mendapatkan dukungan politik dari turnamen bola atau bola volly dan lain
mereka (Shefter, 1994) lihat juga sebagainya. Keempat, Barang-barang
(Hutchcroft, 2014). Sedangkan (Muller, kelompok (club good). Di mana bentuk
2014) mendifinisikan patronase sebagai patronase yang diberikan untuk ke-
penggunaan sumber daya publik dalam untungan bersama bagi kelompok sosial
pertukaran partikularistik dan langsung tertentu. misalnya pemberian dari
antara klien dan politii partai atau kandidat berupa perlengkapan ibadah,
fungsionaris partai. Yang dimaksud peralatan olahraga, alat musik, sound
langsung adalah bahwa, politisi dapat system, peralatan dapur, tenda dan lain
secara langsung mendatangi kliennya sebagainya. Atau kandidat memberikan
secara individu dan terlibat dalam sumbangan pembangunan atau renovasi
hubungan pertukaran, politisi menyedia- insfrastrukturyang dibutuhkan oleh
kan barang dan jasa untuk ditukar masyarakat seperti pembangunan
dengan dukungan. musholla, jembatan dan lain sebagainya.
Variasi patronase dari (Aspinall & Kelima, Proyek gentong babi (pork barrel
Sukmajati, 2015) terdiri atas Pertama, project) bentuk patronase yang sedikit
Pembelian suara (vote buying), dapat berbeda, yaitu proyek proyek
diartikan sebagai distribusi pembayaran pemerintah yang ditujukan untuk
uang tunai/barang dari kandidat kepada wilayah geografis tertentu. Sebagaimana
pemilih secara sistematis beberapa hari layaknya para calon legislatif banyak
menjelang pemilu yang disertai dengan yang menjanjikan akan memberikan
harapan yang implisit bahwa para ‘program-program’ dan ‘proyek-proyek’
penerima akan membalasnya dengan yang didanai dengan dana publik untuk
memberikan suaranya bagi si pemberi. konstituen mereka yang biasanya berupa
Kedua, Pemberian –pemberian pribadi proyek-proyek berskala kecil di masing-
(individual gift). Agar mendukung ter- masing daerah pemilihan.
hadap pembelian suara yang lebih
sistematis, para kandidat seringkali Politik Patronase Purnawirawan
memberikan berbagai pemberian pribadi Setiap bakal calon legislatif me-
kepada para pemilih. Praktek ini dilaku- miliki metode dan cara tersendiri guna
kan saat bertemu dengan pemilih, baik mengumpulkan suara sebanyak-banyak-
saat bertemu kunjungan ke rumah-rumah nya. Tidak terkecuali purnawirawan TNI
atau saat kegiatan kampanye. Pemberian yang menjadi calon anggota dewan Kota
tersebut kadangkala disamarkan menjadi Banjar, mereka turut serta dalam

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 69
Teguh Anggoro
memobilisasi massa guna mendulang masyarakat.1 Pola ini terbawa hingga
suara. Nampaknya tidaklah salah partai mereka menjadi purnawirawan.
dalam merekrut mereka, karena ke- Bentuk patronase yang dijalankan
ahliannya dalam penguasaan teritorial, oleh Caleg purnawirawan di Kota Banjar
kemampuan mempengaruhi, agitasi, dan hanya terkonsentrasi pada Pemberian–
bahkan memiliki jumlah klien yang cukup pemberian pribadi (individual gift) dan
banyak yang bisa dijadikan sebagai model gentong babi (pork barrel project),
pengumpul suara. pola ini dijalankan oleh para Caleg
Di kota Banjar, Jawa Barat, terdapat purnawirawan guna mendulang suara di
4 orang Caleg yang berasal dari purna- daerah pemilihan.
wirawan TNI, atau sekitar 1,4% dari total Bagi para purnawirawan, mobilisasi
284 caleg secara keseluruhan. massa saat kampanye tidaklah terlalu
sulit dilakukan, mengingat dulunya
Grafik 1. Caleg Purnawirawan TNI, di mereka pernah bekerja sebagai intelijen
Kota Banjar, Jawa Barat dan Babinsa Kodim di daerah Banjar,

Jawa Barat. Para Purnawirawan tersebut
Caleg Lain sudah banyak mengenal masyarakat Kota
(280 orang) Banjar. Kondisi ini sangat menguntung-
Caleg Purn kan mereka, di mana pada massa
TNI (4 orang)
kampanye, para purnawirawan ber-
keliling ke masyarakat, dan mengumpul-
Sumber : KPUD Kota Banjar, Jawa Barat 2019
kan warga. Pada saat itulah di dalam
Perilaku Caleg di Kota Banjar yang acara kumpul warga, diselipi kegiatan
berasal dari purnawirawan TNI ternyata pembagian kaos, pembagian cindramata,
terjebak dalam arus utama patronase dan kartu nama.
yang dijalankan rekan rekan sipil lainnya Pemberikan kartu nama dan kaos
sesama calon legislatif. Mereka juga saat mensosialisasikan diri merupakan
menjalankan model patronase, hanya saja bagian dari kegiatan patronase dalam
pada tingkatan yang berbeda. Perilaku ini bentuk pemberian pribadi. Pola yang
disebabkan karena masih minimnya dijalankan tersebut memang tidak di-
pengalaman politik bagi purnawirawan, larang Bawaslu, akan tetapi, pola ini
selain itu, latar belakang pekerjaan saat sedikit tidaknya merusak nilai-nilai
masih di militer, sebagai (Babinsa), turut demokrasi. Bagaimana mungkin sebuah
membawa model patronase tersebut. pemberian tanpa ada imbal balik dari si
Setiap Babinsa harus bersikap humanis pemberi, apalagi disaat sedang berjalan-
terhadap masyarakat, guna menarik nya proses kontestasi politik. Sudah
simpati masyarakat. Salah satunya adalah barang tentu ada sesuatu yang
dengan sikap selalu berbuat/ mambantu diharapkan dari para Caleg tersebut.
masyarakat, implementasinya yaitu Selain pemberian kaos ternyata
dengan sikap memberi kepada ada pola lain yang dijalankan oleh salah

1 Wawancara dengan bapak Kasnap, Caleg Purnawirawan TNI,


di Kota Banjar, pada 25 Februari 2019

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 70
Teguh Anggoro
satu Caleg purnawirawan TNI. Seorang atau pemberian melalui aktifitas tidak
caleg Purnawirawan TNI memiliki se- dijalankan.
perangkat sound system, yang biasa Bagi para Caleg purnawirawan
disewakan pada saat acara hajatan. Akan dengan modal pas-pasan, maka cara yang
tetapi disaat masa kampanye sekarang jitu bagi mereka adalah memberikan
ini, dengan sukarela memberikan sesuatu kepada para konstituen tidak
pinjaman bagi warganya yang mem- dengan nilai yang besar, cukup dengan
butuhkan, khususnya saat kegiatan per- memberikan kaos dan kartu nama saja,
kawinan atau sunatan tanpa meminta sehingga para konstituen tetap ingat
imbalan apapun. Ini salah satu service kepada mereka.
yang diberikan Caleg Purnawirawan Selain pola pemberian secara
dalam mendulang suara. Pemberiannya pribadi kepada konstituennya, ternyata
tidak hanya berupa barang, tetapi para purnawirawan juga menjalankan
memberikan pinjaman pada perorangan pola ‘gentong babi’, di mana mereka
bagi yang membutuhkan sound system. 2 menjanjikan kepada masyarakat untuk
Ada juga seorang Caleg Purna- program yang akan diberikan bila mereka
wirawan yang memiliki kendaraan sudah menjadi anggota dewan. Sebagai
pribadi, dan pada saat kampanye, contoh seorang purnawirawan dalam
kendaraan tersebut dipinjamkan kepada kampanyenya pernah menjanjikan
masyarakat di Dapilnya, untuk mem- kepada masyarakat di daerah pemilihan-
bantu mereka yang akan ke Rumah Sakit nya, jika terpilih maka akan mengajukan
dan Puskesmas. proyek pompa air, karena di daerah
Para Caleg tersebut memberikan tersebut memang kesulitan air. Dampak-
dan meminjamkan barang miliknya tanpa nya ternyata masyarakat sangat antusias
rasa canggung, ini adalah salah satu dengan kampanye tentang program yang
pendekatan guna mendulang suara, te- dijanjikan oleh Caleg tersebut.3
tapi dengan biaya yang murah. Nampak- Mereka melakukan ini karena
nya mereka tidak menjalankan bentuk mencontoh para petahana yang men-
pemberian yang lain, seperti pemberian jalankan pola yang sama. Jadi pola imitasi
untuk kelompok, pembiayaan aktifitas, Caleg purnawirawan, terhadap Caleg
atau memberi uang secara langsung petahana dilakukan karena mereka
kepada masyarakat/konstituennya, me- minim pengalaman politik. Dan ada
ngingat mereka adalah Caleg dengan anggapan bahwa pola tersebut merupa-
modal yang sedikit. kan pola yang jitu dalam mendulang
Caleg Purnawirawan TNI di Kota suara.
Banjar memang tidak memiliki modal Caleg Purnawirawan di Kota Banjar
yang besar untuk dapat diberikan ke rata rata baru bergabung ke partai sekitar
masyarakat, sehingga pola pemberian 2 (dua) - 4 (empat)bulan sebelum partai
Barang-barang kelompok (club good), mendaftarkan bakal calon legislatifnya ke

2 3 Wawancara dengan Bapak Dalijo, di Kota Banjar, pada 28


Wawancara dengan Bapak Dalijo, di Kota Banjar, pada 28
Februari 2019 Februari 2019.

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 71
Teguh Anggoro
KPU.4 Jika dilihat memang sangat miris, Kata ini muncul pada era Romawi kuno
dapat dibayangkan mereka para purna- yang menggambarkan relasi antara
wirawan yang merupakan para pen- “clientela” dan “patronus”. “Clientela”
datang baru di dunia politik, langsung pada era ini adalah istilah untuk menyebut
dimasukan dalam daftar Caleg. Sehingga kelompok orang yang mewakilkan suara-
tidaklah salah bila mereka menerapkan nya kepada kelompok lain yang disebut
pola kampanye yang sama dengan para “patronus”, yang merupakan sekelompok
politisi senior lainnya. aristokrat. Selanjutnya, disebutkan bahwa
Tidak dapat dipungkiri bahwa “clientela” merupakan pengikut setia dari
masing-masing Caleg tersebut ternyata “patronus” (Muno, 2010).
mulai terjebak dalam pola patronase, hal Konsep klientalisme sering
ini dilakukan mengingat mereka tidak ditempatkan dalam posisi yang memiliki
mengetahui bahwa pola tersebut arti berbeda dengan patronase
merupakan bentuk lain dari patronase. (patronage). Konsep patronase didefinisi-
Yang mereka tahu adalah pemberian kan sebagai relasi dua arah ketika seorang
uang saja yang dilarang karena yang memiliki status sosial ekonomi yang
merupakan pembelian suara. Pola lebih tinggi menggunakan pengaruh dan
patronase memang lazim terjadi di sumber daya yang dimilikinya untuk
negara lain dengan intensitas yang memberikan perlindungan pada orang
berbeda, pola ini dapat menghambat lain yang memiliki status sosial ekonomi
terhadap demokrasi yang baik. yang lebih rendah (klien) yang memberi-
Pada akhirnya harus diperhatikan kan dukungan dan bantuan kepada patron
bahwa program pendekatan kesejahtera- (Scott, 1972).
an sosial untuk kampanye politik yang Klientelisme adalah jaringan antara
disampaikan di atas tidak hanya men- orang-orang yang memiliki ikatan sosial,
datangkan suara. Implementainya juga ekonomi dan politik yang didalamnya
dapat menciptakan mesin politik. mengandung elemen iterasi, status
Bagaimanapun, patronase politik inequality dan resiprokal (TOMSA & Ufen,
menjadi bentuk yang eksis dilakukan di 2012). Kemudian, klientelisme juga adalah
Kota Banjar, para purnawirawanpun relasi kuasa antara patron dan klien yang
tanpa canggung melakukannya, walau- bersifat personalistik, resiprositas,
pun dalam pola yang lebih ringan yaitu hierarkis dan iterasi. Maka dapat dipasti-
pemberian pribadi dan gentong babi kan bahwa klientelisme berbicara tentang
(pork barrel). jaringan atau relasi. Jaringan tersebut
mengandung relasi kuasa yang tidak
Politik Klientelisme para setara dimana patron memiliki kuasa
Purnawirawan di Tataran Lokal . penuh terhadap jaringan tersebut. Dalam
Secara harfiah istilah klientelisme
kajian politik, klientelisme diartikan
berasal dari kata “cluere” yang artinya
sebagai jaringan yang dikuasai patron
adalah “men-dengarkan atau mematuhi”.

4Wawancara dengan bapak Sudarto, Caleg Purnawirawan TNI,


dari Golkar, di Banjar, tanggal 28 februari 2019.

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 72
Teguh Anggoro
untuk mengintervensi kliennya (Aspinall memiliki banyak jaring di desa, yang
& Sukmajati, 2015). berguna untuk melaporkan segala
Klintelisme merupakan suatu pola sesuatu yang terjadi di daerahnya. Karena
hubungan antara patron dan klien, di hubungan yang baik di antara mereka,
mana patron dapat memperoleh dukung- akhirnya terbentuklah pola patron dan
an politis dari klien, hal ini terjadi karena klien, di mana purnawirawan menjadi
adanya hubungan yang baik antara patron dan mantan jaringnya menjadi
patron dan klien, dalam jangka waktu klien. Hubungan mereka terkadang
yang lama. Klientelisme dijalankan untuk melebihi seperti keluarga, karena ada
menghubungkan perwakilan politik pola memberi dan menerima di antara
dengan warga negara, dan menjadi mereka ketika bertugas.
mekanisme untuk layanan konstituen Pada saat sekarang, para klien
(Hopkin, 2006). tersebut membantu mantan patronnya
Pola yang dijalankan oleh Caleg untuk mensosialisasikannya sebagai
purnawirawan pada Pileg 2019 di Kota Caleg. Pola ini sangat efektif karena klien
Banjar, yaitu dengan menghubungi tersebut rata-rata tokoh di suatu daerah,
kembali teman-temannya saat mereka baik tokoh pemuda atau tokoh
bertugas di Kodim Ciamis. Mereka me- masyarakat. Kondisi ini semakin
ngontak para klien saat mereka bertugas mempermudah sosialiasi, dan melebar-
di militer. Warga sipil yang dulunya kan jaringan dalam kampanye. Dengan
dijadikan sebagai informan, sekarang demikian akan semakin banyak
kembali sebagai orang-orang yang mesti masyarakat yang mengenal terhadap
mensosialisasikan dirinya. Tanpa ada Caleg tersebut, karena para klien bisa
paksaan ternyata kliennya tersebut mau masuk ke dalam pusat lingkaran
membantu Caleg. Hal ini terjadi dikarena- masyarakat.
kan adanya hubungan yang dekat se- SIMPULAN DAN SARAN
waktu masih berdinas di militer.
Karena faktor hutang budi terhadap Simpulan
para purnawirawan di saat berdinas dulu, Terdapat beberapa temuan me-
maka dengan sukarela beberapa warga ngenai perilaku yang dilakukan purna-
mensosialisasikan caleg purnawirawan. wirawan TNI dalam mendulang suara
Melihat kondisi tersebut seolah sudah pada Pileg 2019 di Kota Banjar, Jawa
terbentuk Patron dan klien. Purna- Barat. Pola patronase dan klientelisme
wirawan sebagai patron dan warga masih menjadi idola para purnawirawan
masyarakat menjadi kliennya. untuk mendulang suara. Mereka masih
Pola pembentukan klientelisme terjebak pada pola patronase dan
oleh purnawirawan, dikarenakan ke- klientelisme yang banyak dimainkan oleh
dekatannya sewaktu masih berdinas. politisi sipil lainnya.
Mereka rata-rata merupakan mantan Pola patronase dijalankan oleh
orang dekat di desa , yang dijadikan mereka sebatas pada pemberian pribadi
penyokong/pemberi informasi sewaktu (individual gift), pola ini dilakukan pada
masih bekerja sebagai Babinsa atau Intel. saat sosialisasi di masyarakat, setelah
Semasa mereka berdinas, mereka kegiatan mereka biasanya memberikan

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 73
Teguh Anggoro
sesuatu seperti kartu nama dan kaos, masuk kepusaran masyarakat untuk men-
selain itu ada juga yang memberikan sosialisasikan dirinya.
pinjaman barang seperti sound system Saran
yang dapat digunakan oleh masyarakat di Politik patronase dan klientelisme
dapilnya untuk kegiatan sunatan dan tidak disadari dapat merusak subtansi
perkawinan, bahkan ada juga yang dari demokrasi, Hampir seluruh elit
memberikan pinjaman mobil pribadi memiliki pemahaman yang sama bahwa
yang dapat dijadikan alat transportasi hanya politik pembelian suara saja yang
yang membutuhkan bila akan ke rumah tidak dibolehkan, padahal pembelian
sakit. suara (vote buying) merupakan salah satu
Selain itu pola ‘gentong babi’ (pork jenis patronase. Padahal masih ada jenis
barrel) masih menjadi idola yang dijadi- pola patronase dan klientelisme yang
kan suatu pendekatan. Banyak janji yang lainnya yang tidak diketahui oleh mereka.
diberikan kepada masyarakat terkait Untuk itu perlu ada pemberian pemaham-
pemberian program bila mereka telah jadi an kepada partai politik dan para elit di
anggota dewan. Pola yang dilakukan oleh daerah, bahwa politik patronase dan
Caleg tersebut nampaknya berhasil klientelisme banyak macamnya dan bila
sebagai alat mobilisasi massa. dijalankan bisa berdampak pada me-
Selain pola patronase di atas, mereka nurunnya kualitas demokrasi di
juga menjalankan pola klientelisme, di Indonesia.
mana menggunakan para mantan Untuk menambah khasanah ke
informan di desa guna mensosialisasikan ilmuan tentang politik patronase dan
dirinya yang menjadi Caleg. Pola pem- klientelisme, maka disarankan agar lebih
bentukan klientelisme oleh purna- memperluas lagi penelitian dalam bidang
wirawan, rata-rata mantan orang dekat- tersebut. Salah satunya adalah mencari
nya di desa, yang dijadikan penyokong penyebab mengapa politikus purnairawan
/pemberi informasi sewaktu masih menjalankan pola patronase dan
bekerja sebagai Babinsa atau Intel. klientelisme, yang sama dengan politikus
Semasa mereka berdinas, mereka me- lainnya dalam mendulang suara dan
miliki banyak jaring di desa, yang ber- memobilisasi massa, padahal mantan
guna untuk melaporkan segala sesuatu purnawirawan tersebut sudah memiliki
yang terjadi di daerahnya. Dengan jaringan teritorial yang kuat di daerahnya.
hubungan yang baik antara mereka
akhirnya terbentuklah pola patron dan DAFTAR PUSTAKA
klien, di mana purnawirawan menjadi Abercrombie, Nicholas, Hill, S., & Tumer,
patron dan mantan jaringnya menjadi B. S. (1984). Dictionary of Sociology.
klien. Hubungan mereka terkadang me- London: Penguin Books.
lebihi seperti keluarga, karena ada pola Adejumobi, S. (1999). Privatisation policy
memberi dan menerima di antara mereka and the delivery of social welfare
ketika bertugas. Pola ini menjadi salah services in Africa: A Nigerian
example. Journal of Social
satu yang dijalankan karena berbiaya
Development in Africa, 14(2), 87–108.
murah dan menjadi salah satu ‘alat’ guna Alagappa, M. (2001). Coercion and
governance: the declining political

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)


Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 4 (1), April
2019- 74
Teguh Anggoro
role of the military in Asia. Stanford Kolonisasi Partai Atas Negara, dalam
University Press. Richard S. Katz & William
Aspinall, E., & Sukmajati, M. (2015). Politik Crotty.”Handbook Partai Politik”.
Uang di Indonesia: Patronase dan Bandung: Nusamedia.
Klientalisme pada pemilu Legislatif Muno, W. (2010). Conceptualizing and
2014. Yogyakarta: PolGov. Measuring Clientelism. GIGA Working
Becker, W. R. (2001). Retired Generals and Papers, (23), 1–26.
Partisan Politics: Is A Time Out Pratama, R. A. (2017). PATRONASE DAN
Required? Strategy Research Project. KLIENTALISME PADA PILKADA
Pennsylvania: US Army War College, SERENTAK KOTA KENDARI TAHUN
Carlisle Barracks. 2017. Wacana Politik, 2(1), 33–44.
Creswell, W, J., Clark, V. L., & Plano. (2007). Scott, J. C. (1972). Patron-Client Politics
Designing and Conducting Mixed and Political Change in Southeast
Methods Research. Thousand Oaks, Asia. American Political Science
CA: Thousand Oaks, CA. Review, 66(01), 91–113.
Hopkin, J. (2006). Clientelism and party https://doi.org/10.2307/1959280
politics. Handbook of Party Politics, Shefter, M. (1994). Political Parties and the
406–412. State : The American Historical
Hutchcroft, P. D. (2014). Linking Capital Experience. Princeton: Princeton
and Countryside: Patronage and University Press.
Clientelism in Japan, Thailand, and Tomsa, A. D., & Ufen, A. (2012).
the Philippines. Clientelism, Social Introduction: party politics and
Policy and the Quality of Democracy, clientelism in Southeast Asia. In Party
174–203. Politics in Southeast Asia (pp. 19–37).
Janowitz, M. (1960). The Professional Routledge.
Soldier: A Social and Political Portrait. Winichakul, T. (2008). Toppling
New York: The Free Press. democracy. Journal of
Marijan, K. (2010). Sistem Politik Contemporary Asia, 38(1), 11–37.
Indonesia, Konsolidasi Demokrasi .
Pasca Orde Baru. Jakarta: Prenada
Media Group. Profil Singkat
Milles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. Teguh Anggoro, saat ini menjadi dosen pada
(2014). Qualitative Data Analysis, A STISIP Bina Putra Banjar Jawa Barat. Saat ini
tercatat menjadi mahasiswa S3 pada Jurusan
Methods Sourcebook. Arizona State
Doktor Politik di Universitas Padjadjaran.
University: SAGE. Fokus kajian yakni politik pemerintahan.
Muller, W. C. (2014). Patronase Partai Dan

Copyright © 2019, JIP, ISSN: 2503-4685 (Print), ISSN: 2528-0724 (Online)

Anda mungkin juga menyukai