Anda di halaman 1dari 10

KOMUNIKASI POLITIK PASANGAN CALON GIBRAN-TEGUH

DALAM MENGHADAPI NARASI DINASTI POLITIK PADA


PILKADA KOTA SURAKARTA TAHUN 2020
POLITICAL COMMUNICATION OF THE GIBRAN-TEGUH CANDIDATE COUPLE IN
DEALING WITH THE NARRATIVE OF POLITICAL DYNASTY IN THE 2020 SURAKARTA
CITY ELECTIONS
Alfi Milano Anadri1*, Wawan Sobari2, Taufik Akbar2
1
Mahasiswa Studi Ilmu Politik, Peminatan Kebijakan Publik dan Tata Kelola Pemerintahan, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang
2
Dosen Studi Ilmu Politik, Peminatan Kebijakan Publik dan Tata Kelola Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang
*email:

Abstrak: Pencalonan Gibran Rakabuming bersama Teguh Prakosa sebagai calon Walikota dan
calon Wakil Walikota Surakarta pada Pilkada Kota Surakarta tahun 2020 menimbulkan
banyaknya narasi dinasti politik yang ditujukkan kepada pasangan calon Gibran Rakabuming –
Teguh Prakosa. Munculnya narasi dinasti politik ini ditujukkan kepada Gibran Rakabuming yang
merupakan anak pertama dari Presiden Joko Widodo. Penelitian ini menggunakan metodologi
kualitatif dengan metode studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara
langsung. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat cara khusus yang dilakukan dalam
menyampaikan komunikasi politik dalam melawan narasi dinasti politik. Selain itu, era politik
digital juga terbukti merubah tatanan komunikasi politik tradisional terbukti dengan perubahan
audiens. Perubahan audiens ini dibuktikan dengan kemampuan audiens yang tidak hanya sebagai
konsumen penerima pesan politik, namun juga mampu memproduksi pesan, mereformulasi
pesan, dan memperdebatkan pesan politik pada medium digital.

Kata kunci: Pilkada Kota Surakarta, Gibran-Teguh, Komunikasi Politik, Politik Digital,
Dinasti Politik

1
PENDAHULUAN
Indonesia menganut sistem demokrasi dengan memilih kekuasaaan melalui pemilihan umum
(pemilu) melalui partai politik maupun jalur independent secara sah agar kemudian dapat
mengimplementasikan ide-idenya sebagai pemerintah kepada masyarakat. Dalam menghadapi isu-isu
dan narasi yang dibangun dan ditujukkan pada individu maupun pasangan calon ini, diperlukan
komunikasi politik dan manajemen isu yang mumpuni sehingga isu dan narasi yang bermunculan
tidak mempengaruhi elektabilitas pasangan calon.
Komunikasi politik menurut Lasswell merupakan perihal “siapa mengatakan apa, melalui apa
kepada siapa, dan apa akibatnya”.1 Lasswell kemudian memandang komunikasi politik memiliki
orientasi untuk mencapai tujuan yang mana baik tujuan maupun nilai tersebut dibentuk di dalam suatu
proses. Komunikasi politik menjadi alat penting untuk penyampaian pesan bagi aktor-aktor politik
baik di dalam maupun di luar sistem yang mana pesan-pesan yang disampaikan selaras dengan tujuan
dan keinginan dari tiap aktor politik.
Dalam pemilihan kepala daerah (pilkada), adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat
melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah mempertegas mekanisme pemilihan
kepala daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat. 2
Pilkada Kota Surakarta dilaksanakan pada
tahun 2020, yang termasuk ke Pilkada Serentak di berbagai provinsi dan kota/kabupaten di Indonesia.
Pilkada Serentak terlaksana berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pilkada
Serentak yang membahas efisiensi dan efektivitas pilkada serta penghematan anggaran dalam
pelaksanaan pilkada.
Pilkada Kota Surakarta tahun 2020 diikuti oleh Gibran Rakabuming Raka – Teguh Prakosa di
nomor urut 1 diusung oleh partai PDIP dan didukung oleh 8 partai lain yaitu Golkar, Gerindra, PAN,
PSI, PKB, NasDem, Perindo, dan PPP. Gibran Rakabuming Raka – Teguh Prakosa yang mana dalam
Pilkada Kota Surakarta tahun 2020, kerap diterpa isu narasi dinasti politik.
Dinasti politik merupakan ekspansi kekuasaan yang bersifat status quo melalui hubungan
darah/keluarga. Isu narasi dinasti politik ini terutama ditunjukkan kepada Gibran Rakabuming Raka
yang merupakan anak pertama dari Presiden Joko Widodo. Jika melihat di media massa maupun
media sosial, selama masa kampanye hingga waktu pencoblosan, isu ini kerap muncul di media massa
maupun dunia maya. Selama masa itu pula terdapat kontra narasi di media sosial maupun media
massa yang ditujukan untuk mematahkan narasi dinasti politik.
Di media massa misalnya, ketika Gibran Rakabuming turun ke lapangan untuk melakukan
kampanye dan melakukan wawancara dengan media, Gibran selalu menjawab pencalonan dirinya
bukanlah dinasti politik namun bagian dari kontestasi politik karena pada akhirnya terpilih atau
tidaknya Gibran ada di tangan rakyat, bukan merupakan wewenang ataupun hak prerogatif Presiden.
1
Harold Lasswell dalam Dan Nimmo, (2004), Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal.
13.
2
Undang Nomor 32 Tahun 2004

2
Di media sosial khususnya twitter, yang mana isu ini lebih dominan muncul di media sosial,
kontra narasi yang muncul adalah pencalonan Gibran Rakabuming merupakan haknya sebagai warga
negara dan tidak bisa dianggap dinasti politik karena Gibran tidak ditunjuk langsung oleh Presiden
dan yang memberikan lampu hijau bagi Gibran untuk ikut dalam kontestasi Pilkada Kota Surakarta
tahun 2020 adalah Ketua Partai PDI-Perjuangan, bukan Presiden. Tentunya, dari cara Gibran
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan dinasti politik maupun kontra narasi yang bermunculan
di media sosial, semua merupakan bagian dari strategi kontra narasi yang disiapkan oleh Gibran
beserta tim pemenangan. Maka dari itu, menjadi menarik untuk dibahas langkah-langkah dan
komunikasi politik yang disiapkan oleh pasangan calon nomor urut 1, Gibran Rakabuming Raka –
Teguh Prakosa, beserta tim pemenangan dalam menghadapi narasi dinasti politik yang menjadi isu
utama selama berlangsungnya Pilkada Kota Surakarta tahun 2020.
METODE
Jenis penelitian studi kasus metode penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang tepat
dalam menjawab pertanyaan penelitian yang mana untuk mengetahui lebih lanjut komunikasi politik
yang dijalankan Gibran-Teguh dalam menghadapi narasi dinasti politik pada pilkada Kota Surakarta
pada tahun 2020.
Dalam menentukan informan, peneliti memilih informan yang memiliki kredibilitas atas
pengetahuannya terhadap objek penelitian dan juga mengerti serta memahami topik penelitian yang
diangkat. Maka dari itu, dalam penentuan informan penelitian, peneliti menggunakan teknik
purposive sampling.
Tabel 1 Tabel Informan
No Nama Informan Jabatan Alasan Pemilihan Informan
1. Her Suprabu Ketua Bidang Penggalangan Bapak Her Suprabu merupakan
Tim Pemenangan Gibran pimpinan dalam Tim
Teguh merangkap sebagai Pemenangan yang kerap turut
Wakil Ketua Tim Pemenangan serta dalam operasional
Gibran Teguh kampanye secara keseluruhan.
Bapak Her Suprabu juga turut
serta dalam pembahasan
komunikasi politik sejak awal.
2. Kuat Hermawan Koordinator Relawan Gibran- Bapak Kuat Hermawan
Santoso Teguh, Anggota Tim Santoso merupakan orang yang
Pemenangan Gibran Teguh, mendampingi Gibran-Teguh
Pendamping langsung Gibran dari awal dan juga merupakan
Rakabuming. orang di luar DPC PDIP Solo
yang dipercaya Gibran menjadi
pendampingnya dan mengurus

3
beragam keperluan untuk
pencalonan. Bapak Kuat juga
selalu ikut serta dalam berbagai
kegiatan sehingga mengetahui
bagaimana komunikasi politik
dijalankan.
3. Kobar Warga Kota Surakarta Bapak Kobar merupakan warga
Kota Surakarta yang mengikuti
dinamika Pilkada Kota
Surakarta 2020 sejak awal.
Pemilihan beliau sebagai
informan untuk menilai
efektifitas komunikasi politik
yang dijalankan melalui
medium digital.
4. Lukman Warga Kota Surakarta, Bapak Lukman merupakan
Pengemudi Ojek Online warga Kota Surakarta yang
mengikuti dinamika Pilkada
Kota Surakarta 2020 sejak awal.
Pemilihan beliau sebagai
informan untuk menilai
efektifitas komunikasi politik
yang dijalankan melalui
medium digital.

Teknik pengumpulan data digunakan sebagai cara dalam perolehan data/informasi yang
menjadi penunjang penelitian. Pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi. Berdasarkan data yang diperoleh diolah dengan mengutip Sugiyono (2015), Miles
dan Huberman mengemukakan bahwa dalam analisis data terdapat 4 aktivitas yaitu data collection,
data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Dilanjutkan dengan kevaliditas
data menggunakan metode triangulasi sumber diantaranya uji Transferability, uji dependability, uji
Confirmability untuk memastikan data yang didapatkan kredibel.
HASIL
Partisipasi Gibran di Pilkada Kota Surakarta menjadi perhatian utama di pertarungan Pilkada kali
ini selain dikarenakan Gibran merupakan anak sulung Presiden Joko Widodo, Gibran mencalonkan
diri di Kota Surakarta yang mana merupakan kampung halamannya dan juga Presiden Joko Widodo
merupakan mantan walikota Solo tahun 2005 hingga 2012. Majunya Gibran sebagai calon walikota

4
Kota Surakarta juga diwarnai dengan narasi dinasti politik yang menyerang dirinya. Pasangan Gibran-
Teguh Prakosa kemudian secara resmi mendaftarkan ke KPU untuk mencalonkan sebagai calon wali
kota dan wakil walikota Surakarta pada Pilkada Kota Surakarta tahun 2020. Sejak saat ini lah isu-isu
berupa narasi dinasti politik berkembang dan menyerang Gibran. Hal ini bukan saja didasari oleh
status Gibran sebagai anak Presiden, namun dinamika yang terjadi selama masa pencalonan. Narasi
dinasti politik yang menyerangnya semakin deras ditambah pencalonan Bobby Nasution, suami dari
adik Gibran Rakabuming, sebagai calon wali kota Medan. Hal ini menjadikan persepsi masyarakat
bahwa Presiden Joko Widodo dan keluarganya sedang membangun dinasti politik pada periode yang
bersamaan.

Gambar 1. Artikel Tirto.id Perihal Narasi Dinasti Politik


Sumber: tirto.id

Tangkapan gambar di atas hanyalah sebagian kecil dari banyaknya narasi dinasti politik yang
ditujukkan kepada Gibran. Masih banyak cuitan maupun artikel-artikel di ranah digital yang juga turut
mengundang perhatian warganet dan memunculkan banyaknya perdebatan. Penjelasan ataupun
contoh singkat ini diharapkan mampu memberikan gambaran kepada pembaca terkait narasi dinasti
politik yang ditujukkan kepada Gibran.

PEMBAHASAN
Sebelum terbentuknya pesan-pesan politik yang disampaikan Gibran-Teguh maupun tim
pemenangannya, proses penyusunan strategi komunikasi dilakukan oleh tim pemenangan.
Proses penyusunan komunikasi politik yang dilakukan oleh Tim Pemenangan melalui proses

5
pengolahan isu-isu beredar. Tentunya termasuk komunikasi politik yang berkaitan dengan
narasi-narasi dinasti politik. Dalam masa pencalonan, Gibran-Teguh beserta tim pemenangan
kerap diterpa isu narasi dinasti politik.
Pak Kuat Hermawan Santoso yang merupakan Anggota Tim Pemenangan, Koordinator
Relawan, dan juga pendamping langsung Gibran. menyatakan sebagai berikut:
“Kalau pertanyaan dari masyarakat itu banyak seperti, ‘oh ini politik
dinasti?’ ya karena itu pertanyaan politik, Mas Gibran menjawabnya
‘Kita ini dipilih oleh masyarakat. Masyarakat bisa memilih dan tidak
bisa memilih. Ukurannya adalah di pemilihan pilkadanya…pemilihan
langsung. Masyarakat silahkan memilih saya atau tidak memilih saya,
bebas.’.”3
Pernyataan-pernyataan narasumber di atas perihal pesan politik dalam menanggapi narasi
dinasti politik jika dikaitkan dengan teori Dan Nimmo yang membahas unsur komunikasi
politik, pesan-pesan yang disampaikan dapat diklasifikasikan ke pesan politik pengaruh.
Pesan seperti “saya bisa menang, dan juga kalah kok”; “masyarakat bisa memilih, bisa juga
tidak memilih”; “masyarakat silahkan memilih saya atau tidak memilih saya” bukanlah pesan
politik yang termasuk berupa pesan kekuasaan pesan yang berupa janji dan ancaman yang
mampu dilakukan aktor politik—dan bukan juga pesan politik bersifat otoritas yang
memberikan perintah. Pesan-pesan tersebut merupakan pesan politik bersifat pengaruh yang
dimaksudkan sebagai pesan politik yang berupa dorongan, permintaan, nasihat, ataupun
peringatan. Walaupun pesan yang disampaikan tidak adanya unsur ancaman maupun
perintah, namun penyampaian pesan tetap dilakukan untuk memanipulasi masyarakat sesuai
dengan keinginan aktor, yakni pembantahan dinasti politik dengan pembuktian bahwa
kekuasaan untuk memilih sepenuhnya ada di tangan masyarakat Kota Surakarta.
Kehadiran komunikator dibutuhkan dalam pembentukan opini publik maupun
penyampaian gagasan-gagasan yang dirancangkan kepada khalayak umum. Kehadiran
komunikator yang disampaikan Pak Her dalam teori Dan Nimmo dapat diidentifikasi sebagai
komunikator yang berasal dari kalangan politikus tipe pertama. Selain itu, terdapat nama
besar yang didaftarkan sebagai juru kampanye Gibran-Teguh, yaitu Sandiaga Uno.4 Sandiaga
Uno menjadi juru kampanye jika mengacu kepada teori Dan Nimmo, diklasifikasikan sebagai
komunikator yang berasal dari politikus tipe ke dua. Politikus tipe ini ditunjuk untuk

3
Wawancara dengan Pak Kuat Hermawan Santoso, Anggota Tim Pemenangan Gibran-Teguh, Koordinator Relawan Gibran-Teguh,
Pendaming Langsung Gibran-Teguh. Ndalem Eco, Surakarta, 30 Juni 2022.
4
Tara Wahyu, 2020, Sandiaga Uno Jadi Juru Kampanye Paslon Gibran-Teguh, Kumparan.com.
https://kumparan.com/bengawannews/sandiaga-uno-jadi-juru-kampanye-paslon-gibran-teguh-1uJRjvv2224/full diakses pada 12 Juli 2022

6
mengubah struktur sosial. Selain itu, politikus tipe ini, menurut Dan Nimmo, lebih
mengarahkan pengaruhnya untuk membelokkan mereka kepada satu tujuan, bukan mewakili
kepentingan kelompok mereka.
Media dibutuhkan untuk penyampaian pesan-pesan dapat dilakukan secara maksimal
sehingga tujuan dari komunikasi politik itu sendiri terlaksana dan dilakukan dengan tepat.
Terdapat tiga jenis saluran atau media yang dapat digunakan untuk penyampaian pesan
politik yakni media komunikasi massa, media komunikasi interpersonal, dan media
komunikasi organisasi. Blusukan yang dilakukan oleh Gibran bukan hanya sebatas untuk
melakukan penyampaian pesan politik, namun juga untuk membangun citra dari Gibran itu
sendiri. Pasangan Gibran-Teguh juga melakukan modifikasi pada komunikasi interpersonal
blusukan ini dengan meluncurkan media campaign virtual yang merupakan imbas dari
adanya Covid-19 sehingga meminimalisir kontak langsung dan kerumunan. Media campaign
virtual ini memungkinkan pasangan Gibran-Teguh melakukan komunikasi interpersonal—
dalam hal ini blusukan—tanpa adanya kehadiran fisik baik Gibran maupun Teguh. Hal ini
dilakukan melalui zoom meeting antara Gibran dengan warga yang tempatnya didatangi oleh
media campaign virtual ini sehingga komunikasi interpersonal tetap terlaksana secara
interaktif tanpa kehadiran fisik.

Gambar 2. Gibran Melakukan Blusukan melalui Media Campaign Virtual


Sumber : Mohammad Ayudha / Antara Foto / Kompas.com

7
Khalayak merupakan kunci penting dalam penyampaian komunikasi politik karena
khalayak inilah yang menjadi tujuan utama dari komunikasi politik itu sendiri. Dalam
mengidentifikasi khalayak atau target komunikasi politik yang dilakukan oleh pasangan
Gibran-Teguh beserta Tim Pemenangan, peneliti mendapatkan dua elemen khalayak yang
disampaikan oleh Hennesy dalam Nasution (1990) yang kemudian menjadi sasaran
komunikasi politik selama masa kontestasi, yakni Publik Umum (General Public) dan Publik
Penuh Perhatian (The Attentive Public).
Attentive Public disini diartikan sebagai khalayak yang mempunyai idealisme maupun
kepentingan pada perubahan dan sistem politik. Pada khalayak ini, terdapat individu yang
turut melakukan pengamatan pada dunia politik maupun berperan aktif dalam menanggapi
opini publik dan elite politik. Dalam hal ini, komunitas-komunitas yang melakukan
penolakan seperti komunitas pengusaha dan akademisi menjadi khalayak Attentive Public.
Pada penelitian terdahulu, seperti pada Indrianti Azhar Firdausi & Ahmad Sururi (2019);
dan penelitian Aditya Putra (2020), pengelompokkan khalayak yang lebih terfokus tidak
dijabarkan pada penelitiannya. Penelitian terdahulu hanya berfokus pada anggapan khalayak
hanyalah General Public dan tidak mengklasifikasikan lagi tipe-tipe yang dimiliki. Penelitian
terdahulu juga sarat akan identifikasi khalayak yang ditanyakan kepada informan. Pada
penelitian ini, peneliti menginginkan adanya pengotakan pada khalayak sehingga identifikasi
komunikasi politik menjadi jelas sasarannya, sesuai dengan apa yang sudah disampaikan
informan.
Efek dalam komunikasi politik adalah dampak dari disampaikannya pesan-pesan politik
kepada khalayak. Dalam mengidentifikasi efek komunikasi politik yang timbul, peneliti
membagi dua medium komunikasi yakni langsung dan tidak langsung. Aktifitas komunikasi
politik yang disampaikan secara langsung menimbulkan efek kognitif. Menurut Steffen M.
Chaffe dalam Effendry (2009), efek kognitif merupakan efek yang timbul pada khalayak dan
bersifat informatif. Efek ini tidak dilanjuti oleh tindakan apapun oleh khalayak dan
menjadikan komunikasi politik sebagai tambahan informasi yang didapat dari khalayak.
Pernyataan Pak Her Suprabu yang menyatakan bahwa masyarakat Kota Surakarta ‘diam dan
manut saja’ saat Gibran menjawab pernyataan perihal dinasti politik pada saat kegiatan
blusukan menandakan bahwa saat komunikasi politik disampaikan secara langsung, efek
kognitif adalah efek yang ditimbulkan oleh khalayak.
Kemudian temuan munculnya Efek Konatif atau Behavioral membuktikan bahwa
perubahan peran khalayak yang terjadi antara khalayak pada teori Komunikasi Politik Dan
Nimmo (1989) dan khalayak pada era politik digital adalah nyata. Temuan ini membuktikan

8
bahwa pada era politik digital dengan kemampuan khalayak untuk melakukan tindakan
terhadap komunikasi politik yang diterima (berupa bantahan, dsb) menjadikan perubahan
peran khalayak yang berada pada Komunikasi Politik Dan Nimmo dan Komunikasi di era
Politik Digital merupakan academic gap yang telah terisi.

SIMPULAN
Hasil identifikasi komunikasi politik yang dilakukan menemukan pesan politik yang
disampaikan merupakan pesan politik pengaruh. Pesan seperti “saya bisa menang, dan juga
kalah kok”; “masyarakat bisa memilih, bisa juga tidak memilih”; “masyarakat silahkan
memilih saya atau tidak memilih saya” merupakan pesan politik bersifat pengaruh yang
dimaksudkan sebagai pesan politik yang berupa dorongan, permintaan, nasihat, ataupun
peringatan. Media Komunikasi Massa (konvensional) dan Media Komunikasi Interpersonal
merupakan medium yang digunakan untuk melawan narasi dinasti politik. Sedangkan respon
khalayak terbagi menjadi dua: General Public dan Attentive Public. Untuk efek yang
ditumbulkan juga terbagi menjadi dua: yakni efek kognitif dan efek konatif.
Efektifitas komunikasi politik dalam media digital dianggap efektif oleh warga yang
menjadi informan dikarenakan adanya pengawalan pesan dalam media digital. Kemampuan
pengawalan pesan dapat merealisasikan efektifitas komunikasi politik dengan koordinasi
gerakan kolektif yang lebih mudah dilakukan pada medium digital yang masyarakatnya lebih
mengetahui satu sama lain. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hadirnya era politik
digital merubah cara Gibran-Teguh dalam menangani serangan narasi dinasti politik.
Hadirnya era politik digital membuat pasangan Gibran-Teguh tidak menjawab isu tersebut
secara langsung di media digital, namun melalui media komunikasi massa (konvensional) dan
media komunikasi interpersonal. Hal ini didasari adanya perubahan peran audiens yang kini
memiliki kemampuan untuk menentang, mereformulasi, dan mendestablisasi pesan-pesan
yang disampaikan.

DAFTAR RUJUKAN
Aditya, A. 2020. Analisis Strategi Komunikasi Partai Politik Baru Dalam Meningkatkan
Partisipasi Politik Pemilih Pemula (Studi kasus DPD Partai Solidaritas Indonesia
Kota Parepare). Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu
Dakwah, 26(1), 43-76.
https://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/bayan/article/view/5773
Fuqoha Fuqoha, Indrianti Azhar Firdausi, and Arga Eka Sanjaya, “Perlindungan Hukum
Terhadap Intervensi Pemberitaan Dalam Kerangka Kemerdekaan Pers Nasional,”
Ajudikasi : Jurnal Ilmu Hukum 3, no. 1 (2019): 75,
https://doi.org/10.30656/ajudikasi.v3i1.1436.
Nasution S. 1990. Pengertian Belajar. Bandung : Bumi Aksara

9
Nimmo, Dan. 2001. Komunikasi Khalayak dan Efek, terj. Jalaluddin Rakhmat. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nimmo, Dan. 2004. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: CV Alfabeta.

10

Anda mungkin juga menyukai