Anda di halaman 1dari 29

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK KEPALA DESA

NGAMPRAH DALAM MERAIH DUKUNGAN PUBLIK


PADA PILKADES 2019

Karya Tulis Pengantar Ilmu Politik


Dosen Pengampu : Herry Setianto Wahyono, S.I.Kom., M.I.Kom.

Disusun Oleh :
Siti Rahmah Gustianingsih 122003044

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS HALIM SANUSI PUI

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah ‫ ﷻ‬atas rahmat dan nikmat-Nya
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat disusun sampai selesai. Tidak lupa pula saya
ucapkan terima kasih kepada para pembimbing dan rekan-rekan yang berkontribusi
dengan memberikan masukan maupun materinya demi tersusunnya karya tulis ini.

Karya tulis ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas pengantar ilmu
politik dengan judul “Strategi Komunikasi Politik Kepala Desa Ngamprah
dalam Meraih Dukungan Publik pada Pilkades 2019”. Saya berharap karya tulis
ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca. Bagi saya
sebagai penyusun merasa bahwasanya masih banyak kekurangan dalam
penyusunan karya tulis ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Maka
dari itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini.

Bandung, Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Jenis dan Sifat Penelitian ................................................................... 4
2.2 Populasi dan Sampel .......................................................................... 4
2.3 Sumber Data ....................................................................................... 5
2.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Strategi Komunikasi Politik .......................................... 9
3.2 Langkah-langkah Strategi Komunikasi Politik ............................... 10
3.3 Strategi Komunikasi Politik .............................................................. 16
3.4 Saluran Komunikasi Politik .............................................................. 17
3.5 Unsur Komunikasi Politik ................................................................. 18
3.6 Fungsi Komunikasi Politik ................................................................ 19
3.7 Strategi Komunikasi Politik yang Digunakan Oleh Kepala Desa
Ngamprah untuk Pemilihan Kepala Desa Ngamprah 2019 ................. 21
BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iii
ABSTRAK
Strategi komunikasi politik berperan penting dalam membantu
para calon pemimpin daerah atau calon legislatif untuk mendapatkan
dukungan dan suara dari masyarakat agar bisa memenangkan pemilihan
umum. Salah satu contoh Pemilu pada tingkat skala yang kecil yaitu
Pemilihan Kepala Desa. Pada proses pemilihan kepala desa, sangat
jarang terlihat strategi-strategi komunikasi politik para calon Kepala
Desa yang disebabkan karena kecilnya ruang lingkup proses pemilihan
kepala desa sehingga wilayah desa yang jumlah penduduknya sedikit
kemungkinan besar juga akan kurang terlihat. Maka dari itu, penelitian
ini bertujuan untuk menggali informasi tentang bagaimana strategi
komunikasi politik seorang calon kepala desa dalam meraih dukungan
dan suara masyarakat agar bisa memenangkan proses pemilihan kepala
desa dengan wilayah desa yang populasinya cukup banyak yaitu Desa
Ngamprah, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat.

Kata Kunci : Strategi, Komunikasi, Politik, Komunikasi Politik,


Strategi Komunikasi Politik

ABSTRACT
Political communication strategies play an important role in
helping candidates for regional leaders or legislative candidates to
gain support and votes from the public in order to win the general
election. One example of an election at a smallscale level is the village
head election. In the village head election process, it is very rare to see
political communication strategies for Village Head candidates due to
the small scope of the village head election process so that village areas
with a small population are likely to be less visible. Therefore, this
study aims to dig up information about how the political
communication strategy of a village head candidate is in gaining the

iv
support and votes of the community so that they can win the village
head election process in a village area with quite a large population,
namely Ngamprah Village, Ngamprah District, West Bandung
Regency.

Keywords : Strategy, Communication, Politics, Political


Communication, Political Communication Strategy

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Strategi komunikasi politik merupakan tentang bagaimana proses


yang terjadi di dalam pemenangan satu pertarungan politik oleh partai
politik, atau secara langsung, oleh seorang calon Legislatif atau calon
pimpinan daerah, yang menghendaki kekuasaan dan pengaruh sebesar-
besarnya di tengah-tengah masyarakat sebagai konstituennya.

Strategi komunikasi politik sangat berguna mengumpulkan


dukungan dari masyarakat seperti contoh kampanye. Hal ini bertujuan untuk
meraup suara yang banyak nantinya saat pemilihan. Setiap partai politik
atau koalisi partai politik mempunyai strategi komunikasi politik yang juga
berbeda-beda. Hal ini didasarkan pada target atau sasaran masyarakat yang
ingin diperoleh dukungan dan suaranya.

Strategi komunikasi politik sangat berdampak nantinya pada


kekuatan kedudukan sebuah partai politik atau koalisi partai politik karena
hal tersebut dapat memperlihatkan citra sebuah partai politik ke hadapan
masyarakat berdasarkan pada pesta demokrasi yang lalu untuk dijadikan
sebagai tolak ukur nantinya di pesta demokrasi berikutnya. Oleh karena itu,
setiap partai politik atau koalisi partai politik pasti akan menggunakan
strategi komunikasi politik terbaik sesuai dengan target atau sasaran
golongan masyarakatnya.

Bukan hanya pada tingkat pusat atau daerah tingkat I maupun II


bahkan pada tingkat yang lebih rendah sekalipun seperti halnya pemilihan
Kepala Desa, strategi komunikasi politik ini sangat diperlukan untuk meraih
dukungan dan suara masyarakat agar bisa memenangkan proses pemilihan.
Pemilihan Kepala Desa merupakan contoh skala terkecil dalam proses

1
pemilihan umum. Desa Ngamprah sendiri memiliki lebih dari 2 orang calon
Kepala Desa yang akan maju untuk proses pemilihan Kepala Desa yang
baru dimana Kepala Desa sebelumnya telah selesai masa jabatannya. Maka
dari itu, setiap calon harus mempunyai strategi komunikasi politik yang baik
untuk mendapatkan dukungan dan suara dari masyarakat agar bisa
memperoleh suara terbanyak dan memenangkan proses pemilihan.

Berdasarkan uraian di atas untuk mengetahui lebih lanjut tentang


strategi komunikasi politik dalam meraih dukungan publik, maka penulis
berinisiatif untuk melakukan penelitian ilmiah yang skalanya lebih kecil
dengan formulasi berjudul : Strategi Komunikasi Politik Kepala Desa
Ngamprah dalam Meraih Dukungan Publik pada Pilkades 2019 (studi
wawancara Kepala Desa Ngamprah masa jabatan 2019-2024 pada
Pemilihan Kepala Desa Ngamprah tahun 2019).

1.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas,
permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat diidentifikasi yaitu :

1) Seorang calon Kepala Desa seharusnya memiliki strategi komunikasi


politik yang baru untuk meraih dukungan dan suara masyarakat.
2) Seorang calon Kepala Desa membutuhkan perencanaan komunikasi
politik untuk meraih dukungan dan suara masyarakat.
3) Calon Kepala Desa akan kesulitan dalam mensosialisasikan visi, misi,
dan program-programnya kepada masyarakat.
4) Setiap calon Kepala Desa membutuhkan kemampuan komunikasi
interpersonal yang memadai untuk menghadapi pemilihan Kepala Desa
2019.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut :

2
1) Bagaimana perencanaan komunikasi politik Kepala Desa Ngamprah
pada Pemilihan Kepala Desa 2019?
2) Bagaimana kemampuan komunikasi interpersonal Kepala Desa
Ngamprah pada kampanye Pemilihan Kepala Desa 2019?

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1) Untuk mendeskripsikan perencanaan komunikasi politik calon Kepala


Desa Ngamprah pada Pemilihan Kepala Desa Ngamprah 2019.
2) Untuk mengetahui kemampuan komunikasi interpersonal calon Kepala
Desa Ngamprah pada Pemilihan Kepala Desa Ngamprah 2019.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis Sebagai sarana pengembangan teori dalam


kajian ilmu komunikasi pada praktek strategi komunikasi politik
dalam menghadapi momentum Pemilihan Kepala Desa 2019 Desa
Ngamprah.

1.5.1 Manfaat Praktis


1) Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan tentang
bagaimana perencanaan dan kemampuan komunikasi
interpersonal Kepala Desa Ngamprah dalam menghadapi
Pemilihan Kepala Desa Ngamprah 2019.
2) Sebagai referensi terapan perencanaan komunikasi politik bagi
para pelaku politik kedepannya.

3
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis dan Sifat Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan (Field Research).
Penelitian lapangan dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya,
penelitian lapangan pada hakekatnya merupakan metode untuk menemukan
secara khusus dan realistis apa yang tengah terjadi pada suatu saat ditengah
masyarakat. Adapun penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yang
menurut Mukhtar (2013) adalah sebuah metode yang digunakan peneliti
untuk menemukan pengetahuan atau teori terhadap penelitian pada satu
waktu tertentu, dengan prosedur pemecahan masalah yang
menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.
Melalui metode ini penulis mencoba mengungkapkan data, informasi, dan
kendala terkait strategi komunikasi politik calon Kepala Desa Ngamprah
dalam meraih dukungan dan suara masyarakat.

2.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah himpunan keseluruhan karateristik dari objek
yang diteliti. Pengertian lain dari populasi menurut Hadar Nawawi
(1987) adalah keseluruhan atau totalitas objek yang dibatasi oleh kriteria
tertentu. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah calon Kepala Desa
Ngamprah. Subjek penelitian ini adalah orang yang dapat memberikan
informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui strategi komunikasi
politik Kepala Desa Ngamprah dalam meraih dukungan dan suara
masyarakat.

4
2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan
bagian dari populasi sehingga sifat dan karateristik populasi juga
dimiliki oleh sampel. Sampel adalah contoh, representasi, atau wakil
dari satu populasi yang cukup besar jumlahnya. Penarikan sampel
kemudian menggunakan teknik Snowball Sampling. Tujuan peneliti
mengambil sampel ini adalah untuk memperoleh keterangan mengenai
objeknya dengan jalan mengamati sebagian saja dari populasi.
Pengambilan sampel ini dilakukan karena seringkali tidak
memungkinkan untuk mengamati segenap pengurus dari populasi yang
besar jumlahnya. Sampel yang dikehendaki dianggap representatif dapat
menjawab permasalahan yang dihadapi sesuai tujuan penelitian ini pada
tataran operasionalnya, peneliti terfokus pada perangkat Desa
Ngamprah, BPD (Badan Permusyawaratan Desa), sekretaris desa, dan
calon Kepala Desa Ngamprah yang ikut serta pada Pemilihan Kepala
Desa Ngamprah tahun 2019.

2.3 Sumber Data


Sumber data yang penulis gunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu
sumber data primer dan data sekunder :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
memerlukannya. Dalam hal ini penulis sebagai instrumen utama
penelitian menjadikan observasi lapangan sebagai data utama, ditunjang
oleh keterangan dari Kepala Desa Ngamprah untuk Pemilihan Kepala
Desa Ngamprah tahun 2019 sebagai informan dalam mencari data-data
yang diperlukan dan dibutuhkan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang sudah jadi atau dipublikasikan
untuk umum oleh instansi atau lembaga yang mengumpulkan, mengolah

5
dan menyajikan. Data sekunder disebut juga data tersedia. Data
sekunder merupakan data pendukung yang fungsinya memperkuat data
primer, yang diperoleh dari buku-buku, literature seperti buku strategi
sosialisasi politik, strategi partai politik, serta karya-karya,
dokumentasi, dan media internet terkait objek penelitian. Berdasarkan
penjelasan ini maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah
Kepala Desa Ngamprah untuk Pemilihan Kepala Desa Ngamprah tahun
2019.

2.4 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini ada
3 cara yaitu :
1. Metode observasi lapangan
Observasi pada dasarnya adalah mengumpulkan data atau
keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha
pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki. Sedangkan
menurut Kamus Ilmiah Populer (dalam Suardeyasasri, 2010) kata
observasi berarti suatu pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan
secara berulang-ulang. Metode observasi seperti yang dikatakan Hadi
dan Nurkancana (dalam Suardeyasri, 2010) adalah suatu metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis baik secara langsung
maupun secara tidak langsung pada tempat yang diamati. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan observasi lapangan terkait kampanye
Kepala Desa Ngamprah pada Pemilihan Kepala Desa Ngamprah tahun
2019.

2. Metode Wawancara
Menurut Sugiyono (2013), wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi awal untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga peneliti ingin

6
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Wawancara memiliki tujuan untuk
menampilkan konstruksi saat kini dalam suatu kerangka tentang para
pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan
atau persepsi, dsb; kemudian hal tersebut dikaitkan dengan
kemungkinan yang dapat timbul di masa yang akan datang. Responden
yang diwawancarai juga berperan sebagai pengamat yang kemudian
memberikan jawaban kepada peneliti mengenai gejala-gejala yang
sedang di teliti. Peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara langsung antara peneliti dengan
informan menggunakan metode seperti yang dituliskan oleh Pawito
(2011), yaitu wawancara mendalam (indepth interview). Penelitian ini
menggunakan wawancara terstruktur dengan teknik snowball sampling
yaitu pewawancara tidak menetapkan jumlah responden. Apabila
responden pertama dirasa sudah cukup memberikan semua data yang
dibutuhkan, maka wawancara kembali kepada responden kedua.
Wawancara tersebut ditunjukkan kepada Kepala Desa Ngamprah
dengan tujuan untuk mengetahui data yang berkaitan dengan strategi
komunikasi politik Kepala Desa untuk meraih dukungan dan suara dari
masyarakat.

3. Metode Dokumentasi
Menurut Nawawi (1998), metode dokumentasi adalah
“mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa
arsip-arsip dan juga termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil,
hukum-hukum, jurnal, buku dokumentasi serta melalui media elektronik
yaitu internet yang ada kaitannya dengan diterapkannya penelitian ini”.
Metode dokumentasi dijadikan sebagai metode pelengkap, dimana
peneliti melakukan pencatatan terhadap data yang dianggap penting dan
berkaitan dengan pola dan strategi kampanye Kepala Desa Ngamprah
dalam meraih dukungan dan suara masyarakat.

7
4. Metode Analisa Data
Data yang diperoleh di lapangan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif, dengan mencari gambaran yang
sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta dan kegiatan yang
terkait dengan strategi kampanye dan pola komunikasi politik Kepala
Desa Ngamprah dalam meraih dukungan dan suara masyarakat.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Strategi Komunikasi Politik

Strategi Komunikasi Politik adalah perencanaan komunikasi yang


diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh dengan sedemikian rupa,
sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut
dapat mengikat suatu kelompok atau warga tertentu. Strategi komunikasi
politik juga merupakan upaya sekelompok manusia yang mempunyai
orientasi, pemikiran politik atau ideologi tertentu kedalam suatu sistem
politik dengan menggunakan simbol-simbol yang berarti untuk menguasai
atau memperoleh kekuasaan.

Menurut Effendi (1992 : 301) dalam buku berjudul “Dimensi-


dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa: “.... strategi komunikasi
merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication
planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai
suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus
dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus
dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi”.

Selanjutnya, Effendi menjelaskan bahwa strategi komunikasi terdiri


dari dua aspek, yaitu : Secara makro (Planned multi-media strategy) Secara
mikro (single communication medium strategy). Kedua aspek tersebut
mempunyai fungsi ganda, yaitu : Menyebarluaskan pesan komunikasi yang
bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematis kepada sasaran
untuk memperoleh hasil yang optimal. Menjembatani “cultural gap”,
misalnya suatu program yang berasal dari suatu produk kebudayaan lain
yang dianggap baik untuk diterapkan dan dijadikan milik kebudayaan

9
sendiri sangat tergantung bagaimana strategi mengemas informasi itu dalam
dikomunikasiknnya.

3.2 Langkah-langkah dalam Strategi Komunikasi Politik


Strategi komunikasi politik merupakan keseluruhan keputusan
kondisional perihal tindakan yang akan diimplementasikan pada saat ini
guna pencapaian sebuah tujuan politik pada masa yang akan datang. Pun
dalam strategi komunikasi politik, terdapat langkah konseptual yang tepat
bagi seorang komunikator politik, yakni merawat ketokohan dan
memantapkan kelembagaan, menciptakan kebersamaan serta membangun
konsensus (Arifin, 2011).
1. Merawat Ketokohan Dan Memantapkan Kelembagaan
Merawat ketokohan dan memantapkan kelembagaan memiliki arti
bahwa ketokohan seorang politikus beserta kemantapan lembaga
politiknya dalam kehidupan masyarakat memiliki pengaruh terhadap
strategi komunikasi politik. Hal tersebut diperlukannya kemampuan
serta dukungan lembaga guna menyusun pesan yang bersifat politis,
menetapkan metode dan memilih media politik yang tepat. Ketokohan
adalah individu yang memiliki kredibilitas, kepercayaan (al amin), daya
tarik dan kekuasaan. Sedangkan kredibilitas merupakan serangkaian
persepsi publik perihal sifat-sifat komunikator. Sifat-sifat komunikator
dapat disebut pula sebagai komponen kredibilitas yakni keahlian dan
dapat dipercaya oleh publik. Keahlian merupakan bagian dari citra yang
terbentuk dibenak publik perihal kemampuan. Sedangkan kepercayaan
(al amin) adalah citra yang terbentuk pada diri komunikan atau khalayak
perihal karakter, watak dari seorang komunikator politikus, aktivis atau
profesional dari aspek moralitasnya (Arifin, 2011).
Pendapat Newman bahwa keahlian dan kepercayaan merupakan
komponen kunci dari kredibilitas (Kaid, 2015). Firmanzah
mengemukakan bahwa kemampuan serta kapasitas orang atau kandidat
merupakan faktor yang dapat menentukan bagi masyarakat dalam

10
memilih partai politik atau kandidat (Wance & La Suhu, 2019).
Pemahaman lembaga dalam konteks strategi komunikasi politik adalah
wadah kerjasama beberapa individu guna mencapai tujuan bersama.
Lembaga tersebut dapat berupa lembaga politik atau bukan lembaga
politik. Lembaga politik dapat berbentuk seperti partai politik,
parlemen, pemerintahan atau birokrasi (Arifin, 2011). Sedangkan dalam
konteks tim pada kandidat pilkada terdapat pandangan bahwa tim dapat
diklasifikasikan menjadi dua yakni tim sukses partai pendukung dan tim
relawan. Adapun strategi yang dijalankan oleh tim dapat dilakukan
melalui jaringan organisasi seperti organisasi kepemudaan, badan sosial
serta lainnya. Pun tidak mengesampingkan pada aspek tatanan sistem
organisasional partai dan ketokohan (Amansyah, 2018).
Bagi Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi atau
dalam proses demokratisasi, partai politik dapat menjadi sarana
demokrasi yang memiliki peran sebagai penghubung antara rakyat dan
pemerintah (Cangara, 2016). Sigmund Neuman mengemukakan bahwa
partai politik adalah organisasi dan aktivis-aktivis politik yang berupaya
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut simpati atau
dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan lain yang
memiliki pandangan berbeda (Affan, 2015).
Sesungguhnya lembaga politik dan bukan politik memiliki
karakteristik, sama hal nya dengan manusia yang meliputi eksistensi
kepribadian dan aktivitas. Lembaga akan dipersepsikan oleh publik
berdasarkan citra yang terbangun oleh lembaga itu sendiri, semakin
tinggi kegunaan lembaga bagi publik maka semakin diperlukan. Pun
demikian, pada dasarnya publik menghargai lembaga yang dapat
mengakomodir dan memenuhi kebutuhan kepentingannya. Ketokohan
yang prima serta lembaga yang besar dan terpercaya akan menjadi
kekuatan politik dalam membangun komunikasi politik yang lebih
efektif (Arifin, 2011). Apa yang dipersepsi oleh publik tentang lembaga

11
partai politik dan tokoh politik merupakan bagian awal terbentuknya
suatu citra diri yang melekat pada partai atau tokohnya (Lampe, 2010).

2. Menciptakan Kebersamaan
Menciptakan kebersamaan merupakan bagian dari langkah strategi
komunikasi politik yang perlu dilakukan guna mencapai tujuan dari
komunikasi politik itu sendiri. Menciptakan kebersamaan dapat
dilakukan dengan cara mengenal, antara politikus dengan khalayak serta
menyusun pesan yang homifili. Hal penting dalam situasi homifili
perlunya persamaan bahasa (simbol komunikasi), persamaan busana,
persamaan kepentingan dengan publik, terutama mengenai pesan politik
metode dan media politik. Homifili atau empati merupakan salah satu
keterkaitan dalam membangun dan merawat ketokohan bagi seorang
politikus, aktivis, profesional sebagai komunikator. Unsur-unsur yang
perlu diperhatikan dalam menciptakan kebersamaan yakni memahami
khalayak, menyusun pesan persuasif, menetapkan metode serta memilih
dan memilah media (Arifin, 2011). Hubungan antara partai politik atau
seorang kandidat dengan masyarakat merupakan hubungan literasi,
dimana kedua belah pihak terlibat membangun pemahaman bersama.
Hal itu penting dilakuakan sebab partai politik, kandidat dan masyarakat
memiliki kerangka berfikir berbeda (Khoiron & Siboy, 2018).
Bersinggungan dengan hubungan sebagaimana pendapat lain
mengemukakan bahwa tindakan komunikasi politik dapat dilakukan
dengan pendekatan secara langsung atau tatap muka, mendirikan
relawan atau komunitas serta menjalin hubungan baik pada seluruh
stake holders yang berkaitan (Jeffri, 2021).
Berkaitan dengan penyusunan bahasa dalam pesan persuasif,
penentuan tema atau materi sesuai dengan situasi dan kondisi khalayak
adalah pilihan yang tepat. Syarat utama memengaruhi khalayak dari isi
bahasa dalam pesan tersebut yakni harus mampu membangkitkan
perhatian khalayak dan memiliki orientasi menggerakan seseorang atau

12
orang banyak guna melakukan suatu kegiatan sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan. Kandungan bahasa dalam pesan politik dapat menarik
perhatian khalayak apabila memuat harapan pemenuhan kebutuhan
pribadi atau kelompok dalam masyarakat (Arifin, 2011). Pandangan lain
yang mengemukakan bahwa penyampaian isi pesan politik yang
disampaikan mudah dipahami dan dimengerti serta tidak berbelit-belit
(Triwicaksono & Nugroho, 2021). Sejalan dengan pendapat yang
mempertegas bahwa komponen komunkiasi politik meliputi
komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Meifilina, 2021).
Pengaturan kandungan isi pesan dalam komunikasi politik dapat
menyentuh kebutuhan masyarakat secara mendasar dan dilakukan
terprogram atau berkesinambungan, dengan demikian dampak politik
yang dihasilkan meningkatnya kredibilitas komunikator politik serta
partai politiknya. Hakikatnya politisi, komunikator profesional dan
aktivis sebagai komunikator politik, perlu memiliki kemampuan dalam
melakukan komunikasi politik sehingga berkesempatan dan memiliki
kualitas sebagai pemimpin yang dapat mengorganisasikan pesan kepada
khalayak dengan tepat (Susanto, 2013).
Setelah memahami khalayak, selanjutnya menyusun pesan-pesan
politik. Hal yang pertama diperhatikan dalam menyusun pesan politik
adalah yang bersifat persuasif yaitu menentukan tema dan materi yang
sesuai dengan kondisi dan situasi khalayak. Syarat utama pesan politik
tersebut harus mampu membangkitkan perhatian masyarakat.
Terdapat beberapa metode yang dapat dipilih sesuai dengan situasi
atau kondisi khalayak yakni: Redundancy atau repetition, canalizing,
informative, persuasive, educative, dan coersive. Kemudian, pada
konteks media, bahwa memilah serta memilih media dalam komunikasi
politik memerlukan kecermatan serta perlu memperhatikan sistem
komunikasi politik disuatu negara guna dapat menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi khalayak (Arifin, 2011). Dalam menampung aspirasi
khalayak setidaknya kandidat perlu memahami kondisi keadaan khlayak

13
dan empati. Seperti dijelaskan bahwa komunikator politik serta
komunikan (masyarakat) relatif seimbang (saling memberi serta
menerima), dan ini bagian dari refleksi nilai-nilai demokratis (Maulina
et al., 2019). Pada kegiatan komunikasi politik tidak terlepas dari saluran
atau media hendak digunakan. Hal ini memiliki keterkaitan efekfititas
jangkauan media dalam kegiatan komunikasi yang dilakukan. Dengan
demikian seorang komunikator politik perlu mengidentifikasikan basis
massa yang menjadi sasaran, target kegiatan politik. Apakah
menggunakan cara media massa atau konvensional (face to face)
(Rahadi, 2019).
Pandangan lain mengemukakan bahwa dalam strategi komunikasi
politik meliputi, Push Strategy yakni mengkomunikasikan isi pesan
edukatif dan mencerahkan. Pull Strategy, yaitu menggunkan media baik
media massa ataupun media online. Pass Strategi, yakni menggunakan
jejaring partai, element komunitas (Gunanto et al., 2020). Seperti hal
nya bahwa penting memanfaatkan komunikasi organisasi dan
komunikasi massa, media sosial serta adanya suatu konsep komunikasi
politik yang berbasis relawan sebagai bagian dari strategi (Rully et al.,
2021). strategi komunikasi politik dapat melalui kegiatan sosial
kemasyarakatan, pemasangan baliho dan spanduk, iklan radio serta
media sosial dan lainnya (Haryati & Thasimmim, 2019). Bersinggungan
dengan media sosial bahwa media sosial merupakan bagian strategi baru
yang dapat memberikan peluang optimalisasi citra serta elektabilitas
pada pemilihan umum kepala daerah (Sembada & Sadjijo, 2020). media
baru berbasis internet dapat menentukan pola komunikasi politik (Hasfi,
2019).
Penggunaan media dalam komunikasi politik, perlu dipilah dan
dipilih dengan cermat untuk menyampaikan dengan kondisi dan situasi
khalayak, dengan memperhatikan sistem komunikasi politik di suatu
negara dan bangsa. Media merupakan eksistensi perpanjangan indera
manusia, seperti hal nya media hanya diperlukan untuk berkomunikasi

14
jarak jauh dibandingkan untuk berkomunikasi jarak dekat atau tatap
muka media ini tidak diperlukan. Khususnya untuk berkomunikasi jarak
jauh dengan orang banyak, maka memerlukan media massa atau media
interaktif.
Dalam komunikasi politik, seluruh media dapat digunakan karena
tujuannya adalah untuk membentuk dan membina pendapat umum
sekaligus untuk mempengaruhi pemberian suara pemilih terhadap calon
pada saat pemilihan.
Dengan demikian, penggunaan media itu dilihat berdasarkan
kebutuhan atau tersedia itu tergantung pada kebutuhan atau kemampuan
khalayak menerima dan mencerna pesan-pesan politik yang
disampaikan. Artinya seleksi media akan didasarkan pada kemampuan,
kebutuhan, dan kepentingan serta lokasi khalayak yang dijadikan
sasaran komunikasi politik. Dalam menyampaikan komunikasi politik
para komunikator politik menggunakan saluran komunikasi politik yang
memiliki kemampuan menjangkau masyarakat.
3. Membangun Konsensus
Strategi komunikasi politik perlu adanya suatu konsensus yang
dibangun. Konsensus atau kesepakatan dapat dicapai setelah terjadinya
perbedaan pandangan atau konflik. Untuk membangun konsensus atau
kesepakatan, seorang politikus, aktivis atau profesional perlu memiliki
kemampuan atau seni dalam berkompromi dan membuka diri (Arifin,
2011). Hyang (2018) berpendapat bahwa dalam proses perundingan
beberapa orang yang berguna untuk mencapai kesepakatan sesuai
dengan tujuan dapat dikatakan sebagai makna dari negosiasi (Hyang,
2018).
Dewey mengemukakan bahwa diskusi antar warga negara
merupakan hal penting guna menerjemahkan pengetahuan khusus ahli
menjadi pengetahuan praktis, dengan demikian menjadikan
pengetahuan dan solusi konflik sebagai produk yang muncul dari proses
sosial (Semetko & Scammell, 2016). Menurut Dahrendorf bahwa

15
konflik merupakan sesuatu yang pasti terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Lebih lanjut dalam pandangannya bahwa suatu masyarakat
tidak akan mungkin mengalami konflik jika sebelumnya tidak ada
konsensus. Dalam suatu kelompok tidak akan terjadi konflik jika
sebelumnya masing-masing anggota tidak saling mengenal atau hidup
bersama. Pun demikian bahwa konflik dapat mengantarkan orang atau
kelompok orang pada terciptanya hubungan yang harmonis atau
konsensus (Ikrom, 2011).
Menurut Rauf bahwa konsensus adalah titik temu dari suatu
perbedaan pandangan atau konflik. Lebih lanjut dalam pandangannya
bahwa untuk mencapai konsensus diperlukannya suatu kesepakatan
antara pihak yang terlibat. Konflik akan berakhir secara tuntas apabila
pihak yang berkonflik berhasil mencapai titik temu dari perbedaan
(Hafid, 2018). Pandangan Johnson bahwa konsensus terhadap
kepercayaan serta pandangan dasar merupakan dasar utama untuk
menciptakan solidaritas dalam bermasyarakat (Silalahi, 2008).
Keterbukaan dalam kerangka berfikir strategi komunikasi politik
memiliki implikasi partisipasi politik dalam pemilihan meningkat
sejalan dengan tantangan atau ancaman internal dan eksternal yang
dihadapi oleh suatu negara sehingga masyarakat merasa sangat perlu
memberikan dukungan atau penolakan terhadap suatu keputusan
pemerintah atau kepemimpinan seorang kandidat (Sutarso, 2011).

3.3 Strategi Komunikasi Politik


Dalam pelaksanaan komunikasi politik dalam peristiwa pilkades, calon
dapat melakukan strategi, yakni :
1. Komunikasi Interpersonal (komunikasi tatap muka)
Komunikasi antarpribadi ini ialah komunikasi langsung dengan
masyarakat pemilih. Menurut Sya’diyah (2013:19) komunikasi
interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau
bahkan terjadi dalam komunitas kecil. Komunikasi ini sering digunakan

16
dalam kehidupan sosial, seperti sharing, menyelesaikan masalah,
membuat keputusan, dan melakukan tindakan.
Menurut Tabroni (2012:40) komunikasi interpersonal tergolong
komunikasi yang tradisional. Namun sampai saat ini, sesungguhnya
tidak ada yang dapat menggantikan fungsi komunikasi manusia yang
dinamis dan memiliki kelebihan pada aspek pendekatan humanitas.
2. Pembentukan Jaringan (Networking)
Pembentukan jaringan dimaksudkan untuk mengefektifkan
komunikasi agar sampai ke segala arah sehingga informasi yang
ditujukan kepada masyarakat pemilih. Hal ini, pola pembentukan tim
sukses untuk memperkuat jaringan tersebut.
3. Kegiatan Sosial
Kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat secara langsung
dapat mendekatkan hubungan antara calon kepala desa dengan warga
(pemilih).

3.4 Saluran Komunikasi Politik


Menurut Nimmo (2005:168) ada tiga (3) tipe saluran komunikasi
politik, yaitu :
Pertama menggunakan saluran komunikasi massa, ada dua bentuk
saluran komunikasi massa berdasarkan tingkat langsungnya komunikasi
satu-kepada-banyak. Bentuk pertama melalui komunikasi tatap muka
seperti seorang calon politik berbicara didepan rapat umum. Sedangkan
bentuk kedua terjadi jika ada perantara ditempatkan di antara komunikator
dan khalayak, disini media maupun alat komunikasi lainnya turut serta.
Kedua saluran yang digunakan adalah komunikasi interpersonal,
merupakan bentukan komunikasi dari hubungan satu-kepada-satu. Saluran
ini berbentuk tatap muka maupun berperantara. Adapun contoh dari bentuk
saluran interpersonal atau tatap muka ini ialah seorang calon atau kandidat
lokal yang melakukan kunjungan dari rumah ke rumah atau yang biasa
disebut dengan blusukan.

17
Dan yang ketiga ialah menggunakan bentuk saluran komunikasi
organisasi, saluran ini adalah menggabungkan penyampaian satu-kepada-
satu dan satu-kepada-banyak. Seperti menggunakan sarana untuk
komunikasi yang berperantara di dalam organisasi yaitu pengedaran
memorandum.
Selanjutnya ada tiga tipe komunikasi persuasif menurut Nimmo
(2009:195) sebagai berikut :
1. Kampanye Massa
Kampanye Massa yaitu proses penyampaian pesan persuasif melalui
media massa yang pesannya berisi program, asas, dan platform partai
politik yang dilakukan komunikator kepada calon pemilih.
2. Kampanye Interpersonal
Kampanye Interpersonal adalah proses penyampaian pesan yang
dilakukan melalui media massa dan juga melibatkan komunikasi tatap
muka maupun komunikasi berperantara. Yang pertama melalui
penampilan pribadi yang dilakukan calon atau kandidat malalui istrinya,
kerabat dekat, dan juru bicara dalam setting yang relatif informal. Kedua
membina itikad baik kepada tokoh-tokoh lokal. Dan yang ketiga ada
orang-orang dengan sukarela membantu dan melakukan anjangsono
selama kampanye : mereka mengunjungi setiap rumah untuk disetiap
seksi kepentingan calon atau kandidat.
3. Kampanye organisasi
Kampanye Organisasi adalah proses penyampaian pesan persuasif
yang berupa program dan pembagian kekuasaan partai politik yang
dilakukan komunikator politik kepada kader, dan anggota dalam satu
organisasi yang di usung oleh partai sesuai peta politiknya.

3.5 Unsur Komunikasi Politik


1. Komunikator Politik
Komunikator Politik ialah sumber utama yang menjadi pemberi
informasi tentang hal-hal yang mengandung makna politik,misalnya

18
lembaga pemerintahan legislatif dan eksekutif maupun gubernur,
bupati, politisi, fungsionaris partai politik, fungsionaris lembaga
swadaya masyarakat, dan kelompok-kelompok penekan dalam
masyarakat yang bisa memengaruhi jalannya pemerintahan.
2. Pesan Politik
Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan secara tertulis
maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, begitu juga
baik disadari atau pun tak disadari yang isinya mengandung bobot
politik.
3. Saluran atau Media Politik
Ialah alat atau sasaran yang digunakan oleh para komunikator dalam
menyampaikan pesan politik tersebut.
4. Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi
dukungan dalam bentuk pemberian suara (vote) kepada partai atau
kandidat dalam pemilihan umum.
5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya
pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai, di mana
nuansanya akan berpengaruh pada pemberian suara dalam pemilihan
umum.

3.6 Fungsi Komunikasi Politik


Sebagai disiplin ilmu, maka komunikasi politik menurut McNair
(2003:21) memiliki lima fungsi dasar, yakni :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi
disekitarnya. Untuk itu media komunikasi diharapkan memiliki fungsi
pengamatan, dan juga fungsi monitoring apa yang terjadi dalam
masyarakat.
2. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikasi fakta yang ada. Para
jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada, sehingga berusaha membuat

19
liputan yang objektif (objective reporting) yang bisa mendidik
masyarakat atas realitas fakta tersebut.
3. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah
politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini publik,
dan mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara
demikian bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakan demokrasi.
4. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga
politik.
5. Dalam masyarakat yang demokratis, maka politik berfungsi sebagai
saluran advokasi yang bisa membangun agar kebijakan dan program-
program lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.

Jika fungsi komunikasi politik yang dikemukakan oleh McNair (2003)


dikombinasikan dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran Hedebro
(1982), maka komunikasi politik berfungsi untuk :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang


dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan
pemerintah dan masyarakat.
2. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program dan tujuan lembaga
politik.
3. Memberi motivasi kepada partai politik, fungsionaris, dan para
pendukung partai.
4. Menjadi platfrom yang bisa menampung ide-ide masyarakat, sehingga
menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik.
5. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi tentang
cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai
pemberi suara.
6. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan
menampilkan para juru kampanye, artis dan para komentator atau
pengamat politik.

20
7. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna
menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang
mengancam persatuan nasional.
8. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan
melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap
gerakan reformasi dan demokratisasi.
9. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda
setting, maupun komentar-komentar politik.
10. Menjadi penjaga dalam membantu terciptanya good governance yang
transparansi dan akuntabilitas.

3.7 Strategi Komunikasi Politik yang Digunakan Oleh Kepala


Desa Ngamprah untuk Pemilihan Kepala Desa Ngamprah
2019
Desa Ngamprah merupakan salah satu wilayah desa di Kecamatan
Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat dengan luas 2,59 km2 yang
mempunyai populasi cukup banyak berdasarkan data dari Kementerian
Dalam Negeri (data Desember 2022), desa ini dihuni oleh 7.111 jiwa dengan
kepadatan 2.745,56 jiwa/km2. Jumlah dan kepadatan penduduk yang cukup
tinggi ini menjadikan seorang Kepala Desa yang memimpin Desa
Ngamprah harus mempunyai strategi komunikasi politik yang cukup baik
dan optimal dalam meraih dukungan dan suara masyarakat untuk
memenangkan proses pemilihan.
Berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara peneliti
dengan Kepala Desa Ngamprah yang terpilih untuk periode 2019 – 2024
yang ternyata sudah terpilih untuk yang ketiga kalinya atau sudah terpilih
untuk periode ketiga, bukan hanya sekedar strategi komunikasi politik yang
harus bagus dalam meraih dukungan masyarakat namun hal yang paling
penting adalah bagaimana agar kepercayaan masyarakat pun didapatkan
dari strategi komunikasi politik tersebut.

21
Strategi komunikasi politik yang dijanlankan oleh Kepala Desa
Ngamprah saat Pilkades 2019 adalah memanfaatkan komunikasi
interpersonal dalam kampanye massa dan interpersonal untuk membangun
jaringan dengan masyarakat agar terciptanya kebersamaan dan kerukunan
dalam masyarakat. Selain itu, untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat
dan mempertahankan kepercayaan tersebut, Kepala Desa Ngamprah juga
menggunakan strategi komunikasi politik melalui kegiatan sosial dengan
komunikasi interpersonal agar dapat menjalin kedekatan dengan
masyarakat sehingga pesan-pesan politik pun dapat tersampaikan dengan
optimal kepada masyarakat tentunya.

22
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat


ditarik kesimpulan bahwasanya Kepala Desa Ngamprah pada saat pemilihan kepala
Desa Ngamprah tahun 2019 mempunyai strategi komunikasi politik sebagai
berikut.

1. Menjalin kedekatan dengan masyarakat melalui komunikasi interpersonal.


2. Membangun jaringan dengan masyarakat melalui kampanye massa dan
interpersonal.
3. Menjaga kepercayaan masyarakat dengan cara melakukan kegiatan sosial agar
pesan-pesan politik dapat tersampaikan dengan optimal.
4. Menjaga kebersamaan dengan masyarakat untuk menciptakan kerukunan antar
sesama masyarakat Desa Ngamprah.
5. Menjaga hubungan baik dengan tokoh masyarakat Desa Ngamprah guna
mempertahankan kepercayaan masyarakat karena tokoh masyarakat sangat
berperan penting dalam menggerakkan masyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Wawancara dengan calon Kepala Desa Ngamprah untuk Pemilihan Kepala Desa
Ngamprah tahun 2019

https://repository.uir.ac.id/6400/1/FITRI%20AMELIANTI.pdf

https://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2014-2-1-54245-291410067-bab1-
09012015123105.pdf

https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/jpkop/article/view/333#:~:text=
Strategi%20komunikasi%20politik%20merupakan%20tentang,di%20t
engah%2Dtengah%20masyarakat%20sebagai

24

Anda mungkin juga menyukai