Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PROJEK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MATA KULIAH

SOSIALISASI PEMILU 2024

TIM PENGUSUL
R-OO3 Angkatan 2022

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
DESEMBER 2023

1
Daftar Isi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….…….2
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………………..……4
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………..……6
1.2 Indentifikasi Masalah ……………………………………………………………….…….8
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………………………….….8
1.4 Tujuan Projek ………………………………………………………………………….….8
1.5 Tujuan Khusus ……………………………………………………………………….…….8
1.6 Urgensi Projek …………………………………………………………….……………….9
1.7 Temuan/Inovasi …………………………………………………………….…………….....9
1.8 Temuan Target ……………………………………………………………………….…...10
BAB IITINJUAN PUSTAKA ………………………………………………………...…11
2.1 Pengertian Suku Anak Dalam …………………………………………………….……...11
1. Pengertian Pemilu………………………………………………………………………..…..13
2,.Asas-Asas Penyelenggaran Pemilu. ……………………………………………….…..16
2.2 Sejarah Suku Anak Dalam …………………………………………………………..16
2.3 Karekteristik dan Kultur Suku Anak Dalam ………………………………………..…19
2.4 Road Maps ………………………………………………………………………………...23
BAB III TUJUAN DAN ,MANFAAT ……………………………………………….......24
3.1 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………..….24
23.2 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………….…..24
BAB IV METODE PROJEK …………………………………………………………..25
4.1 Bagan Alur Projek (Fisbone Diagram) …………………………………………………...25
4.2 Jenis Projek …………………………………………………………………………..25
4.2 Waktu dan Tempat Porjek ……………………………………………………….….26
4.4 Sumber Data ……………………………………………………………….....26
4.5 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………….……26
4.6 Teknik Analisis Data …………………………………………………………….……27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………..……28
5.1 Hasil …………………………………………………………………………………28

2
5.2 Pembahasan …………………………………………………………………..…….....28
BAB IV PENUTUP ……………………………………….……………………….…….……30
6.1 Kesimpulan …………………………………..………………………………………....…..30
6.2 Saran ……………………………………………………………………….…......….30
DAFTAR PUSTAKAN …………………………………………………………………...31

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suku anak merupakan kelompok masyarakat yang memerlukan pemahaman yang
mendalam mengenai pemilu dan pilpres. Pemahaman yang minim tentang proses demokrasi
ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pendidikan politik di lingkungan
sekitar, minimnya akses informasi tentang pemilu dan pilpres, serta ketiadaan model peran
yang memberikan contoh positif mengenai keterlibatan dalam proses demokrasi. Penting
bagi suku anak untuk memahami pentingnya pemilu dan pilpres karena pemilihan umum,
terutama pemilihan presiden, memiliki dampak yang sangat besar bagi masa depan negara.
Pemimpin yang dipilih melalui proses ini akan memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan arah kebijakan negara untuk beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu,
pemahaman yang minim mengenai pemilu dan pilpres dapat menjadi hambatan dalam
memastikan partisipasi mereka dalam proses demokrasi.Untuk mengatasi pemahaman yang
minim mengenai pemilu dan pilpres di kalangan suku anak, diperlukan pendekatan yang
komprehensif. Langkah pertama adalah meningkatkan pendidikan politik di lingkungan
sekitar. Ini dapat dilakukan melalui program-program pendidikan formal maupun informal
yang fokus pada memperkenalkan konsep demokrasi, hak-hak politik, dan pentingnya
partisipasi dalam pemilu. Selain itu, akses informasi tentang pemilu dan pilpres juga perlu
ditingkatkan. Informasi mengenai calon presiden, visi-misi mereka, serta rencana kerja
untuk masa depan negara perlu disebarluaskan dengan lebih luas dan mudah diakses oleh
suku anak. Media sosial dapat menjadi salah satu alat yang efektif untuk menyebarkan
informasi ini, namun perlu diingat bahwa informasi yang disajikan haruslah akurat dan tidak
memihak.
Model peran juga memainkan peranan penting dalam membentuk pemahaman suku
anak mengenai pemilu dan pilpres. Ketika mereka melihat contoh-contoh positif dari
anggota masyarakat yang aktif dalam proses demokrasi, mereka akan lebih cenderung untuk
ikut serta. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk memperkuat peran tokoh-tokoh
masyarakat, pemimpin lokal, dan orang tua dalam memberikan contoh yang positif
mengenai keterlibatan dalam pemilu dan pilpres. Dalam beberapa kasus, perubahan aturan
permainan politik juga dapat membantu meningkatkan pemahaman suku anak mengenai

4
pemilu dan pilpres. Misalnya, penerapan kebijakan inklusif yang memungkinkan suku anak
untuk lebih terlibat dalam proses politik lokal dan nasional dapat memberikan kesempatan
bagi mereka untuk belajar dan memahami lebih dalam mengenai demokrasi. Dalam upaya
meningkatkan pemahaman suku anak mengenai pemilu dan pilpres, penting untuk
mempertimbangkan keberagaman budaya dan bahasa. Materi edukasi politik perlu disajikan
dalam berbagai bahasa dan disesuaikan dengan konteks lokal masing-masing suku anak. Hal
ini akan memastikan bahwa informasi tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan mudah
dipahami oleh mereka. Terlepas dari upaya-upaya tersebut, penting juga untuk melibatkan
suku anak secara aktif dalam proses pemilu dan pilpres. Mereka perlu diberi ruang untuk
menyuarakan pendapat dan kekhawatiran mereka, serta didengarkan oleh para pemimpin
politik dan pembuat kebijakan. Dengan cara ini, suku anak akan merasa lebih terlibat dan
memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya proses pemilu dan pilpres
dalam membentuk masa depan negara.Selain itu, pemberdayaan suku anak melalui
program-program seperti pemuda pemilih, dialog publik, dan forum diskusi juga dapat me
mbantu meningkatkan pemahaman mereka mengenai pemilu dan pilpres. Melalui interaksi
langsung dan pengalaman berpartisipasi dalam diskusi-diskusi yang relevan, suku anak akan
memiliki kesempatan untuk belajar dan mendiskusikan lebih dalam mengenai proses
demokrasi dan pentingnya keterlibatan mereka dalam pemilu dan pilpres.
Dalam beberapa kasus, perubahan aturan permainan politik juga dapat membantu
meningkatkan pemahaman suku anak mengenai pemilu dan pilpres. Misalnya, penerapan
kebijakan inklusif yang memungkinkan suku anak untuk lebih terlibat dalam proses politik
lokal dan nasional dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar dan memahami
lebih dalam mengenai demokrasi. Dalam upaya meningkatkan pemahaman suku anak
mengenai pemilu dan pilpres, penting untuk mempertimbangkan keberagaman budaya dan
bahasa. Materi edukasi politik perlu disajikan dalam berbagai bahasa dan disesuaikan
dengan konteks lokal masing-masing suku anak. Hal ini akan memastikan bahwa informasi
tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan mudah dipahami oleh mereka. Terlepas dari
upaya-upaya tersebut, penting juga untuk melibatkan suku anak secara aktif dalam proses
pemilu dan pilpres. Mereka perlu diberi ruang untuk menyuarakan pendapat dan
kekhawatiran mereka, serta didengarkan oleh para pemimpin politik dan pembuat kebijakan.
Dengan cara ini, suku anak akan merasa lebih terlibat dan memiliki pemahaman yang lebih

5
baik mengenai pentingnya proses pemilu dan pilpres dalam membentuk masa depan negara.
Selain itu, pemberdayaan suku anak melalui program-program seperti pemuda pemilih,
dialog publik, dan forum diskusi juga dapat membantu meningkatkan pemahaman mereka
mengenai pemilu dan pilpres. Melalui interaksi langsung dan pengalaman berpartisipasi
dalam diskusi-diskusi yang relevan, suku anak akan memiliki kesempatan untuk belajar dan
mendiskusikan lebih dalam mengenai proses demokrasi dan pentingnya keterlibatan mereka
dalam pemilu dan pilpres. Dengan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai
pihak seperti pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemimpin suku anak,
diharapkan bahwa pemahaman suku anak mengenai pemilu dan pilpres dapat ditingkatkan
secara signifikan. Partisipasi suku anak dalam proses demokrasi akan memberikan
kontribusi yang penting dalam membangun masyarakat yang partisipatif, inklusif, dan
berdaulat. Kesempatan untuk memperoleh pendidikan politik yang berkualitas, akses
informasi yang mudah, peran model yang memberikan contoh yang positif, serta
keterlibatan langsung dalam proses pemilu dan pilpres adalah hal-hal krusial dalam
memperkuat pemahaman suku anak mengenai demokrasi dan pentingnya partisipasi aktif
mereka dalam proses politik. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa suku anak akan
menjadi bagian yang aktif dan berpengaruh dalam pembangunan demokrasi di masa depan.
Adapun tantangan menghilangkan isupolitik identitas, hoaks, dan ujaran
kebencianakan menjadi salah satu pekerjaan rumah penting bagi Indonesia menjelang
Pemilu dan Pilkada 2024 menjadi sarana terjaminnya pergantian kepemimpinan secara
egaraeional, rutin/berkala,berjalan dengan baik dan damai. Langkah-langkah perlu
diambil untuk mencegah dan mengurangi dampak egarae dari praktek-praktek
tersebut.Melakukan upaya pencegahan penggunaan politik indentitas yang berpotensi
terjadi polarisasi dan perpecahan di masyarakat.Negara Indonesia, berdiri dan dibangun
dari keberagaman suku bangsa. Sebenarnya merupakan kondisi alamiah yang membentuk
suatu egara menjadi kokoh dan stabil. Bangsa yang multikultur dengan nilai-nilai
kebangsaan yang melekat pada diri setiap warga egara atau norma kebaikan yang menjadi
ciri kepribadian bangsa Indonesia. Nilai-nilai kebangsaan itu bersumber dari Pancasila,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika yang dicerminkan dalam sikap dan
perilaku setiap warga egara. Sesanti Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda

6
namun tetap satu. Keharmonisan nilai kebangsaan sudah terpatri dalam jiwa bangsa
Indonesia. Dalam hal ini, pentingnya mengimplementasikan nilai-nilai Sesanti Bhinneka
Tunggal Ika agar masyarakat Indonesia dapat lebih memahami arti dari persatuan dan
kesatuan sebagai bangsa yang beraneka ragam budaya, agama, dan suku bangsa.
Implementasi nilai Bhinneka Tunggal Ika yaitu keharmonisan guna mewujudkan Pemiludan
Pilkada 2024 di Indonesia menjadi pesta demokrasi yang menyenangkan dan menyatukan
seluruh anak bangsa.
Permasalahan utama dalam project ini adalah pemahaman yang minim tentang
proses Pemilu Suku Anak Dalam Jambi (SAD). Secara lebih rinci masalah teridentifikasi
dalam project meliputi:

Berdasarkan pemaparan di atas, kelompok mahasiswa tertarik untuk melakukan project


dengan judul "Sosialisasi Pemilu Pilpres 2024 Suku Anak Dalam Jambi (SAD"

1.2 Indentifikasi Masalah


1. Pemahaman yang minim suku anak dalam tentang proses demokrasi
2. Kurangnya pendidikan politik di lingkungan sekitar
3. Minimnya akses informasi tentang pemilu dan pilpres
4. Rumusan Masalah

7
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka menjadi masalah utama dalam project
ini adalah pemahaman yang minim mengenai pentingnya proses pemilu dan pilpres dalam
membentuk masa depan negara serta partisipasi aktif masyarakat Suku Anak Dalam saat proses
politik.

1.4 Tujuan Projek


Berkaitan dengan latar belakang dan masalah projek, maka secara spesifik tujuan
sosialisai pemilu 2024 kepada suku anak dalam (SAD) Jambi untuk meningkatkan pemahaman
tentang pemilu 2024 serta proses pemilihan dan supaya mereka dapat memilih capres dan
cawapres 2024 sesuai dengan pilihan mereka

1.5 Tujuan Khusus


1. Adapun tujuan khusus dari Projek ini sebagai berikut:
2. Penyelesaian Projek Ilmu egara
3. Lulus mata kuliah ilmu egara
4. Mendapatkan nilai A
5. Menjalin kebersamaan secara nyata dilingkungan masyarakat

1.6 Urgensi Projek


Projek sosialisasi Pemilu pilpres kepada Suku Anak Dalam (SAD) memiliki urgensi yang
sangat penting karena mereka merupakan bagian integral dari masyarakat Indonesia yang berhak
mendapatkan pemahaman tentang pentingnya partisipasi dalam proses demokrasi. SAD
seringkali terpinggirkan dan minim akses informasi, sehingga perlu adanya upaya khusus untuk
memastikan bahwa mereka juga diberikan kesempatan untuk memahami peran mereka dalam
menentukan masa depan egara.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun proyek sosialisasi ini antara lain:
1. Keterlibatan Komunitas Lokal
Penting untuk bekerja sama dengan tokoh adat dan pemimpin egar SAD agar pesan
sosialisasi dapat tersampaikan dengan baik dan diterima oleh masyarakat SAD. Hal ini

8
juga menjadi langkah penting untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan sesuai
dengan nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat SAD.
2. Bahasa dan Budaya Lokal
Sosialisasi harus disampaikan dalam bahasa dan konteks budaya egar agar pesan dapat
tersampaikan dengan efektif.
3. Edukasi Dasar Tentang Pemilu dan Pilpres
Anak-anak SAD perlu diberikan pemahaman dasar mengenai konsep demokrasi, arti
pentingnya pemilu, dan peran mereka sebagai warga egara dalam proses demokrasi. Hal
ini dapat dilakukan melalui cerita-cerita, gambar, atau permainan edukatif yang sesuai
dengan kebutuhan dan lingkungan SAD.
4. Kolaborasi dengan Instansi Pemerintah dan LSM
Melibatkan instansi pemerintah terkait dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang
memiliki pengalaman dalam bekerja dengan masyarakat adat dapat membantu
memastikan keberlanjutan proyek sosialisasi ini.
5. Evaluasi Dampak
Penting untuk melakukan evaluasi terhadap proyek sosialisasi ini untuk memastikan
bahwa pesan yang disampaikan telah benar-benar dipahami dan dapat memengaruhi
sikap dan perilaku masyarakat SAD terkait partisipasi dalam pemilu dan pemilihan
presiden.
Dengan demikian, proyek sosialisasi Pemilu pilpres kepada SAD dapat membantu
meningkatkan partisipasi masyarakat adat dalam proses demokrasi, membangun pemahaman
yang benar tentang hak-hak mereka sebagai warga egara, dan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya peran mereka dalam membentuk masa depan Negara.

1.7 Temuan/Inovasi
Dalam melakukan sosialisasi pada pelaksanaan kegiatan penerapan materi melalui poster
dan presentasi Tanya jawab yang berisikan visi misi dan paslon pilpres dan cawapres.

1.8 Target Luaran

9
Setelah melakukan sosialisasi pemilu pilpres 2024 dengan mengenalkan dan memaparkan
visi misi dari masing-masing calon diharapkan masyarakat suku anak dalam yang berada di
skaladi dapat menjadi pemilih yang berdasarkan asas luber jurdil (langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil).Serta angka golput dalam pemilu menurun.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suku Anak Dalam


Sumatra merupakan satu pulau yang didiami oleh beberapa suku. Antara lain suku
melayu Aceh, Batak, Karo, melayu Serdang, melayu Siak, melayu Jambi, Minangkabau, dan
melayu Palembang. Selain itu terdapat suku minoritas yang sering terabaikan dan jauh dari
pengamatan media maupun pemerintah. Karena suku tersebut tersebar di hutan-hutan belantara,
di sungai-sungai besar, dan daerah-daerah yang jauh dari akses informasi modern. Sehingga
kehidupan mereka menjadi terabaikan, baik dari sisi ekonomi, keagamaan, sosial, dan
pendidikan. Mereka ini disebut dengan suku Anak Dalam atau Orang Rimba.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Suku Anak Dalam, terlebih dahulu kita pahami apa itu
Suku Anak Dalam. Ada tiga suku kata yang populer dalam penyebutan Suku Anak Dalam. Yang
pertama “KUBU”.
1. penyebutan kubu sering digunakan oleh suku Melayu yang mengandung makna, primitif,
kotor, dan bodoh. Kedua “SUKU ANAK DALAM”. Penyebutan ini digunakan oleh
pemerintah melalui Departemen Sosial, yang memiliki makna; sekelompok orang yang
terbelakang dan tinggal di pedalaman. Yang ketiga “ORANG RIMBA”. Penyebutan ini
digunakan oleh sebagian kecil dari kelompok mereka sendiri. Makna sebutan ini adalah
menunjukkan jati diri mereka sebagai etnis yang mengembangkan kebudayaannya yang
tidak bisa lepas dari hutan.
2. Namun ketiga nama di atas tidaklah menjadi nama yang mereka sukai ketika disapa.
untuk sapaan yang mereka senangi antara lain Anak Dalam, Sanak, dan dulur. jika sudah
sering bertemu dengan mereka maka panggilan akrab ialah nco yang berarti kawan atau
teman dekat.
3. Suku Anak Dalam atau Orang Rimba adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup
di Pulau Sumatera, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Mereka mayoritas
hidup di propinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 3.198 orang.
4. Orang Rimba memiliki gaya hidup dan kepercayaan yang unik dan berbeda dari
kehidupan masyarakat modern. Mereka memandang hutan sebagai tempat tinggal
mereka. Mereka adalah bagian penting dari hutan itu sendiri. Orang Rimba sangat

11
menggantungkan hidupnya pada hutan. Oleh karena itu, mereka sangat menjaga
kelestarian hutan. Mereka mempunyai persepsi bahwa hutan adalah milik bersama,
sehingga siapapun boleh memanfaatkannya. Orang Rimba tidak ingin hutan musnah
karena hutan itu sendiri adalah rumah mereka. Sementara itu, karena factor ekonomi dan
desakan kebutuhan akan lading dan kayu, tidak sedikit kalangan yang terusmenerus
merusak hutan dengan cara menebang pohon dan membuka ladang. Kegiatan seperti itu
tentu sangat mengancam keberadaan hutan Taman Nasional Bukit Duabelas di
Kabupaten Sarolangun, di mana Orang Rimba tinggal. Orang Rimba memiliki kebiasaan-
kebiasaan yang berbeda dari masyarakat Melayu pada umumnya. Orang Rimba mengenal
istilah budaya yang menurut orang dari suku lain terasa aneh dan tertinggal. Tidak heran
jika Orang Rimba dipandang sebelah mata oleh orang terang (Melayu). Mereka dianggap
masih memiliki budaya yang sangat primitif. Akan tetapi, jika disimak secara seksama,
sebenarnya kandungan nilai dari budaya Orang Rimba ini banyak sekali. Bahkan di
beberapa sisi Orang Rimba memiliki pemikiran yang cukup maju, terutama dalam
menjaga kelestarian alam.
Pasal 1 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilihan umum
disebutkan dan dijelaskan tentang pengertian pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu,
adalah : Sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hutington dalam Rizkiyansyah (2007: 3) menyatakan bahwa sebuah negara bisa disebut
demokratis jika didalamnya terdapat mekanisme pemilihan umum yang dilaksanakan secara
berkala atau periodik untuk melakukan sirkulasi elite”.
Menurut Dani (2006: 11) pemilu merupakan sarana demokrasi untuk membentuk sistem
kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari bawah menurut kehendak rakyat sehingga
terbentuk kekuasaan negara yang benar-benar memancar ke bawah sebagai suatu kewibawaan
yang sesuai dengan keinginan rakyat dan untuk rakyat.
Menurut Rahman (2002: 194), pemilu merupakan cara dan sarana yang tersedia bagi rakyat
untuk menentukan wakil-wakilnya yang akan duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat guna
menjalankan kedaulatan rakyat, maka dengan sendirinya terdapat berbagai sistem pemilihan
umum. Sedangkan, Rizkiyansyah (2007 : 3) “Pemilihan Umum adalah salah satu pranata yang

12
paling representatif atas berjalannya demokrasi, tidak pernah ada demokrasi tanpa pemilihan
umum”.

1. Pengertian Pemilu
Pemilu merupakan proses untuk menghasilkan pemimpin yang adil, berintegritas,
mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Secara konseptual. pemilu
merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Melalui pemilu, legitimasi
kekuasaan rakyat diwujudkan melalui penyerahan sebagian kekuasaan dan hak-hak
rakyat kepada wakil-wakilnya yang duduk di pemerintahan atau parlemen!. Sistem
pemilu memberikan Kesempatan Kepada masyarakat untuk dapat menggunakan hak
pilihnya secara langsung. Hak ini merupakan hak dasar setiap individu atau warga
negara yang harus dijamin oleh negara. Di Indonesia, pemilihan umum telah diatur
dalam konstitusi negara, tepatnya dalam Pasal 22 E Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjelaskan bahwa pemilihan umum merupakan
sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota
Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil.
Menurut Harris G. Warren, pemilu adalah kesempatan bagi warga negara untuk
memilih pejabat pemerintah dan memutuskan apa yang mereka ingin Demerinian
lakukan. Dalam membuar keputusan ilu, warga negara menentukan apa yang benar-
benar ingin mereka milki. Sedangkan menurut A. Sudiharto, pemilu merupakan sarana
penting demokrasi dan merupakan wujud nyata partisipasi rakyat dalam kehidupan
bernegara.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pemilihan umum
merupakan suatu cara untuk menentukan wakil-wakil yang akan menjalankan roda
pemerintahan dimana pelaksanaan pemilihan umum harus disertai dengan kebebasan
dalam arti tidak dipengaruhi atau ditekan oleh pihak manapun. Semakin tinggi tingkat
Kebebasan dalam pelaksanaan pemilu, maka semakin baik pula pelaksanaan pemilu.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kebebasannya, semakin buruk
pemilunya. Hal ini menimbulkan anggapan bahwa semakin banyak masyarakat yang

13
mengikuti pemilu maka dapat dikatakan semakin tinggi tingkat demokrasi dalam
penyelenggaraan pemilu?' Dalam rangka terselenggaranya pemilthan umum yang
demoratis sesuai dengan keinginan rakyat, konstitusi juga telah menjamin kedaulatan
rakyat dalam menyelenggarakan kehidupan bernegara, yang mana dalam Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Indonesia menetapkan
bahwa "Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD*. Kedaulatan
bagi rakyat adalah suatu cara untuk menentukan atau ikut serta dalam menentukan
kebijakan Negara tertentu yang dapat dilaksanakan sewaktu-waktu menurut tata cara
tertentu. Misalnya, rakyatlah yang harus menentukan atau ikut menentukan atau
memutuskan apakah suatu perbuatan tertentu akan ditetapkan sebagai suatu bentuk
kejahatan yang dilarang atau tidak melalui wakil rakyat. Untuk menentukan siapa yang
akan menduduki wakil rakyat yang akan duduk di DPR, DPD, dan DPRD, rakyat sendiri
harus menentukan secara langsung melalui pemilihan umum. Namun demikian, ada
metode untuk mendistribusikan pendapat rakyat yang berdaulat dalam sistem demokrasi
Indonesia yang langsung (demokrasi langsung) dan ada pula yang tidak langsung
(demokrasi tidak langsung) atau biasa disebut sebagai sistem demokrasi perwakilan. 2
Pengambilan keputusan dan penyaluran pendapat secara langsungdapat dilakukan
dengan delapan cara, yaitu:
a) Pemilihan umum (pemilu);
b) Referendum (referensi);
c) Inisiatif (inisiatif):
d) Plebisit (plebisit):
e) Mengingat (Recall);
f) Pemogokan;
g) Demonstrasi;
h) Mengungkapkan pendapat melalui pers yang bebas.
Selain itu, rakyat yang berdaulat juga dapat menyalurkan aspirasi dan
pendapatnya melalui sarana kebebasan pers, kebebasan berekspresi, baik secara lisan,
seperti dengan mengadakan rapat umum atau secara tertulis, kebebasan berkumpul
(freedom of assembly), dan kebebasan berserikat. dan hak mogok menurut ketentuan
undang-undang perburuhan. Semua jenis hak dan kebebasan tersebut tentu saja tidak

14
mutlak penggunaannya tidak boleh melanggar hak asasi orang lain, termasuk misalnya
hak untuk tidak dihina bebas dari perlakuan yang merendahkan martabat manusia
sebagaimana dijamin dalam Pasal 28 G ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Kemudian pengambilan keputusan oleh rakyat yang
berdaulat secara tidak langsung dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat atau
parlemen. Sistem perwakilan sebagaimana diuraikan di atas merupakan cara untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat secara tidak langsung, yaitu melalui DPR. DPD. dan
DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat. sehingga setiap saat kepentingan rakyat
dapat tersalurkan melalui wakil- wakilnya yang di parlemen. Dengan demikian,
kepentingan rakyat dapat didengar dan ikut serta dalam menentukan proses penentuan
kebijakan negara, baik yang dituangkan dalam undang-undang maupun dalam bentuk
pengawasan terhadap kinerja pemerintahan dan upaya-upaya lain yang berkaitan dengan
kepentingan rakyat.
Di Indonesia, konsep pemilihan umum dilakukan secara serentak untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
atau pemilihan lima kotak. Hal ini berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
14/PUU-XI/2013 yang mengamanatkan penyelenggaraan pemilu serentak. Merujuk
pada pendapat MK dalam teks putusannya, kurang lebih ada dua argumentasi mendasar
yang melatarbelakangi keputusan terselenggaranya pemilu serentak: pertama,
memperkuat sistem pemerintahan presidensial di Indonesia dengan menegaskan
kesetaraan kedudukan presiden sebagai presiden tunggal. kepala eksekutif sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan dan pemisahan kekuasaan antara presiden
dan presiden. legislatif di mana presiden tidak bergantung pada legislatif yang berisi
partai politik. Sehingga melalui pemilu serentak, ia berharap dapat meminimalisir
terciptanya koalisi partai mengusung presiden yang bersitat taktis dan sesaat, namun
jangka panjang dalam rangka penyederhanaan partai politik. Kedua, melalui pemilu
serentak diharapkan mampu memberikan efisiensi dalam penyelenggaraan pemilu dari
segi anggaran, waktu, dan hak warga negara untuk memilih secara cerdas. Salah satu
checks and balances dalam pemerintahan presidensial dapat didukung melalui
penggunaan hak pilih yang cerdas dan efisien menurut keyakinannya masing-masing,
untuk itu warga negara dapat mempertimbangkan secara mandiri penggunaan opsi untuk

15
memilih anggota DPR dan DPRD yang berasal dari partai yang sama dengan calon
presiden dan wakil presiden. Presiden?4. Namun pada kenyataannya pemilu yang
dilakukan dengan model serentak belum sepenuhnya mencapai tujuan yang dinginkan,
mash terdapat beberapa permasalahan yang muncul dalam pelaksanaannya, sehingga
masih diperlukan kajian dan perbaikan terhadap pelaksanaannya.

2. Asas-asas Penvelenggaraan Pemilu


Menurut Satjipto Rahardjo mengkaji dan mendalami suatu undang-undang melalui asas-
asasnya sangat penting karena asas hukum merupakan "jantung" peraturan hukum. Asas
hukum merupakan landasan yang seluas-luasnya bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Jika
ada permasalahan dalam pelaksanaan suatu peraturan hukum, maka dikembalikan kepada
asas-asas25. Ole karena itu, asas hukum disebut sebagai alasan lahirnya peraturan perundang-
undangan, atau merupakan ratio legis dari peraturan perundang-undangan. Asas hukum in
tidak akan habis kekuasaannya dengan melahirkan suatu peraturan hukum, tetapi akan tetap
ada dan melahirkan peraturan-peraturan. Selanjutnya. Karena itu, prinsip hukum mengandung
nilai dan etika. Terkait dengan penyelenggaraan pemilu, terdapat pula asas-asas yang meniadi
dasar untuk memulai dan melaksanakan proses pemilihan umum

2.2 Sejarah Suku Anak Dalam


Mengenai asal muasal keberadaan Suku Anak Dalam ini, terdapat berbagai cerita dan
versi yang dikisahkan oleh orang-orang terdahulu. Pada versi pertama yang diambil dari cerita
tutur dari beberapa kelompok tentang Orang Rimba Sungai Mekekal; misalnya, mengaku
bernenek moyang yang sama dengan orang Melayu di Tanah Garo, yaitu berasal dari buah
gelumpang. Orang Rimba Air Hitam mengatakan sebagai keturunan orang-orang desa yang lari
ke dalam hutan. Sementara itu Orang Rimba yang berada di barat Provinsi Jambi mengaku
berasal dari Orang Rimba di Sumatera Selatan (Musi Rawas) yang mempunyai sejarah asal-usul
sama dengan orang Melayu yang melarikan diri ke dalam hutan karena penjajahan. Adapun
Orang Rimba yang berada di kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh mengatakan mereka
berasal dari Orang Rimba Kuamang Kuning dan Rimbo Bujang, daerah Jambi yang berbatasan
dengan Sumatera Barat.

16
Lalu versi berikutnya menjelaskan bahwa Suku Anak Dalam terbagi ke dalam dua asal
usul. Versi pertama: ketika Raja Jambi, Ratu Putri Selaras Pinang Masak berkuasa, terjadilah
pertempuran dengan orang Kayo Hitam, raja yang menguasai lautan sampai Muara Sabak. Ratu
Jambi yang berasal dari minangkabau atau keturunan dari raja Pagaruyung meminta bantuan ke
tempat asalnya. Raja Pagaruyung mengirimkan bala bantuan ke Jambi. Para pasukan yang
dikirim itu menyusuri hutan belantara dan melewati beberapa sungai besar dan kecil. Pada waktu
pasukan di pertengahan jalan, di sekitar daerah perbatasan di antara tiga kabupaten Batanghari,
Sarolangun Bangko (SarKo), dan Bungo Tebo (sekarang) perbekalan mereka habis, sedangkan
daerah yang akan dituju masih sangat jauh, dan memutuskan untuk pulang kembalipun juga
sangat jauh.
Mereka kemudian bersumpah bersama, dengan mengucapkan “ke mudik dikutuk Raja
Minangkabau, ke ilir dikutuk Raja Jambi, ke atas tidak berpucuk, di tengah-tengah dimakan
kumbang, ditimpo kayu punggur”; artinya mereka tidak berani pulang ke Minangkabau karena
pasti dihukum oleh Raja, namun ingin melanjutkan perjalanan ke Jambi perbekalan mereka
habis. Kesimpulannya mereka sepakat untuk tetap tinggal di tempat mereka tersesat tersebut,
siapa yang melanggar kesepakatan itu, kembali ke Minangkabau dikutuk Raja Pagaruyung dan
yang akan ke Jambi juga dikutuk Raja Jambi. Akan tetapi memutuskan untuk tetap berada di
tempat tersesat juga sulit karena perbekalan sudah habis, seperti kayu yang dimakan kumbang
dan orang yang tertimpa kayu yang tidak dapat diperkirakan robohnya, namun masih bebas tidak
takut dikutuk Raja.
Mereka juga tidak mau tunduk kepada siapapun, baik kepada Raja Minangkabau
maupun Raja Jambi. Dan menetap di hulu sungai Makekal dianggap aman karena banyak
benteng pertahanan alami, yaitu pegunungan terjal berbatu dan sulit diketahui oleh musuh. Para
tentara kerajaan Pagaruyung yang tersesat yang juga membawa istri itulah yang menjadi cikal
bakal orang Rimba sekarang.
Lalu versi kedua: ada seorang yang gagah berani bernama Bujang Perantau. Pada suatu
hari memperoleh buah gelumpang dan dibawa ke rumahnya. Suatu malam ia bermimpi agar buah
gelumpang itu dibungkus dengan kain putih yang nanti akan terjadi keajaiban, yang berubah
menjadi seorang putri yang cantik. Lalu Putri itu mengajak Bujang Perantau untuk menikah,
namun Bujang Perantau berkata bahwa tidak ada orang yang akan menikahkan kita. Putri
tersebut berkata: “potonglah sebatang kayu bayur dan kupas kulitnyo kemudian lintangkan di

17
sungai, kamu bajalan daghi pangkal awak daghi ujung. Kalau kito dapat beghadu kening di atay
kayu tersebut beaghti kito lah kawin”. Permintaan itu dipenuhi oleh Bujang Perantau dan
terpenuhi seluruh syarat yang telah diminta putri tersebut, kemudian keduanya menjadi suami-
istri. Dari hasil perkawinan itu lahirlah empat orang anak, yaitu Bujang Malapangi, Dewo
Tunggal, Putri Gading, dan Putri Salero Pinang Masak.
Bujang Malapangi, anak tertua yang bertindak sebagai pangkal waris dan Putri Salero
Pinang Masak sebagai anak bungsu atau disebut ujung waris keluar dari hutan untuk pergi
membuat kampung dan masuk Islam; keduanya menjadi orang terang (penyebutan untuk orang
dalam/Rimba yang sudah masuk Islam). Putri Salero Pinang Masak menetap di Seregam
Tembesi, sedangkan Bujang Malapangi membuat kampung, pertama di sekitar Sungai Makekal
pertamo di kembang Bungo, kedua di Empang Tilan, ketiga di Cempedak Emas, keempat di
Perumah Buruk, kelima di Limau Sundai, dan kampung terakhir di Tanah Garo sekarang.
Hal inilah yang membuat orang Rimba menjadikan tokoh keturunan Bujang Malapangi
sebagai Jenang. Jenang yang paling berpengaruh dijadikan Raja, dan segala urusan orang Rimba
dengan orang luar harus melibatkan Jenang mereka dan Rajanya.
Bujang Dewo dan Putri Gading tetap tinggal di hutan Gunung Sekembang, salah satu
gunung di deretan Pegunungan Duabelas, dengan tetap memakai kancut.10 Di sinilah mereka
saling bersumpah, antar satu kepada yang lainnya. Adapun sumpah Bujang Malapangi yang
ditujukan kepada Bujang Dewo, bahwa:
1) Yang tidak menyambut arah perintah dari waris dusun.
2) Bilo waris menemui di rimbo dilancungkan dengan makanan seperti babi, biawak,
tenuk, dan ular. Salanjutnya Bujang Malapangi mengucapkan sumpah, bahwa: “keno kutuk ayam
pertuanan, keno sumpah seluruh Jambi”. Dewo Tunggal menjawab uuuuu..., terus membalas
bahwa orang yang berkampung itu adalah: (1). Berkampung, berpadang pinang, berpadang
kelapa; (2) diislamkan; (3) rapat di luar rencong di dalam, bersuruk budi bertanam akal; (4)
berdacing duo, bercupak duo, dan (5) bergantung duo.
Bujang Dewo mengucapkan sumpah kepada Bujang Malapangi sebagai berikut: “di air
ditangkap harimau kumbang, di darat ditangkap harimau kumbang, ditimpo punggur, ke atas
dikutuk pisau kawi, ke bawah keno masrum kalimah Allah, di arak kebangiyang, ditimpo langit
berbelang, ke atas tidak berpucuk ke bawah tidak berurutan”. Uuuuuu... jawab Bujang
Malapangi. Kemudian setiap orang memberi tanda; yaitu bagi yang berakampung, memegang

18
pangkal ubi dan memegang ekor kerbau. Sedangkan bagi yang di rimbo, memegang pangkal
gadung dan memegang ekor biawak, ini dianggap sebagai tanda yang dapat membedakan
mereka.
Mereka yang berkampung mengikuti jejak orang tua laki-laki (ayah), yaitu Bujang
Perantau yang berasal dari Pagaruyung (Minangkabau); sedangkan mereka yang tetap di hutan
mengikuti jejak ibunya (Putri Buah Gelumpang) yang berasal dari hutan di Pegunungan
Duabelas. Mereka yang di hutan mulai dari Bujang Perantau bergelar Tamenggung Merah Mato,
kemudian anaknya Bujang Dewo bergelar Mayang Balur Dada, Mayang Sigayur, Mayang
Tungkul, dan setelah itu berganti dengan sebutan depati bagi raja yang memerintah di hutan.
Depati-depati yang pernah berkuasa itu ialah depati Payung Alam, Payung Agung, Payung Alam
II, Payung Bungo, Payung Bulan, Depati Singo, Pemuncak, dan Depati Pagar Alam.
Semenjak raja Jambi dijabat oleh Sultan Taha Syaifuddin ( sekitar tahun 1885-1905 M)
pangkat tertinggi yang diberikan kepada orang Rimba adalah Tamenggung. Para pemimpin
tertinggi itu adalah Tamenggung Besar Singo Jayo, Kerti Singo Jayo, Berdinding Besi, dan
Tamenggung Pelindung Alam.
Menanggapi beberapa versi yang telah dipaparkan di atas secara umum mungkin belum
bisa mengidentifikasi secara pasti mengenai asal usul mereka, namun peneliti memberikan
kesimpulan bahwa keberadaan Suku Anak Dalam ini merupakan perpaduan dari suku
Minangkabau dan Suku Melayu. Hal ini dipertegas dengan pendapat yang diperoleh dari mantan
Tamenggung mereka yang sudah menjadi muallaf.

2.3 Karakteristik dan Kultur Suku Anak Dalam


a. Ciri Fisik Ciri-ciri fisik orang Rimba pada umumnya kaki dan tangan tampak kokoh.
Telapak kaki agak rata dan tebal, jari jemari kaki besar dan pendek, serta tumitnya tinggi dan
tebal, perawakan ratarata sedang, kulit sawo matang, rambut agak keriting, dan gigi mereka
berwarna kecoklatan.
b. Pakaian Pakaian laki-laki adalah kancut dan badan bagian atas tidak berbaju, pakaian
wanita adalah kain panjang sampai batas pusat dan badan bagian atas terbuka. Model pakaian
wanita dan pria dianggap sesuai dengan alam sekitar mereka yang memerlukan gerak cepat bila
ada ancaman atau memburu binatang di hutan.

19
c. Bahasa Bahasa Orang Rimba sama dengan bahasa Melayu, seperti halnya bahasa
masyarakat di Makekal, Kejasung, dan Air Hitam. Dalam pengucapannya sebagian besar diakhir
kata, orang Rimba menggunakan huruf o, dan ketidakjelasan dalam penyebutan huruf r, dalam
hal ini sama dengan dialek orang Melayu Jambi pada umumnya. Seperti contoh “iko idak ado
masalah dengan apo yang ditebangnyo” (ini tidak ada masalah dengan apa yang telah ia tebang).
Contoh lainnya “daghi mano bae kawan ko nco” (dari mana saja teman).
d. Kultur/Budaya Kebiasaan yang dilakukan Orang Rimba ketika mengadakan suatu
acara yang dianggap sakral, beberapa ritual ditampilkan sebagai bentuk penghormatan kepada
leluhur dan roh-roh nenek moyang mereka yang telah tiada. Mereka mempercayai adanya dewa
sebagai penggerak dari tiap-tiap permaslahan yang terjadi, sehingga kebudayaan yang sejatinya
telah dipraktekkan oleh nenek moyang mereka terus dilestarikan untuk meminta doa agar
dimudahkan dan diberkahi dalam setiap kehidupan mereka. Kebudayaan tersebut antara lain:
1) Budaya Pemberian Nama Tamenggung dan Jenang Dalam pengangkatan pemimpin
atau kepala suku, biasanya mereka terlebih dahulu memberikan beberapa ujian, di antaranya
menguji kekuatan batin atau ilmu kanuragan, kemudian adu panco antar calon pemimpin
tersebut. Salah satu dari yang menang akan diangkat menjadi pemimpin. Ritual terakhir adalah
pemberian nama. Sebagai seorang pemimpin tentunya harus lebih hebat dari rakyat yang
dipimpin. Setelah semua pengujian selesai, barulah kepala suku tersebut diberi nama
Tamenggung.
2) Budaya Melangun Berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Adanya melangun
apabila dari salah satu keluarga ada yang meninggal. Di zaman dahulu melangun dilakukan
selama 3 tahun, baru kemudian pulang kembali ke tempat sebelumnya. Namun tidak d tempat
keluarganya yang sudah meninggal. Sekarang tradisi melangun hanya dilakukan selama 3 bulan
saja. Tujuannya agar bisa menghilangkan rasa kesedihan terhadap mendiyang yang sudah
meninggal.
3) Seloko dan Mantera Kehidupan Suku Anak Dalam sangat dipengaruhi oleh aturan-
aturan hukum yang sudah diterapkan dalam bentuk seloko-seloko yang secara tegas dijadikan
pedoman hukum oleh para pemimpin Suku, khususnya Tumenggung dalam membuat suatu
keputusan. Seloko juga menjadi pedoman dalam bertutur kata dan bertingkah laku serta dalam
kehidupan bermasyarakat Suku Anak Dalam.

20
4) Besale Yaitu ritual pemanggilan Dewa untuk mengesahkan pernikahan, memberi
pertolongan, menyembuhkan penyakit dan untuk menyelesaikan masalah-masalah lainnya.
5) Hompongan Hompongan adalah semacam pagar atau tanda yang ditancapkan di
wilayah kekuasaan mereka. Hal ini bertujuan untuk melindungi hutan dari cengkraman orang
lain yang bukan dari kelompok mereka. Kemudian wilayah tersebut ditanami pohon karet, sayur-
sayuran, dan berbagai macam tanaman untuk mebantu kebutuhan hidup mereka.
6) Tanah Peranakan Orang pintar atau dukun merupakan salah seorang yang dipercaya
dalam menyelenggarakan ritual untuk menentukan tanah yang dijadikan tempat perempuan yang
hendak melahirkan. Sebelum digunakan untuk proses persalinan terlebih dahulu dukun
memagari dan membersihkan tempat tersebut dari gangguan makhluk halus.
7) Tanah Badewa-dewa Maksud dari tanah badewa-dewa ialah tanah yang diyakini
adanya dewa-dewa di dalamnya. Kemudian tanah tersebut dijadikan sebagai tempat pemujaan
untuk meminta rizki, dan meminta kemudahan dari segala macam permasalahan yang dihadapi.
8) Bento Benuaran Bento benuaran adalah penamaan dari tanah pusaka peninggalan
nenek moyang yang telah tiada. Keberadaan Tanah pusaka tersebut umumnya di hutan belantara,
dan biasanya tanah pusaka tersebut ditanami pohon durian, duku, rambutan, cempedak, dan jenis
pohon buah-buahan lainnya.
9) Pohon Sialang Untuk memperoleh madu, biasanya orang-orang mencari ke mall,
swalayan, dan toko-toko. Namun bagi Orang Rimba hal tersebut tentu bukanlah kebiasaan yang
diajarkan leluhur mereka. Salah satu penyebabnya karena akses mereka yang jauh dari wilayah
perkampungan maupun perkotaan, sehingga sulit bagi mereka untuk mendapatkan madu secara
instan. Pohon sialang menjadi solusi bagi mereka yang ingin mengambil madu baik untuk
dijadikan obat-obatan tradisional, maupun untuk dikonsumsi lainnya.
10) Pohon Setubung Pohon setubung adalah satu pohon yang diambil kayu cabangnya
untuk membuat pagar ari-ari bayi yang baru lahir. Pohon setubung ini hanya dapat diperoleh di
dalam hutan belantara, terkadang orang-orang perkampungan sering menebang pohon-pohon
yang ada di hutan lepas, tak terkecuali pohon setubung, sehingga mereka sulit untuk mencari
keberadaan pohon tersebut.
11) Pohon Tenggeris Pohon tenggeris adalah pohon yang digunakan untuk ritula
pemberian nama anak. Cara penggunaannya diambil sedikit kulit kayu tenggeris tersebut,

21
kemudian dihancurkan, lalu diletkkan dibagian dahi si bayi sambil memberikan nama kepada
bayi tersebut.
12) Rumah Godong Rumah godong adalah rumah adat bagi Orang Rimba. Rumah
godong ini terletak di ladang. Desain rumah tersebut tertata rapi seperti bangunan rumah pada
umumnya. Hanya saja berdirinya rumah godong ini untuk mengadakan perkumpulan, acara
besar, rapat dan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi
pada suku mereka.
e. Alat-alat Produksi Berladang merupakan salah satu pencarian pokok bagi orang
Rimba, di dalamnya ditanami pohon karet, ubi kayu, ubi jalar, dan segala macam buah-buahan.
Untuk membersihkan hutan agar bisa ditanami tumbuh- tumbuhan, alat yang mereka gunakan
antara lain: beliung, parang, suluh, dan tembilang.16 Beliung digunakan untuk menebang pohon-
pohon besar, seperti halnya kampak. Parang digunakan untuk memotong pohonpohon kecil dan
rerumputan. Dan tembilang digunakan untuk menggali lobang agar dapat menanami tumbuhan
yang hendak ditanam. Selain tembilang ada juga yang menggunakan tugal, dan tugal ini dubuat
dengan cara tradisional yaitu dengan kayu yang keras dan kuat, besarnya sebesar tangan dapat
memegang.
f. Senjata Adapun senjata yang sering digunakan orang Rimba, antara lain, senapang
kacepet, parang, culup, dan tombak. Senapang kacepet biasa digunakan orang rimba untuk
menembak hewan buruan liar, seperti harimau, babi dan lainnya. Parang biasa digunakan untuk
menjaga diri dan memotong benda. Culup17 digunakan untuk memburu benda yang berjarak
dekat, agar tidak ketahuan karena bunyi culup yang tidak bersuara. Dan tombak biasa digunakan
orang Rimba untuk mencari biawak, kura-kura, dan ular. Dan binatang ini nantinya untuk
disantap dan dijual.

22
2.4 Road Map Projek

23
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Dalam Pelaksanaan Projek Meningkatkan Pemahaman Pemilu 2024 Kepada Masyarakat
Suku Anak Dalam di Desa Skaldi terdapat tujuan yaitu:
1. Agar Masyarakat Suku Anak Dalam di desa Skaladi umemahami dan mengetahui Pemilu
2024.
2. Agar Masyarakat Suku Anak Dalam di desa Skaladi untuk mempunyai informasi mengenai
Visi dan Misi Caprers-Cawapres dan kandidat Capres-Calwapres. 2024.
3. Agar Masyarakat Suku Anak Dalam di desa Skaldi menyadari Status Warga Negara
dimilikinya.
3.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari segi teori, diharapkan penelitian ini memiliki manfaat teoritis yaitu:
1. Memberikan pengetahuan bagi para pembaca tentang pemahamam mengenai Pemilu di
Masyarakat Suku Anak Dalam.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan ilmu
Pendidikan.
3. Penelitian ini diinginkan dapat menjadi acuan untuk penelitian masa depan, khususnya
dalam konteks pelaksanaan sosialisasi Pemilu ke Masyarakat Suku Anak Dalam.
2. Manfaat Teor
Dari segi teori, diharapkan penelitian ini memiliki manfaat praktis yaitu:
1. Bagi Masyarakat
Memperdalam pemahaman masyarakat Suku Anak Dalam di Skaladi tentang Pemilihan
Umum 2024 dan partisipasi masyarakat dalam pemilu baik sebagai pemilih maupun
sebagai penyelenggara pemilu
2. Bagi Peneliti
Memperluas pemahaman peneliti mengenai Caprers-Cawapres 2024-2029 dan
penelitian dapat bermanfaat pada peneliti untuk menyadari bahwa harus ada strategi
ataupun kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman Masyarakat Suku Anak Dalam
secara lebih mengani pemahaman Pemilihan Umum.

24
BAB IV
METODE PROJEK

4.1 Bagan Alur Projek (Fishbone Diagram)


Adapun bagan alur penlitian tergambarkan melalui fishbone diagram di bawah ini:

4.2 Jenis Pojek


Projek ini merupakan projek kualitatif. Projek kualitatif sebagai proses literatif Dimana
peningkatan pemahaman komunitas ilmiah dicapai dengan membuat pembedaan signifikan baru
yang dihasilkan dari semakin dekat dengan fenomena yang di pelajari. Rumusan ini
dikembangkan sebagai alat untuk membantu memperbaiki desain projek sambil menekankan
bahwa dimensi kualitatif juga hadir dalam pekerjaan kuantitatif. Selain itu, dapat memfasilitasi
pengajar pengajaran, komunikasi antar peneliti, mengurangi kesenjangan antara peneliti
kualitatif dan kuantitatif, membantu mengatasi kritik terhadap metode kualitatif, dan digunakan
sebagai standar evaluasi projek kualitatif.

25
4.3 Waktu dan Tempat Projek
Waktu projek ini dilaksanakan di tahun 2023 yang dimulai dari tahap perencanaan dan
persiapan sampai dengan tahap penyerahan laporan akhir pada bulan Desember 2023. Tahap
perencanaan dan persiapan dimulai dari bulan November 2023, yang dimulai dari observasi dan
wawancara ke suku anak dalam pada tanggal 11 November 2023, pelaksanaan projek sosialisasi
mengenai pemilu 2024 ke suku anak dalam tanggal 29-30 November 2023. Laporan akhir
disusun pada bulan desember 2023 dan akan dikumpulkan pada bulan desember 2023.

4.4 Sumber Data


Data yang akan dianalisis dalam kajian ini bersumber dari data primer. Sumber data
primer berasal dari narasumber yang memiliki peran penting dan memiliki pengalaman dalam
melakukan aksi kegiatan sosialisasi pemilu di Suku Anak Dalam (SAD) Jambi. Narasumber
dalam Projek ini secara lebih rinci disajikan pada Tabel berikut:
No Narasumber Informasi
BAWASLU Sudah melakukan sosialisasi namun bukan ke
1
desa Skaladi
Bapak warga SAD Di desa Skaladi jika memilih Capres dan
2 Cawapres hanya mengikuti dari pemangku
adat
Ibu warga SAD Belum mengetahui Capres dan Cawapres
3 karena mereka tidak memiliki tv sehingga
kurangnya informasi

4.5 Teknik Pengumpulan Data


Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Metode observasi merupakan
Teknik pengumpulan data yang memungkinkan peneliti untuk mengamati hal-hal terkait dengan
fenomena yang terjadi. Sedangkan wawancara kualitatif menekankan pada Teknik wawancara
secara mendalam ( M. Junaidi dan Fauzan, 2012). Dalam projek ini akan diobservasi data-data
dan dokumen terkait dengan pemilu yang dilaksanakan du suku anak dalam jambi. Lalu
dilakukan wawancara untuk memperoleh informasi srtategi sosialisasi yang akan dilaksanakan.

26
4.6 Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, yang dilakukan selanjutnya adalah menganalisis data. Data yang
telah terkumpul dari hasil pengumpulan data harus segera diolah dan di maknai sehingga segera
dapat diketahui apakah tujuan projek sudah tercapai atau tidak. Analisis data merupakan
pekerjaan yang sangat kritis dalam proses projek. Penggunaan Teknik analisis data dalam projek
hendaknya di sesuaikan dengan rancangan projek. Data yang telah diintepesasi akan di cek
keabsahannya melalui Teknik triangulasi. Teknik triangulasi yang akan digunakan adalah (1)
triangulasi data dan (2) triangulasi metode. Data ini kemudian diolah melalui proses coding dan
klasifikasi.

27
BAB V
Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil
Observasi
Proyek sosialisasi Pemilu pilpres kepada SAD dapat membantu meningkatkan partisipasi
masyarakat adat dalam proses demokrasi, membangun pemahaman yang benar tentang hak-hak
mereka sebagai warga negara, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran mereka
dalam membentuk masa depan Negara. Dari pemaparan visi misi dari masing-masing calon
diharapkan masyarakat suku anak dalam yang berada di skaladi dapat menjadi pemilih yang
berdasarkan asas luber jurdil (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil).Serta angka golput
dalam pemilu menurun.
Hasil dari yang diitimbulkan dari observasi di Desa Skaladi dilihat pada tabel 5.1

Indikator Aspek yang diamati Deskripsi temuan


Pemahaman mengenai pemilu Warga desa skaladi : Dari wawancara warga di
1. Komunikasi dengan dapatkan bahwa masih banyak
orang tua warga yang belum memiliki
2. Komunikasi dengan pemahaman mengenai pemilu
usia dewasa bahkan mereka tidak
memahami bagaimana cara
mengguakan hak suara dengan
baik.
Pengetahuan mengenai calon Warga Desa Skaladi ; Dari hasil wawancara yang di
presiden dan calon wakil 1. Komunikasi dengan lakukan terhadap warga
presiden serta visi misi orang tua bahwa sebagian besar warga
2. Komunikasi dengan tersebut masih minim terhadap
usia dewasa siapa saja yang menyalonkan
diri sebagai presiden serta visi
misi capres dan cawapres

28
Wawancara
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh matching fun dan wahasiswa Ppkn R03,
Hasil wawancara bahwasannya ditemukan data beberapa suku anak dalam bagian daerah atas
dan bawah memiliki pehamaman tentang pemilu yang berbeda-beda. Diketahui bahwa warga
bagian bawah terbuka terhadap adanya pemilu dan mereka sering diskusi bersama dan memiliki
persepsi yang berbeda-beda sesuai dengan hatinya. Sedangkan warga SAD bagian atas lebih
tertutup dan tidak mengetahui sama sekali mengenai pemilu bahkan mereka tertutup terhadap
hal² baru. Tim matching fund pun pergi kerumah² melalui pendekatan secara personal untuk
menerangkan.
Indikator Aspek Yang Diamati Deskripsi Temuan
Pemahaman Mengenai Pemilu warga skaladi yang di amati:
1. Orang tua
2. Usia dewasa
Pengetahuan mengenai pemilu Warga skaladi yaitu :
1. Orang tua
2. Usia dewasa

5.2 Pembahasan
Penting bagi suku anak untuk memahami pentingnya pemilu dan pilpres karena pemilihan
umum, terutama pemilihan presiden, memiliki dampak yang sangat besar bagi masa depan
negara. Pemimpin yang dipilih melalui proses ini akan memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan arah kebijakan negara untuk beberapa tahun ke depan. Oleh karena itu,
pemahaman yang minim mengenai pemilu dan pilpres dapat menjadi hambatan dalam
memastikan partisipasi mereka dalam proses demokrasi.Untuk mengatasi pemahaman yang
minim mengenai pemilu dan pilpres di kalangan suku anak, diperlukan pendekatan yang
komprehensif. Langkah pertama adalah meningkatkan pendidikan politik di lingkungan sekitar.
Ini dapat dilakukan melalui program-program pendidikan formal maupun informal yang fokus
pada memperkenalkan konsep demokrasi, hak-hak politik, dan pentingnya partisipasi dalam
pemilu. Selain itu, akses informasi tentang pemilu dan pilpres juga perlu ditingkatkan.

29
5.3 Deskripsi Hasil Wawancara
Peneliti melakukan wawancara kepada orang tua dan orang dewasa :
1. Orang Tua
Dari 4 informasi orang tua, peneliti mengajukan pertanyaan mengenai pemilu calon
presiden dan calon wakil presiden yaitu “Apakah Bapak dan Ibu sudah mengetahui calon
presiden dan juga calon wakil presiden kita”. Mereka memberikan jawaban sebagai berikut ;
“ Tau tetapi tidak semuanya hanya Ganjar” (Bapak Zuryani)
“ Hanya mengetahui prabowo saja” (Ibu Rimawati)
“ Hanya mengetahui prabowo saja” (Nyai)
“ Hanya mengetahui prabowo saja” (Ibu Jina)
Dari hasil wawancara diatas mereka hanya mengetahui bapak prabowo saja. Setelah itu
peneliti mengajukan pertanyaan yakni “Bagaimana cara bapak/ibu untuk memilih calon presiden
dan calon wakil presiden”
“ Biasanya kami hanya mengikuti apa yang dipilih pemangku adat” (Bapak Zuryani)
“ Biasanya setiap sebulan atau dua bulan sebelum pemilu akan kedatangan dari setiap
partai politiknya masing-masing” (Ibu Rimawati)

2. Orang Dewasa
Dari 1 informasi orang dewasa, peneliti mengajukan pertanyaan pemilu calon presiden dan
calon wakil presiden yakni “ Apakah Bapak dan Ibu sudah mengetahui calon presiden dan juga
calon wakil presiden kita”. Mereka memberikan jawaban sebagai berikut :
“Masih belum tau siapa saja yang akan mencalon, hanya mengetahu prabowo saja” (Kak
Putri).

30
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Hasil dari uraian laporan tersebut adapun kesimpulannya adalah bahwa pemahaman
minim suku anak dalam terkait pemilu dan pilpres dapat di atasi melalui pendekatan
komprensif.Pendidikan politik,akses informasi,peran model positif,dan partisipasi aktif
suku anak dalam menjadi kunci utama.Diperlukan upaya kolaboratif melibatkan
pemerintah,lembaga pendidikan,masyarakat,dan pemimpin suku anak dalam (SAD).
Proyek sosialisasi pemilu dan pilpres kepada suku anak dalm Jambi memiliki tujuan
yang jelas,yaitu meningkatkan pemahaman mereka tentang proses pemilu 2024. Upaya ini
mencakup kolaborasi dengan komunitas lokal,penggunaan bahasa dan budaya
lokal,edukasi dasar,dan evaluasi dampak.Dengan inovasi berupa materi visual dan sesi
tanya jawab jawab,diharapkan dengan proyek ini dapat menciptakan pemilih yang lebih
informasional dan partisipasi.Proyek sosialisasi khusus untuk suku anak dalam jambi
memiliki urgensi penting dan perlu mempertimbangkan aspek kultural,bahasa,dan
kolaborasi dengan pemimpin lokal. Proyek ini diharapkan dapat meredakan pemahaman
minim suku anak,mendukung partisipasi mereka dalam demokras,serta mengurangi angka
golput dalam pemilu

6.2. Saran
Dari pelaksanaan sosialisasi yang telah dilakukan diharapkan mahasiswa angkatan
22 terkhusus prodi Ppkn R003 untuk lebih solidaritas terhadap mengerjakan tugas dan ikut
berpartisipasi atas tugas yang telah diberikan. Semoga seluruh anggota kelas R003 dalam
projek ini mendapatkan nilai yang memuaskan (A). Seterusnya untuk angkatan selanjutnya
bisa melanjutkan projek ini dengan lebih baik lagi kedepannya. Semoga bagi pembaca
mendapatkan ilmu yanag bermanfaat dari laporan hasil pelaksanaan projek ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan Imam. (2015). Metode Penelitian Kualitatif, The Learning University.


Hertanto, Haryanto, S, Maryana,T.(2021). Strategi Pemenuhan Hak Elektoral Kelompok
Minoritas Suku Anak Dalam Subetnis Orang Rimba Oleh KPU Batanghari,
Jambi,Indonesia. Jurnal Wacana Politik Universitas Padjajaran,6 (1),84-94.
Maryono., (2023). Implementasi nilai keharmonisan bhineka tunggal ika pembelajaran bagi
pemilu dan pilkada serentak 2024. Jurnal inovasi hasil penelitian dan pengembangan,
3(2), 141-146.
Wardhani, P,S,N. 2018. Antisipasi politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum, Jurna
Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial 10 (1) 57-62.
Zainuddin, R. (1980). Sejarah Pendidikan Daerah Jambi, Jambi : Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Depdikbud,
1980.

32
33

Anda mungkin juga menyukai