Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 2

1.

Bagaimana teori kepribadian pendekatan/paradigma behaviorisme memandang kepribadian


Hilda?
2. Merujuk pada teori kepribadian pendekatan/paradigma behaviorisme, bagaimana Hilda
memiliki kepribadian sebagaimana yang digambarkan dalam cerita?
3. Apa yang dapat dilakukan guru BK untuk menghadapi kepribadian Hilda?

1. Menurut saya teori yang pantas untuk tingkah laku Hilda adalah "Social Learning Teory" teori
pembelajaran sosial. Menekan pada kognitif, pemahaman, dan evaluasi.
Dalam memandang kepribadian Hilda dia hanyalah anak yang kurang kasih sayang dari kedua
orang tuanya. Mempunyai ayah yang tegas dan cenderung kasar membuat perilaku Hilda
berubah dia juga mencari lingkungan baru karena menurut Hilda lingkungan rumahnya
membuat dia merasa tidak betah. Dari lingkungan baru tersebutlah menjadikan hilda yang tidak
terkendali dan membuat hilda jadi perilaku yang buruk. Tingkah lakunya juga sudah berubah
bahkan sama Budhe Kas yang dulu waktu kecil biasa menghabiskan waktunya bersamanya.

2. Dalam kasus ini saya mengambil teori dari Albert Bandura Paradigma "Social Learning
Teory" teori pembelajaran sosial. Menekan pada kognitif, pemahaman, dan evaluasi. Jadi si
Hilda bisa dibilang anak yang kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya karena pekerjaan
orang tuanya yang bisa dibilang sangatlah penting sampai mereka lupa tidak mengikuti
perkembangan anaknya. Perilaku dibentuk oleh konteks sosial artinya perilaku dapat dipelajari.
Contoh : Hilda akan tumbuh dan berkembang dia juga dapat berpikir dan mengatur tingkah
lakunya sendiri, aspek kepribadiannya melibatkan interaksi dengan orang lain.
Dengan cara memberi apa yang semua Hilda minta adalah keselahan terbesar. Itu semua
karena orang tuanya yang tau tidak bisa mengurus anak-anaknya alhasil mereka memberikan
apa yang dia mau agar dia senang. Tetapi dengan memberikan Hilda segalanya dia malah
kurang dalam bersosial dengan lingkunganya (lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat). Ayah Hilda yang dikenal sosok yang tegas dan cenderung keras apalagi saat
ayah Hilda (Pak Dayat) marah kepada Hilda dia selalu menangis dan yang menenangkan
bukan dari orang tuanya melainkan oleh Budhe kas yang bisa dibilang bukan siapa-siapa di
hidup Hilda melainkan yang Budhe Kas adalah orang yang lebih banyak menghabiskan waktu
bersama Hilda. Lambat laun Hilda sudah menjadi wanita dewasa. Sekarang Hilda tidak memiliki
rasa takut kepada ayahnya (Pak Dayat), malah Hilda merasa amarah dari ayahnya bukan
masalah serius bagi dirinya. Seperti ekperimen Bandura yang dikenal "Bobo Doll" yang
menunjuk anak-anak meniru tingkah laku seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya. Jadi Hilda meniru tingkah laku dari ayahnya yang sering marah dan kasar alhasil
dirinya menganggap bukan masalah yang serius jika ayahnya marah. Hilda menjadi tidak betah
dan mencari lingkungan baru, Hilda juga sering menghabiskan waktunya di cafe dan
kumpul-kumpul dengan teman-temanya. Sebenarnya ini hanyalah ungkapan rasa
keputusasaan terhadap dirinya (pelampiasan). Sampai terjadi hal seperti Hilda sering pulang
malam dan selalu pulang di bonceng anak laki-laki. Bahkan pernah di situasi Hilda bertengkar
hebat dengan anak laki-laki di depan rumahnya. Hal itu pula menjadikan Rt dirumahnya
menegur ayah Hilda (Pak Dayat). Sampai-sampai dia tumbuh sebagai anak yang tidak
dikenalinya lagi. Bahkan Budhe Kas yang sejak kecil mendapinginya juga heran. Hilda juga
suka berbohong, tidak
memiliki belas kasih, dan sangat egois. Bahkan kepada adiknya pun demikian. Hilda tidak mau
berbagi dengan adiknya. Hilda dikenal sangat kasar, pemarah, boros, dan semaunya sendiri.
Hal ini sangat berkaitan dengan Determinisme timbal balik menurut Albert Bandura bahwa
lingkungan memang membentuk perilaku dan perilaku membentuk lingkungan. Sedangkan
behaviorisme dasarnya menyatakan bahwa lingkungan seseorang menyebabkan perilaku
seseorang. Jadi Hilda bertingkah laku seperti itu karena lingkungan rumahnya yang tidak
memberikan hal baik kemudian mencari lingkungan luar yang sekarang menyebabkan perilaku
Hilda berubah tidak seperti masa kecilnya dulu.

3. Sebagai calon konselor dengan permasalahan seperti Hilda harus benar-benar dengan
pendekatan yang baik. Mungkin hal tersebut adalah upaya rasa keputusasaan dalam dirinya
(pelampiasan) karena status dia adalah anak yang kurang perhatian dari kedua orang tuanya.
Yang dapat dilakukan guru Bk adalah dengan memberikan rasa nyaman berupa pendekatan
dengan hubungan yang baik. Seperti menganggap Hilda sebagai anak kandungnya sendiri dan
menyakinkan Hilda bahwa dia yakin pasti bisa mengatasi permaslahan kepribadianya tersebut.
Guru bk bisa membicarakan hal tersebut dengan orang tuanya. Agar orang tuanya
memperdulikan nasib anaknya di masa depan. Guru bk bisa memberi arahan kepada Hilda
untuk memilih lingkungan yang baik bukan hanya untuk boros dan menghabiskan waktu
dengan teman-temannya, nongkrong di kafe. Dia bisa mengikuti lingkungan yang baik seperti
ikut organisasi osis atau kepramukaan. Agar di bisa mengendalikan diri dan bisa menjadikan
pemimpin untuk adiknya kelak.

Anda mungkin juga menyukai