Anda di halaman 1dari 2

Judul cerpen: IMPIAN ANGSA KECIL

Karangan : Lina Purniawati

Di sekolah harapan bangsa ada seorang siswi yang bernamana Hilda, Jurusan Ilmu pengetahuan
Alam. sekarang dia sudah kelas Tiga SMA. Pada hari senin, tepatnya pada jam istirahat di sekolah
SMA Harapan Bangsa, Hilda, maya, mawar, Dimas dan teman-teman yang lainnya belajar. Pada
jam istirahat tiba, hilda dan teman-temanya keluar dari kelas untuk sekedar membeli jajanan
setelah penat belajar. Mereka duduk di bangku di bawah pohon besar yang sejuk tempat mereka
biasa membeli jajanan dan mengobrol.

Dimas:“Engga terasa yah sekarang kita sudah kelas tiga dan sebentar lagi kita lulus.” Ucap
dimas.
Hilda : “Iya, nanti kita akan berpisah dan menjalani kehidupan masing-masing”. Jawab Hilda.
Maya : “o ya, kalian mau melanjutkan kemana? Tanya maya.
Mereka pun menjawab secara bergiliran
Dimas : “kalau saya mau kembali pulang ke kampung halaman saya, dan mencoba membantu
orangtua saya disana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari” jawab dimas
Mawar: “ciyee Dimas, tumben pinter, ha ha.. (mawar yang sengaja menggoda dimas) saya juga
sependapat dengan kamu, saya ingin kerja dulu, jika uang nya sudah mencukupi saya ingin
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi” jawab mawar
Hilda:“kalian hebat, bagus sekali cita-cita kalian. Saya sangat mendukung kalian. Jika di Tanya
saya mau melanjutkan kemana, saya ingin melanjutkan kuliah ke universitas yang saya inginkan.
Dan kamu may, mau kemana?” saut Hilda
Maya:”saya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi karena itu keinginan saya dan harapan
orangtua saya.” Jawab maya.

Merekapun asyik berbincang-bincang tentang kelanjutan mereka setelah lulus nanti. Bel istirahat
pun berbunyi, sudah saatnya untuk masuk kelas dan memulai belajar kembali.Bel pun berbunyi
kembali yang menandakan waktunya mereka harus pulang.

Guru Hilda: “Hilda, ayo siapkan teman-temanmu.” Ucap guru Hilda di kelas.
Hilda:”baik pak” jawab Hilda.
Hilda pun menyiapkan teman-temanya dan memberi salam kapada guru ada di kelas itu.

Waktupun terus berlalu, Kelulusan pun telah tiba, hilda sangat sedih berpisah dengan sahabat-
sahabatnya. Mulai hari itu hilda sudah bukan anak SMA yang berseragam putih abu-abu. Hilda pun
seperti angsa kecil yang mulai mengepakan sayapnya, berusaha menjadi lebih baik dan mencari
jati dirinya.
Sesampainya hilda di rumah dan beristirahat, bunda Hilda pun mendekatinya untuk sekedar
berbincang-bincang tentang kelanjutan Hilda untuk ke perguruan tinggi.

Bunda hilda:“nak, kamu mau melanjutkan ke universitas mana setelah lulus nanti? Tanya bunda
hilda
Hilda:“saya mau ke universitas negeri yang dekat dari tempat tinggal” jawab Hilda
Bunda : “ayah, bunda, dan om kamu yang di Bandung menginginkan kamu kuliah universitas
Pelita (universitas yang berada di Bandung).”
Hilda: “saya engga mau kuliah jauh bunda, saya ingin kuliah di sekitar kota ini saja. Agar tidak
jauh dari bunda dan ayah,”

Maklumlah, Hilda yang saat itu baru berusia delapan belas tahun, tidak ingin jauh dari orangtua
nya. Walau pun Hilda pernah di undang untuk mengikuti tes beasiswa masuk perguruan tinggi di
Jakarta. Kemudian Hilda pun melakukannya hanya untuk membahagiakan hati orang tuanya dan
mencoba memberanikan diri untuk berpisah dengan orang tuanya. Namun kenyataan nya lain,
hilda hanya mendapatkan 75% beasiswa dari tes tersebut. Perasaannya pun bercampur antara
senang dan sedih. Senang karena dia tidak jadi kuliah di luar kota dan sedih karena tidak
mendapatkan beasiswa penuh, sedangkan orang tuanya menginginkanya.”

Setelah kelulusan, Hilda rajin mencari informasi tentang perguruan tinggi yang dia inginkan. Mulai
dari browsing, menanyakan ke teman-teman yang ingin melanjutkan kuliah, menanyakan ke
saudara-saudaranya yang sedang kuliah maupun yang sudah lulus.
Pilihanan pun sudah ada di tangan Hilda, dia ingin melanjutkan di universitas negeri Nusantara
karena bertempat tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hilda pun mengatakan kepada orangtuanya
tentang keinginan nya dan meyakinkan orangtuanya bahwa pilihannya itu terbaik dan bisa
merubah keadaan lebih baik. Orangtuanya pun menyutujuinya. Perasaan nya bagaikan kupu-kupu
terbang melayang-layang di taman bunga yang warnanya bermacam-macam sehingga menambah
keindahan bunga di taman tersebut.

Hilda pun memulai daftar Seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri dengan sepupunya dan
di temani teman sepupunya yang sudah kuliah di universitas yang hilda inginkan tersebut secara
on line. Hilda berusaha sekuat tenaga supaya berhasil dalam seleksi tersebut, dia mulai
mengurangi waktu main bersama teman-temannya untuk menggantikannya dengan waktu
belajar. walaupun banyak yang mengatakan kapada Hilda bahwa yang mengikuti seleksi tersebut
kemungkinan kecil untuk mendapatkannya. Di karenakan banyak yang berminat untuk masuk
perguruan tinggi negeri.

Setelah satu bulan berlalu sudah saatnya Hilda untuk mengikuti mengikuti tes seleksi nasional
masuk perguruan tingi tersebut. Keluarganya sangat mendukungnya. Kakak perempuan nya pun
selalu ada di sampingnya, mulai dari melengkapi berkas-berkas untuk seleksi dan menghantarkan
hilda ke tempat tujuan untuk tes. Tes berjalan dua hari, pagi buta hilda harus sudah berangkat
supaya tidak terlambat, bagaimanapun tes tersebut sangat menentukan masa depannya.

Waktu berjalan dengan sendirinya dua bulan berlalu, tiba saat nya pengumuman test seleksi
nasional masuk perguruan tinggi negeri. Orang tua nya pun mengetahui bahwa hari itu
pengumumannya.

Bunda hilda:“hilda, hari ini pengumumannya yah, ayo bunda antarkan kamu untuk melihat
pengumuman” ucap bunda hilda
Hilda:”hmm.. iyah bunda, tapi nanti kalau aku tidak di terima, bunda jangan marah yah, he hee”
(sambil senyum) jawab hilda
Bunda hilda: “iyah.. kalau pun kamu tidak di terima bunda tidak akan marah ko”

Sebenarnya hilda sudah punya rencana jika dia tidak di terima dalam tes tersebut, dia akan
menunda kuliahnya dan akan mengikuti test lagi tahun depan. Walaupun orang tua nya tidak
menyutujuinya, hilda yakin jikalau gagal itu biasa dan terus berusaha itu baru luar biasa.

Ketika hilda dan bundanya sudah sampai untuk melihat pengumuman tersebut, hati hilda seperti
genderang yang terus di pukul mengeluarkan bunyi yang sangat keras, perasaannya bercampur
aduk, gelisah, penasaran, takut, dan sebagainya. Begitu hilda dan bundanya melihat pengumuman
tersebut ternyata hilda di terima sebagai mahasiswi di perguruan tinggi yang dia impikan. Hilda
pun sangat bersyukur kepada Allah yang telah mengabulkan doanya. Berterima kasih kepada
keluarga yang selalu mendukungnya setiap saat untuk menggapai impiannya.

Amanat:

kita harus yakin bahwa sukses itu mimpi besar yang harus di wujudkan dan harapan itu seperti
sebuah masa depan, apa yang Kita kerjakan sekarang adalah hasil dari apa yang ingin kita raih
untuk masa depan kita.

Anda mungkin juga menyukai