Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nurmasita

NIM : 200620019

Kelas : Psikologi II-D

Tugas Analisa Kasus Menggunakan Teori Psikologi Kepribadian Aliran Psikoanalisa

A. Kasus

IDENTITAS

Nama : Dewi

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 41 Tahun

Tempat lahir : P. Siantar

Alamat : Duri, Pekan Baru

Anak ke : 7 dari 7 bersaudara

Pendidikan : SMP

Pekerjaan :-

Status Pernikahan : Janda

MASALAH/KELUHAN

Berdasarkan kasus tersebut diperoleh masalah atau keluahan Dewi adalah sering
mencabuti rambut hingga hampir mengalami kebotakan.
LATAR BELAKANG

Dewi adalah anak bungsu dari 7 bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai Tentara Rakyat
sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Ayah Dewi sering betugas keluar daerah sehingga
sangat jarang berkomunikasi dengan anak-anaknya. Ayahnya adalah orang yang disiplin. Ibu
Dewi telah meninggal dunia saat usia Dewi 2 tahun sehingga yang mengasuh Dewi adalah
saudara-saudaranya secara bergantian. Setelah tamat SMP Dewi tidak melanjutkan pendidikan
ke tingkat SMA karena ayahnya tidak memiliki cukup biaya. Akhirnya Dewi memilih mencari
pekerjaan.

Pada saat usia 20 tahun, Dewi ditawari temannya untuk bekerja dikota Medan. Walaupun
ayah dan kakak-kakaknya keberatan. Setelah satu tahun bekerja dia berkenalan dengan pria
bernama Agus yang berasal dari Aceh. Setelah beberapa bulan menjalin hubungan yang semakin
dekat dengan Agus, akhirnya pada bulan Juli 1993 Agus mengajak Dewi untuk menikah. Dewi
menyampaikan rencananya kepada keluarganya, tetapi tidak mendapat izin karena berbeda
keyakinan. Namun, Dewi memutuskan untuk menikah diam-diam dengan menikah di bawah
tangan.

Setelah lima tahun menikah dan belum dikaruniai anak, pada tahun 1999 Dewi dan Agus
becerai karena perbedaan prinsip yang selalu memicu pertengkaran di antara mereka. Dewi
merasa sedih dengan perceraian tersebut, ia merasa gagal menjadi seorang istri dan belum
menjadi manusia yang sempurna. Akhirnya Dewi pulang ke kampung halamannya, namun
kepulangannya tidak disambut baik oleh keluarganya dan menyalahkan Dewi karena tidak
menuruti nasehat mereka untuk tidak menikah dengan Agus. Dewi semakin tertekan dengan
dengan sikap keluarganya, disaat dia sedih dan butuh dukungan keluarga, namun keluarga tidak
memperdulikannya.

Akhirnya Dewi bertemu dengan Yuli sahabatnya sewaktu SMP. Dewi melihat kehidupan
Yuli yang sudah berubah secara ekonomi, Yuli sudah memiliki rumah sendiri dan cukup besar
dan dihuni orang tuanya di siantar, memakai perhiasan yang bagus-bagus. Dewi menanyakan apa
pekerjaan Yuli. Yuli mengajak Dewi ke kota Duri tempat tinggal Yuli. Dewi pun setuju dan ikut
dengan Yuli. Pada tahun 2000, Dewi dan Yuli berangkat ke kota Duri. Di sana Yuli akhirnya
menceritakan perihal pernikahannya (pernikahan kontrak) dengan orang asing (bule)yang
bekerja di perusahaan asing mitra PT Caltex di Duri. Yuli menawarkan kepada Dewi jika ada
teman suaminya yang ingin mencari “isteri kontrak” dan Dewi pun setuju.

Pada akhir tahun 2000 Dewi menikah dengan Glen, pria berkebangsaan Kanada yang
merupakan teman suami Yuli. Kehidupan Dewi pun berubah menjadi lebih baik. Glen juga
memperlakukan Dewi dengan baik dan tidak mengekangnya. Saat itu, Dewi merasa beruntung
dapat hidup bersama Glen, bahkan saat itu ia berharap kehidupannya dapat berjalan selamanya,
walaupun ia sadar suatu saat Glen akan kembali ke negaranya.

Pernikahan kontrak Dewi dengan pria asing tersebut tidak disetujui oleh keluarganya di
kampung. Pada tahun 2005, Dewi mendapat kabar dari salah seorang kakaknya bahwa ayahnya
sakit keras dan dirawat di rumah sakit Siantar. Menurut kakaknya , ayahnya sering mengigau
memanggil nama Dewi. Akhirnya Dewi pun meminta izin dari Glen untuk pulang. Namun, Dewi
tidak sempat bertemu ayahnya sebelum meninggal karena ayahnya sudah meninggal saat Dewi
dalam perjalanan menuju ke Siantar. Dewi mendapat penjelasan dari kakaknya bahwa ayahnya
tersebut sakit saat mengetahui Dewi telah menjadi isteri kontrak di kota Duri. Ayahnya merasa
marah dan malu mendengar kabar tersebut serta menyalahkan dirinya karena tidak
memperdulikan Dewi saat pulang dari Medan. Ayahnya menjadi murung dan sering mengigau
menyebut nama Dewi. Kakaknya menyalahkan Dewi yang menjadi penyebab kematian ayah
mereka. Dewi sangat sedih dan merasa bersalah dengan semua yang telah dilakukannya sehingga
menyebabkan ayahnya meninggal dunia.

Dua minggu berada di kota Siantar, Dewi mendapat kabar dari Glen bahwa dalam
beberapa hari kedepan Glen akan berangkat ke Jakarta dan kemungkinan kembali ke Kanada.
Dewi merasa kaget dan tidak siap membayangkan harus berpisah dengan Glen dalam kondisi ia
sedang bersedih karena kehilangan ayahnya. Dewi segera pulang ke kota Duri dan bertemu Glen
untuk terakhir kalinya. Walaupun sudah mengatakan kepada Glen bahwa ia belum siap untuk
berpisah karena dia baru saja kehilangan ayahnya. Namun Glen tidak dapat berbuat apa-apa
selain minta maaf.

Setelah berpisah dengan Glen, Dewi mengatakan bahwa ia sering sakit kepala dan merasa
tidak enak badan. Saat sakit kepala datang secara tidak sengaja ia menarik-narik rambutnya dan
mengatakan bahwa sakit kepalanya dapat berkurang dan merasa nyaman. Kebiasaannya
menarik-narik rambut tersebut meningkat dengan mencabuti rambut-rambut kasar yang
menurutnya menjadi penyebab sakit kepala yang dialaminya. Dewi mengatakan dengan
mencabuti rambut tersebut sakit kepalanya hilang dan ia menjadi tenang. Sakit kepala Dewi yang
dialami Dewi menurutnya semakin sering muncul jika ia sedang dalam keadaan sendiri di rumah,
teringat Glen dan teringat dengan cerita keluarganya yang menyalahkannya sebagai penyebab
meninggal ayah mereka. Dewi sering merasa sudah menjadi anak yang sangat durhaka kepada
ayahnya karena menyebabkan ayahnya menjadi sakit dan akhirnya meninggal.

Kehidupan Dewi semakin buruk, untuk menghilangkan perasaan suntuk dan rasa
bosannya, Dewi berkumpul bersama teman-temannya dan mengadakan pesta sehingga harta
yang ditinggalkan Glen semakin berkurang. Dia pernah bergabung menjalankan bisnis cafe
bersama temannya, tetapi tidak berhasil. Rumahnya terjual dan ia tinggal di kontrakan sederhana,
uang simpanannya juga semakin menipis. Menurut Dewi, kondisi ini membuatnya sering
mengalami sakit kepala dan melakukan kebiasaannya mencabuti rambutnya.

Dewi juga mengatakan beberapa tahun terakhir ini kalaupun tidak sakit kepala, ada
seperti rasa gatal yang dirasakannya yang membuatnya semakin sering mencabuti rambutnya
tersebut untuk menghilangkannya. Dua tahun terakhir, kebiasaannya mencabuti rambut tersebut
semakin parah, ia tidak dapat menghentikan kebiasaannya tersebut terutama saat ia sedang
sendiri di rumah. Pikiran-pikiran tentang dirinya sebagai anak durhaka sering muncul, belum
juga perasaan bersalah karena hidupnya yang sulit saat ini disebabkan dia tidak memanfaatkan
harta yang ditinggalkan Glen. Dia juga sering berpikir bahwa mungkin kesulitan hidup yang
dialaminya saat ini merupakan karma akibat dari perbutannya yang tidak mengikuti perkataan
ayahnya.

Dewi mengaku sebenarnya ia merasa terganggu dengan kebiasaannya tersebut, namun


tidak tahu bagaimana cara menghentikannya. Dewi merasa malu dengan kondisi rambutnya yang
hampir mengalami kebotakan. Ia malu keluar rumah, apalagi orang-orang sekitar bertanya-tanya
dan berkomentar negatif tentang kondisinya seperti mengatakan stres atau “penger”.

Dewi sudah melakukan usaha untuk memperbaiki rambutnya, misalnya melakukan hair
extention dan juga menggunakan wig, namun belum berhasil. Dewi sangat ingin menghilangkan
kebiasaannya untuk mencabuti rambutnya tersebut agar kondisi rambutnya tidak semakin parah.
Dengan demikian, rambutnya dapat tumbuh normal dan Dewi dapat melakukan aktvitas di luar
rumah tanpa rasa malu sehingga dapat mencari nafkah untuk membiayai hidupnya.

B. Teori yang digunakan

Pada analisa kasus ini saya menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Teori
psikoanalisis merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan tentang hakikat dan
perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah
motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian
berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut.

C. Analisa/pembahasan

Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada mulanya istilah
psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga “psikoanalisis”
dan “psikoanalisis Freud” sama artinya.

1. Struktur Kepribadian
Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious),
prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang
konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Freud berpendapat bahwa kepribadian
merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam
bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki
asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.

2. Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian, menurut Freud, adalah bagaimana energi psikis didistribusikan
dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa energi yang
ada pada individu berasal dari sumber yang sama yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa energi
manusia dibedakan hanya dari penggunaannya, energi untuk aktivitas fisik disebut energi
fisik, dan energi yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut energi psikis. Freud menyatakan
bahwa pada mulanya yang memiliki energi hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme yang oleh
Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada das Ich dan das Ueber
Ich.

3. Mekanisme Pertahanan Ego


Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi
yang digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorngan das Es
maupun untuk menghadapi tekanan das Uber Ich atas das Ich, dengan tujuan kecemasan yang
dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Kuntojo, 2015:46). Freud menyatakan bahwa
mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini
7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai (Koeswara, 2001: 46
—48).
1. Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara
menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam
ketidaksadaran.

2. Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan
kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das es yang menjadi
penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh
masyarakat.

3. Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan
kepada orang lain.

4. Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek


atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
5. Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini
kenyataan yang mengamcam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal.
Rasionalissasi sering dibedakan menjadi dua: sour grape technique dan sweet orange technique.

6. Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena insdividu memiliki dorongan
yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya.
7. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertinkah laku yang tidak sesuai dengan
tingkat perkembangannya.

Analisa

Kasus yang dialaminya adalah berdasarkan dari teori psikoanalisa Sigmund Freud
menurut dari teori Freud EGO yang terdapat dalam kasus ini karena kondisi yang dialami dia
sering merasakan sakit kepala dan kebiasaan nya adalah mencabut rambutnya. SUPEREGO
dalam kasus dewi adalah kebiasaan nya mencabuti rambut semakin parah dan ia tidak dapat
menghentikan kebiasaannya, padahal dia merasa terganggu dengan perilakunya itu dan dia
mencoba untuk tidak melakukannya lagi, tetapi dia tidak tau bagaimana cara menghentikannya
itu.

D. Kesimpulan

Psikoanalisis merupakan teori yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dalam


menganalisis psikologis manusia. Menurutnya, tingkah laku manusia justru didominasi oleh alam
bawah sadar yang berisi id, ego, dan super ego. Dewi merupakan pribadi yang tidak sehat di
karenakan id, ego dan superegonya yang tidak seimbang.

E. Daftar pustaka

Anwar, K. 2014. Problematika Belajar dalam Perspektif Psikologi Pendidikan. Jurnal Pelopor
Pendidikan, 6(2), 105—107.
Bertens, K. 2016. Psikoanalisis Sigmund Freud. Jakarta: Gramedia
Bettelheim, B. 1969. Psychoanalysis and Education. Chicago Journal. University of Chicago
Ernerst, K. 2000. On Psychoanalysis and Education. New York

Ja’far, H. 2015. Struktur Kepribadian Manusia Perspektif Psikologi dan Filsafat. Psymathic:
Jurnal Imiah Psikologi, 2(2), 209—221.
Kuntojo. 2015. Psikologi perkembangan. Jogjakarta: Diction
Koeswara, E. 2001. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco.
Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai