Anda di halaman 1dari 5

Anastasia Elisa Kurniawan

XI D / 02

Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang

“Akhirnya kita udah graduation, angan-angan kita buat jadi anak SMA bentar lagi
dimulai nihh,” ujar Audrey dengan senang.
“Ga sabar bakal seseru apa ya masa SMA kita, pasti kamu bakal dapet pacar
sebentar lagi…” Jeje menceletuk dengan nada menggoda, kedua sahabat ini memang
sering bermimpi untuk menemukan cinta sejatinya seperti pada film Dilan 1990. Mereka
tertawa lepas selagi menghabiskan waktu terakhir bersama sebelum mereka berpisah untuk
melanjutkan studinya masing-masing.
Namun ternyata, saat itu belum lah saat terakhir mereka akan bisa bertemu dan
berbincang lama. Pandemi Covid-19 yang ada dari Maret 2020 masih berlangsung sampai
2021, mengakibatkan sekolah masih mengadakan pembelajaran secara online.

***
Setelah pandemi Covid-19 mereda, sekolah-sekolah mulai memperbolehkan
pembelajaran tatap muka. Besok, Jeje akan pergi ke Bandung karena ia akan sekolah di
SMA Krida Nusantara. Sedangkan Audrey tetap di Semarang memilih SMA Kolese
Loyola untuk menjadi tempatnya belajar selama 3 tahun ke depan.
“Eh tapi dreyy, 3 bulan pertama nanti aku bakal basis, disana aku ga boleh pulang
dan bawa hp sama sekali di asrama. Aduh aku takut ga kuat mental sama fisiknya,”
ketakutan Jeje pun muncul karena KN adalah sekolah semi militer.
“Bisa pasti bisa, lagian kan kamu sendiri yang udah milih buat sekolah disana,
bagaimanapun juga kamu harus bisa adaptasi dan berjuang buat survive,” jawab Audrey
menyemangati.
“Tapi disana tuh keras drey, nanti aku homesick kangen orang rumah, kangen kamu
juga gimana,” mata Jeje mulai memerah dan raut wajahnya khawatir.
“Percaya aku, you’re gonna be just fine. Nanti aku traktir kamu sepuasnya deh
bulan April nanti boleh pulang kan, sekalian ngerayain ulang tahunku,” Audrey tersenyum
tipis.
3 bulan berlalu, Audrey menjalani hari-harinya dengan bahagia. Ia senang dan bisa
secara langsung menikmati masa SMA nya ini bersama teman-temannya. Walaupun
beberapa kali Audrey rindu untuk menghabiskan waktunya bersama Jeje. Ia juga sering
mengirimkan pesan lewat Whatsapp ke nomor Jeje untuk menceritakan hal-hal yang
Anastasia Elisa Kurniawan
XI D / 02

berkesan tentang hari-hari Audrey. Tentunya pesan-pesan yang dikirim hanya centang 1,
karena HP Jeje disita oleh KN selama masa basis. Namun, Audrey ingin Jeje merasa
bahwa ia masih mengingatnya ketika Jeje sudah kembali dan mengaktifkan HP nya.
Datanglah saat ulang tahun Audrey tiba, tepatnya tanggal 15 April 2022. Audrey
merayakan hari jadinya bersama teman-teman dekatnya, yaitu Alika, Alysia, Radea
Bramasta, Stanley, dan Hendra. Mereka memutuskan untuk ice skating bersama di
Tentrem Mall. Audrey merasa bahagia sekali, namun masih ada harapan Jeje juga bisa
merayakan dengannya juga.
“Seandainya Jeje sudah pulang, kita juga bisa sama-sama merayakan. Tapi gapapa
tanggal 23 nanti juga seharusnya dia sudah waktunya pulang dari Krida,” pikir Audrey.
Saat sedang berputar-putar di area ice skating, Audrey tiba-tiba mendapat notif DM
Instagram dari akun kedua Jeje. Ia sangat kaget karena hari ini belum jadwalnya dia selesai
basis dan boleh memegang HP. Ia membuka DM dari Jeje yang mengirimkan one view
photo. Terlihat Jeje selfie di tempat tidur rumah sakit dengan infus di tangan kirinya.
“Sya aku pengen pulang, ini aku lagi pake HP guruku,” pesan yang tertulis di DM
Jeje untuk Audrey.
Audrey yang kaget langsung berhenti dan pergi ke tempat istirahat untuk membalas
Jeje. Ia ternyata sedang berada di RS Elisabeth Bandung.

*** flashback ke hari basis pertama

Hari ini, aku mulai menjalani kehidupan mandiri sebagai anak asrama. Rasanya
berat sekali akan hidup jauh dari orangtua. Tapi aku juga semangat karena bisa mengenal
banyak anak-anak hebat dari Sabang sampai Merauke. Aku tau tidak hanya aku yang
merasakan hal ini, tapi kita semua juga sama-sama berjuang untuk bertahan melewati masa
basis ini.
"Halo namaku Cita, aku dari Purbalingga, kamu Jeje kan? Kayaknya kita sekamar
deh,” seorang perempuan dengan nada lembut mendatangiku.
"Hai, salam kenal, iya aku Jeje dari Semarang. Emang kita satu kamar ada berapa
orang sih?" aku bertanya kebingungan.
"Sedengerku 4 yo tadi, semoga 2 teman lain yang sekamar sama kita seru ya,"
jawab Cita sambil mengangkat ibu jarinya.
Anastasia Elisa Kurniawan
XI D / 02

Di hari yang kedua, kami dibangunkan jam 4 pagi dan diminta untuk segera
bersiap-siap. Kamar mandi disana digunakan bersama-sama, jadi kami harus mengantri
untuk menunggu giliran. Kemudian, kami semua akan diberi sarapan dengan menu yang
sudah disediakan. Uniknya disini, kami diberi porsi makan yang sesuai dengan Indeks
Massa Tubuh kita. Karena aku sedikit obesitas, menu yang aku dapat tidak sebanyak
teman-teman dengan IMT normal.
Selama di Krida, aku tidak memiliki nafsu makan, nasi yang diberikan tidak tanak
dan cukup keras. Sedangkan aku paling tidak suka makan nasi keras. Alhasil aku hanya
sering minum susu kotak yang diberi sehari sekali.
"Nih, buat kamu. Diminum ya, kalau bisa makanannya dimakan juga. Biar sehat
ayo, kegiatan kita masih banyak, lho. Habis ini kita disuruh lari muterin sekolah 3 kali,"
Wira berkata saat mendatangi mejaku.
Wira adalah teman baruku yang berasal dari Jakarta. Dari awal basis, ia sering
mengajakku bicara dan menemaniku. Aku rasa dia tertarik padaku, karena dia juga
perhatian dan sering memperhatikan hal-hal kecil dariku. Susu kotak itu hanya diberi oleh
sekolah sehari sekali, dan dia rela memberinya hampir setiap hari untukku karena aku tidak
makan.
Kegiatan di Krida berlangsung dari pagi sampai malam. Bangun, belajar, olahraga,
tes fisik, sampai ibadah bersama untuk menutup hari. Di masa adaptasi ini, terutama pada 2
minggu pertama, aku sering menangis di asrama. Aku juga bolak balik masuk klinik,
bahkan dimarahi dokter dan susternya. Mungkin karena kondisiku yang sering drop akhir-
akhir ini dan kurang asupan nutrisi. Parahnya, dengan kondisiku yang seperti ini, tidak ada
pihak yang memberitahu wali asuh ataupun orang tuaku di Semarang. Aku sering kumat
dan menangis, tapi aku tetap menguatkan diri sendiri untuk bertahan.
Hari ke-14 aku diswab, dan hasilnya kurang lebih 70 teman lainnya diisolasi,
sedangkan aku dan 30 teman lainnya positif covid. Sempat senang, karena aku kira aku
akan dipulangkan, tetapi ternyata tidak. Aku masih terkurung di sekolah yang menyiksa
ini.
21 Februari 2022, diselang pelajaran Bahasa Indonesia, aku menyempatkan waktu
untuk menulis surat ke Audrey. Aku ingin curhat tentang banyak hal yang sudah terjadi
disini. Aku juga tidak sabar ingin menceritakan ada cowok yang sedang dekat denganku,
yaitu Kenza. Perasaan sangat ingin pulang dan tidak betah menghantuiku hampir setiap
Anastasia Elisa Kurniawan
XI D / 02

hari. Tanpa HP dan alat komunikasi apapun, aku tidak bisa mengadu ke siapa-siapa. Jauh
dari rumah ternyata tidak sebebas dan menyenangkan.
Puncak kemuakkanku berada disini adalah pada saat suatu malam, salah satu teman
sekamarku membawa minuman keras yang ia pindahkan ke botol hand sanitizer. Singkat
cerita, hal ini diketahui oleh seorang guru, dan kami sekamar kena imbasnya. Di tengah
malam itu, tepatnya jam 11.44 kami diminta untuk melakukan dopper, yaitu merangkak di
atas lumpur. Tidak hanya itu, yang membuatku kaget adalah ketika kami disiram dengan
air saat kita merangkak. Perasaan campur aduk menghantamku saat itu, jika menangis
kami akan lebih dibentak.
Beberapa hari setelah itu, kondisiku tidak kunjung membaik. Aku tidak sadarkan
diri saat latihan fisik bersama dan dilarikan segera ke rumah sakit.

***
Jeje akhirnya dijemput dan dipindahkan ke RS Telogorejo Semarang. Setelah
pemeriksaan dan pengamatan intensif oleh dokter, Jeje didiagnosa mengidap sebuah
penyakit autoimun, yaitu lupus. Penyakit lupus atau lupus eritematosus adalah penyakit
autoimun kronis yang bisa menyebabkan peradangan di beberapa bagian tubuh, seperti
kulit, sendi, ginjal, hingga otak.
Audrey yang sebelumnya ingin menyusulnya di Bandung tetapi tidak jadi pun
segera menjenguk Jeje di hari pertama Jeje dipindahkan ke Semarang. Cattleya kamar 20,
disana Jeje terbaring tidak berdaya dengan kondisi fisik yang berubah drastis. Badannya
mengurus, rambutnya menipis, dan kulitnya menggosong dan banyak bercak akibat
penyakitnya. Audrey merasa sangat sedih, ia ingin mengetahui apa saja yang sudah Jeje
alami disana sampai kondisinya yang seperti sekarang. Namun Audrey tidak ingin
membangunkan Jeje yang masih tertidur lelap.
"Drey, kok kamu disini?” suara Jeje terdengar pelan dan lemas.
"Je, akhirnya kamu bangun, aku kangen banget sama kamu. How are you feeling
now? Any better? Jangan dipaksa duduk dulu gapapa tiduran aja. Aku disini kok,” Audrey
membalas dengan air mata yang mulai mengucur.
"Drey, aku harus gimana, my life is over. Lupus gabisa diisembuhin, kamu liat juga
fisikku kayak gimana sekarang. I look horrible and ugly, harusnya aku ga sekolah disana,
Drey.”
Anastasia Elisa Kurniawan
XI D / 02

Audrey yang mendengar pernyataan ini pun berusaha sebisa mungkin untuk tetap
membuat Jeje tidak patah harapan untuk terus berjuang hidup. Sangat berat tentunya
menerima kenyataan bahwa Jeje harus menjalani pengobatan seumur hidup, yang artinya
seumur hidupnya juga tergantung pada obat-obatan.
“Kamu itu masih beruntung, Je. Masih untung kagak sekarat disana, ntar gue
ngelayat lu jauh dong,” Audrey berusaha mencairkan suasana, walaupun terkesan cukup
gelap.
“Idih…ntar gue pergi beneran lu kangen awas aja,” Jeje mulai bisa tersenyum dan
tertawa kecil.
“Amit-amit ya Tuhan jangan sampe, becanda aku. Pokoknya kamu harus berjuang
dulu demi kesehatanmu, aku bakal nemenin kamu terus sampai udah bisa keluar dari
rumah sakit,” ujar Audrey.
“Berarti nek udah ga di rumah sakit, ga ditemenin lagi tah?” Jeje pun pura-pura
marah.
“Temenin lahya… ♫cause I will be there for you, no matter what they said♫”
Mereka pun berpelukan dan menghibur satu sama lain. Audrey dan Jeje bercerita
banyak hal yang sebelumya belum sempat diceritakan. Persahabatan mereka benar-benar
seperti perangko dan kertas, tidak bisa dipisahkan.

--SELESAI--

Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada sahabat saya, Jasmine


Aurelia Gracesabilla yang memperbolehkan saya untuk mengambil
sedikit kisah hidup SMA nya menjadi cerita pendek. Cerita diatas
merupakan kisah nyata yang ditambahkan modifikasi cerita fiksi.

Anda mungkin juga menyukai