Anda di halaman 1dari 16

E.

Data Pengamatan

Berat
Kelompok Badan
(gram)
1 201,00
2 255,50
Kontrol CMC Na
3 195,70

1 239,00
2 209,30
Metil Prednisolon
3 235,30

1 204,30
2 209,20
Na Diklofenak
3 215,70

1 208,30
2 213,20
Asam Mefenamat
3 235,60

1 237,90
2 235,30
Ibuprofen
3 232,60

1 257,20
2 221,50
Parasetamol
3 269,10

Respon (detik)
Kelompok
0 20 30 60 90 120 150 180
1 3,23 3,97 3,63 3,85 3,17 2,77 2,29 2,12
2 3,17 3,13 3,16 3,74 2,68 2,15 2,35 2,23
3 3,15 3,83 3,72 3,70 3,04 3,08 2,09 2,03
Rata-rata 3,18 3,64 3,50 3,76 2,98 2,67 2,24 2,13
1 3,39 3,61 3,37 5,28 6,46 7,00 7,85 5,09
Metil Prednisolon
2 3,09 3,16 3,44 5,60 6,38 7,21 7,06 5,87
3 3,53 3,61 3,81 5,81 6,04 7,66 7,73 5,97
Rata-rata 3,34 3,46 3,54 5,56 6,29 7,29 7,55 5,64
1 3,04 3,83 4,23 6,00 7,00 8,50 9,48 10,00
2 3,09 3,55 4,55 6,47 7,50 8,60 9,94 10,00
Na Diklofenak
3 3,15 4,26 5,18 6,90 7,10 8,80 9,36 10,00
Rata-rata 3,09 3,88 4.65 6,46 7,20 8,63 9,59 10,00
1 3,80 3,65 4,95 5,41 6,34 7,10 6,30 5,85
2 3,13 3,61 4,51 5,02 6,97 7,97 6,20 5,42
Asam Mefenamat
3 3,56 3,48 4,89 5,03 6,96 7,10 6,36 5,50
Rata-rata 3,49 3,58 4,78 5,15 6,76 7,39 6,29 5,59
1 3,79 3,94 4,42 5,42 6,54 6,30 5,75 4,55
2 3,53 3,14 4,37 5,56 6,89 6,45 5,95 4,98
Ibuprofen
3 3,26 3,10 4,13 5,40 6,75 6,30 5,20 4,65
Rata-rata 3,53 3,39 4,31 5,46 6,73 6,35 5,63 4,73
1 3,57 2,89 3,30 3,61 4,71 4,51 5,71 4,15
2 3,15 3,26 3,23 3,32 4,52 5,06 5,50 4,01
Parasetamol
3 3,69 3,23 3,65 3,96 4,42 4,76 5,51 4,12
Rata-rata 3,47 3,13 3,39 3,63 4,55 4,78 5,57 4.09

F). PERHITUNGAN

1). Dosis masing-masing hewan uji

a) Metil Prednison
70 𝑘𝑔
Dosis untuk manusia 70 kg = 50 𝑘𝑔 × 8 mg = 11,2 mg

 BB hewan uji 239 gram


239 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = 200 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 11,2 mg × 0,018 = 0,24 mg

 BB hewan uji 209,30 gram


209,30𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 11,2 mg × 0,018 = 0,21 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

 BB hewan uji 235,30 gram


235,30 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 11,2 mg × 0,018 = 0,24 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚
b) Na. Diklofenak 50mg/kgBB manusia
70 𝑘𝑔
Dosis untuk manusia 70 kg = 50 𝑘𝑔 × 50 mg = 70 mg

 BB hewan uji 204,30 gram


204,30𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 70 mg × 0,018 = 1,28 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

 BB hewan uji 209,20 gram


209,20 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 70 mg × 0,018 = 1,32 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

 BB hewan uji 215,70 gram


215,70 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 70 mg × 0,018 = 1,36 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

c) Asam Mefenamat 500mg/50kgBB manusia


70 𝑘𝑔
Dosis untuk manusia 70 kg = 50 𝑘𝑔 × 500 mg = 700 mg

 BB hewan uji 208,30 gram


208,30 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 700 mg × 0,018 = 13,12 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

 BB hewan uji 213,20 gram


213,20 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 700 mg × 0,018 = 13,43 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

 BB hewan uji 235,60 gram


235,60 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 700 mg × 0,018 = 14,84 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

d) Ibuprofen 200mg/50kgBB manusia


70 𝑘𝑔
Dosis untuk manusia 70 kg = 50 𝑘𝑔 × 200 mg = 280 mg

 BB hewan uji 237,90 gram


237,90 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 280 mg × 0,018 = 5,99 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

 BB hewan uji 235,30 gram


235,30 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 280 mg × 0,018 = 5,93 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

 BB hewan uji 232,60 gram


232,60 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 280 mg × 0,018 = 5,86 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

e) Parasetamol 500mg/50kgBB manusia


70 𝑘𝑔
Dosis untuk manusia 70 kg = 50 𝑘𝑔 × 500 mg = 700 mg
 BB hewan uji 257,20 gram
257,20 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 700 mg × 0,018 = 16,20 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

 BB hewan uji 221,50 gram


221,50 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 700 mg × 0,018 = 13,95 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

 BB hewan uji 269,10 gram


269,10 𝑔𝑟𝑎𝑚
Dosis = × 700 mg × 0,018 = 16,95 mg
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

2). Konsentrasi larutan stok masing – masing obat

i. Cstok Metilprednisolon
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 0,24 𝑚𝑔
Cstok = 1 = 1 = 0,09 mg/ml
× 𝑉𝑚𝑎𝑥 ×5 𝑚𝑙
2 2

ii. Cstok Na. Diklofenak


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 1,36 𝑚𝑔
Cstok = 1 = 1 = 0,54 mg/ml
× 𝑉𝑚𝑎𝑥 ×5 𝑚𝑙
2 2

iii. Cstok Asam Mefenamat


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 14,84 𝑚𝑔
Cstok = 1 = 1 = 5,93 mg/ml
× 𝑉𝑚𝑎𝑥 ×5 𝑚𝑙
2 2

iv. Cstok ibuprofen


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 5,99 𝑚𝑔
Cstok = 1 = 1 = 2,39 mg/ml
× 𝑉𝑚𝑎𝑥 ×5 𝑚𝑙
2 2

v. Cstok Parasetamol
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 16,95𝑚𝑔
Cstok = 1 = 1 = 6,78 mg/ml
× 𝑉𝑚𝑎𝑥 ×5 𝑚𝑙
2 2

3). Jumlah obat yang ditimbang untuk stok 25 ml

a. Metilprednisolon
= 25 ml × Cstok
= 25 ml × 0,09 mg/ml= 2,25 mg
b. Na. Diklofenak
= 25 ml × Cstok
= 25 ml × 0,54 mg/ml= 13,5 mg
c. Asam Mefenamat
= 25 ml × Cstok
= 25 ml × 5,93 mg/ml= 148,25 mg
d. Ibuprofen
= 25 ml × Cstok
= 25 ml × 2,39 mg/ml= 59,75 mg
e. Parasetamol
= 25 ml × Cstok
= 25 ml × 6,78 mg/ml=169,5 mg
4). Vp masing – masing hewan uji

I. Metilprednisolon
 BB hewan uji 239 gram
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 0,24 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 0,09 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,6 ml

 BB hewan uji 209,30 gram


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 0,21 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 0,09 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,3 ml

 BB hewan uji 235,30 gram


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 0,24 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 0,09 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,6 ml

II. Na. Diklofenak


 BB hewan uji 204,30 gram
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 1,38 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 0,54 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,5 ml

 BB hewan uji 209,20 gram


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 1,32 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 0,54 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,4 ml

 BB hewan uji 215,70 gram


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 1,36 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 0,54 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,5 ml

III. Asam Mefenamat


 BB hewan uji 208,30 gram
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 13,12 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 5,93 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,2 ml

 BB hewan uji 213,20 gram


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 13,43𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 5,93 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,26 ml
 BB hewan uji 235,60 gram
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 14,84 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 5,93 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,5 ml

IV. Ibuprofen
 BB hewan uji 237,90 gram
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 5,99𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 2,39 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,5 ml

 BB hewan uji 235,30 gram


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 5,93 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 2,39 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,48 ml

 BB hewan uji 232,60 gram


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 5,86 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 2,39𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,45 ml

V. Parasetamol
 BB hewan uji 257,20 gram
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 16,20 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 6,78 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,3 ml

 BB hewan uji 221,50 gram


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 13,95 𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 6,78 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,05 ml

 BB hewan uji 269,10 gram


𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 16,95𝑚𝑔
Vp = 𝐶𝑠𝑡𝑜𝑘 = 6,78 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 2,5 ml

5). Jelaskan mekanisme terjadinya analgesik, camtumkan sekma dan sitasi!

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman)
kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan subjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri
berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44º-45ºC. Rasa
nyeri terjadi ketika rangsangan mekanik, kimiawi, atau fisik melampaui nilai ambang nyeri
sehingga memicu pelepasan mediator-mediator nyeri, seperti histamine, bradikinin, leukotrien dan
prostaglandin. Mediator nyeri ini nantinya akan merangsang reseptor nyeri pada ujung-ujung
syaraf bebas di kulit, mukosa, serta jaringan lain dan menimbulkan kerusakan jaringan seperti
reaksi peradangan, kejang-kejang dan demam (Tjay dan Rahardja, 2007).
Nyeri I
Nyeri permukaan Contoh:
Kulit
Nyeri II Susukan jarum cubitan

Nyeri Somatik

Otot jaringan ikat Contoh:


Nyeri Dalaman Kejang otot,
tukang sendi
sakit kepala

Nyeri Viseral Perut Contoh:


Kolik kantung
empedu, nyeri
luka lambung
6). Sebutkan golongan obat-obat analgesik beserta mekanismenya dan cantumkan sitasi!

Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis tertentu dapat meringankan atau menekan
rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Berdasarkan potensi kerja, analgetik dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu analgetik narkotik dan analgetik non narkotik (Mutschler, 1991).

a). Analgetik sentral (narkotik)

Analgetik berkhasiat kuat dan bekerja pada susunan saraf pusat yang sering disebut
analgetik kelompok opiate. Mekanisme kerjanya telah diketahui bahwa analgetik narkotik bekerja
secara kuat dengan cara menstimulasi reseptor sistem penghambat nyeri endogen. Obat-obat
analgetik narkotik biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri hebat yang tidak dapat diatasi
dengan pemberian analgetik lemah, seperti rasa sakit akibat kecelakaan , pasca operasi dan nyeri
karena tumor atau kanker. Pengobatan dengan menggunakan anlgetik narkotik ini harus diberikan
pada dosis serendah mungkin dan dalam waktu sesingkat mungkin, karena penggunaan jangka
panjang obat ini akan menyebabkan ketergantungan psikis, fisik dan toleransi (Mutschler, 1991).

b). Analgetik perifer (non-narkotik)

Analgetik perifer terdiri dari obat-obatan yang tidak bersifat narotik dan tidak bekerja
sentral. Obat-obatan golongan ini mampu meringankan atau menurunkan kesadaran, juga tidak
menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretik dan antiradang. Oleh karena
itu, obat ini tidak hanya digunakan sebagai anti nyeri, melainkan juga pada gangguan demam dan
peradangan seperti rematik dan encok. Obat ini banyak digunakan pada nyeri ringan sampai
sedang yang penyebabnya beraneka ragam misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau sendi, perut,
nyeri haid, dan nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma). Pada nyeri lebih berat seperti
pembedahan atau fraktur (patah tulang), kerjanya kurang efektif (Tjay dan Rahardja 2007).

Mekanisme obat tersebut adalah :

 Ibuprofen (NSAID) yaitu menghambat prostaglandin sehingga COX-2 diblokir rasa nyeri
tidak terjadi.
 Paracetamol lebih spesifik menghambat COX-3 yang ada diotak sehingga menghambat
produksi prostaglandin yang akan mengacaukan termoslat dihipotalamus(menurunkan
demam). Karena prostoglandin juga terlibat dalam menurunkan ambang rasa nyeri.PGA
dapat memberikan efek analgetik.
 Natrium diklofenak bekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase seningga
pembentukan prostaglandin terhambat.
 Asam Mefenamat bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan
tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga memiliki efek analgesic.
 Methylprednisolone merupakan glukokortikoid sintetik turunan prednisolon yang
memiliki efek kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa induknya tetapi hampir
tidak atau hanya sekali menyebabkan retensi natrium dibanding glukokortikoid lainnya.

H). PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk mempraktekkan, dan membandingkan daya analgetika


Ibuprofen, Na-diklofenak, Metilprednisolon, Asam Mefenamat, Deksametason dan Paracetamol
dalam mengurangi rasa nyeri pada hewan uji. Metode yang digunakan sebagai rangsangan nyeri
adalah jentik ekor karena dengan adanya rangsangan panas yang bersentuhan dengan ekor hewan
uji tikus maka akan merusak jaringan yang ada di sekitar ekor tikus tersebut sehingga dapat
menimbulkan rasa nyeri.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian daya analgetik. Pengujian ini terdapat 6
kelompok yang perlakuan dengan 6 obat yang berbeda yaitu Ibuprofen, Na diklofenak,
Metilprednisolon, Asam mefenamat, Paracetamol, dan Deksamethasone menggunakan hewan uji
tikus putih jantan.
Obat-obat yang diujikan memiliki mekanisme kerja yang hampir sama, hanya saja, adanya
perbedaan struktur kimia dan afinitas terhadap reseptor dapat memberikan pengaruh terhadap daya
analgetik suatu obat.

 Parasetamol
Parasetamol merupakan antipiretik yang sangat terkenal karena daya
antipiretiknya yang kuat. Segala usia dapat mengkonsumsi obat ini dimana parasetamol
bekerja cepat pada hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh melalui vasodilatasi
pembuluh kapiler dan peningkatan produksi keringat. Obat ini tersedia dalam berbagai
sediaan farmasi diantaranya tablet, sirup, tablet kunyah, dan sebagainya sehingga banyak
orang yang memilih parasetamol sebagai antipiretik untuk mengatasi demam.
• Na Diklofenak
Na Diklofenak kurang begitu familiar digunakan sebagai antipiretik, meskipun
obat ini juga dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Na Diklofenak utamanya bekerja
sebagai antiinflamasi dimana manifestasi inflamasi salah satunya adalah demam sehingga
obat ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan demam.
 Metilprednisolon
Sama seperti Na Diklofenak, metilprednisolon umumnya digunakan sebagai
antiinflamasi dengan efek terapi yang luas. Metil prednisolon dapat mengatasi segala
macam gejala inflamasi, termasuk demam yang sering timbul saat terjadi radang atau
pembengkakan.
 Ibuprofen
Ibuprofen merupakan analgetis sekaligus antipiretik dimana bekerja dengan
merangsang terjadinya pelebaran pembuluh kapiler. Ibuprofen efektif digunakan sebagai
antipiretik dengan onset yang cepat yakni sekitar 15 menit. Obat dipasaran dengan
kandungan ibuprofen sudah banyak diedarkan dan cocok digunakan untuk mengatasi
demam pada anak yang umumnya timbul akibat adanya infeksi pada tubuh.
 Asam Mefenamat
Asam mefenamat merupakan golongan NSAID derivat antranilat yang memiliki
daya antiradang sedang. Plasma t½nya 2-4 jam. Banyak sekali digunakan sebagai obat
antinyeri dan antirema walaupun dapat menimbulkan gangguan lambung usus, terutama
dyspepsia dan diare pada orang-orang yang sensitif. Asam mefenamat tidak banyak
digunakan sebagai antipiretik karena efektivitasnya lebih baik sebagai antiradang. Asam
mefenamat bersifat asam sehingga harus diminum setelah makan untuk mencegah
terjadinya iritasi lambung akibat penggunaannya.
 Deksamethasone
Deksamethasone merupakan kortikosteroid dari golongan glukokortikoid yang
mempunyai efek antiinflamasi yang kuat. Pemberian deksamethasone akan menekan
pembentukan bradikinin dan juga pelepasan neuropeptide dari ujung-ujung saraf, hal
tersebut dapat menimbulkan rangsangan nyeri pada jaringan yang mengalami inflamasi.
Penekanan produksi prostaglandin oleh deksamethasone akan menghasilkan efek
analgesia melalui penghambatan sistesis enzim siklooksigenase di jaringan perifer tubuh.
Deksamethasone juga menekan mediator inflamasi seperti interleukin.

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri. Nyeri terjadi
karena adanya rangsangan kimiawi, fisik, maupun mekanis menyebabkan terjadinya kerusakan
pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu (mediator nyeri). Kemudian
rangsangan diteruskan atau disalurkan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh syaraf sensoris melalui
sumsum tulang belakang dan thalamus.
Untuk perlakuannya hewan uji tikus diberi rangsangan nyeri dengan cara memasukkan ekor
hewan uji ke dalam air panas yang bersuhu 50o C. Rasa nyeri pada hewan uji tikus ditandai dengan
menjentikkan ekornya tidak lebih dari 10 detik ketika dimasukkan ke dalam air panas. Setelah
pemberian rangsangan nyeri hewan uji tikus langsung diberikan obat analgesik secara peroral.
Sebelum pemberian obat, dilakukan pengamatan terhadap waktu penjentikan ekor tikus dari
penangas air dengan suhu 500C yang dilakukan sebanyak tiga kali dengan selang dua menit dengan
catatan pengamatan pertama diabaikan dan hasil dari dua pengamatan terakhir di cari reratanya
kemudian dicatat sebagai respon normal masing-masing tikus terhadap stimulus nyeri. Selanjutnya
dilakukan pemberian obat dalam bentuk suspensi pada tikus berdasarkan masing-masing
kelompok, kelompok kontrol tikus hanya diberikan larutan CMC Na 0,5%, karena suspensi yang
digunakan menggunakan CMC Na 0,5%. Obat diberikan dalam bentuk suspensi karena obat-obat
yang digunakan tidak larut dalam air, sehingga dibuat dalam sediaan suspensi.Obat diberikan
terlebih dahulu karena absorbsi obat secara peroral lebih lama karena harus malalui saluran
gastrointestinal.
Berdasarkan diagram yang didapatkan sesuai dengan data yang didapat selama percobaan
maka besarnya daya analgesik obat dari yang terbesar yaitu Metilprednisolon, Asam Mefenamat,
selanjutnya Na Diklofenak, diikuti Ibuprofen. Sedangkan untuk obat yang lain tidak diikut
sertakan dikarenakan data yang didapat minus sehingga tidak dapat diuji secara statistika. Secara
teoritis urutan analgesik dari besarnya dayanya adalah Na. Diklofenak, Ibuprofen, Asam
mefenamat, Parasetamol, Metilprednisolon dan Deksametason tidak dapat memberikan daya
analgesik, karena golongan antiinflamasi kortikosteroid yang kuat.
I). KESIMPULAN

-Nyeri (algesia) merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan.

-Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri. Nyeri terjadi
karena adanya rangsangan kimiawi, fisik, maupun mekanis menyebabkan terjadinya kerusakan
pada jaringan sehingga mediator nyeri dilepaskan untuk menimbulkan rasa sakit (nyeri) diseluruh
tubuh.

-Metode yang digunakan adalah metode jentik ekor, dengan memberi rangsangan panas pada ekor
tikus. Masing –masing ekor tikus dicelupkan dalam air panas (500C) kemudian dicatat berapa lama
waktu respon dari tikus menjentikkan ekornya.

- Dari kelima obat yang digunakan untuk percobaan analgetika ini, urutan yang menunjukan
aktivitas dari anlagetika yang paling baik yaitu Metilprednisolon, Asam Mefenamat kemudian Na
diklofenak diikuti Ibuprofen.
J). DAFTAR PUSTAKA

1) Anief, M. 2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
2) Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
3) Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

4) J, Mary, dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: Widia Medika.
5) Joel G. Hardman.2003. Dasar farmakologi Terapi Vol 1 ed. 10. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
6) Katzung, Bertram G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
7) Kee, Evelyn R. Hayes. 1994. Farmakologi. Jakarta: EGC
8) Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat edisi 5, Bandung: Institut Teknologi Bandung.

9) Tjay, Tanhoan, Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia


10) Tjay,T.H. dan Kirana R. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Gramedia

Semarang, 10 Maret 2021


Dosen Pembimbing Praktikan

Dr.apt.DHS. Palupi,M.Si Aliyatul Wathonni Anva


Apt.Novi Elisa,M.Farm
Apt.Sulistyowati,S.Farm

Anda mungkin juga menyukai