PDF Makalah Cyanophyta Spirulina SPPDF Compress
PDF Makalah Cyanophyta Spirulina SPPDF Compress
Planktonologi M02
Disusun oleh:
Suwatik Nadillah 1550801001111007
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Planktonologi
―Spirulina sp ― ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Planktonologi, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Akhirnya dengan segala keterbatasan serta pengetahuan, saya menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, saya mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan masukan dalam
menyempurnakan kekurangan saya di masa yang akan datang dan semoga
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
2.1 Plankton ..................................................................................................... 3
2.2 Pengelompokan Plankton ........................................................................... 3
a. Berdasarkan Ukuran ................................................................................... 3
b. Berdasarkan Asal ....................................................................................... 4
c. Berdasarkan Siklus Hidup .......................................................................... 4
d. Berdasarkan Habitat ................................................................................... 5
e. Berdasarkan Jenis Makanan ...................................................................... 5
2.3 Cyanophyta ................................................................................................ 6
2.4 Klasifikasi Spirulina sp ................................................................................. 7
2.5 Gambar dan ciri-ciri Spirulina sp .................................................................. 7
2.6 Morfologi Spirulina sp .................................................................................. 8
2.7 Reproduksi Spirulina sp .............................................................................. 9
2.8 Habitat Spirulina sp .................................................................................... 9
2.9 Lingkungan fisik, kimia air untuk pertumbuhan spirulina sp....................... 10
a. Suhu ......................................................................................................... 10
b. Salinitas .................................................................................................... 10
c. pH............................................................................................................. 11
d. Cahaya ..................................................................................................... 11
2.10 Kandungan Nutrisi Spirulina sp ................................................................. 11
2.11 Manfaat Spirulina sp ................................................................................. 12
BAB III. PENUTUP ................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2 Saran ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 15
iii
BAB I. PENDAHULUAN
2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Plankton
Menurut Suharno dan Daniel (2012), salah satu biota laut yang penting
dalam sistem jejaring makanan di perairan adalah plankton. Plankton merupakan
organisme tumbuhan dan hewan yang hidupnya melayang atau mengambang dalam
suatu perairan dan selalu hanyut karena dipengaruhi oleh arus. Salah satu peran
plankton yaitu berhubungan dengan siklus rantai makanan dan dapat digunakan
sebagai parameter tingkat kesuburan atau kualitas pada suatu perairan. Ada dua
golongan besar plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah
plankton yang memiliki klorofil dan dapat memproduksi makanannya sendiri melalui
proses fotosintesis sehingga fitoplankton merupakan produsen primer dalam suatu
perairan. Sedangkan, zooplankton adalah plankton yang tidak dapat memproduksi
makanannya sendiri dan mengkonsumsi fitoplankton sebagai makanannya.
Menurut Wibisono (2005) dalam Ali et al., (2015), plankton merupakan
organisme perairan pada tingkat (tropik) pertama dan berfungsi sebagai penyedia
energi. Hal ini dikarenakan plankton memiliki kemampuan untuk memproduksi
makanannya sendiri atau autotroph. Secara umum plankton dapat dibagi menjadi
dua golongan, yaitu : fitoplankton yang merupakan golongan tumbuhan umumnya
mempunyai klorofil (plankton nabati) dan zooplankton (golongan hewan) atau
plankton hewani.
a. Berdasarkan Ukuran
Menurut Nybakken (1988) dalam Tindaon (2014), bahwa plankton dapat
digolongkan berdasarkan ukuran, penggolongan ini tidak membedakan antara
fitoplankton dan zooplankton. Golongan plankton ini terdiri atas :
a. Megaplankton yaitu plankton yang berukuran 2.0 mm.
b. Makroplankton yaitu plankton yang berukuran 0.2 − 2.0 mm.
c. Mikroplankton yaitu plankton yang berukuran 20 μm − 0.2 mm.
d. Nanoplankton yaitu plankton yang berukuran 2 μm− 20μm.
e. Ultraplankton yaitu plankton yang berukuran kurang dari 2 μm
3
Menurut Margalef (1995) dan Dussart (1965) dalam Rais (2015), membuat
penggolongan atau klasifikasi plankton berdasarkan atas ukurannya, sebagai berikut
b. Berdasarkan Asal
Menurut Basmi (1995) dalam Rais (2015), berdasarkan asal usul plankton,
dimana ada plankton yang hidup dan berkembang dari perairanitu sendiri dan ada
yang berasal dari luar, terdiri atas:
a. Autogenik plankton, yakni plankton yang berasal dari perairan itu sendiri.
b. Allogenik plankton, yakni plankton yang datang dari perairan lain (hanyut
terbawa oleh sungai atau arus). Hal ini biasanya dapat diketahui sekitar muara
sungai.
c. Berdasarkan Siklus Hidup
Berdasarkan siklus hidup plankton, dikenal dengan holoplankton dan
meroplankton. Holoplankton merupakan plankton yang seluruh siklus hidupnya
bersifat planktonik dan meroplankton merupakan plankton yang hanya sebagian dari
seluruh siklus hidupnya bersifat planktonik. Plankton mempunyai alat gerak
(misalnya flagelata dan ciliata) sehingga secara terbatas plankton akan melakukan
gerakan-gerakan, tetapi gerakan tersebut tidak cukup mengimbangi gerakan air
disekelilingnya (Barus, 2004 dalam Rais, 2015).
Menurut Wiadnyana dan Wagey (2004) dalam Asriyana dan Yuliana (2012),
menurut batasan daur hidup plankton digolongkan menjadi holoplankton (plankton
yang seluruh daur hidupnya sebagai plankton) dan meroplankton (plankton yang
hanya sebagian daur hidupnya terutama stadia larva hidup sebagai plankton).
4
Sebagai contoh copepod, pada saat larva hidup sebagai plankton dan masa dewasa
hidup sebagai hewan pelagik.
d. Berdasarkan Habitat
Menurut Sawestri et al. (2012), plankton berdasarkan habitat hidupnya
dibedakan menjadi tiga yaitu plankton oseanik, neritik dan limnoplankton. Plankton
oseanik yang hidup di lautan lepas atau di luar paparan benua. Plankton neritik yang
hidup di perairan paparan benua. Dan limnoplankton hidup di air tawar.
Menurut Widianingsih (2008) dalam Khazmi (2014), berdasarkan ekologisnya
plankton dibagi menjadi dua bagian yaitu plankton laut (haliplankton) dan plankton
air tawar (limnoplankton) yang tinggal di perairan–perairan darat seperti sungai dan
danau. Berdasarkan kedalaman plankton juga dibedakan menjadi beberapa
kelompok sebagai berikut:
a) Pleuston, adalah biota plankton pada permukaan air laut, dimana selalu
berhubungan dengan udara. Pergerakan plankton ini banyak dipengaruhi oleh
angin. Contohnya : Physali dan Velella
b) Neuston, adalah biota plankton yang tinggal pada lapisan permukaan dari
kedalaman sampai dengan 10 mm
c) Epipelagic Plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan
sampai dengan kedalaman 300 m
d) Mesopelagic plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan
diantara 300-1000 m
e) Bathypelagic Plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan
antara 1000 m sampai dengan dari 3000-4000 m
f) Abyssopelagic plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan
lebih dari 3000–4000 m
g) Epibentic Planktonadalah biota plankton yang menempati lapisan perairan
mendekati dasar atau secara temporer berkaitan dengan lapisan permukaan
dasar.
e. Berdasarkan Jenis Makanan
Menurut Musthafa (2013), plankton merupakan organisme akuatik yang
berukuran mikroskopik, hidupnya bergerak di air, pergerakannya lemah, dan lebih
ditentukan oleh arus dan angin. Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton.
5
Fitoplankton bersifat autotrof dan menjadi produsen primer perairan yang
menyediakan energi bagi organisme akuatik lain. Sedangkan zooplankton bersifat
heterotrof, yang memerlukan peranan dari makhluk hidup lain.
Menurut Basmi (1995) dalam Rais (2015), plankton dikelompokkan
berdasarkan nutrien pokok yang dibutuhkan, terdiri atas :
a. Fitoplankton, yakni plankton nabati (> 90% terdiri dari algae) yang mengandung
klorofil yang mampu mensintesa nutrien-nutrien anorganik menjadi zat organik
melalui proses fotosintesis dengan energi yang berasal dari sinar surya.
b. Saproplankton, yakni kelompok tumbuhan (bakteri dan jamur) yang tidak
mempunyai pigmen fotosintesis, dan memperoleh nutrisi dan energi dari sisa-
sisa organisme lain yang telah mati.
c. Zooplankton, yakni plankton hewani yang makanannya sepenuhnya tergantung
pada organisme lain yang masih hidup maupun partikel-partikel sisa organisme
seperti detritus dan debris. Disamping itu plankton ini juga mengkonsumsi
fitoplankton.
2.3 Cyanophyta
Cyanophyta (alga biru-hijau) sejak lama disebut algae, karena mirip dengan
algae lainnya dalam hal habitat dan cara fotosintesisnya. Meskipun demikian,
cyanophyta adalah prokariota dan demikian jauh lebih dekat kerabatnya dengan
bakteri dan algae lainnya yang bersifat eukariotik. Cyanophyta merupakan kelompok
yang beranggotakan 1.500 jenis dengan ciri utamanya hijau kebiru-biruan.
Cyanophyta terbungkus dalam dinding peptidoglikan yang dikelilingi selubung
berlendir/bergetah. Pengikatan nitrogen yang dilakukannya terjadi didalam
heterasista, yaitu sel tak berwarna yang berserakan diantara sel-sel fotosintetiknya.
Selain heteroksista ada juga bagian spora yang membesar berisi cadangan
makanan yang disebut akinet. Walaupun cyanophyta berfotosintesis dan bersifat
prokariotik, namun sangat dekat dengan bakteri fotosintetik terutama kandungan
klorofilnya lebih dominan.
Anggota cyanophyta pada umumnya didapati pada perairan tawar dan
tempat-tempat lembab. Selain itu jga mampu hidup pada air panas dengan suhu
mencapai 85° C. Suhu ini hampir merupakan batas atas bagi kehidupan untuk hidup
dalam keadaan aktif. Sejumlah jenis dapat hidup dalam air tercemar dan dapat
dijadikan sebagai indikator adanya polusi organik.
6
Ganggang biru adalah ganggang bersel tunggal atau berbentuk benang
dengan struktur tubuh yang masih sederhana. Warnanya biru kehijauan dan
merupakan organisme autrotrof. Dinding selnya mengandung pektin, hemiselulosa,
dan selulosa, yang kadang-kadang berupa lender, oleh sebab itu ganggang ini juga
dinamakan ganggang lender (Myxophyceae). Pada bagian pinggir plasmanya
terkandung zat warna klorofil a, karotenoid, dan dua macam kromaprotein yang larut
dalam air yaitu fikosianin yang berwarna biru dan fikoeritrin yang berwarna merah.
11 Ganggang biru umumnya tidak bergerak. Diantara jenis-jenis yang berbentuk
benang dapat mengadakan gerakan merayap yang meluncur pada alas yang basah.
Cyanophyceae dibedakan dalam tiga bangsa yaitu bangsa Chroococcales,
Chamaesiphonales, dan Hormogonales (Tjitrosoepomo, 2005 dalam Utami, 2012).
7
merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis,
berdiameter 1-12 mikrometer.
8
trikom. Lapisan kedua tendini dan benang-benang protein yang saling terikat dalam
bentuk spiral yang mengelilingi trikom. Lapisan ketiga terdapat pada bagian dalam
filamen dan banyak mengandung peptidoglikan. Lapisan ini menempel pada lapisan
keempat Lapisan keempat merupakan lapisan yang memisahkan bagian luar
dengan inti sel. Dibawah mikroskop elektron lapisan kesatu dan ketiga setelah di
preparasi hanya tersusun dan peptidoglikan. Struktun dinding sel Spirulina sp tipis
seperti pada bakteri gram negatif dengan kandungan lipid sebesar 11% sampai
22%.
Isi sel spirulina sp terbagi menjadi dua bagian yaitu sentroplasma yag berada
di bagian pusat dan dilekilingi oleh kloroplasma adalah daerah berpigmen di luar inti
sel dan berstruktur homogeny, sedangkan sentroplasma berbentuk tidak teratur,
mendominasi sepertiga volume sel dan memiliki massa yang padat, yang umumnya
disebut inti. Inti ini tidak memiliki membrane pembatas sehingga tidak mengalami
pembelahan mitosis. Sitoplasma spirulina sp tersusun atas system organisasi
tilakoid. Tilakoid merupakan membrane organel sel berbentuk kantong memanjang
dan dikelilingi oleh sitoplasma yang diselubungi oleh membrane plasma dan sifatnya
non granular.
2.7 Reproduksi Spirulina sp
Spirulina sp berkembang biak secara aseksual dengan cara membelah diri.
Pembelahan diawali dengan memutus filamen menjadi satu-satuan sel yang akan
membentuk filamen baru. Pemutuan filamen ini akan membentuk bagian-bagian
yang disebut dengan necridia. Necredia membentuk semacam piringan yang
terpisah-pisah, kemudtan hasil pembelahan tersebut berkoloni membentuk
hormogonia yang memisahkan diri dan filamen induk menjadt filamen baru. Sel-sel
hormogonia tersebut akan bertambah terus jumlahnyamelalut pembelahan sel,
sehingga ukuran filamen bertambah panjang dan seiring dengan pembelahan sel,
sitoplasmanya akan menjadi granuler dan warna sel menjadi biru cerah (isnansetyo
dan kurniastuty, 1995).
9
limbah. Spiruilna sp memiliki toleransi yang cukup tinggt terhadap salinitas tempat
hidupnya, sehingga mampu hidup di air payau, air tawar, kolam pasang surut dan
kolam bersalinitas tinggi.
2.9 Lingkungan fisik, kimia air untuk pertumbuhan spirulina sp
Kondisi lingkungan dan intensitas sinar matahari berpengaruh terhadap
jumlah populasi fitoplankton. Factor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
sel spirulina sp adalah suhu, salinitas, intensitas cahaya, dan ketersediaan makro
dan mikronutrien.
a. Suhu
Suhu air merupakan faktor fisika yang mempengaruhi kultur alga di
laboratortum. Secara langsung suhu merupakan faktor yang mempengaruhi proses
metabolisme, sedangkan secara tidak langsung suhu akan mempenaruhi kondisi
lingkungan media pertumbuhan Pertumbuhan kondisi lingkungan ini nantinya akan
mempenaruhi proses metabolisme dan reproduksi sel. Menurut Fogg (1975) dalam
Ariyati (1998), temperatur yang balk untuk kultur alga di laboratortum adalah
beulasar antara 20°C — 30°C sedangkan temperatur optimum untuk kultur Spirulina
sp adalah berkisar antara 30°C — 35°C.
b. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap organisme
air dalam mempertahankan tekanan osmotik yang seimbang dengan air sebagai
lingkungan hidupnya. Kebanvakan alga termasuk spirulina sp mempunyai toleransi
yang cukup besar terhadap perubahan salinitas. Eppley (1977) dalam Ariyati (1998)
mengemukakan bahwa spirulina sp merupakan salah satu jenis mikroalga
euryhaline.
Menurut angka dan suhartono (2000), kebanyakan alga sangat peka
terhadap perubahan salinitas, selanjutnya dikatakan pula bahwa salinitas pada
media kultur dapat mempengaruhi proses fotosintesis. Penurunan salinitas air media
menyebabkan air media bersama ion-ion yang terlarut masuk ke dalam sitoplasma
sel dan mengubah pH sitoplasma sel. Perubahan pH sitoplasma sel ini
menyebabkan aktivitas enzim sebagai biokatalisator reaksi kimia sistem biologis
mengalami penurunan
Variasi kadar salinitas air, mulai dan salinitas air tawar sampai pada salinitas
air laut (0-33 ppt). Spirulina sp dapat tumbuh baik pada salinitas 13-20 ppt (Hariyati.
10
2008). Salinitas akan mempengaruhi tekanan osmosis antara sel dan medium serta
laju disostasi senyawa anorganik nutrien alga. Bila salinitas terlalu tinggi akan
mengakibatkan mediapemeliharaan bersifuit hipertonis terhadap sel dan
mengakibatkan kurang baiknya penyerapan nutrien oleh sel.
c. pH
Derajat keasaman (pH) berperan dalam menentukan kepadatan populasi,
konsentrasi karbondioksida dan keseimbangan antar karbonat dan bikarbonat dalam
suatu media kultur. Spirulina sp tumbuh dengan baik pada kondisi pH agak basa dan
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap pH basa daripada pH asam. pH optimum
dalam kultur Spirulina sp adalah 8,5-9,5, jika pH 10 atau kurang dan 8 akan
menghambat pertumbuhan dan ketidaksesuaian pH ini akan menyebabkan lisis atau
kerusakan sel (Hariyati, 2008)
d. Cahaya
Cahava merupakan faktor penting untuk kultur alga tertnasuk Spirulina sp
karena intesitas cahaya merupakan sumber energi yang diikat dalam proses
fotostntesis intensitas cahaya yang diperlukan untuk fotosintesa alga yang baik
antara 3000 lux - 30000 lux. Sedangkan menurut Martosudarmo (1990) intensitas
cahaya yang dibutuhkan dalam kultur alga berkisar 500 lux - 5000 lux. Aktivitas
fotosintesis dapat menaikkan produksi oksigen yang naik secara linier dengan
naiknya intensitas cahaya sampai 5000 lux. Akan tetapi di atas intensatas ini derajat
kenaikan produksi oksigen semakin berkurang Cahaya yang diperlukan oleh alga
untuk proses fotosintesis di laboratorium dapat digantikan dengan lampu neon (TL).
Intensitas cahaya optimal untuk Spirulina sp berkisar antara 2000-3000 lux.
11
vitamin diantaranya vitamin B1: B2. B3, B6. B9. B12. vitamin C, vitamin D dan
vitamin E (Ali et al., 2015).
Komposisi pigmen pada Spirulina sp. Merupakan komposisi pigmen yang
kompleks dan umum ditemukan pada alga hijau biru. Komposisi tersebut
diantaranya adalah klorofil –a, xanthophyll, fikosianin dan zeaxanthin. Spirulina sp.
Mengandung fikosianin yang tinggi sehingga warnanya cenderung hijau biru.
12
hematopoiesis yakni pembentukan sel darah merah. Itu diyakini karena tingginya
kandungan zat besi di dalamnya.
Manfaat penambahan Spirulina pada makanan ikan adalah mencerahkan
warna ikan, menaikan pertumbuhan rata-rata. Sementara bagi ikan konsumsi
sprirulina berpengaruh pada bau dari ikan tersebut, Ikan memberikan respon kepada
rasa Spirulina dan membuat ikan lebih berdaging. Ikan akan tumbuh lebih cepat,
rasanya lebih enak, dan mencegah penyakit. Pada spesies ikan tropis, spirulina
merupakan bagian yang penting dalam kandungan makanan. Lima manfaat
Spirulina untuk kesehatan ikan adalah sebagai berikut:
1. Spirulina mengandung vitamin dan mineral.
2. Spirulina kaya akan muco protein baik untuk kesehatan kulit.
3. Kandungan phycocyanin yang dapat mengurangi obesitas dan membuat
ikan menjadi lebih sehat.
4. Kandungan asam lemak yang berguna untuk pertumbuhan organ.
5. Spirulina mengandung zat pewarna natural seperti carotenoids.
Dengan memberi Spirulina, ikan tropis akan menjadi lebih indah, sehat, dan
dapat hidup lebih lama.
13
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fitoplankton dalam ekosistem perairan mempunyai peranan yang sangat
penting terutama dalam rantai makanan di laut, karena fitoplankton merupakan
produsen utama yang memberikan sumbangan pada produksi primer total suatu
perairan. Dalam hal ini fitoplankton mempunyai peranan penting bagi produktivitas
primer perairan, karena fitoplankton dapat melakukan fotosintesis yang
menghasilkan bahan organik yang kaya energi maupun kebutuhan oksigen bagi
organisme yang tingkatannya lebih tinggi.
Spirulina sp adalah ganggang renik (mikroalga) berwarna hijau kebiruan
yang hidupnya tersebar luas dalam semua ekosistem, mencakup ekosistem daratan
dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Spirulina
sp yang merupakan mikroalga memiliki kandungan protein, vitamin, mineral dan zat
lainnya yang dapat digunakan sebagai pakan alami untuk ikan. Kandungan-
kandungan tersebut memberikan efek yang baik untuk ikan, sehingga mebuat ikan
lebih sehat, dapat hidup lebih lama, menjadikan lebih indah (untuk ikan hias),
membantu pertumbuhan organ pada ikan dan lain sebagainya. Factor lingkungan
yang mempengaruhi pertumbuhan sel spirulina sp adalah suhu, salinitas, intensitas
cahaya, dan ketersediaan makro dan mikronutrien.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ali, R., S. Sedjati Dan E. Supriyantini. 2015. Aktivitas Antioksidan Fikosianin Dari
Spirulina Sp. Menggunakaan Metode Transfer Electron Dengan DPPH (1,1-
Difenil-2-Pikrilhidrazil. Jurnal Kelautan Tropis. 18(2) : 58-63
Angka Dan Suhartono. 2000. Manfaat Dan Kandungan Biota-Biota Laut. Kanisius.
Yogyakarta
Ariyati, S. 1998. Pengaruh Salinitas Dan Dosis Pupuk Urea Terhadapa Pertumbuhan
Spirulina Sp. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ipa Universitas
Diponegoro. Semarang
Bold, H.C Dan Wynne. 1985. Intriduction Of The Algae. Second Edition. Prentice
Hall. Engle Wood.
Cifferi, O. 1983. Sprrulina, The Edible Organism. American Society For Microbiology.
USA. 47(4).
Khazmi, A.U. 2014. Jenis-Jenis Fitoplankton Pada Zona Litoral (Studi Kasus Di
Telogo Warno Dan Telogo Pengilon Dieng Plateu Wonosobo). Skripsi.
Institut Agama Islam Negeri Walisongo:Semarang
Martosudarmo, B., Dan Wulan. 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni Dan Sel
Mikroalga. Proyek Pengembangan Budidaya Udang. Jepara.
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia : Jakarta
Rais, F.F. 2015. Struktur Komunitas Plankton Di Danau Pondok Lapan Desa Naman
Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara: Medan.
Sawestri, Sefi Dan Ahmad Farid.2012. ―Kajian Dampak Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir(Pltn) Terhadap Kelimpahan Organisme Plankton‖. Prosiding Seminar
Nasional Pengembangan Energi Nuklir.V.ISSN 1979-1208.
15
Suharno Dan Daniel Lantang. 2012. Status Kesuburan Perairan Laut Ditinjau Dari
Keragaman Plankton Di Kawasan Kepala Burung, Papua Barat. Jurnal
Biologi Papua. Vol 4 (2): 75-82
Suminto,. 2009. Penggunaan Media Jenis Kultur Teknis Terhadap Produksi Dan
Kandungan Nutrisi Sel Spirulina Sp. Program Studi Budidaya Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro. Semarang
16