Anda di halaman 1dari 141

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas harus didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas untuk mencapai pelayanan yang
prima dan optimal. Pelayanan yang prima dan optimal dapat diwujudkan dengan
kemampuan kognitif dan motorik yang cukup yang harus dimiliki oleh setiap
petugas kesehatan khususnya di Puskesmas Tembokrejo. Seperti yang kita
ketahui pengendalian infeksi di Puskesmas merupakan rangkaian aktifitas
kegiatan yang wajib dilakukan oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
yang merupakan tuntutan kualitas sekaligus persyaratan administrasi
Puskesmas menuju akreditasi. Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang
diperoleh/dialami pasien selama dirawat di Rumah Sakit / FKTP (Puskesmas /
klinik). Infeksi Nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba pathogen
yang bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Akibat lainnya
yang juga cukup merugikan adalah hari rawat penderita yang bertambah, beban
biaya menjadi semakin besar, serta merupakan bukti bahwa manajemen
pelayanan medis rumah sakit kurang membantu. Infeksi nosokomial yang saat
ini disebut sebagai healthcare associated Infection (HAIs) merupakan masalah
serius bagi semua sarana pelayanan kesehatan di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Bagi masyarakat umum, sarana kesehatan merupakan tempat
pemeliharaan kesehatan. Pasien mempercayakan sepenuhnya kesehatan
dirinya atau keluarganya kepada petugas kesehatan, maka kewajiban petugas
kesehatan adalah menjaga kepercayaan tersebut. Pelaksanaan Kewaspadaan
Universal merupakan langkah penting untuk menjaga sarana kesehatan
(Rumah Sakit, Puskesmas, dll) sebagai tempat penyembuhan, bukan menjadi
sumber infeksi.
Berkaitan dengan hal di atas maka diperlukan rangkaian program yang
berkesinambungan dalam rangka pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI).
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI). Hasil survey tentang upaya pencegahan infeksi di Puskesmas
(Bachroen, 2000) menunjukkan masih ditemukan beberapa tindakan petugas
yang potensial meningkatkan penularan penyakit kepada diri mereka, pasien
yang dilayani dan masyarakat luas yaitu :

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
2

1. Cuci tangan yang tidak benar


2. Penggunaan alat pelindung diri yang tidak tepat
3. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
4. Tekhnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan yang tidak tepat
5. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai
Hal tersebut dapat saja meningkatkan resiko petugas kesehatan tertular
akibat tertusuk jarum atau terpajan darah/ cairan tubuh yang terinfeksi.
Sementara pasien dapat tertular melalui peralatan yang terkontaminasi atau
menerima darah atau produk darah yang mengandung virus.
Pengendalian dan pencegahan infeksi telah mengalami bebrapa
perubahan, menyesuaikan dari hasil monitoring evaluasi selama dilahan. Di
Indonesia, secara Nasional, telah dimulai pembangunan sistematik kerangka
pikir dan pengorganisasian upaya PPI RS oleh Kementerian Kesehatan.
Upaya ini dibangun melalui penyusunan struktur organisasi dan tatakelola
PPI di RS (dijabarkan dalam Pedoman Manajerial PPIRS–KepMenKes No.
27/Menkes/SK/III/2007; revisi 2011). Program dasar PPI RS di Indonesia
dikembangkan berdasarkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain (Depkes, 2007; revisi 2011)
meliputi pencegahan transmisi infeksi melalui penerapan kewaspadaan
standar dan kewaspadaan isolasi, pengendalian resistensi antibiotika melalui
penggunaan antibiotika dan disinfektan secara bijaksana, surveilans infeksi
RS yang berfokus pada studi epidemiologi dan analisis risiko, pengelolaan
peralatan dan kebersihan lingkungan, perlindungan dan profilaksis petugas
serta edukasi staf. Penyiapan sumber daya manusia yang kompeten dalam
bidang PPI difasilitasi melalui berbagai pelatihan dan lokakarya berjenjang
mulai tingkat dasar sampai dengan tingkat lanjut secara berkesinambungan
(Sulistomo et al., 2009 ; KARS, 2011 ; JCI, 2014). Kemudian atas
epertimbangan tersebut maka Ditrektorat Mutu dan Akreditasi Pelayana
Kesehatan, Kementrian Kesehatan bekerjasama denagn para pakar
Pencegahan dan Pengendalian infeksi, lintas program terkait menyusun
Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infreksi di FKTP. Pedoman
Teknis Pencegahan dan Pengendalian infeksi di FKTP ini Yang merupakan
penjabaran secara teknis dari Permenkes 27 tahun 2017 tentnag PPI di Fasilitas
Kesehatan denagn memperhatikan kesesuaiannya dengan Permenkes 43 tahun
2019 tentang Puskesmas dan ketentuan Perturan perundang-undangan lainnya.
Melihat pentingnya pemahaman terkait pencegahan dan pengendalian
infeksi di Fasilitas Layanan Kesehatan Tingkat I (Puskesmas / Klinik), maka
diperlukan adanya suatu pedoman Internal FKTP TK I dalah hal ini adalah UPT.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
3

Puskesmas Tembokrejo dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam


peningkatan mutu pelayanan, mencetak SDM yang mumpuni serta Menuju
akrediatasi FKTP di UPT. Puskesmas Tembokrejo

1.2 TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Tersedianya acuan bagi UPT. Puskemas Tembokrejo dalam menerapkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

1.2.2 TUJUAN KHUSUS


a. Tersedianya Pedoman teknis Penerapan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di UPT. Puskesmas Tembokrejo
b. Tersedianya Kebijakan dan sumber daya yang mendukung
penerapan PPI di UPT. Puskesmas Tembokrejo
c. Berorientasi pada indikator Mutu Pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) tahun 2020 Dinas Kesehatan Kabupaten Jember :
1. Meminimalisir angka Kepatuhan petugas menggunakan APD
2. Meningkatkan Kepatuhan prosedur desinfeksi dan/atau sterilisasi alat
setelah tindakan.
3. Meningkatkan motivasi semua karyawan dalam melakukan CTPS
dalam mematuhi prosedur pencegahan penularan infeksi
4. Mengakomodir dan memanajemen Pembuangan limbah benda tajam
memenuhi standar

1.3 SASARAN
Sasaran Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun untuk
digunakan oleh seluruh pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan yang
meliputi :
1. Pelayanan Dalam Gedung (Kegiatan Pelayanan UKP)
a. R. Administrasi
b. Loket
c. BP
d. R. Konseling (Promkes, Surveilans, Kesling)
e. R. TB
f. Laboratorium
g. R. Imunisasi
h. R. KIA
i. R. Farmasi

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
4

j. UGD
k. Rawat Inap
l. VK
m. R. Gizi
n. Dapur

2. .Luar Gedung (Kegiatan Pelayanan UKM)


a. Pustu
b. Polindes
c. Posyandu
d. Poskestren
e. PTM
f. UKK

1.4 Dasar Hukum


1. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 270/MENKES/2007 tentang Pedoman
Manajerial PPI di RS dan Fasyankes Lainnya
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
6. Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan
Kesehatan. Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, sebagai salah satu upaya peningkatan
mutu pelayanan daras dan kewaspadaan menghadapi Penyalit Infeksi
Emeging- Jakarta. Kementrian Kesehatan RI 2020

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup Pedoman tekn is Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di UPT.
Puskesmas Tembokrejo
a. Kewaspadaan isolasi (Kewaspadaan standart dan kewaspadaan Transmisi
b. Pencegahan dan pengendalian infeksi dengan bundels.
c. Penerapan PPI pada pelayanan di dalam dan luar gedung ( Pelayanan UKP
dan Pelayanan UKM)
d. Pendidikan dan Pelatihan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
5

e. Penggunaan antimikroba yang bijak


f. Surveilans PPI
g. Penyakit Infeksi Emerging dan penanggulangan KLB
h. Monitoring, Audit, ICRA dan pelaporan
i. Manajemen sumber daya PPI di UPT. Puskesmas Tembokrejo
Pelayanan di UPT. Puskesmas Tembokrejo mencakup Pelayanan
Perseorangan (UKP) yang dilaksanakan di dalam maupun di luar fasilitas
pelayanan kesehatan serta kegiatan yang bersifat pelayanan kesehatan
masyarakat 9UKM) yang dapat dilaksanakan di luar maupun di dalam fasilitas
pelayanan Kesehatan.
Untuk mencegah atau memutus mata rantai penularan suatu penyakit infeksi
tidaklah cukup jika hanya dilakukan dari sisi petugas, tetapi harus melibatkan
pasien, sasaran atau masyarakat yang dilayani. Sasaran pelayanan perlu di
edukasi tentang apa yang harus dilakukan sebelum atau saat bertemu dengan
petugas kesehatan baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun saat di
lapangan, termasuk saat kembali ke rumah.
Penerapan PPI di UPT. Puskesmas Tembokrejo harus mampu terlaksana oelh
sebab itu di butuhkan perencanaan berkaitan dengan penyediaan dan tatakelola
sumber daya (SDM, sarana prasarana. Alat kesehatan dan pembiayaan). Oleh
karena itu sangat dibutuhkan dukungan dari stakeholders terkait seperti Dinas
Kesehatan Propinsi jawa tTimur dan Dinas Kesehatan Kabupaten Jembe

1.6 PENGERTIAN
1. Pencegahan dan pengendalian infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah
upayaw untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien,
petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar UPT. Puskesmas Tembokrejo.
2. Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oelh mikroorganisme
pathogen, dengan/tanpa disertai gejala kiln ik
3. Penyakit infeksi adalah suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi yang
disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
4. Penyakit menular adalah penyakit (infeksi) tertentu yang dapat berpindah
dari sati orang ke orang lain baik langsung maupun tidak langsung.
5. Infeksi terkait pelayanan kesehatan Helathcare Associated Infections yang
selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya
dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi,
termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi ,muncul setelah pasien pulang, juga

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
6

infeksi Karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
terkait proses pelayanan kesehatan di Falisilitas Pelayanan kesehatan.
6. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah sarana (tempat dan /atau alat) yang
digunakan untuk penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif,preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
7. Bundels adlah merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sahih yang
menghasilkan perbaikan keluaran proses pelayanan kesehatan bila
dilakukan secara kolektif dan konsisten
8. Kolonisasi adalah suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi, dimasna
organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak tetapi tanpa disertai
adanya respon imun atau gejala klinik.
9. Disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki
kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung
namun tidak memiliki pentrasi sehingga tidak mampu membunuh
mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral..
10. Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup
seperti pada permukaan kulit dan membrane mukosa.
11. Survelans adalah suatu proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus, komperhensif dan dinamis berupa perencanaan,
pengumpulan data, analisis, interprestasi, komunikasi dan evaluasi dari data
kejadian infeksi yang dilaporkan secara berkala kepada pihak yang
berkepentingan berfokus pada strategi pencegahan dan pengendalian
infeksi.
12. Infection Control Risk Assesmnent (ICRA) adalah penelaian resiko
pengendalian infeksi yang merupakan proses multidisiplin yang berfokus
pada pengurangan resiko dari infeksi ke pasien, perencanaan fasilitas,
desain dan kontruksi kegiatan.
13. Audit adalah suatu rangkaian kegiatan untuk membandingkan antara prktik
actual terhadap standart, pedoman yang ada dengan mengumpulkan data,
informasi secara objektif termasuk membuat laporan hasil audit.
14. Upaya Kesahatan Peseorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan/atasu
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
15. Upaya Kesehatan Masyarakat 9UKM) adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningaktkan kesehatan serta mencegah dan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
7

menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga,


kelompok dan masyarkat.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
8

BAB II
STANDART KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di UPT.
Puskesmas Tembokrejo di pimpin oleh Ketua Tim PPI. Sekretaris dan Anggota
Tim PPI yang terdiri dari pelayanan UKP dan Pelayanan UKM yang
disesuaikan dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada. Untuk distribusi
ketenagaan Tim PPI disebutkan sesuai dengan tugas masing-masing.
TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI UPT. PUSKESMAS
TEMBOKREJO KEC. GUMUKMAS. KAB JEMBER.
KEDUDUKAN
NO NAMA
DALAM TIM
1 Ketua Hendro Tri W.
2 Sekretaris NUR KHOFIFAH
3 KOORD. UKP RATNA ADI
Loket FEBTI F
BP ATIKA DWI
KIA - KB ULUL F
Imunisasi SITI ROMELAH
Gigi WARIN F
Laboratorium KATRIANI
TB AIN GUNTYA
Promkes, Kesling, AGISTA
Surveilans, UKS
Gizi, PPI SITI DWI N
Admen FIKRIANA
Apotik, Gudang BIBIT
Obat
UGD NUR KHOFIFAH
VK SITI HALIMAH
Rawat Inap NORMA SINTA
Dapur VITA
4 KOORD. UKM TITIK KHOIRIYAH
UKS KATRIANI
Jiwa I WAYAN A
UKK TITIK K

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
9

PTM POSBINDU ANDIK S


Pustu BAGOREJO BIBIT
Polindes WIWIK
KAANGREJO

2.2 DISTRIBUSI KETENAGAAN


Anggota Tim PPI tersebut bertugas sesuai dengan struktur organisasi yang
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota Tim (UKP dan UKM) terdiri dari
masing-masing unit terkait yang berhubungan langsung dengan kegiatan PPI.

2.3 Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


2.3.1 Mengacu pada Indikator PKP dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
yang terdiri dari 4 indikator ;
1. Kepatuhan Petugas dalam menggunakan APD.
a. Pengawasan pada penggunaan APD oleh petugas pada saat
melakukan pelayanan sesuai dengan kebutuhan : APD level 1,
APD level 2 dan APD level 3
b. Bekerjasama dengan bagian umum dan farmasi dalam
pengadaan APD.
c. Tim PPI mengadakan pelatihan cara penggunan APD (APD level
1, APD level 2 dan APD level 3) untuk semua petugas yang
melaksanakan pelayanan.
d. Pembuatan poster indikasi penggunaan APD
2. Kepatuhan Prodsedur desinfeksi dan/atau sterilisasi alat setelah
tindakan.
a. Sosialisasi perawatan peralatan setelah digunakan baik alat non
kritikal, smei kritikal dan kritikal
b. Tim PPI mengadakan sosialisasi cara dekontaminasi dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan cara-cara desinfeksi dan
sterilisasi untuk semua alat yang digunakan (alat non kritikal,
smei kritikal dan kritikal)

3. Kepatuhan prosedur pencegahan penularan Infeksi


a. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kebersihan
tangan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
10

b. Bekerjasama dengan bagian penunjang dalam pengadaan botol


dan braket untuk tempat handrub, sabun cair handwash, handuk
pengering dan tempat handuk kotor.
c. Bekerjasama dengan bagian humas dalam pengadaan poster,
leafleat dan stiker kebersihan tangan.
d. Bekerjasama dengan bagian farmasi untuk produksi handrub
dengan formula yang direkomendasikan oleh WHO.
e. Tim PPI melakukan kampanye kebersihan tangan untuk semua
petugas dan masyarakat UPT. Puskesmas Tembokrejo
f. Tim PPI melaksanakan audit Cuci tangan pada petugas.
4. Pembuangan limbah Benda tajam memenuhi standart
a. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan
limbah medis tajam
b. Bekerjasama dengan instalasi sanitasi dan lingkungan (Kesling)
untuk pengadaan tempat sampah medis limbah tajam (Safety
Box)
c. Bekerjasama dengan instalasi sanitasi dan lingkungan untuk
pengadaan Safety Box di seluruh ruang pelayanan tindakan
pasien di UPT. Puskesmas Tembokrejo
2.3.2 Kegiatan Tambahan TIM PPI UPT. Puskesmas Tembokrejo
1. Bekerjasama dengan PJ kelsing untuk pengadaan tempat sampah
medis dan non medis, serta pengolahan / pendataan limbah
tersebut.
2. Pemenuhan pengelolaan linen kotor dan bersih
a. Bekerjasama dengan bagian bendahara barang / laundry untuk
pengadaan troli linen kotor dan linen bersih
b. Bekerjasama dengan loundri dalam pengelolaan linen kotor
infeksius dan linen kotor non infeksius
c. Berkerjasama dengan loundy dalam perawatan, penyimpanan
dan pendistribusian linen bersih.
3. Pelaksanaan program kesehatan karyawan
a. Bekerjsama dengan Tim K3 dalam melaksanakan pemriksaan
secara berkala karyawan UPT. Puskesmas Tembokrejo,
terutama karyawan yang berkerja dengena resiko,
b. Bekerjasama dengan Tim K3 dalam penanganan kasus pasca
pajanan
4. Penataan penempatan pasien di ruang isolasi

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
11

a. UPT. Puskesmas Tembokrejo tidak memiliki ruang khusus


Isolasi
5. Sosialisasi dan pemenuhan poster etika batuk
Bekerjasama dengan bagian promkes dalam pemenuhan poster
Etika Batuk
6. Sosialisasi prosedur penyuntikan yang aman dengan no recapping.
Tim PPI bersama bagian UGD, Rawat Inap, VK, KIA, Imunisasi,
Laborat, Pustu, Polindesn dalam melakukan sosialisasi cara
penyuntikan yang aman dengan one hand dan no recapping
kepada seluruh petugas dalam melakukan tindakan penyuntikan.
7. Pemenuhan kebutuhan cairan desinfektan, dekomentasi.
Bekerjasama dengan PJ Kesling dalam pengadaan spill kit untuk
semua area pelayanan perawatan pasien.
8. Surveilans oleh seluruh Tim PPI
9. Pemenuhan sarana pencegahan infeksi di UPT. Puskesmas
Tembokrejo.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
12

2.4 STRUKTUR ORGANISASI TIM PPI UPT. PUSKESMAS TEMBOKREJO

KOORDINATOR PELAYANAN
UPT. PUSKESMAS TEMBOKREJO

dr.Vivi Agus S

KETUA TIM PPI

HENDRO TRI W

SEKRETARIS TIM PPI

NUR KHOFIFAH

KOORDINATOR TIM PPI UKP 1. KOORDINATOR TIM PPI UKM :


TITIK KHOIRIYAH
RATNA ADI PURWASIH 2. KOORDINTOR PPI JEJARING :
3. DOA IFTITAH

ANGGOTA TIM PPI UKP


A. ANGGOTA TIM PPI UKM
1. R. ADMEN : FIKRIANA
1. POSYANDU BAGOREJO : DOA
2. R. LOKET : FENTI F
IFTITAH
3. R. BP : ATIKA DWI
2. POSYANDU TEMBOKREJO : IDA
4. R. IMUNISASI : SITI ROMELAH
2.5
5. R. GIGI : WARIN F
3. POSYANDU KARANGREJO : ULUM
4. POS BINDU : ANDIK S
6. R. LABORAT : KATRIANI
5. UKK : TITIK K
7. R KIA-KB : ULUL F
6. PSN : AGISTA
8. R. TB : AIN GUNTYA
7. KESLING : RATNA
9. R. GIZI : SITI DWI N
8. UKS : KATRIANI
10. R. FARMASI : BIBIT
9. VAKSIN COVID-19 : HENDRO TRI
11. R. DAPUR : VITA
10. JIWA : I WAYAN A
12. R. LOUNDRY : ANGGA L.B
13. R. VK/BERSALIN : SITI HALIMAH
B. ANGGOTA TIM PPI JEJARING
14. R. RAWAT INAP : NORMA SINTA
1. PUSTU BAGOREJO : IDA
15. UGD : NUR KHOFIFAH
2. POSKESDES KARANGREJO : WIWIK
16. GUDANG ATAS : ERVALIA
17. GUDANG FARMASI : ANGGA LB

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
13

BAB III
PRINSIP DASAR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI UPT. PUSKESMAS TEMBOKREJO

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi menjadi bagian penting dalam upaya


meningkatkan mutu pelayanan medis dan asuhan keperawatan asuhan kebidanan di
UPT. Puskesmas Tembokrejo yang berfoakus pada keselamatan pasien, petugas
dan lingkungan Puskesmas. Kinerja PPI dicapai melalui keterlibatan aktif semua
petugas puskesmas, mulai dari jajaran manajemen, dokter, perawat, paramedis,
pekarya, petugas kebersihan sampai dengan petugas parker dan penjaga malam
maupun seluruh masyarakat di puskesmas seperti pengunjung, mitra kerja (Lintas
Sekotral) UPT. Puskemas Tembokrejo.

Kegiatan PPI harus dilakukan secara tepat di semua bagian/area di UPT.


Puskesmas Tembokrejo, mencakup seluruh kegiatan pelayanan UKP, Pelayanan
UKM, Lintas Sektoral dan seluruh masyarakat UPT. Puskemsas Tembokrejo dengan
menggunakan prosedur dan petunjuk pelaksanaan yang kdi tetapkan oelh UPT.
Puskesmas Tembokrejo. Upaya pokok PPI mendasarkan pada upaya memutus
rantai penularan infeksi berfokus pada Kewaspadaan Standart (Standart Precautions)
yang merupakan gabungan Kewaspadaan Universal (Universal Precautions) dan BSI
(Body Substance Isolation), serta Kewaspadaan Isolasi berdasarkan transmisi
penyakit.

Upaya pencegahan dan pengendalian infeksi UPT. Puskesmas Tembokrejo


dirancang untuk memeutus rantai penularan penyakit infeksi menuju
perlindungan pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat.

Komponen Kewaspadaan Standart :

1. Kebersihan Tangan
2. Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, googel/ kaca mata
pelindung, face shiled (pelindung Wajah), gaun, topi, pelindung kaki
3. Pengolaan Peralatan perawatan pasien
4. Penegndalian Lingkungan
5. Penantalaksaan Linen
6. Penglelolaan limbah dan benda tajam
7. Penempatan pasien
8. Hygiene respirasi / etika batuk

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
14

9. Praktik menyuntik yang aman


10. Kesehatan karyawati / perlindungan petugas kesehatan

Kewaspadaan standart diterapkan pada seluruh kegiatan pelayanan pada


pasien di UPT. Puskesmas Tembokrejo, baik pada pasien rawat jalan, maupun rawat
inap dengan ataupun tanpa penyakit infeksi yang sudah teridentifikasi. Penerapan
komponen kewaspadaan standart yang nasional / tepat didasarkan pada penilaian
resiko potensial yang dihadapi yang dihadapi pasien atau petugas dalam setiap
kegiatan pelayanan yang spesifik sehingga implementasi setiap komponen standart
tidak harus seragam / sama pada setiap aktivitas / kasus.
Upaya selanjutnya PPI dalam memutus rantai penularan infeksi di UPT.
Puskesmas Tembokrerjo adalah dengan penerapan kewaspadaan isolasi
berdasarkan cara penularan penyakit infeksi yang sudah dapat diduga atau
diidentifikasi. Kewaspadaan isolasi sesuai cara penularan infeksi diterapkan sebagai
komplemen / tambahan pada kewaspadaan standart terhadap pasien yang sudah
diidentifikasi menderita penyakit infeksi berdasarkan karakteristik demografik, klinik
terdapat 3 jenis kewaspadaan isolasi berdasarkan cara transmisi infeksi yaitu
kewaspadaan transmisi kontak, kewaspadaan transmisi droplet dan kewaspadaan
transmisi airbone/udara.
Penilaian resiko penularan dikerjakan sebelum petugas memberikan
tindakan/perawatan kepada pasien. Perlu selalu dipertimbangkan kemungkinan
terjadi kombinasi cara transmisi infeksi yang memberikan konsekuensi perlunya
dilakukan lebih dari saru standart kewaspadaan isolasi. Apabila menghadapi suatu
penyakit yang belum dikenal/merupakan penyakit infeksi baru atau belum dikenali
cara penularannya, maka direkomendasikan untuk menerapkan prinsip kewaspadaan
yang tertinggi, yaitu kewaspadaan transmisi airbone

Pertimbangan Praktis Pelaksanaan Kewaspadaan Standart


Perlakuan naik pasin atau petugas sebagia individu yang potensial menularkan
dan rentan terhadap infeksi. Pertimbangan penggunaan Alat Pelindung Diri
sesuai peneilaian resiko pada awal setiap aktivitas pelayanan kepada pasien.

3.1 KEWASPADAAN STANDART


3.1.1 HAND HYGIENE / KEBERSIHAN TANGAN
A. KEBERSIHAN TANGAN
Kebersihan tangan telah di akui sebagai salah satu tindakan terpenting
untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi di
FKTP. Diawali hasil penelitian semmelweis (1861), berlanjut hasil-hasil

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
15

penelitian lain sesudahnyua m,enunjukkan bahwa kebersihan tangan


petugas merupakan factor penting pada penularan infeksi antar pasien.
Berbagai penelitian mengidentifikasikan bahwa penularan infeksi di
FKTP sebagian besar terjadi melalui transmisi kontak, khusunya melalui
kontak tangan petugas disamping kontak melalui peralatan/tindakan
invasive.
Dari sisi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), praktik
kebersihan tangan dengan menghilangkan semua kotoran san debris
serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit, baik
yang diperoleh dari kontak dengan pasien dan leingkungan maupun
juga sejumlah mikroorganisme permanen yang ditinggal di lapisan
terdalam kulit. Daerah di bawah kuku (ruang subunguah) pada jam
tangan mengandung jumlah mikroorganisme tertinggi dan kuku yang
panjang dapat berperan sebagai reservoir untuk bakteri (gram negative
seperti P.aeruginosa), jamur dan pathogen lain.
Ada tiga (3) cara kebersihan tangan :
1. Mencuci tangan : dilakukan menggunakan air mengalir dengan
sabun biasa atau sabun antiseptic. Mencuci tangan dengan
prosedur yang tepat harus dilakukan apabila tangan terlihat kotor
atau setelah terkena cairan tubuh.
2. Alternative Cuci tangan (alcuta) dengan handrub antiseptic :
handrub antiseptic juga berisi pelembut seperti igliserin, gliserol
propelin atau sorbitol yang melindungi dan melembutkan kulit.
 Dialkukan ketika tidak terlihat kotoran dan debris.
 Alcuta dapat dilakukan handrub antiseptic bebasis alcohol 70%
 Terutama di tempat yang akses wastafel dan air bersih terbatas
3. Cuci Tangan Bedah (surgical handrub): cara kebersihan tangan
sebelum melakukan tindakan bedah ;
a. Secara aseptic menggunakan sabun antiseptic dan air mengalir :
i. Lepaskan semua perhiasan yang ad di tangan (gelang. Cincin,
jam tangan dan akcesories lainnya)
ii. Menggunakan air bersih mengalir serta menggunakan sabunj
antiseptic yang mengandung khlorheksidin glukonat 4%.
iii. Tangan dibasahi sampai siku
iv. Sabun antiseptic ini di pompa dari tempatnya menggunakan
siku
v. Mulai tangan kiri disikat ; kuku, sela jari, telapak tangan (5x),
punggung tangan (5x), setiap sisi lengan bawah sampai siku

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
16

(5x), hingga sampai siku (5x), hingga bersih. Ganti tangan


kanan, kerjakan serupa berulang-ulang 5kali sampai sepuluh
menit.
vi. Tangan dibilas dengan air bersih yang mengalir dengan posisi
jari tangan lebih tinggi dari posisi siku.
vii. Dihindari tangan yang sudah dicuci bersih bersentuh benda di
sekitarnya.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
17

b. Secara aseptic menggunakan antiseptic handrub berbasis


alcohol:
i. Lepaskan semua perhiasan yang ad di tangan (gelang. Cincin,
jam tangan dan akcesories lainnya).
ii. Cuci tangan menggunakan air bersih mengalir dan sabun
antiseptic yang mengandung khlorheksidin glukonat sampai
dengan siku, tanpa sikat.
iii. Keringkan dengan tisu/handuk pengering dengan baik.
iv. Ambil handrub bebrbasis alcohol di telapak tangan kiri,
menggunakan tangan kanan untuk mengoprasikan dispenser.
v. Gosokkan ujungjari dan kuku jari kanan secara seksama di
handrub alcohol telapak tangan kiri untuk memberishkan
kolonisasi kuman di bawah kuku (5 detik).
vi. Gosokkan telapak tangan kiri pada tangan dari lengan kanan
bawah sampai dengan siku, dengan gerkan memutar, pastikan
seluruh area lengan tersbut tergosok samapai dengan handrub
alcohol kering smepurna (15 detik).
vii. Lakukan langkah iv-vi kemabli untuk ujungjari dan kuku hjari kiri
95 detik), dilanjutkan lengan kiri bawah samapai dengan siku,
sampai dengan kering sempurna (15 detik).
viii. Tuangkan kembali handrub bebrbasis alcohol dilanjutkan 7
langkah prosedur handrub rutin (15-20 detik)

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
18

B. Sarana Kebersihan Tangan


a. Wastafel dengan air mengalir menggunakan kran bertangkai,
sabun cair dalam dispenser, pengering tangan (tissue atau
handuk) dan tempat limbah non infeksius atau penampungan air
(ember) yang diberi keran air dan penampungan air limbah cuci
tangan, sabun dalam dispenser, tisu atau handuk, tempat limabh
non infeksius

b. Handrub / handsanitizer kemasan pabrik yang banyak tersedia


dalam produk siap pakai yang dapat di peroleh dari bagian
farmasi dengan menggunakan format LPLPO atau siapkan
alcohol tangan dengan mencampurkan 97ml alcohol 70% dalam
3 ml gliserin. Ini dapat disiapkan secara massal (namun tidak
tidak lebih dari 50 liter dalam sekali pembuatan)

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
19

C. Indikasi Kebersihan Tangan


1. Kebersihan Tangan bagi Petugas Pelayanan UPT. Puskesmas
Tembokrejo
Secara umum kebersihan tangan di FKTP dilakukan berdasarkan
Pedoman Teknis PPI FKTP Departemen Kesehatan tahun (2020).
Disebutkan bahwa kebersihan tangan dilakukan sebelum dan
setelah :
1. Memeriksa dan kontak langusng dengan pasien
2. Sebelum tindakan Asepsis
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar luar pasien

Sesuai dengan area tempat bertugas, saat kebersihan tangan wajib


dilakukan oleh setiap petugas disesuaikan dengan petugas
disesuaikan dengan potensi resiko transmisi pathogen antar pasien,
antara paetugas dan pasien, antara petugas dan
lingkungan/perlatan terkontaminasi, antara petugas dengan bahan
yang berpotensi infeksius. Bagi petugas di luar area perawatan,
direkomendasikan melakukan kebersihan tangan saat tiba di UPT.
Puskesmas Tembokrejo, sebelum masuk dan meninggalkan
ruangan pasien, sesudah dari kamar kecil dan sebelum
meningglakan Puskemas.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
20

2. Kebersihan Tangan Bagi Pengunjung dan Pasien


Pasien dan pengunjung perlu mendapatkan edukasi tentnag
kebersihan tangan pada setiap orientasi pasien rawat Inap, VK,
UGD dan Rawat Jalan. Pasien dan pengunjung berhak
mengingatkan petugas melaksanakan kebersihan tangan setiap
kali akan memberikan perawatan atau melakukan tindakan
kepada dirinya atau berinteraksi kontak langusng dengan
pengunjung/keluarga, agar meminilmalkan resiko pemindahan
pathogen penyebab infeksi anatar pasein, petugas maupun
peralatan.
Pasien dan kelauarga/pengunjung perlu melaksnakan
kebersihan tangan di 5 momen, hal tersebut juga dapat
dibelakukan di rumah. 5 momen untuk cuci tangan pada
pasien/keluarga/pengunjung adalah :
1. Sebelum dan setelah makan
2. Sebelum dan setelah dari kamar mandi (BAB/BAK)
3. Sebelum menjamah makanan
4. Sebelum menyusui
5. Setelah beraktifitas

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
21

3. Rekomendasi Mencuci Tangan


 Pemakaian sabun dan air mengalir penting ketika tangan
terlihat kotor
 Air mengalir dan sabun yang digosokkan diseluruh
bagian/lipatan tangan harus digunakan selama 40 sampai 60
detik.
 Penting sekali untuk mengeringkan tangan setelah
mencucinya.
 Mencuci tangan memakai sabun biasa atau sabun antiseptic
dan air bersih adalah sama efektifnya, bila dilajalankan sesuai
prosedur. Sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit.
Untuk membantu mencegah iritasi kulit dan dermatitis kontak
karena seringnya mencuci tangan, direkomendasikan
penggunaan produk perawatan tangan (loson
pelembab/krem).
Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handusk
bersih atau keringkan di udara. Handuk yang digunakan bersih
dapat dengan cepat terkontaminasi dan tidak lagi
direkomendasikan. Membawa handuk/sapu tangan kecil pribadi
membantu menghindari pemakaian handuk kotor.
4. Rekomendasi Alternatif Cuci Tangan (alcuta) dengan handrub
antisptik / hansanitizer (handrub berbasis alcohol)
 Handrub antiseptic / Handsanitizer tidak menghilangkan
kotoran atau zat organ ik, sehingga jika tangan terlihat kotor
atau terkontaminasi (oleh darah atau cairan tubuh lainnya),
harus mencuci tangan dengan sabun dan air terlebih dahulu.
 Antiseptic yang bereaksi cepat menghilangkan sementara
atau mengurangi mikroorganisme penghuni tetap dan
melindungi kulit tanpa menggunakan air direkomendasikan
yang mengandung alcohol 60-90%, emollient dan dapat
ditambahkan antiseptic (misalnya khlorheksin glukonat 2-4%)
yang meliliki anti residual.
 Handrub antiseptic / Handsanitizer yang hanya berisi bahan
aktif alcohol, berefek residual terbatas dibandingkan yang
berisi tambahan antiseptic seperti khlorheksidin.
 Hasil observasi mengindikasikan bahwa teknik mencuci
tangan yang tidak tepat dan keterbatasan sumber air bersih
berhubungan dengan rendahnya tingkat kepatuhan dan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
22

mengakibatkan rekomendasikan kebersihan tangan menjadi


tidak efektif. Handrub antiseptic lebih efektif dibandingkan
mencuci tangan dengan sabun biasa atau sabun antiseptic
karena dapat disediakan di berbagai tempat sesuai
kebutuhan, tidak memerlukan sumber air, waktu lebih singkat
dan kurang menimbulkan iritasi kulit (tidak kering, pecah-
pecah atau merekah). Dengan demikian Handrub
antiseptic / Handsanitizer dapat menggantikan cuci
tangan dengan sabun dan air sebagai prosedur utama
dengan syarat tangan tidak tampak kotor.

3.1.2 ALAT PELINDUNG DIRI


Pelindung barrier yang secara umum disebut sebagai Alat Pelindung
Diri (APD) telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi
pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun
dengan munculnya AIDS dan Hepatitis C, serta meningkatnya kembali
Tuberkolosis serta kasus Covid-19 yang sekarang masih dalam masa
pandemic dan terjadi hamper disemua Negara, pemakaian APD
menjandi sangat penting untuk perlindungan pasien dan petugas.
A. Prinsip Penggunaan APD
Penggunaan APD perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :
1. APD harus digunakan sessuai dengan resiko paparan, petugas
kesehatan ,harus menilai apakah mereka benar atau tidak
beresiko terkena darah, cairan tubuh, ekskresi atau sekresi agar
dapat menggunakan alat pelindung diri sesuai yang sesuai
dengan resiko.
2. Semua APD yang akan digunakan harus memenuhi standart
keamanan, perlindungan dan keselamatan pasien/petugas
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Hindari kontak antara APD yang terkonfirmasi (bekas) dan
permukaan pakaian atau lingkungan pelayanan kesehatan,
buang APD bekas pakai yang sesuai tempat limbah dan standar
yang ditetapkan.
4. Tidak dibenarkan berbagi APD yang sama antara dua
petugas/individu.
5. Lapas APD secara keseluruhan jika tidak digunakan lagi.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
23

6. Lakukan kebersihan tangan setiapkali melepas satu jenis APD.


Ketika meningkatkan pasien untuk merawat pasien lain atau
akan melakukan prosedur yang lain.
B. Jenis, Tujuan dan Indikasi Penggunaan APD
1. Pelindung Kepala (Topi)
a. Tujuan : sebagai pelindung kepala dan rambut tenaga
kesehatan dari paparan cairan infeksius pasien selama
melakukan tindakan atau perawatan.
b. Jenis : penutup kepala terdiri dari bahan yang digunakan
sekali pakai dan yangdapat digunakan ulang (terbuat darai
bahan kain yang dapat dilakukan pencucian). Harusterbuat
dari bahan tahan cairan. Tidak mudah robek dan ukuran nya
pas atau sesuai di kepala pemakai.

Catatan : apabila petugas menggunakan hijab pada prosedur


medis, maka :
 Ganti hijab yang menggunakan saat bekerja di pelayanan
dengan resiko paparan darah, cairan tubuh, ekskresi dan
sekresi dengan hijab yang lain termasuk saat akan pulang
ke rumah.
 Gunakan hijab menutupi kepala dan dimasukkan ke dalam
baju atau diikat kebagian belakang leher dan jika jilbab
ditutup kembali dengan pentutup kepa.la (Topi).

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
24

c. Indikasi penggunaan topi atau pentutup kepala :


 Operasi kecil (minor surgery).
 Pertolongan atau tindakan persalinan.
 Intubasi trachea dan tracheotomy.
 Penghisapan lendir massif.
 Pembersihan alat kesehatan dan lain-lain.
2. Kacamata dan Pelindung Wajah
a. Tujuan
Untuk melindungi selaput mukosa mata, hidung atau mulut
petugas kesehatan dari resiko kontak dengan secret
pernapasan atau percikan darah, cairan tubuh, sekresi atau
ekskresi pasien.
b. Indikasi
 Pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan atau
semburan darah, cairan tubuh, secret, dan ekskresi ke
mukosa, matas, hidung atau mulut.
 Potensi terjadinya transmisi airborne misalnya pada
tindakan: tindakan gigi (scaler ultrasonic dan high speed
air driven), swab hidung atau tenggorokan, RJP (resusitasi
Jantung-Paru), pemulasaran jenazah, penanganan linen
terkontaminasi di laundry atau di ruang dekontaminasi.

3. Masker
a. Tujuan
Untuk melindungi wajah dan membrane mukosa mulut dan
hidung dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
25

permukaan lingkungan yang kotor dan melindungi pasien dari


petugas pada saat batuk atau bersin
b. Syarat : masker yang digunakan harus menutupi hidung dari
mulut serta penggunaan masker N95 harus dilakukan fit test
(penekanan di bagian hidung dan penilaian kerapatan
penggunaan masker)
c. Indikasi
 Pada tindakan atau prosedur yang dapat menghasilkan
cipratan darah, cairan tubuh, skresi atau ekskresi atau jika
petugas beresiko menghasilkan cipratan cairan dari
selaput lender mulut dan hidung.
 Masker N95 digunakan pada resiko paparan penularan
infeksi melalui udara (Airborne diasease) dan dapat
didaur ulang sesuai ketentuan.

Masker Masker Masker


N95 KN95 Bedah
Kegunaan / fungsi

×
Perlindungan pernapasan yang
dirancang dengan segel ketat di
sekitar hidung dan mulut untuk
menyaring hamper 95% partikel
√ √
yang lebih kecil <0.3 mikron dan
kontaminasi melalui airborne

Penghalang fisik antara mulut

√ √ √
dan hidung, pengguna dengan
kontaminan potensial (percikan
atau droplet selaput mukosa
mulut dan hidung serta debu)

√ √ √
Mencegah percikan pada saat
batuk, bersih atau debu.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
26

× ×
Re-Usable atau penggunaan
kembali

d. Cara Menggunakan

4. Gaun
a. Tujuan
Untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan paparan
atau percikan darah atau cairan tubuh sekresi, ekskresi atau
melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada
tindakan steril
b. Indikasi
 Transmisi kontak missal saat adanya wabah dan transmisi
droplet, saat pencegahan infreksi sebelum operasi atau
pra bedah
 Membersihkan luka, tindakan drainase, menuangkan
cairan kontaminasi ke pembuangan atau WC/tolilet.
 Menangani pasien perdarahan massif, tindakan bedah
dan perawatan gigi

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
27

c. Jenis Gaun dan Kegunaan

5. Sarung Tangan
a. Tujuan
Melindungi tangan dari paparan cairan tubuh, darah sekresi.,
ekskresi dan bahan infeksius lainnya. Menggunakan sarung
tangan sesuai dengan ukuran tangan dan digunakan pada
kedua belah tangan dan hanya digunakan untuk satu kali
prosedur pada satu pasien, jika rusak atau robek maka
mengganti dengan sarung tangan yang baru.
b. Indikasi
Digunakan pada saat tindakan aseptic steril untuk mencegah
resiko penularan mikroorganisme (tindakan bedah)

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
28

c. Langkah-langkah pemasangan sarung tangan steril pada


gambar di bawah ini.

d. Langkah – langkah pelepasan sarung tangan steril dijelaskan


dalam gambar di bawah ini

6. Sepatu
a. Tujuan
Sepatu untuk melindungi kaki petugas dari
tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau
kejatuhan alat kesehatan yang beresiko melukai kulit, sepatu
yang dipergunakan harus tertutup dan tahan air serta tahan
tusukan, segera lepaskan sepatu jika terkontaminasi darah

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
29

atau cairan tubuh untuk dilakukan proses


pembersihan/dekontaminasi sesuai ketentuan.
b. Indikasi
Sepatu tertutup dipergunakan oleh seluruh tenaga kesehatan,
sedangkan sepatu boot dipergunkan pada prosedur, sebagai
berikut :
 Penanganan pemulasaran jenazah
 Penanganan limbah
 Tindakan operasi
 Pertolongan dan tindakan persalinan
 Penanganan linen
 Pencucian peralatan di ruang gizi
c. Jenis sepatu dan kegunaannya
Berikut ini dijelaskan jenis sepatu serta penggunaannya :

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
30

7. Pemakaian dan Pelepasan APD

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
31

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
32

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
33

8. Penggunaan APD di ruangan


Jenis alat pelindung diri (apd) ditetpakan berdasarkan lokasi,
petugas dan jenis aktivitas di UPT. Puskesmas Tembokrej0
2021
Lokasi Target petugas / Aktivitas Tipe APD dan
pelanggan Prosedur
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Rawat Inap
Area transit Semua petugas, Segala aktivitas yang Masker Bedah, sarung
pelanggan lain termasuk petugas tidak melibatkan tangan, Hands
(seperti Koridor) kesehatan kontak dengan pasien Sanitizer
COVID-19
TRIAGE Petugas jenis alat Pemeriksaan awal Menjaga jarak minimal
yang tidak 1 meter, Maker
pelindung diri (apd)
memerlukan kontak Bedah, Sarung
berdasarkan langsung tangan,
Hands Sanitizer
lokasi, petugas dan
jenis aktivitas
upt. puskesmas
tembokrej0 2020
Pelanggan dengan Semua kegiatan Menjaga jarak minimal
gangguan 1 meter, Maker
pernapasan Bedah, Sarung
tangan,
Hands Sanitize
APD level 2
Pelanggan tanpa Semua kegiatan Masker Bedah
gangguan Sarung tangan
pernapasan Face shield
Hands Sanitizer
LaBoratorium Petugas Pengelola Spesimen APD level 2
Laboratorium Hands Sanitizer
Area Semua karyawan, Kegiatan TIdak perlu
administratif termasuk petugas administrative yang menggunakan APD
kesehatan tidak melibatkan
kontak dengan
pelangggan COVID-
19

Lokasi Target petugas / Aktivitas Tipe APD dan


pelanggan Prosedur
Ruang Rawat Jalan
Ruang Periksa Petugas Kesehatan Pemeriksaan fisik APD lever 2

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
34

pelanggan dengan Hands Sanitizer


gangguan
pernafasan
Petugas Kesehatan Pemeriksaan Fisik Hands Sanitizer
Pelanggan tanpa Masker bedah
gangguan Face shield
pernafasan Hand Scoond
Pelanggan dengan Semua kegiatan APD level 2
gangguan Hands Sanitizer
pernapasan
Pelanggan tanpa Semua kegiatan Hands Sanitizer
gangguan Masker bedah
pernapasan Face shield
Hand Scoond
Petugas Setelah atau saat APD level 2
Kebersihan ada pelanggan Hands Sanitizer
dengan gangguan
pernapasan
Ruang Tunggu Pelanggan dengan Semua kegiatan Masker bedah
gangguan Face shield
pernapasan Hand scoon
Hands Sanitizer
Jika pelanggan
berkenan segera
pindahkan pelanggan
ke ruang isolasi atau
pisahkan dari yang lain;
jika ini tidak
memungkinkan
pastikan jarak minimal
1 meter dari pelanggan
lain
Pelanggan tanpa Semua kegiatan Masker bedah
ganggunan Face shield
pernapasan Hand scoon
Hands Sanitizer
Area Semua karyawan, Kegiatan Maker Bedah
Administrasi termasuk petugas administrative Face Shield
kesehatan Hands Sanitizer
Menjaga jarak 1 meter
Ruang VK, Petugas kesehatan Pemeriksaan awal Maker Bedah
Farmasi, Gigi, yang tidak Face Shield
KIA-KB memerlukan kontak Hands Sanitizer
langsung Menjaga jarak 1 meter
Pelanggan dengan Semua kegiatan APD level 2
gangguan Menjaga jarak 1meter
pernapasan Hands Sanitizer
Pelanggan tanpa Semua kegiatan Maker Bedah
gangguan Face Shield
pernapasan Hands Sanitizer
Menjaga jarak 1 meter

Lokasi Target petugas / Aktivitas Tipe APD dan


pelanggan Prosedur
Komunitas
Rumah Pasien dengan Semua kegitan APD level 2

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
35

gangguan Menjaga jarak 1meter


pernapasan Hands Sanitizer
Petugas kesehatan Memberikan APD level 2
perawatan langsung Menjaga jarak 1meter
pelanggan COVID- Hands Sanitizer
19 di rumah
Area umum Orang tanpa Semua kegiatan Maker Bedah
(sekolah, pasar, gangguan Face Shield
dll) pernapasan Hands Sanitizer
Menjaga jarak 1 meter
Pintu Masuk
Area Semua karyawan Semua kegiatan Maker Bedah
Administratif Face Shield
Hand Scond
Hands Sanitizer
Menjaga jarak 1 mete
Petugas kebersihan Membersihkan area APD level 2
tempat dimana Menjaga jarak 1meter
pelanggan masuk Hands Sanitizer
Area isolasi Karyawan Masuk keruang Maker Bedah
Sementara isolasi, tetapi tidak Face Shield
kontak langsung Hand Scond
dengan pelanggan Hands Sanitizer
Menjaga jarak 1 mete
Karyawan termasuk Membantu APD level 2
petugas kesehatan mobilisasi Hands Sanitizer
pelanggan ke RS Menjaga jarak 1 mete
rujukan
Petugas kebersihan Membersihkan area APD level 2
isolasi Hands Sanitizer
Ambulance atau Petugas kesehatan Mobilisasi APD Level 3
kendaraan pelanggan dalam Hands Sanitizer
mobilisasi pengawasan
COVID-19 ke RS
Rujukan
Membantu APD Level 3
memindahakan Hands Sanitizer
pelanggan dalam
pengawasan
COVID-19
Tidak kontak APD level 2
langsung denag Hands Sanitizer
pelanggan dalam
pengawasan
COVID-19 tetapi
tidak ada jarak
antara driver dan
tempat pelanggan
Pelanggan dalam Transportasi menuju APD level 2
pengawasan RS Rujukan Hands Sanitizer
COVID-19

Lokasi Target petugas / Aktivitas Tipe APD dan


pelanggan Prosedur
Ambulance atau Petugas Membersihkan APD level 2
kendaraan Kebersihan sebelum dan Hands Sanitizer

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
36

mobilisasi sesudah Pelanggan


COVID-19 di Rujuk
Ke RS rujukan
Pertimbangan Khusus untuk Respon Tim Gerak Cepat (TGC) dalam melakukan
penyelidikan epidemologi
Komunitas
Dimana saja Petugas Wawancara kasus Tidak perlu
investigasi / TGC pelanggan dalam menggunakan APD jika
pengawasan atau wawancara dilakukan
konfirmasi COVID- via telpon. Wawancara
19 maupun kontak melalui telepon
erat merupakan metode
yang disarankan
Wawancara Maker Bedah
langsung dengan Face Shield
pelanggan dalam Hand Scond
pengawasan Hands Sanitizer
COVID-19 tanpa Menjaga jarak 1 mete
kontak langsung Wawancara dilakukan
di luar rumah atau di
luar ruangan dan
pelanggan dalam
pengawasan atau
confirmasi COVID-19
menggunakan masker
jika berkenan
Wawancara APD level 2
langsung dengan Hands Sanitizer
kontak asimtomatik Wawancara sebaiknya
dari pelanggan dilakukan di ruang
COVID-19 terbuka dan jika
diperlukan untuk masuk
ke dalam rumah maka
jaga jarak 1 meter,
jangan menyentuh
apapun di dalam rumah
dan cek suhu kontak
erat untuk memastikan
tidak demam

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
37

Penggunaan APD di Puskesmas Tembokrejo

LEVEL
LOKASI / CAKUPAN JENIS APD
APD
Baju kerja
Area puskesmas / admisi Masker Bedah
Sepatu tertutup
Baju kerja
kegiatan harus dilakukan di luar gedung Masker Bedah
Sepatu tertutup
Baju kerja
Tempat Pemeriksaan Umum, loket Masker Bedah
pendaftaran dan kegiatan yang tidak handscoon / Sarung
menimbulkan aerosol tangan karet sekali pakai
Sepatu tertutup
Baju kerja
LEVEL 1
Masker Bedah
Triase pra- pemeriksaan / tidak terjadi
kontak langsung handscoon / Sarung
tangan karet sekali pakai
Sepatu tertutup
Baju kerja
Ambulans, tidak kontak langsung dengan Masker Bedah
pasien Google / Faceshield
Sepatu tertutup
Baju kerja
Melaksanakan pelayanan penerimaan Gaun/ Apron
resep dan penyerahan obat Masker bedah / N95
Sepatu Penutup

LEVEL LOKASI / CAKUPAN JENIS APD

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
38

APD
Baju kerja
Gaun/ Apron
Ruang pemeriksaan umum, pemeriksaan Masker bedah / N95
pasien dengan gejala infeksi pernapasan, Google / Faceshield
demam Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
Baju kerja
Gaun/ Apron
Masker bedah / N95
Ruang perawatan pasien,ruang kesehatan
Google / Faceshield
gigi & mulut
Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
Baju kerja
Gaun/ Apron
Masker bedah / N95
Petugas laborat / pengambilan sample
Google / Faceshield
saluran pernapasan
Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
LEVEL 2
Baju kerja
Gaun/ Apron
Masker bedah / N95
Ambulance, Transport pasien curiga
Google / Faceshield
COVID-19 ke RS Rujukan
Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
Baju kerja
Gaun/ Apron
Mengantar makanan ke pasien covid-19 Masker bedah / N95
atau pasien dengan rapid dan swab Google / Faceshield
antigen (+) Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
Baju kerja
Cleaning service, Membersihkan setelah Gaun/ Apron
atau di antara kegiatan pemindahan Masker bedah / N95
pasien curiga COVID-19 ke RS rujukan /
Google / Faceshield
Masuk ke ruang rawat pasien
suspect/curiga COVID-19 atau ruang Penutup Kepala
isolasi Sarung tangan
Sepatu Penutup

LEVEL
LOKASI / CAKUPAN JENIS APD
APD

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
39

Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Ruang prosedur dan tindakan pada pasien
dengan kecurigaan atau sudah Google / Faceshield
terkonfirmasi COVID-19 Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala
Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Ruang prosedur dan tindakan ruang gigi Google / Faceshield
Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala
Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Pengambilan sample pernapasan (swab Google / Faceshield
LEVEL 3
nasofaring dan orofaring) Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala
Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Menangani linen infeksius Google / Faceshield
Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala
Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Petugas yang melakukan pencucian alat Google / Faceshield
instrumen Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala

C. Alur Permintaan, Penyediaan dan Penyimpanan APD di UPT.


Puskesmas Tembokrejo

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
40

 APD yang disposable dimintakan ke gudang obat melalui system


LPLPO
 APD yang tidak habis pakai direncakan dan disediakan melalui
bendahara JKN UPT. Puskesmas Tembokrejo
 Jenis dan jumlah APD yahng disediakan di setiap ruangan
sebagai buffer floor direncakan dan di usulkan oleh PJ PPI dan
diserahkan ke PJ Unit sesuai kebutuhan pealayanan dan
tindakan keperawatan spesifikasinya.
 Standart perhitungan kebutuhan APD untuk setiap pelayanan
pasien ditetapkan tim PPI.
 Sistem ketersediaan buffer perlu dimonitor secara continue,
dicatat setiap penggunaannya, untuk menjamin ketersediaan
APD sesuai kebutuhan spesifik pelayanan medis dan tindakan
keperawatan di setiap ruangan.
 Penggunaan APD secara tepat sesuai indikasi dengan mangatur
resiko transmisi, dilakukan secara rutin menggunakan daftar tilik,
di evaluasi dan di feedback kan kepada yang terkait
 Rekapitulasi penggunaan APD setiap ruangan disampaikan ke
Bendahara barang dan Tim PPI untuk bahan evaluasi dan
perencanaan

3.2 PENEGNDALIAN LINGKUNGAN


Pengertian
Pengendalian lingkungan adalah upaya mengendalikan lingkungan melalui
perbaikan mutu air, udara/ventilasi, permukaan lingkungan, desain dan
kontruksi bangunan
Tujuan
Untuk mencegah transmisi mikroorganisme dari pasien atau pengguna
layanan yang tidak sesuai standart PPI

3.2.1 Air
1. System air bersih
a) Sisitem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
memepertimbangkan sumbar air bersih dan system pengalirannya.
b) Sumbser iar bersih dapat diperoleh langusng daro sumber air
berlangganan dan/atau sumber air lainnya dengan baku mutu yang
memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
41

c) Temapt penampungan air bersih harus dilakukan perawatan


secara rutin Karen amemiliki resikio tinggi terjadinya
pencemaran/kontaminasi, misalnya untuk tangki utama, kamar
bersalin, dapur gizi, laundry, laboratorium, pelayanan kesehatan
gigi dan mulut.
2. Persyaratan lkesehatan air
a) System air bersih untuk keperluan fasilitas pelayanan kesehatan
dapat diperoleh dari perusahaan air minum, sumber air tanah ,
air hujan atau sumber lain yang telah diolah sehingga memenuhi
persyaratan kesehatan.
b) Memenuhi persyaratan mutu air bersih, memenuhi syarat fisik,
kima, bakteriologis yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c) Distribusi air ke ruang-ruang menggunakan sarana perpipaan
dengan tekanan positif.
d) Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari
pencemaran fisik, kima dan bakteriologis.
e) Tersedia air dalam jumlah yang cukup.
3. Sistem pengelolaan limbash cair baik medis dan non medis
a) Tersedia system pengelolaan air limbah memenuhi persyaratan
kesehatan
b) Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan
dilengkapi penutup dengan bak control untuk menjaga
kemiringan salauran minimal 1%
c) Di dalam system penyaluran air kotor dan /atau air limbah dari
ruang penyelenggaraan makanan disediakan penangkap lemak
untuk memisahkan dan/atau menyaring kotoran/lemak.
d) Sistem penyaluran air kotor dan /atau air limbah dari mpengolaan
sterilisasi termasuk linen harus memenuhi persyaratan sesaui
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e) Ketentuan mengenai pengelolaan limbah cair mengacu pada
perturan perundang-undangan mengenai pengelolaan limbah.

3.2.2 Ventilasi Ruangan


System ventilasi di FKTP harus memenuhi persyaratan, sebagai
berikut:

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
42

1) Bangunan fasilitas pelayanan kesehatan harus mempunyai udara


yang baik meliputi ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan
yang optimal apabila diperlukan, dengan memperhatikan catatan
berikut ini:
a) System ventilasi yang menggunakan peralatan mekanik untuk
mengalirkan dan mensirkulasi udara di dalam ruangan secara
paksa untuk menyalurkan/menyedor udara kea rah tertentu
sehingga terjadi tekanan udara positif dan negative dengan
menggunakan exhaust fan, kipas angina berdiri (standing fan) atau
duduk.
Penggunaan exhaust fan sebaiknya udara pembuangannya tidak
di arahkan ke ruang tunggu pasien atau tempat lalu lalang orang.

b) System ventilasi alamiah adalah mengalirkan udara dari luar ke


dalam gedung dan sebaliknya melalui pintu dan jendela terbuka,
serta skylight (bagian atas ruangan yang bias dibuka/terbuka).
Sabaiknya ventilasi alamiah dengan menciptakan aliran udara
silang (cross ventilation), dan pastikan arah angina tidak
membahayakan petugas/pasien lain.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
43

c) Ventilasi gabungasn memadukan penggunaan vemtilasi mekanis


dan alami. Jenis ventilasi ini di buat dengan pemasangan exhaust
fan untuk meningkatkan tingkat pergantian udara di dalam kamar.
2) Bangunan fasilitas pelayanan kesehatan harus mempunyai pintu
bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan
permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami,
bukaan minimal 15% dari luas total lantai.
3)
4) Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi
ruang di bangunan di UPT.Puskesmas Tembokrejo minimal 6-12 x
pertukaran udara perjam dan untuk KM/WC 10x pertukaran udara
per jam.
5) Penghawaan dalam ruang perlu memperhatikan 3 (tiga) elemen
dasar, yaitu :
i. Jumlah udar luar bermutu baik dimana ventilasi harus dapat
mengatur pertukaran udara (air change) sehingga ruangan tidak
terasa panas, tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak pada
lantai, dinding atau langit-langit, masuk dalam ruang pada waktu
tertentu.
ii. Pada area umum dalam gedung aliran udara seharusnya dari area
bersih ke area terkontaminasi sehingga terjadi distribusi udara dari
luar ke setiap bagian dari ruang dengan cara yang efisien.
iii. Setiap ruangan diupayakan agar terjadi proses udara di dalam
ruang bergerak sehingga terjadi pertukaran antara udara didalam
ruang dengan udara dari luar.
6) Pemilihan system ventilasi yang alami, mekanik atau campuran,
perlu memperhatikan kondisi local, seperti struktur bangunan,
cuaca, biaya dan mutu udara.
7) Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan
3.2.3 Kontruksi Bangunan
1. Design Bangunan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
44

a. Bentuk denah bangunan simetris dan sederhana untuk


mengantisipasi kerusakan apabila terjadi gempa.
b. Tata ruang bangunan harus mempertimbangkan sirkulasi udara
dan pencahayaan.
c. Tata letak bangunan (site plan) dan tata letak ruang dalam
bangunan harus mempertimbangkan zonasi berdasarkan
tingkat risiko penularan penyakit, zonasi berdasarkan provasi
dan kedekatan hubungan antar ruang pelayanan
d. Tinggi rendah bangunan harus dibuat tetap menjaga keserasian
lingkungan dan pencegahan banjir
e. Aksesibilitas di luar dan di dalam bangunan harus
mempertimbangkan kemudahan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat danlanjut usia
f. Bangunan UPT. Puskesmas Tembokrejo harus menyediakan
atrea parker kendaraan dengan jumlash area yang proporsional
didesuaikan dengan peraturan daerah setempat.
g. Perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan harus
efektif sesuai dengan fungsi-fungsi pelayanan
h. Permukaan lantai terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air
dan dianjurkan berwarna terang, pertemuan antara dinding
serta lantai berbentuk melengkung supaya mudah dibersihkan
dan dianjurkan menggunakan vinyl terutama di ruangan ruang
tindakan dan gawat darurat, termasuk ruang penyimpanan
peralatan steril.
i. Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca tidak mudah
berjamur dan tidak berpori dan peertemuan dinding tidak
bersiku yang dapat menyimpan debu.
j. Permukaan dinding sebaiknya tidak dipasang asesoris yang
akan menjadi tempat akumulasi debu dan sulit untuk
dibersihkan, jika diperlukan maka sebaiknya dilapisi oleh bahan
yang datar, mudah dibersihkan (misalnya dilapisi kaca pada
lukisan atau media informasi) dan tidak menempelkan kertas-
kertas informasi pada dinding.
k. Komponen langit-langit berwarna terang, mudah dibersihkan
dan tidak memiliki lekukan atau berpori yang menyimpan debu.
2. Persyaratan kehandalan bangunan, harus memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. System pencahayaan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
45

a. Bangunan fasilitas pelayanan kesehatan harus mempunyai


pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan.
b. Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan.
c. Lampu-lampu yang digunakan diushakan dari jenis hemat
energy.

4. Berikut penataan barang dan lingkungannya


a. Pastikan semua benda atau barang tertata dengan baik dan
tersimpan pada tempatnya.
b. Penyimpanan barang astau benda tersusun sesuai jenis barang
misalnya susunan linen, penyimpanan alat kesehatan,
penyimpanan dokumen dan tidak menempatkan barang steril
bersatu dengan barang kotor dalam satu area.
c. Berikan jarak antara tempat tidur atau tempat pemerikasaan
pasien jika lebih dari satu orang dalam waktu bersamaan minimal
1 meter, misalnya: penempatan kursi pemeriksaan pasien di
ruang pelayanan kesehatan gigi dan mulut
d. Pastikan bahawa area bersih dan area kotor terpisah dan
berbatas tegas sehingga tidak menimbulkan kontaminasi dan
ketidak nyamanan atau resiko kecelakaan kerja.
e. Penempatan tempat limbah di ruangan pelayanan pasein pada
tempat yang aman dan tidak berada di dekat pasien atau bawah
meja tindakan atau tempat tidur pasein kecuali pada saat

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
46

tindakan sedang berlangsung (selesai tindakan segera


dibersihkan)
f. Tidak dianjurkan menggunakan karpet atau menempatkan bunga
hidup atau bunga plastic atau aquarium di ruang pelayanan
pasien kecuali petugas mampu membersihkannya setiap hari
untuk menghindari akumulasi debu atau bahan kontaminasi dari
lingkungan.
g. Penggunaan tirai atau gorden pembatas pasien atau penutup
jendela disarankan menggunakan bahan yang kuat dan tidak
tembus air, penggunaan tirai jendela jika memungkinkan dapat
menggunakan penghalang yang dilapisi dengan kaca film supaya
mudah dibersihkan dan terlihat rapi.
h. Pastikan tidak ada tempat masuk atau kumpulan dari binatang,
binatang pengerat atau serangga yang berada di ruangan
pelayanan pasien.
i. Petugas kesehatan yang tinggasl di lingkungan fasilitas
pelayanan kesehatan agar tidak memelihara hewan peliharaan,
untuk menghindari masuk atau berkeliaran di fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. Kebersihan Lingkungan
a. Pastikan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan membuat,
melaksanakan dan memonitor prosedur rutin untuk pembersihan,
desinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan di
samping tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering
tersntuh.
b. Fasilitas pelayanan kesehatan harus mempunyasi desinfektan
standart yang sitetapkan oleh UPT. Puskesmas Tembokrejo
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Desinfektan
bertujuan untuk menghalau mikroba pathogen dan
menurunkannya secara signifikan dipermukaan terkontaminasi
sehingga meumutuskan rantai penularan oenyakit, desinfektan
bekerja denagn cara membunuh secara fisikal dan kimiawi
mikroorganisme tidak termasuk spora.
c. Pemebrsihan harus diawali proses desinfeksi, benda dan
permukaan tidak dapat didesinfeksi sebelum dibersihkan dari
bahan organic (ekskresi, sekresi pasein, kotoran). Pembersihan
ditujukan untuk mencegah aerosoliasi dan menurunkan
pencemaran lingkungan, ikuti aturan pakai pabrik cairan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
47

desinfektan, waktu kontak dan cara pengencerannya.


Pemberssihan permukaan lingkungan harus dilakukan sebelum
proses desinfeksi terutama pada area yang sering disentuh oleh
petugas kesehatan seperti kunci pintu, tombol lampu, permukaan
meja dan lain-lain.
d. Cairan desinfektan merupakan senyawa kimia yang bersifat
toksik dan memiliki kemapuan membunuh mikroorganisme yang
terpapar seacara langsung pada benda mati (dinding, lantai,
permukaan meja, dan lain-lain), misalnya klorin 0,5% untuk
pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh atau klorin
pengenceran 0,05% untuk pemebersihan rutin permukaan,
detergen atau cairan pemutih (1,99 cc air) atau Hidrogen
Peroksida 8% untuk pembersihan rutin.
e. Pembersihan lingkungan pelayanan kesehatan menggunakan
troli khusus, minimal menggunakan 2 (dua) bauh ember yang
memiliki alat pemerasan kain lap pel secara otomatis tanpa
bersentuhan langsung dengan tangan dan selalu dicuci agar
tetap dalam kondisi bersih.

f. Petugas kesehatan dalam melakukan pembersihan lingkungasn


harus mengenakan APD untuk melindungi dari risiko terpajan
benda-benda infeksius, benda tajam, cairan infeksius, antara lain
dengan menggunakan ;
 Saring tangan karet (rumah tangga)
 Gaun pelindung dan celemek karet, dan
 Sepatu yang rapat dan kuat, seperti spatu boot (sepatu
tertutup)
g. Prinsip dasar pemebersihan lingkungan
 Semua permukaan horizontal di tempat pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari atau
bila terlihat kotor dan dan harus dibersihkan kembali bila
pasien sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
48

 Permukaan meja pemeriksaan pasien, atau peralatan lainnya


yang bersentuhan langusng dangan pasien segra dibersihkan
dan didisinfeksi untuk pemeriksaan pasein yang berbeda.
 Semua kain yang akan dipakai sebagai kain pemebrsih harus
dibasahi dengan air bersih sebelum digunakan untuk
membersihkan debu, jangan menggunakan kain kering atau
dengan dsapu karena dapat menimbulkan aerosilisasi debu.
 Pengunjung yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
dengan sepatu atau sandal yang kotor (bercampur tanah atau
lumpur) harus membersihkan terlebih dahulu sebelum masuk
(tidak membuka sandal sandal atau sepatu saat masuk).
 Semua perlatan pembersih harkus selalu dibersihkan dan
dikeringkan setelah digunakan.
 Temapt-tempat di sekitar pasein harus bersih dari peralatan
seta perlengkapan yang tidak perlu, sehingga memudahkan
pemebersihan menyeluruh setiap hari.
 Meja pemeriksaan dan peralatan disekitar disekitar
lingkungan pasien yang diketahui atua suspek terinfeksi ISPA
harus dibersihkan dengan desinfektan segera setelah
digunakan.
h. Pembersih Tumpahan dan Percikan
Jika ada cairan tubuh, darah, muntahan, percikan ludah, darah
atau eksudat luka pada permukaan lantai, dinding atau tirai
pembatas dibersihkan menggunakan spill kit.
Spil Kit berisi ;
 Spil Kit Infeksius, berisi : tpo, sarung tangan, kacamata,
masker, serok dan sapu kecil, cairan detergan, caiaran klorin
0.5% dan kain perca/ tisu/Koran bekas, plastic warna kuning.
 Spil Kit B3 Berisi : topi, sarung tangan, kacamata, masker,
gaun, serok dan sapu kecil, detergen, larutan tertentu
berdasarkan bahan kimianya dan kain perca/tisu/Koran
bekas, plastic warna coklat

i. Prosedur pembersihan cairan infeksius, sebagai berikut ;


 Petugas menggunakan APD level 3

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
49

 Beri tanda untuk menunjukkan area adanya tumpahan


 Serap cairan yang tumpahdibersihkan dengan kain
perca/handuk/tisu/Koran bekas penyerap bersih yang dapat
menyerap samapai bersih kemudian buang ke kantong warna
kuning (kantong infeksius)
 Tuangkan cairan detergen kemudian serap dengan kain
perca/handuk/tisu/Koran bekas masukan ke kantong warna
kuning.
 Lanjutkan dengan cairan klorin 0.5% kemudian serap dan
buang ke kantong warna kuning (kantong infeksius)
j. Prosedur pembersihan cairan B3, sebagai berikut :
 Petugas menggunakan APD level 3
 Beri tanda untuk menunjukan area adanya tumpahan.
Tumpahan, lalu keriangkan dengan kertas/Koran/kain perca
kemudian msukkan ke kantong warna coklat, tuangkan
detergen dan serap/keringkan dengan kertas/Koran/kain
perca buang kekantong warna coklat. Berikan label B3 pada
plastic warna coklat tumpahan kimia.
 Tumpahan reagaen: lokalisir area tumpahan dengan
menaburkan natrium bocarbonat sekitar are tumpahan,
kumpulkan bekas resapan kedalam plastic hitam/coklat,
kemudian serap dan buang ke kantong warnan hitam/coklat.
 Buang plastic sampah infeksius ke tempat penampungan
sampah infeksius dan kumpulkan limbahan B3 dalam ruang
penyimpanan limbah B3.
k. Prosedur Dekontaminasi Ambulans, sebagai berikut :
 Ambulans dibersihkan dan didesinfeksi seluruh
permukaannya secara berkala dan setiap selesai digunakan.
 Setiap selesai digunakan biarkan pintu belakang kendaraan
terbuka untuk memudahkan pembuangan partikel infeksius.
 Pintu harus tetap terbuka saat proses pembersihan dengan
bahan kimia untuk memberikan ventilasi udara yang cukup.
 Petugas kebersihan menggunakan APD level 2 dan/atau level
3, jika beresiko terkena percikan dari bahan organik/bahan
kimia gunakan sepatu boot atau sepatu tertutup.
 Perhatikan pembersihan pada area yang bersnetuhan
dengan pasien, semua benda/alat yang terkontamisi selama

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
50

membawa pasien seperti: stretcher, rails, dinding, lantai dan


alat lainnya.
 Pembersihan menggunakan desinfektan yang mengandung
0.5% natirum hipoklorit (yaitu setara dengan 5000ppm)
dengan perbandingan 1 bagian desinfektan untuk 9 bagian
air.
 Bersihkan dan desinfeksi semua peralatan yang digunakan
ulang (reusable) sebelum digunakan untuk pasien lain.
 Lakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah
menggunakan sarung tangan
 Ikuti prosedur membuang APD yang digunakan saat
pembersihan.

6. Pengelolaan Limbah Hasil Pelayanan Kesehatan


i) Tujuan
Melindungi pasien , petugas kesehatan , pengunjung dan
masyarakat sekitar UPT. Puskemas Tembokrejo dari
penyebaran infeksi akibat limbah yang tidak dikendalikan,
termasuk dari risiko cidera>
ii) Jenis dan Pengertian Limbah :
1) Berdasarkan jenisnya, limbah di UPT. Puskesmas
Tembokrejo dibagi menjadi limbah padat domestic, limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3), plimbah cair dan limbah
gas.
2) Limnah B3 pelayanan medis dan penunjang medis terdiri
atas limbah infeksius dan benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksis dam limbah bahan kimia
3) Limbah infeksius adalah limbah yang dihasilkan dari
pelayanan pasien yang terkontaminasi darah, cairan tubuh,

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
51

sekresi dan eksresi pasien atau limbah yanga berasal dari


ruang isolasi pasein dengan penyakit menular.
4) Limbah non infeksius adalah semua limbah yang tidak
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.,
limbah ini dapat berupa kertas-kertas pembungkus atau
kantong plasatik yanga tidak berkontak dengan cairan tubuh
atau bahan infeksius.
5) Limbah tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian yang menojol yang dapat
memotong atau menusuk kulit seperti jarum suntik,
perlengkapan intravena, pipet Pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah.

iii) Pengeloaan Limbah Hasil Pelayanan Kesehatan UPT.


Puskesmas Tembokrejo, didasarkan pada jenis limbah,
sebagia berikut :
a. Pengeloaan Limbah Infeksius UPT. Puskesmas
Tembokrejo
1) Limbah infrksius dimasukkan ke dalam tempat yang kuat,
tahan air dan mudah dibersihkan dengan kode
infeksius/medis, di dalamnya dipasang kantong berwarna
kuning atau jika tidak memungkinkan maka diberi label
infeksius.

2) Penempatan limbah infeksius diletakkan dekat dengan area


tindakan atau prosedur tindakan yang akan deikerjakan

3) Limbah infeksius jika sudah menempati ¾ kantong sampah


segera diangkat dan diikat kuat dan tidak boleh dibuka lagi
untuk mengeluarkan isinya guna menghindari risiko

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
52

penularan infeksi, selanjutnya dibawa ke tempat


penampungan smentara. Tempat limbah dicuci dengan
menggunakan larutan detergen atau desinfektan sesuai
instruksi pabrik, lalu dikeringkan sleanjutkanya dipasangi
kembali kantong plastic kuning yang baru.
4) Limbah infeksius, patologis, benda tajam harus disimpan
pada TPS denga suhu dana penyimpanan, sebagai berikut:
 Pada suhu lebih kecil atau sama dengan 0 ℃ (nol
derajad celcius) dalam waktu sampai dengan 90
(Sembilanpuluh) hari.
 Jika suhu 3-8 ℃ dapat disimpan sampai dengan 7 (tujuh)
hari.
5) Limbah yang sanagat infeksius seperti biakan dan
persediaan agen infeksius dari laboratorium harus
disrerilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti
dalam autoclave sebelum dilakukan pengolahan.
6) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus
dikembalikan kepada distributor atau gudang Farmasi
kabupaten Jember, sedangkan bila didalam jumlah sedikit
dan tidak memungkinkan dikemblikan, dapat dimusnahkan
menggunakan insenerator atau dikelola oleh perusahaan
pengolahan limbah B3 atau dimusnahkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
7) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan dilarang di buang
dengan cara penimbunan (land-fill) maupun di g=buang ke
saluran limbah umum. Pengolahan dilaksanakan dnegan
cara diekmbaplikan ke perusahaan dengan inseneratornya,
atau dilakukan pengolahan dengan insenerator pada suhu
tinggi 1.000 ℃ s/d 1.200 ℃ untuk menghancurkan semua
bahan sitotoksiknya.

8) Pengoleahan limbah kimia biasa dalam jumlah kecil maupun


besar harus diolah ke perusahaan pengelolaan limbah B3.
Bahan kimia dalam bnetuk cair sebaiknya tidak dibuang ke
jaringan pipa pembuangan aira limbah, karena sifat

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
53

toksiknya dapat mengganggu prosesn biologi yang ada


dalam unit pengolah air limbah atau IPAL
9) Pembuangan akhir limbah infeksius dapat dimusnahkan
dengan insenerator atau kerjasama dengan pihak ketiga.
Jika bekerja sama dengan pihak ketiga maka pastikan
mereka memiliki perijinan, fasilitas pengelolaan limbah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pengelolaan Limbah Non Infeksius UPT. Puskesmas


Tembokrejo
1) Limbah non infeksius (non medis) di tempatkan dalam
tempat yang kuat, mudah dibersihkan pada tempat
sampah berlabel limbah non medis
2) Tempat kantong plastic berwarna hitam atau kantong
plastic dengan label non infeksius.

3) Limbah nin infeksius harus di angkat dan dikosongkan


setelah menempati ¾ kantong kemudian diikat untuk
dibawa ke tempat penampungan sementara dan tempat
limbah tersebut dibersihkan selanjutnya dipasangi
kantong plastik hitam yang baru.
4) Limbah non infeksius seperti botol-botol obat dapat
dilakukan recycle dengan melakukan pembersihan untuk
dipergunakann kembali atau dilakukan kerjasama
dengan pihak ketiga secara resmi dari fasilitas
pelayanan kesehatan dalam bentuk kerjasama.
5) Pembuangan akhir limbah non infeksius dibuang di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sudah
ditentukan oleh pihak pemerintah kabupaten Jember.
c. Pengelolaan Limbah benda Tajam

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
54

1) Semua limbah benda tajam dimasukkan ke dalam kotak


benda tajam (safety box) yang kuat, tahan air, tahan
tusukan, berwarna kuning atau kotak benda tajam yang
diberi label limbah benda tajam.

2) Penempatan safety box, pada area yang aman dan


mudah dijangkau atau digantung pada troli tindakan,
tidak menempatkan safety box dilantai.
3) Pembuangan safety box, dilakukan setelah kotak terisi
2/3 dengan menutup rapat permukaan lobang box agar
jarum tidak dapat keluar, jika dibuang dengan waktu
yang lama maka penggunaan safety box sesuai ukuran
atau sesuai kebijakan UPT. Puskesmas Tembokrejo
yang dibuat berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4) Pembuangan akhir limbah benda tajam dapat dilakukan
melalui pembakaran di insenerator atau dikelola sama
dengan limbah B3 lainnya.

d. Pengolahan Limbah Cair


1) Limbah cair yang berasal dari seluruh sumber
bangunan atau kagiatan fasilitas pelayanan kesehatan
harus diolah melalui Unit pengo;ah Limbah Cair (IPAL)
Efluen limbah cair harus memenuhi baku mutun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebelum dibuang.
2) Limbah cair sedperti feces, urin, darah dibuang pada
pembuangan atau pojok limbah (spoel hoek).
3) Pastikan terdapat tempat penampungan limbah
sementara yang terpisah atau terletak di luar area
pelayanan dengan ruangan tertutup.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
55

Penyimpanan limbah tidak menempel di lantai (diberi


jarak menggunakan papan penyanggah atau palet).
Dilakukan pembersihan secara rutin serta dikelola
sesaui ketentuan pandauan perundang –undangan.
4) Jika pembuangan akhir dilakukan bekerjasama dengan
pihak ketiga, dipastikan pembuangannya sesauai
dengan ketentuan peraturan perundang – undngan/

3.2.4 Pengolahan Peralatan Perawatan Pasien dan Alat Medis Lainnya


1) Pengnertian
Penegelolaan peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya
adalah proses pengelolaan, dekomntaminasi dan pengemasan
berdasarkan kategori kritikal, smei kritikal non kritikal
2) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah peralatan cepat rusak, menjaga tetap
dalam keadaan terkontaminasi sesuai kategorinya, menentapkan
produk akhir yang sudah steril dan aman serta tersedainya peralatan
perawatan pasien dan alat medis lainnya dakan kondisi bersih dan
steril saat dibutuhkan.
3) Jenis Peralalatan Kesehatan menurut Dr. Earl Spaulding,
berdasarkan penggunaan dan risiko infeksinya, sebagai berikut:
a) Peralatan Kridtikal adalah alat-alat termasuk ke dalam
pembuluh darah atau jaringan lunak. Semua peralatan kritikal
wajib dilakukan sterilisasi yang menggunakan panas, Contoh :
semua instrument bedah, periodontal scalier dan lain-lain
b) Peralatan Semi-Kritikal adalah alat-alat yang kontak dengan
membrane mukosa saat dipergunakan. Semua peralatan semi-
kritikal wajib dilakukan minimal Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
atau apabila terdapat alat yang tahanterhadap panas, maka
dapat dilakukan sterilisasi menggunakan panas, Contoh
Ambubag, ETT, handpiece, speculum.
c) Perlatan Non Kritikal adalah peralatan yang saat digunakan
hanya menynetuh permukaan kulit saja (kulit utuh), contoh :
tensimeter, stetoskope, dan lain-lain.
4) Tahapam Pengelolaan pre cleaning di mulai pada tahap awal
pembersihan dengan penyemprotan (flushing) menggunakan air
mengalir atau direndam denagan larutan detergen, dilanjutkan
pembersih (cleaning) dan pengeringan. berikut ini gambar alaur

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
56

dekontaminasi peralatan perawatan pasien dana alat medis lainnya


yang berada di UPT. Puskesmas Tembokrejo

a) Menggunakan APD
Petugas memakai APD sesuai indikasi dan jenis paparan terdiri
dari APD level 2 atau APD level 3

b) Proses Pre-Cleaning
Semua peralatan atau alat medis yang telah dipergunkan, pertma
kali dilakukan pembersihan awal (pre-cleaning) dengan
merendam seluruh permukaan perlatan kesehatan
menggunakan enzymatic 0.8% atau detergen atau
glutaraldehyde 2 % atau sesuai instruksi pabrikan selama 10-15
meit untuk menghilangkan nodad darah, cairan tubuh.
c) Pembersihan atau Pencucian
Proses yang ceara fisik membuang semua kotoran, darah datau
cairan tubuh lainnya dari permukaan benda mati ataupun
membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi risiko

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
57

bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek


tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau detergen dan air atau menggunakan enzim,
kemudian membilas dengan bersih dan dikeringkan.
(i) Pembersihan manual dengan menggunakan sikat (sesuai
kebutuhan) atau yang disarankan oleh produsen alat, lalu
bilas dengan air mengalir dengan suhu 40℃ - 50℃, lebih
disarankan menggunakan air dekontaminasi atau air mengalir
kemdian tiriskan (keringkan) untuk proses selanjutnya.
(ii) Pembersihan mekanik dengan menggunakan mesin cuci
khusu untuk meningkatkan produktifitas, lebih bersih dan
lebih aman untuk petugas. Pembersih ultrasonic melepas
semua kotoran dari seluruh perm,ukaan alata atau isntrumen.
Alat pembersihan secara rutin.
d) Proses Pengemasan
Pastikan semua peralatan yang akan disterilakan dilakukan
pengemasan dengan membungkus semua alat-alat untuk
menjaga kemanan dan efeksitvitas sterilisasi dengan
menggunakan pembungkus kertas khusus atau kain (linen)
dengan prinsip sebagia berikut :
(i) Prosedur pengemasan harus mecakup : label nama alat,
tanggal pengamasan metode sterilisasi, tipe dan ukuran alat
yang dikemas, penempatan alat dalam kemasan dan
penempatan indicator kimia eksternal dan internal (untuk
memastikan bahwa alat tersebut sudah dilakukan sterilisasi)
(ii) Pengemasan sterilisasi harus dapat menyerap dangan baik
dan menjangkau seluruh permukaan kemasan dan isinya.
(iii) Keamasan harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil
saat akan digunakan tanpa menyebabkan kontaminasi.
(iv) Harus dapat menjaga isinyas tetap setril hingga kemasan
dibuka dan dilengkapi masa kadaluwarsa.
(v) Kemasan harus mudah dibuka, isinya mudah diambil tanpa
menyebabkan kontaminasi dan dapat menahan
mikroorganisme, kuat, tahan lama, mudah digunakan. Tidak
mengandung bahan beracun, segelnya baik.
(vi) Bahan untuk pengemasan dapat berupa : bahan kertas film,
bahan plastic atau bahan kain (linen).

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
58

5) Prosedur Sterilisasi Pada Peralatan Kritikal


Sterilisasi peralatn kritikal dapat menggunakan autoklaf atau panas
kering adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasite) termasuk endospore dengan
menggunakan uap tekanan tinggi, panas kering (oven). Proses
strelilisasi dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut :
(i) Jika menggunakan sterilisasi dengan pemanasan uap (steam
sterilization or autoclave)
 Pasptikan temperature uap maksimum, yaitu sekitar 250°F
(121℃) dengan tekanan 15Psi (Pounds per square Inch)
dalam waktu 15-20 menit atau dalam suhu 237°F (134℃)
dengan tekanan 30 Psi dalam waktu 3-5menit.
 Proses sterilisasi dengan autoclave membutuhkan waktu 30
menit dihitung sejak suhu mencapai 121℃
 Semua Instrumen dengan engsel dan kunci harus tetap
terbuka dan tidak terkunci selama proses sterilisasi dengan
autoklaf
 Tulis tanggal sterilisasi dan kadaluwarsa apad kemasan
setelah dilakukan sterilisasi.

6) Proses Desinfeksi Peralatan Semi Kritical


Desinfeksi semi kritikal dilakukan melalui proses DTT adalah proses
menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa
endospore bacterial dihilangkan dengan merebus dan menguapkan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
59

atau memakai desinfektan kimiawi. Desinfeksi dilakukan setelah


proses pre-cleaning dan cara pembersihan sebagai berikut:
(i) Proses DTT dengan perendaman dilakukan menggunakan
cairan desinfektan (natirum hypochlorite 5.25% yang ada di
pasaran) atau glutaraldehyde 2% atau peroxide hydrogen 6%
selama 15-20 menit. Pastikan seluruh permukaan peralatan
terendam dalam cairan tersebut. Lihat instruksi dari pabrikan
sesauai desinfektan yang dipilih untuk menjaga risiko kerusakan
peralatan.
(ii) Proses DTT dengan cara perebusan dan pengukusan dilakukan
dalam waktu 20 menit dihitung setelah air mendidih atau sampai
terbentuknya uap uang diakibatkan oleh air yang mendidih.
(iii) Tidah diperkenankan menambah air atau apapun apabila
proses perebusan atau pengukusan belum selesai.
Catatan : uap air panas pada 100℃, akan membunuh semua
bakteri, virus, parasite danjamur dalam 20 menit.

7) Peralatan Non Kritikal


Peralatan non kritikal adalah pengelolaan peralatan / bahan dan
praktik uyang berhubungan dengan kulit utuh yang merupakan risiko
terendah. Porses pencucian, desinfeksi dan pembersihan pada
peralatan non kritikal dengan cara, sebagi berikut:
a) Pencucian dilakukan dengan detergen dan air mengalir
kemudian keringkan dengan cara digantung, misalnya nanset
tensimeter dan lain-lain
b) Desinfeksi dilakukan dengan alcohol swab 70%, misalnya
stetoskope, thermometer dan lain-lain

c) Pembersihan dilakukan menggunakan kain bersih yang sudah


dilembabkan (disemprot) dengan cairan klorin 0,05%, gosok dan
lap semua permukaan yang dibersihkan, misalnyas permukaan
tempat tidur, meja dan lain-lain.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
60

8) Penyimpanan Instrumen atau Peralatan Steril


Penyimpanan instrument atau peralatan steril dengan benar sangat
penting untuk menjaga tetap steril. Oleh karena itu perlu ditulis
tanggal sterilisasi dan tanggal kadaluarsa pada bungkus alat yang
steril sebelum penyimpanan. Instrument penyimpanan. Instrumen
atau peralatan steril dikemas dan disimpan di lingkungan yang
bersih.

9) Hal yang perlu diperhatikan pada pengelola peralatan perawatan


pasien dan alat medis yang telah dipergunakan, sebagi berikut:
a) Pastikan petugas kesehatan pada saat pengelola peralatan
kesehatan bekas pakai menggunakan APD level 2.
b) Factor-faktor yang mempengaruhi cleaning antara lain bahan
kimia (jenis detergen) yang digunakan, waktu dan suhu
perendaman serta air yang digunakan (idiealnya air dengan
kandungan mineral rendah 70-150mg/L/soft water)
c) Tersedia ruangan khusus pengelolaan, dekontaminasi dan
pengemasan peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya
setelah dipergunkan serta harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan
dekontaminasi peralatan.
Design ruangan pengeloaan perawatan pasien dan alat
kesehatan, sebagai berikut ;
(i) Area kotor (unclean area) adalah daerah untuk menerima
barang kotor, ruang tersendiri, lantai mudah dibersihkan,
tersedia bak untuk desinfeksi dan sirkulasi udara yang baik.
(ii) Area bersih (clean area) untuk mempersiapkan barang yang
akan di setting, packing dan disterilkan dengan sirkulasi
udara bertekanan seimbang.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
61

(iii) Area steril (streille area) untuk menyimpan alat atau barang
yang sudah steril, ruang udara bertekanan positif, (jika tidak
memungkinkan minimal ditempatkan pada area
penyimpanan alat yang yang bersih, tertata baik dengan
sirkulasi udara yang baik, tertutup rapat dengan lantai
menggunakan vinyl dengan ujung lantai melengkung untuk
menghindari debu dan dapat ditambahkan penggunaan AC)

(iv) Jika tidak memungkinkan dengan 3 (tiga) ruangan terpisah


dan hanya tersedia satu ruangan maka jarak masing-
masing zona minimal 2 meter
d) Lama waktu penyimpanasn peralatan steril, sebagai berikut :
JENIS DI SIMPAN DI LETAKKAN
PEMBUNGKUS DALAM TEMPAT DALAM RAK
TERTUTUP TERBUKA
Di bungkus
1 minggu 2 hari
tunggal (1 lapis)
Di bungkuss
3 minnggu 2 minggu
double (2 lapis)

3.2.5 Pengelolaan Linen


1. Maksud
Dimasudkan agar pengelolaan linen yang meliputi pengumpulan,
pengangkutan , pemilihan dan pencucian linen yang sesuai dengan
prionsip dan standart PPI
2. Tujuan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
62

Untuk mencegah infekasi silang bagi pasien dan petugas, menjaga


ketersedaiaan bahan linen dan mutu linen mengelaola sumber daya
agar mampu menyediakan linen sesuai kebutuhan dan harapan
pengguna layanan dengan memeperkhatikan proses pembiayaan
dan meningkatkan kepuasan pasien
3. Manfaat
Pengelolaan linen yang baik akan mencegah potensi penularan
penyakit pada pasien, petugas, pengguna linen lainnyas serta
pencemaran lingkungan.
4. Prinsip Pengelolaan Linen:
(a) Semua petugas yang terlibat dalam pengeloaan linen agar
menerapkan PPI.
(b) Perlakuasn linen disesuaikan dengan kategori kebersihan linen
yang terbagi sebagai berikut :
 Linen bersih adalah linen yang sudah dilakukan proses
pencucian dan siap untuk pemakaian pelayanan non steril.
 Linen steril adalah linen yang sudah dilakukan sterilisasi.
 Linen kotor adalah linen yang sudah dipakai oleh
pasien/keluarga/petugas.
 Sedangkan lineninfeksius adalah linen yang sudah
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
(c) Linen dari ruang isolasi diperlukan sebagai linen infeksius,
penggunaan kantong ganda (double) tidak diperlukan kecuali jika
kantong utama rusak atau bocor.
(d) Pencucian linen bersih, steril dan kotor dilakukan terpisah melalui
pitnu masuk yang berbeda atau satu arah, jika memungkinkan
menggunakanmesin cuci yang berbeda atau waktu pencucian
berbeda.
(e) Area pencucian linen kotor dan penempatan linen bersih berada
pada temapat dengan pintu yang berbeda yang dibuat dalam
satu arah.
5. Sarana Prasarana yang Diperlupkan
a) Mesin cuci dan pengering (dryer)
b) Mesin setrika uap atau mesin flat ironer untuk penyetrikaan.
c) Kantong untuk membungkus linen bersih dan linen kotor.
d) Kereta dorong untuk pengangkutan
e) Temapt penyimpanan linen (lemari tutup)
6. Prosedur Pengeloaan Linen

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
63

(i) Pastikan petugas menggunalan APD level 2 untuk melindungi


kontaminasi dari paparan cairan atau percikan yang mengenai
pakaian dan tubuh petugas
(ii) Jangan menarik dan meletakkan linen yang kotor dinlantai,
kumpulkan linen kotor sedeikian rupa untuk mencegah
kontaminasi lingkungan
(iii) Pastikan troly linen yang digunakan berbeda antara troly linen
kotor, linen infeksius atau linen bersih namun jika tidak
memungkinkan cuci atau desinfeksi troli tersbut sebelum
digunakan untuk mengangkut linen bersih.
(iv) Pencucian klinen kotor dilakukan berbeda dengan linen infeksius
menggunakan mesin cuci yang berbeda, jika tidak
memungkinkan maka dapat dilakukan pada mesin cuci yang
sama dengan waktu yang berbeda (cuci linen kotor terlebih
dahulu, lalu linen infeksius selanjutnya beresihkan mesin cuci),
persyaratan pencucian linen kotor dan infeksius, sebagai berikut:
i) Tersedia air bersih mengalir dan jika tersedia air panas
lakukan pencucian dengan suhu 70℃ dalam waktu 25 menit
atau 95℃ dalam waktu 10 menit dengan menggunakan
detergen.
ii) Jika tidak tersdia air panas maka pencusian linen infeksius
dapat menggunakan detergen dengan menambahkan cairan
desinfektan (bleaching atau pemutih) dengan pengenceran
1:99 cc air), namun perlu diperhatikan waktu perendaman
tidak lebih dari 10-15 menit karena dapat merusak struktur
kain linen.
iii) Proses pengeringan dilakuakn fdengan mesin cuci (dry
cleaning) jika dilakukan proses pengeringan manual maka
saat menjemur cucian harus di tempat yang beratap
(tertutup) utnuk menghindari kontaminasi debu atau kotoran.
(v) Pelipatan hasil cucian jika dilakuakn secara manual maka
pelipatan di meja khusus dan jangan melakukan din lantai atau
permukaan yang dapat mengkontaminasi linen bersih lainnya.
(vi) Penyimpanan linen bersih atau linen steril harus disimpan di
lemari kering, bersih, lemari penyimapanan tidak boleh
bercampur dengan linen kotor untuk menghindaroi kontaminasi.
(vii) Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup dan tidak
bercampur dengan peralatan atau benda lainnya.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
64

(viii) Penyimpanan linen steril harus memenuhi ketentuan:


idealnya ditempatkan di ruangan kusus dengan suhu 22-24℃
dan kelembaban 40-60%, lantai terbuat dari bahan yang rata dan
tidak bersudut ( menggunakan Vinyl)
(ix) Pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan
bersamaan.

INFEKSIUS

Linen kotor yang telah Dikirim ke


dipakai loundry

NON INFEKSIUS

Dikeringkan dan Dipisahkan dan


disetrika dicuci

Distribusi

Steril Bersih

(x) Alur denah ruangan penerimaan linen kotor dan linen bersih
berbeda dengan pronsip pintu penenrimaan dan pengeluaran
satu arah

3.2.6 Penyuntikan Yang Aman


1) Pengertian
Penyuntikan yang aman adalah penyuntikan yang dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip penyuntikan yang benar mulai saat
persiapan, penyuntikan obat hingga penanganan alat –alat bekas
pakai, sehingga aman untuk pasien dan petugas dari risiko cedera
dan terinfeksi.
2) Tujuan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
65

a) Mencegah cedera dan penyebaran penyakit infeksi pada


maupun petugas.
b) Menurunkan atau meminimalkan angka kejadian infreksi (local
atau sistemik)
3) Prinsip Penyuntikan Yang Aman
a) Penyuntikan yang aman dilaksankan dengan prinsip satu spuit,
satu jenis obat dan satu prosedur penyuntikan.
b) Pastikan petugas dalam mempersiapkan penyuntikan
menggunakan teksnik aseptic, untuk menghindari kontaminasi
peralatan penyuntikan perlu dipersiapkan, sebagai berikut:
(i) Troli tindakan yang berisi cairan hanrub, safety box, bak
instrument bersih, bengkok penampung limbah sementara,
boks berisi gunting, plester, tourniquet, transparan dressing
atau kasa steril pata tempatnya dan alcohol swab sekali
pakai.
(ii) Nampan untuk menempatkan bak instrument berisi obat
suntik yang sudah disiapkan, kasa steril dan alcohol swab
swekali pakai, plester dan gunting yang ditempatkan dalam
bengkok bersih.
(iii) Tidak menggunakan spuit yang sama untuk penyuntikan
lebih dari satu pasien walaupun jarum suntiknya diganti.
(iv) Semua alat suntik yang digunakan harus satu kali pakai
untuk satu pasien dan satu prosedur.
(v) Jangan memanipulasi jarum suntik (me-recapping,
mematahkan, menekuk) dan segera buang ke dalam safety
box jika sudah dipakai.
(vi) Gunakan cairan pelarut atau flusing hanya untuk satu kali
pemberian (NACL,WIF) jangan menggunakan plabot cairan
infus atau botol larutan intravena sebagai sumber cairan
pelarut obat yang akan digunakan untuk banyak pasien.
(vii) Tidak memberikan obat single dose kepada lebih dari astu
pasien atau bercampur obat-obat sisa dari vial atau ampul
untuk pemberian berikutnya.
(viii) Jangan menyimpan botol multi-dosis di area perawatan
pasien langsung. Simpan sesuai rekomendasi pabrikan
yang membuat.
(ix) Gunakan sarungn tangan bersih jika akan tertpapar sarah
atau prosuk darah, satu sarung untuk satu pasien.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
66

4) Sarana
Untuk terlaksananya penyuntikan yang aman diperlukan tempat
penyediaan alat dan bahan seperti troli, bak instrument, alcohol
swab. Minima; tersedia nampan khusus untuk menempatkan bak
isntrumen berisi obat suntik, kasa steril dan alcohol swawb sekasli
pakai, plester, gunting dan lain-lain.

3.2.7 Kebersihan Pernapasan atau Etika Batuk


1) Pengertian
Kebersihan pernapasan atau etika batuk adalah tata cara batuk atau
bersih yang baik dan benar sehingga bakteri menyebar ke udara,
tidak mengkontaminasi barang atau benda sekitarnya agar tidak
menular ke orang lain.
2) Tujuan
Mencegah penyebaran bakteri atau virus secara luas melalui
transmisi, airbone dan droplets agar keamanan dan kenyamanan
orang lain tidak terganggu.
3) Prosedur kebersihan pernapasan/etika batuk, sebagai berikut :
a) Pastikan dan ajarkan petugas, pasien dan pngunjung melakukan
kebersihan pernapasan/etika batuk apabila mengalami gangguan
pernapasan, batuk, flu atau bersin.
b) Lakukan prosedur kebersihan pernapasan/etika batuk saat anda
flu atau batuk, gunakan masker bedah dengan baik dan benar
agar orang lain tidak tertular
c) Tidak menggantungkan masker bekas dipakai pada leher karena
bias menyebar kemabali virus dan bakteri ketika digunakan
kembali.
d) Bila tidak tersedia masker bedah, gunakan metode lain untuk
pencegahan dan pengendalian sumber pathogen (misalnya,
saputangan, tisu atau lengasn bagian atas) saat batuk dan
bersin.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
67

e) Lakukasn langkash etika batuk yang baik san benar sesuai


gambar di bawah ini.

3.2.8 Penempatan Pasien


1) Pengertian
Penemapatan pasien adalah menempatkan pasien pada tempat
yang telah ditentukan atau mengatur jarak pasien berdasarkan
kewasapadaan transmisi (kontak udara dan droplet) untuk
memudahkan pelayanan dengan mempertimbangkan aspek
keamanan serta keselamatan pasien maupun petugas kesehatan.
2) Tujuan
Mencegah infeksi silang antara pasien, pengunjung dan petugas
akibat penempatan pasein yang tidak sesuai prinsip.
3) Prinsip Penempatan Pasien
a) Kamar terpisah bila dikhawatirkan terjadinya kontaminasi luas
terhadap lingkungan misalnya pada luka lebar dengan cairan
keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol.
b) Kamar terpisah denagn pintu tertutup pada kondisi yan g
diwaspadai terjadi transmisi melalui udara dan kontak, misalnya:
luka dengan infeksi kuman gram positif, Covid-19 dan lian-lain.
c) Kamar terpisah/kohorting dengan ventilasi di buang keluar
dengan exhaust fant ke area tidak ada orang lalu lalang,
misalnya pad TB
d) Kamar terpisah denagn udara terkunci bila diwaspadai transmisi
airbone meluas, misalnya pada pasien denagn varicella.
e) Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan
(anak, gangguan mental).

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
68

f) Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan


system kohorting (penggabungan pasien dengan jenis penykit
yang sama). Bila pasien terinfeksi dicampur dengan non
infeksius maka pasien, petugas dan pengunjung harus menjaga
kewaspadaan standart dan transmisi.
4) Penempatan Pasien dan Triase dan Ruangan Pemeriksaan
a) Penempatan pasien diruangan triase harus jarak minimal 1
meter antara satu pasien dengan yang lainnya.
b) Ruangan pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa pasein
harus berventilasi baik dengan sirkulasi udara minimal 12ACH
(air Change Hour) / pertukaran udara per jam, cara pengukuran
pertukaran udara perjam (ACH), sebagioa berikut :

5) Prosedur Penempatan Pasien (Termasuk penderita pada kasus


Covid-19), sebagi berikut:
a) Pastikan pasien infeksius ditempatkan terpisah dengan pasien
non infkesius.
b) Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi
penykit pasien berdasarkan kontak, droplet, airbone seabiknya
ruangan tersendiri.
c) Bila tidak tersedia ruangan tersendiri, dibolehkan dirawat
bersama pasein lain yang jenis infeksinya sama dengan
menerapkan system kohorting. Untuk menentukan pasien dapat
disatukan dalam satu ruangan, perlu dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada tim PPI atau coordinator PPI.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
69

d) Semua ruangan terkait kohorting harus diberi tanda


kewaspadaan berdasarkan jenis transmisinya. Penggabungan
pasien dalam satu ruangan untuk pasien yang diisolasi maka
harus memperhatikan jarak antaras tempat tidur pasien minimal
1 meter. Ini sangat penting karena pasien mungkin mengalami
penyakit menular lainnya selain infeksi yang sudah dipastikan.
e) Petugas yang ditugaskan diruang isolasi atau kohort tidak boleh
memberikan pelayanan kepada pasien di ruangan lainnya.
f) Jumlah orang yang diizinkan untuk memsuki tempat ruangan
isolasi atau kohort harus dibatasi seminimal mungkin.
g) Pasien yang tidak dapat menjaga keberdsihan diri atau
lingkungannya sebaiknya dipisahkan tersendiri.
h) Meobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui
udara agar dibatasi di lingkungan fasilitas eplayanan untuk
menghindari terjadinya transmisi penykit yang tidak perlu kepada
yang lain.
i) Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien
TB dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat
dengan sesame pasein TB.
j) Hindari penggunaan peralatan yang sama untuk beberapa
pasien, tapi bila tak dapat dapat dihindarkan, pastikan bahwa
peralatan yang digunakan kembali didesinfeksi dengan benar
sebelum digunakan pada pasien lain.
k) Lakukan pembersihan berkala dan desinferksi sesuai
kewasapdaan sttnadart melalui pengelolaan lingkungan di
tempat-tempat umum.

3.2.9 Perlindungan Kesehatan Petugas


1) Maksud
Dimaksudkan agar tecipta tatanan kerja disetiap UPT. Puskesmas
Tembokrejo yang mempertimbangkan aspek keselamatan dan
kesehatan petugas kesehatan terutama dari risiko peajanan penykit
infeksi.
2) Tujuan
Melindungi kesehatan dan keselamatan petugas baik tenaga medis,
perawat, bidan maupun petugas penunjang sebagai orang yang
paling berisiko terpapar penyakit infeksi, kerana berhadapan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
70

langsung dengan pasien penderita penyakit menular setiap saaat


atau akibat terpapar dari lingkungan UPT. Puskemas Tembokrejo.
3) Prosedur Perlindungan Kesehatan :
a. Semua petugas kesehatan menggunakan APD (sesuai indikasi)
saat memberikan pelayanan yang aberisiko terjadi paparan
darah, produk darah, cairan tubuh, bahan infeksius, atau bahan
berbahaya lainnya.
b. Petugas kesehatan saat melaksanakan tugas agar
memperhatikan hal-hal, sebagai berikut:
i. Segera melakukan kebersihan tangan saat tiba di tempat
kerja.
ii. Menggunakan bajunkerja yang berbeda denagn baju yang
dipakai dari rumah (dianjurkan baju yang dipakai dari rumah
diganti dengan baju kerja saat tiba di fasilitas kesehatan dan
ditukar kembali saat akan pulang kerja), terutama bagi yang
bertugas di unit pelayanan yang berhadapan langsung
dengan pasien atau dengan resiko pajanan tinggi.
iii. Tidak menggunakan asesories di tangan (cincin, gelang, jam
tangan, pewarna kuku dan lain-lain), kuku tidak panjang pada
saat akan melakukan tindakan medis.
c. Dilakukan pemeriksaan berkala terhadap semua petugas
kesehatan terutama pada area resiko tinggi (misalnya : ruang
TB, ruang VCT dan lain-lain) yang dapat terpapar penykit
menular infeksi sehingga perlu diberikan imunisasi sesuai resiko
paparan pada petugas yang dihadapi termasuk hasil konsultasi
professional kesehatan, misalnya imunisasi Hepatitis B.
d. Tersedia kebijakan penatalaksanaan akibat tusukan jarum/benda
tajam bekas pakai pasien, sebagai berikut :
i. Prosedur pemeriksaan, alur penanganan pasca pajanan
dan pemeberian imunisasi.
ii. Tersedia obat-obatan terkait penanganan pasca pajanan
dan tim kesehatan yang ditunjuk untuk menangani.
iii. Mekanisme pelaporan kejadian
iv. System pendokumentasian kejadian pasca pajanan.
e. Prinsip penanganan pasca pajanan, sebagai berikut:
i. Bertindak tenang dan jangan panic.
ii. Pembersihan area luka dilakukan dengan air mengalir tanpa
melakukan pamijatan dengan maksud mengeluarkan darah

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
71

(biarkan darah keluar secara pasif) kemudian cuci dengan


sabun dan air mengalir.
iii. Percikan yang mengenai mulut, segara ludahkan dan
berkumur-kumur dengan air bersih berulang kali.
iv. Percikan yang mengenai mata, segera dicuci mata dengan
air mengalir dengan posisi kepala miring kearah area mata
yang terkena percikan.
v. Bila percikan mengenai hidung segera hembuskan keluar
dan bersihkan dengan air mengalir.
vi. Laporkan pada atasan langsung untuk proses tindak lanjut
sesuai ketentuan yang berlaku.
f. Tersedia system atau skema pembiayaan yang disediakan oleh
UPT. Puskesmas Tembokrejo bagi petugas kesehatan yang
memerlukan perawatan kesehatan pasca pajanan.

4) Tatalaksana pasca pajanan, sebagai berikut :


a) Jika tertusuk benda tajam bekas pakai maka :
i. Jangan panic
ii. Cuci di bawah air mengalir, biarkan yang keluar sebanyak
banyak dan jangan memijit area luka (karena akan
membuat sisa bekas tusukan semakin masuk ke dalam
luka, kemudian obati luka.
iii. Lapor pada atasan, untuk segera membuat laporan ke PJ
PPI sebagai bahan upaya pencegahan dan pengobatan di
UPT. Puskesmas Tembokrejo.
iv. Dialkukan penelusuran jarum bekas pakai pasien dengan
tujuan memastikan apakah betul bekas pakai pasien dan
apakah pasien terpapar HIV, Hep.B atau lainnya.
v. Jika pasien negative maka kasus tidak dilanjutkan, petugas
diberikan konseling kesehatan.
vi. Jika pasien psoitif maka pastikan status petugas (korban)
tidak terpapar dari HIV, hepatitis dangan pemeriksaan
laobratorium, jika negative maka petugas diberikan
konseling saja dan imunisasi sesuai ketentuan.
vii. Setelah diberikan imunisasi kapada petugas dilakukan
pengawasan 3,6,12 bulan atau sesuai standart yang
ditetapkan oelh UPT. Puskesmas Tembokrejo
b) Jika terpajan cairan tubuh pasien

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
72

i. Cuci atau bilans dengan air mengalir sebanyak-banyaknya.


ii. Jika ada luka pada area percikan maka lakukan prosedur di
atas.

5) Alur paparan pasca pajanan UPT. Puskesmas Tembokrejo

Alur Penanganan Pasca Pajanan

Tertusuk Jarum Terpajan Cairan


Terkontaminasi Tubuh

Cuci dengan air LAPOR ATASAN Pada kulit


dan sabun (KARU)
Cuci dengan air
dan sabun
PJ PPI
UPT. PUSKESMAS TEMBOKREJO Pada kulit

Cuci dengan air


Buat laporan

PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
(PERIKSA DARAH)

HIV pasien (+) FOLLOW


FOLLOW HBsAG. Anti HIV
(intervensi Dokter / UP
UP pasien (-)
Kapus)

Ulang 3, 6, 9 bulan dan


1 tahun
3.2.10 Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi
Kewaspadaan transmisi kontak merupakan lapis kedua dari
kewaspadaan isolasi, yaitu tindakan pencegahan atau pengendalian
infeksi yang dilakukan pada saat memberikan pelayanan baik pada
kasus yang belum maupun yang sudah terdiagnosis penyakit infeksi
lainnya. Kewasapadaan ini diterapkan untuk mencegah dan memutus
rantai penularan penyakit lewat kontak, droplet, udara, vehikulum dan
vector (serangga dan binatang pengerat). Perlu diketahui bahwa,
transmisi suatu penyakit infeksi dapat terjadi melalui satu atau lebih.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
73

Berikut ini pembahasan kewaspadaan transmisi akan difokuskan pada


transmisi kontak, droplet dan udara, sbagai berikut:
a) Kewaspadaan Transmisi Kontak
1) Pengertian
Kewasapadaan transmisi kontak adalah tindakan kewasapadaan
yang dirancang untuk mencegah terjadinya infeksi yang
ditulasrkan melalui kontak langsung (menyentuh kulit, lesi, sekresi
atau caiaran tubuh yang terinfeksi) atau kontak tidak langsung
(melalui tangan petugas atau orang lain saat menyentuh peralatan
air, makanan, atau sarana lain). Penyakit yang dapat ditularkan
melalui transmisi kontak antara lain HIV/AIDS, Hepatitis B, Diare,
Scabies dan lain-lain.
2) Tujuan
Untuk memutus mata rantai penularan mikroorrganisme penyebab
infeksi, yang terjadi melalui tranmisi kontak
3) Prinsip Kewaspadaan pada Transmisi Kontak, sebagai berikut:
(a) Pastikan semua petugas mematuhi prosedur kewaspadaan
standart yang telah ditetapkan.
(b) Tidak menyentuh ataun menghindari memegang sesuatu
secara langsung tanpa memperhatikan jenis pajanan dan
indikasi penggunaan APD
(c) Untk mengurangi kemungkinan tejadinya kontak langsung dan
tidak lengsung yang semestinya tidak perlu terjadi, tempatkan
pasien sesuai kategori penykitnya (system cohorting)
(d) Jika tidak dilakukan pengelompokan (lebih dari satu orang
dalam ruangan yang sama sengan je nis penykit atau bakteri
yang sama) dengan menempatkan pasien dengan jarak
minimal 1 meter antar tempat tidur.
(e) Batasi orang yang berada di dalam kamar, hindari kontmainasi
penggunaan peralatan, jika memungkinkan satu peralatan satu
pasien serta dilakukan disinfeksi terlebih dahulu sebelum
dipakai pasein yang lain.
(f) Segera lakukan pembersihan setiap menemukan sumber
penularan alat bekas pakai, makanan, minuman, darah,
sekresi, cairan tubuh, kotoran dan lain-lain.
(g) Peralatan perawatan pasien harus dijaga agara tetap bersih
dan kering serta dikontaminasi sebelum peralatan digunakan
pada pasien lainnya.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
74

(h) Jika terjadi wabah, perhatikan petunjuk, aturan, pedoman atau


ketetapan berkaitan dengan penanggulangan wabah yang
dikeluarkan pemerintah atau gugus tugas yang ditetapkan,
meislanya jaga jarak (physical distancing) baik antara petugas
dengan pasien maupun di antara pengguna layanan.
4) Prosedur PPI pada Transmisi Konta, sebagai berikut :
(a) Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan sekitar pasien atau sesuai
dengan lima momen dan indikasi kekbersihan tangan.
(b) Jika diperlukan minta atau pengguna layanan melakukan
kebersihan tangan sebelum dilayani atau mendapatkan
pelayanan.
(c) Kenakan celemek plastic sekali pakai saat memberikan
perawatan langsung kepada pengguna layanan. Lepasakan
tanpa menyentuh area yang terkontaminasi. Buang limbah
infeksius sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
(d) Kenakan sarung tangan sekali pakai saat memberikan
perawatan langusng kepada penggunan layanan.
(e) Lepaskan saraung tangan tanpa menyentuh area yang
terkontaminasi, buang sebagai limbah infkesius.
b) Kewaspadaan transmisi Droplet
(1) Pengertian
Kewaspadaan transmisi droplet adalah kewasapdaan untuk
menghindari penularan penyakit infeksi melaluai droplet (sekresi
yang dikeluarkan melalui saluran pernapasan) selama batuk,
bersih atau berbicara. Karena sifatnya droplet maka biasanya
tidak akan terpercik jauh, tidak mealyang di udara namun akan
jatuh pada suatu permukaan benda. Berbagai studi menunjukkan
bahwa mukosa hidung, konjungiva dan mulut, merupakan portal
masuk yang rentan untuk virus penyebab infeksi pernapasan
9CDC dan Hall et al, 1981). Penyakit infeksi yang dapat
ditularkan melalui droplet antara lain Influenza, ISPA, SARS,
COVID-19, Pertusis,dan lain-lain.
(2) Tujuan
Untuk memutus mata ranatai penularan mokroorganisme
penyebab infeksi, yang mungkinnterjadi melalui trnamisi droplet.
(3) Prinsip Kewaspadaan pada Transmisi Droplet, sebagai
berikut:

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
75

a) Pastikan semau petugas mematuhi prosedur kewaspadaan


standart yang telah ditetapkan saat akan memberikan
pelayanan
b) Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak
denagn pasien dan lingkungan sekitar pasien dengan
menggunakan air dan sabun atau cairan handrub berbasis
alcohol.
c) Gunakan masker jika ada gangguan salauran pernafasan
(batuk, flu dan lain-lain).
d) Pasien dengan penularan melalui droplet ditempatkan dalam
ruangan tersendiri, jika tidak memungkinkan lakukan
kohorting dengan jarak minimal 1 meter anatra temapt tidur,
pastikan pintu selalu tertutup setiap saat.
e) Pasien, pengunjung, keluarga harus diajarkan kebersihan
tangan dan kebersihan pernapasan atau etika batuk.
f) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis paparan dan
indikasi:
 Masker bedah dan lakukan fit test untuk meyakinkan
masker tidak bocor dan tertutp rapat.
 Saat melepaskan, tidak menyentuh area yang
terkontaminasi setelah keluar dari kamar perawatan atau
pelayanan, buang ke limbah infeksius dan segera lakukan
kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir.
 Pertimbangan untuk menggunakan masker N95 pada
tindakan yang menghsilkan aerosol, pada pasien dengan
gangguan Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) atau pada
tindakan Intubasi, bronchoscopy, Nebulizer dan lain-lain
c) Kewaspadaan Transmisi Udara (airbone)
(1) Pengertian
Kewaspadaan transmisi udara (airborne) adalah tindakan
pencegahan yang dirancang untuk mencegah penyebaran
infeksi yang ditularkan melalui udara dengan menghirup atau
mengeluarkan mikroorganisme dai saluran napas. Secara
teoritis partikel yang berukuran < 5µm dikeluarkan dari saluran
pernapasan dan dapat tetap melayang di udara untuk beberapa
waktu. Sumber penularan juga dapat dihasilkan dari tindakan
yang menghasilkan aerosol, pengisapan cairan, induksi dahak
dan endoskopi. Penyakit infeksi yang bias ditularkan melalui

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
76

udara antara lain ; TB (afian Flu, Covid-19, SARS, Varicella,


Campak dan lain-lain)
(2) Tujuan
Untuk mencegah penularan infeksi akibat mokroorganisme
sebagai partikel yang beredar di udara, dapat bertahan lebih
lama serta dapat melayang keluar area denagn jarak lebih jauh
yang memungkinkan terhirup atau mencemari jaringan dan
sleaput lender bagi yang terpapar.
(3) Prinsip Kewaspadaan Airborne, sebagai berikut:
a) Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan sekitar pasien denagn
menggunakkan air atau sabung atau cairan handrub
berbahan dasr alcohol.
b) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai indikasi, sebagai
berikut:
 Gunakan masker bedah atau masker N95 (respiratorik)
dan yakinkan penggunaannya tertutp rapat (fit test) serta
lepaskan tanpa menyentuh area yang terkontaminasi
setelah kealuar dari kamar perawatan.
 Gunakan kacamata pelindung wajah (face shield) sesuai
jenis risiko paparan airborne.
 Gunakan gaun jika akan terjadi risiko paparan
kontamisasi pada tubuh atau pakaian petugas.
 Gunakan sarung tangan jika akan terjadi kontmainasi
pada tangan.
c) Gunakan ruangan dengan ventilasi tekanan negative, jika
tidak memungkinkan dapat menggunakan ventilasi tekanan
mekanik atau ventilasi natural dan pintu harus selalu
tertutup.
d) Lakukan edukasi kepada pendamping/keluarga agar
menjaga kebersihan tangan dan menjalankan
kewasapadaan isolasi utnuk mencegah penyabaran infeksi
diantara mereka sendiri ataupun kepada pasien lain.
e) Upaya pencegahan infeksi saat pemulangan pasien,
dilakukan edukasi apda kelaurga, sebagai berikut:
 Upaya penceaghan harus tetap dilakukan sampai batas
waktu masa penularan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
77

 Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, mak


pasien harus diisolasi mandiri dirumah sampai batas
waktu penularan berakhir.
 Cara menjaga kebersihan diri, pencagahan dan
pengendalian infeksi serta perlindungan diri.
f) Pembersihan dan desinfeksi ruangan yang benar perlu
dilakukan setelah pemulangan pasien

3.3 PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DENGAN PENERAPAN


BUNDELS HAIs DI UPT. PUSKEMAS TEMBOKREJO

Bundels merupakan sekumpulan praktik berbasis bukti sehih yang


menghasilkan perbaikan keluaran proses pealayanan kesehatan bila dilakukan
secara kolektif dan konsisten (Permenkes 27, 2017). Menurut camporota, 2011
dan beberapa penelitian lain. Penerapan bundels dapat menurunkan angka
HAIs, kematian, biaya perawatan dan lama hari rawat jika dilaksanakan
dengan konsisten. Penerapan bundles ini harus didukung oleh kompetensi
petugas pelayanan kesehatan baik pengetahuan, sikap dan keterampilannya
(sadi,2017).

Penerapan bundles dilakasanakan pada tindakan atau pelayanan yang


tersedia di UPT. Puskesamas Tembokrejo, sebagai berikut :

 Bundles HAIs: Infeksi Saluran kemih (ISK) / catheter Urinary Tract Infection
(CAUTI), Peripheral Line Associated Bloodstream Infection (PLABSI),
Infeksi Daerah Operasi (IDO) khususnya pada Superficial Incisional
Surgical Site Infection.
 PPI pada mpenggunaan peralatan kesehatan lainnya seperti penggunaan
alat bantu pernapasan, terapi inhalasi dan perawatan luka.
3.3.1 Penerapan Bundles HAIs, Antara lain :
a) Bundles ISK / CAUTI
1) Pengertian
Praktik berbasis bukti yang sahih yang menghasilkan perbaikan
keluaran proses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara
kolektif dan konsisten pada tindakan insersi, pemeliharaan
kateter urine menetap (Indweling catheter).

2) Tujuan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
78

Untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinbya infeksi


salauran kemih atau komplikasi lain pada pasien yang terpasang
kateter urine menetap (indwelling catheter).
3) Penerapan Bundles ISK, terdiri dari :
a) Bundle Insersi
i. Kaji kebutuhan: pemasangan kateter hanya dilakukan
jika betul-betul diperlukan seperti pada retensi urine,
obstruksi kemih, kandung kemih neurogenic, pasca
bedah urologi, untuk memonitor output yang ketat.
ii. Pemasangan oleh petugas yang terlatih dengan
memepertimbangkan, antara lain:
 Ukuran kateter sekecil mungkin dengan aliran
adekuat untuk mengurangi trauma uretra
 Kembangkan balon dengan jumlah air yang
direkomendasikan pabrik
 Setelah terpasang harus difiksasi untuk mencegah
pergerakan dan traksi uretra
iii. Kebersihan tangan, dilakukan sebagai berikut:
 Sebelum mempersiapkan peralatan
 Sebelum memakai sarung tangan saat insersi
 Setelah melepas sarung tangan saat isersi
 Setelah membereskan seluruh peralatan
iv. Tehnik Steril
 Gunakan teknik aseptik saat pemasangan kateter,
(sarung tangan steril dan peralatan steril sekali
pakai)
 Gunakan jelly pelicin anestetik steril “single use”
b) Bundles pemeliharaan
i. Kebersihan tangan : lakukan kebersihan tangan sebelum
dan sesudah memanipulasi kateter urine atau
perangkatnya.
ii. Perawatan kateter, sebagai berikut:
 Catheter-mathernal junction harus dibersihkan tiap hari
dengan sabun dan air bersih, tidak perlu dibalut.
 Tidak menggunakan antibiotik/antiseptik topikal karena
akan beresiko terjadi koloni patogen resisten
(pseudomonas spp).

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
79

 Pertahankan sistem aliran agar lancar, steril dan


tertutup.
 Hubungkan kateter dan pipa drainase tidak boleh
dibuka kecuali atas indikasi.
 Tidak dianjurkan mealakukan irigasi buli-buli, kecuali
bila ada sumbatan bekuan darah, misalnya pasca TUR
(Trans Ureter Resection) prostat pertahankan tehnik
aseptik dan antiseptik, gunakan spuit steril ukuran
besar dan larutan saline steril. Bila penyebab
sumbatan berasal dari kateter, segera ganti
kateternya.
iii. Pemeliharaan kateter
 Kantong urin harus dikosongkan secara teratur dengan
penampung berbeda untuk setiap pasien.
 Pakailah sarung tangan bersih, jika memanipulasi
kateter atau pengosongan urine bag.
 Urine bag harus selalu lebih rendah dari kandung
kemaih dan tidak boleh menyentuh lantai atau roda
tempat tidur.
 Bersihkan daerah genital dan kateter menggunakan
sabun dan dibilas dengan air mengalir/shower.
 Jangan gunakan antibiotik/antiseptik topikal untuk
mencegah resistensi antibiotik dan tidak boleh dibalut
untuk mencegah kolonisasi.
 Penggantian kateter, hanya bila terjadi infeksi, tidak
ada jadwal rutin penggantian kateter urin.
 Fiksasi kateter untuk mencegah gerakan dan trauma
pada meatus uretra.
 Letakkan urine bag lebih rendah dari kandung kemih
dan buang urine setiap 8 jam atau jika sudah penuh.
 Tidak meletakkan urine bag di lantai.
 Periksa slang urine sesring mungkin jangan sampai
terlipat (kingking) serta untuk mendapatkan
spesisimen, pemeriksaan mikrobiologi tidak dilakukan
secara rutin, kecuali ada indikasi.
iv. Pelepasan Kateter
 Kaji kebutuhan kateter setiap hari

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
80

 Segera lepas jika tidak dibutuhkan atau tidak ada


indikasi
3.3.2 Bundles Peripheral Line Assosiated Blood Stream Infection
(PLABSI)
1) Pengertian
Praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan perbaikan keluaran
proses pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan
konsisten pada tindakan insersi, pemeliharaan (maintanan) pada
pemasangan alat peripheral Intravenous Line (pemasangan infus
darah vena perifer)
2) Tujuan
Untuk mencegah terjadinya infeksi aliran darah pasien yang
terpasang peripheral intravenous line dan risiko infeksi lainnya
seperti plebitis, emboli dan lain-lain.
3) Penerapan Bundles PLABSI
a) Bundle Insersi
(i) Pastikan mealkuakan kebersihan tangan sebelum dan
sesudah insersi, perawatan dan melepaskan kateter intra
vena perifer.
(ii) Gunakan sarung tangan bersih saat melakukan
pemasangan dan perawatan infus dan hindari kontaminasi
dengan lingkungan misalnya memegang tempat tidur,
tiang infus, meja dan lain-lain.
(iii) Gunakan troli tindakan sebagi tempat peralatan yang akan
digunakan dan bak instrumen bersih yang telah
dibersihkan alkohol swab 70% untuk menempatkan
peralatan steril (spuit berisi obat). Siapkan bengkok /
penampung limbah, safety box untuk menempatkan limbah
hasil kegiatan.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
81

(iv) Pemilihan area / lokasi insersi dilakukan dengan


mempertimbangkan risiko paling rendah akibat dari
pemasangan intra vena kateter.
(v) Sebelum melakukan insersi pada area pemasangan ibtra
vena alkohol swab 70% selanjutnyaw tunggu mengering
tanap menyentuh area insersi keambali, jika terdapat
darah disekitar area isersi bersihkan dengan swab alkohol
70%.
(vi) Lakukan penutupan area insersi intra vena kateter
menggunakan kasa steril atau penutup. Transparan steril
(dressing steril) jika memungkinkan.
(vii) Tidak melakukan penusukan pada area plastik kolf infus
sebagai cara memsukkan obat.
(viii) Perangkat infus harus digantung dengan aman di tempat
yang bersih dan hindari pemindahan yang akan membawa
mikro-organisme dari kulit ke dalam aliran darah misalnya:
infus di letakkan di tempat tidur atau di meja.
(ix) Pastikan perangkat infus (administrasi set) dalam kondisi
tertutup dan diberi label tanggal pemasangan.
b) Bundles Maintenan
(i) Lakukan kebersihan tangan setiap sebelum da sesudah
melakukan perawatan atau manipulasi kateter intra vena
perifer.
(ii) Gunakan APD sesuai indikasi dan jenis paparan.
(iii) Setiap akan mengakses (membuka atau menutup)
sambungan infus (hub) maka lakukan desinfeksi dengan
alkohol 70%
(iv) Perhatikan penggunaan slang kateter yang elastis
sehingga dapat terlipat dengan baik dan tidak mudah
terlipat dan rusak (kingking).
(v) Gunakan balutan steril (dressing steril) dengan
pemasangan yang aman dan nyaman buat pasien.
(vi) Pastikan konektor dengan sistem tertutup.
(vii) Pastikan perangkat infus (admistrasi set) dalam kondisi
tertutup dan diberi label tanggal pemasangan.
(viii) Penggantian administrasi set setiap 96 jam atau sesuai
standar yang ditetapkan.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
82

(ix) Perangkat administrasi set untuk darah (transfusi set) dan


komponen darah harus diganti setiap 24 jam kecuali
ditemukan tanda bekuan atau tidak mengalir.
(x) Perangkat administrasi set untuk infus nutrisi perenteral
harus diganti setiap 24jam dan jika penggunaannya hanya
mengandung glukosa infus dextrose maka diganti
maksimal dalam 72 jam.
(xi) Kaji kebutuhan kateter intravena ferifer setiap hari untuk
memastikan apakah masih diperlukan atau sudah dapat
dilakukan pelepasan segera atau tidak ada indikasi lagi.
4) Dampak Lain Akibat pemasangan Peripheral Intravenous Line
(Infus)
 Plebitis
i) Plebitis yaitu peradangan pada tunika intima vena yang
terjadi karena komplikasi pemberian terapi intra vena line
(infus) yang di tandai dengan merah seperti terbakar,
bengkak, sakit bila ditekan, ulkus sampai eksudat purulen
atau mengeluarkan cairan bila ditekan, peningkatan suhu
pada daerah insersi kanula dan penurunan kecepatan
tetesan infus. Skor dan tanda serta tindakan pengendalian
plebitis akibat kimia, mekanik dan bakteri.,
ii) Pencegahan plebitis kimia akibat bentuk respon yang
terjadi pada tunika intima vena dengan obat berbahan
kimia yang di masukkan ke dalam cairan infus yang
menyebabkan reaksi peradangan dengan memperhatikan:
 Pastikan pengenceran maksimal pada pemberian obat
injeksi.
 Pastikan larutan obat yang akan diberikan dapat
melalui intravena perifer line (infus)
iii) Pencegahan plebitis mekanik yaitu pemasangan alat intra
vena yang mengakibatkan trauma pada dinding pembuluh
darah vena, sebagai berikut:
 Pastikan insersi kanula secara benar, untuk
menghindari cedera pada saat pemasangan kanula
perawat/bidan harus memiliki pengetahuan dasar dan
pengalaman yang memadai dalam pemberian terapi
intravena atau jika memungkinkan yang sudah

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
83

mendapatkan pelatihan/bed side khusus tentang terapi


intra vena.
 Lakukan pemilihan lokasi secara benar, hindari vena
pada area feksi atau lipatan atau extremitas dengan
pergerakan maksimal serta persendian.
 Lakukan pemilihan kanula secara rtepat, gunakan
kanula dengan ukuran paling pendek dan berdiameter
paling kecil disesuaikan dengan area pembuluh darah
yang akan dilakukan insersi.
 Lakukan fiksasi kanula untuk menahan stabilitas yang
adekuat.
iv) Pencegahan Plebitis bakteri yaitu akibat peradangan pada
area insersi yang berhubungan dengan adanya kolonisasi
bakteri, sebagai berikut:
 Pastikan melakukan kebersihan tangan setiap
prosedur atau manipulasi area atau kaniula infus.
 Gunakan APD sesuai indikasi
 Observasi rutin dan selalu mempertahankan tehnik
asepsis.
 Lakukan perawatan rutin pada area infus, alutan
kateter.
 Ganti sistem infus sesuai standar dan selalu
memberikan label tanggal pemasangan dan
penggantian balutan.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
84

3.3.3 Bundle Infeksi Daerah Operasi (IDO)


1) Pengertian
Adalah penerapan praktik baik berbasis bukti sahih dalam
penatalaksanaan operasi bedah minor atau superficial incision
surgical site infection (pre, intra dan pasca operasi) yang
meriupakan operasi minor yang sering dilakukan di UGD.
Puskesmas Tembokrejo sesuai prinsip PPI.
2) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi daerah operasi pada
tindakan superficial incisional surgical site infection pada pre, intra
dan post operasi.
3) Penerapan bundle IDO pada tindakan superficial incision surgical
site infection.
a. Langkah – langkah pencegahan pra – operasi
i. Pasien yang akan menjalani pembedahan disarankan untuk
nmandi atau menjaga personal hygine sebelum tindakan
operasi dengan menggunakan sabun antispetik.
ii. Pastikan ruang tindakan operasi, bersih, tertata baik,
sirkulasi udara baik (minimal menyerupai semi kmar bedah
jika memungkinkan).
iii. Pencukuran rambut harus dihindari kecuali jika rambut
dapat mengganggu prosedur operasi dan penggunaan
pisau cukur harus dihindari dan sebaliknya gunakan sugical
electrical clipper.
iv. Petughas tidak menggunakan asesoris di tangan (cincin,
jam tangan, gleang, cat kuku atau berkuku panjang).
v. Sebelum tindakan pembedahan harus melakukan
kebersoihan tangan (cuci tangan pembedahan)
menggunakan sabun antiseptik.
vi. APD sesuai indikasi dan jenis pajanan
vii. Dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah
antara 140-200 mq/dl (7.8-11,1 mmol/L) pada pasien
diabetes maupun bukan diabetes yang hendak menjalani
operasi.
viii. Batasi jumlah orang di dalam ruang atau kamar tindakan.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
85

b. Langkah penegahan intra operasi


(i) Antiseptik permukaan kulit dilakukan den gan menggunkan
alkohol 70% aztau iodine tincture 2% atau clorhexidine 2-
4% ( manfaat iodin atau clorheksidin dan larutan alkohol
adalah untuk memperpanjang aktivitas bakterisidal)
(ii) Pertahankan ruang tindakan pertahankan udara bersih
degan sirkulasi udara 12 kali/jam. Temepratur 19-24℃
dengan kelembaban 40-60% dan kebersihan setiap selesai
tindakan secara periodik (jika tidak memungkinkan maka
kendalikan lingkungan untuk mencegah kontaminasi
lingkungan terhadap resiko infeksi)
(iii) Pertahankan suhu tubuh pasien dari kondisi normothermia
perioperasi dengan menggunakan alat penghangat jika
diperlukan.
(iv) Hindari penggunaan antimikroba untuk mengirigasi luka
insisi sebelum pentutupan untuk menekan risiko IDO karena
tidak terdapat cukup bukti untuk menganjurkan penggunaan
atau tidak menggunakan irigasi larutan garam steril atau
antseptik terhadap luka insisi sebelum penutupan luka.
(v) Jangan memberikan bubuk vankomisin (antimikroba) ke
daerah sayatan pembedahan untuk mencegah infeksi
daerah operasi.
(vi) Gunakan APD sesuai indikasi dan risiko pajanan
(vii) Peralatan dipergunakan sesuai dengan kriteria alat kritikal,
semi kritikal atau non kritikal.
c. Langkah p[encegahan pasca operasi
(i) Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan
dressing dan penatalaksanaan luka.
(ii) Tidak menggunakan antimikroba topikal untuk perawatan
luka.
(iii) Melepaskan dressing (penututp luka) lebih awal (<48 jam)
untuk mempercepat proses oksigenasi untuk penyembuhan
luka, jika diperlukan gunakan dressing yang tipis.
(iv) Pilih dressing berdasarkan kebutuhan pasien dan kondisi
luka, misalnya tingkat eksudat, kedalaman luka, kebutuhan
akan kenyamanan, efikasi antimikroba, pengendalian bau,
kemudahan melepaskan, keselamatan dan kenyamanan
pasien.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
86

3.4 PPI PADA PENGGUNAAN PERALATAN KESEHATAN DI UPT. PUSKEMAS


TEMBOKREJO.
3.4.1 PPI pada Penggunaan Peralatan Kesehatan Lainnya, meliputi ;
Infeksi terkait HAIs di UPT. Puskesmas Tembokrejo juga disebabkan
oleh penggunaan alat kesehatan lainnya sebagai sumber penularan
penyakit infeksi, jika tidak dikelola sesuai prinsip PPI. Penggunaan
peralatan kesehatan lainnya yang sering dipergunakan di UPT.
Puskesmas Tembokrejo antara lain : alat bantu pernapasan (O2), terapi
inhalasi (nebulizer) dan perawatan luka.
a) PPI Pada pemberian Alat bantu Pernapasan (Oksigen Nasal)
1) Maskud
PPI pada pemberian alat bantu pernafasan (oksigen nasal)
kepada pasien adalah untuk meningkatkan kualitas pemberian
alat bantu pernapasan (oksigen Nasal) melalui upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi: melindungi sumber daya
manusia dan masyarakat dari risiko kejadian infeksi; serta
mencegah kejadian infeksi saluran pernapasan.
PPI pada penggunaan alat bantu pernapasan (Oksigen Nasal)
dimaksudkan agar pemakaian peralatan terapi oksigen seperti
tabung oksigen, slang, masker oksigen, humidifier dan kanula
yang sesuai standart penggunaan peralatan dan penerapan
prinsip PPI
2) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah terjadi infeksi silang akibat
penggunaan alat bantu pernapasan (oksigen nasal) yang tidak
sesuai dengan standart.
3) Sarana dan Persiapan
a) Pastikan tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan
humidifier dalam kondisi bersih dan terisi oksigen
b) Siapkan nasal kateter, kanula atau masker oksigen sekali
pakai.
c) Vaselin/librikan atau pelumas (jelly) sekali pakai jika tidak
memungkinkan pastikan jelly selalu tertutup (jika diperlukan)

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
87

4) Prosedur PPI pada terapi oksigen nasal


a) Lakukan kebersihan tangan sebelum mempersipakan
peralatan dan melaksanakan prosedur pemberian oksigen
nasal.
b) Pastikan satu slang oksigen untuk satu pasien, flowmeter dan
humidifier harus dalam kondisi bersih dan kosong.
c) Hidupkan tabung oksigen dan atur posisi semifowler atau
yang sesuai dengan kondisi pasien, berikan oksigen melalui
kanula atau masker dengan aliran oksigen sesuai kebutuhan
pasien, hindari risiko irirtasi pada selaput mukosa hidung.
d) Pastikan slang oksigen tidak terkontaminasi dengan
lingkungan atau benda infeksius sebelum dipakai oelh pasien
karena akan terjadi risiko infeksi saluran pernapasan.
e) Slang oksigen (oksigen mask) yang tidak terpakai dan jika
akan dipergunakan kembali harus dilakukan desinfeksi lalu
keringkan, bungkus dan simpan dalam tempat bersih dan
kering.
f) Slang oksigen adalah single use, namun pada kondisi
tertentu dapat dilakukan dekontaminasi sesuai peralatan
semikritikal yang ditetepkan.
g) Slang oksigen yang sudah tidak terpakai lagi di buang ke
tempat pembuangan limbah infeksius (sebaiknya dirusak
terlebih dahulu sebelum di buang).
h) Pastikan slang oksigen yang sudah tidak dipergunakan lagi.
Tidak tergantung pada flow meter oksigen (segera dilepas)

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
88

i) Pastikan tabung humidifier segera dibersihkan setelah dipakai


oleh pasien dan selalu dalam kondisi kosong dan bersih
sebelum dipergunakan oelh pasien lain.
3.4.2 PPI Pada Pemberian Terapi Inhalasi (nebulizer)
1) Maksud
PPI pada penggunaan peralatan inhalasi (nebulizer) adalah untuk
meningkatkan kualitas pemberian terapi inhalasi (nebulizer) yang
diberikan kepada pasien melalui upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi; melindungi sumber daya manusia dan
masyarakat dari risiko kejadian infeksi; serta mecegah kejadian
infeksi saluran pernafasan.
2) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah terjadinya transmisi penularan penyakit
infeksi akibat penggunaan nebulizer yang tidak sesuai dengan
standart.
3) Peralatan
Peralatan pelayanan nebulizer yang terdiri dari generator aerosol,
alat bantu inhalasi (kanul nasal, masker, mouthpiece) dan cup
(tempat obat cair) dan obat obatan serta cairan pengencer obat.

4) PPI pada Pemberian nebulizer


a) Pastikan peralatan nebulizer dalam kondisi siap pakai dan bersih
dan dilakukan test kelayakan penggunaan.
b) Lakukan kebersihan tangan sebelum menyiapkan atau
menyentuh peralatan dan pasien, patugas menggunakan masker
jika diperlukan.
c) Penggunaan alat, sebagai berikut:
(i) Slang oksigen masker dan nebulizer kit adalah alat kesehatan
sekali pakai, jika tidak memungkinkan maka dapat
dipergunakan kembali oleh pasien yang sama namun harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan dekontaminasi melalui
perendaman cairan ezymatik 0,8% atau detergen selama 10-

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
89

15 menit keringkan kemudian bungkus dengan plastik


transparan simpan di tempat kering dan tertutup dan alkohol
swab 70%.
(ii) Semua peralatan yang sudah dibersihkan disimpan di tempat
yang kering, bersih dan tidak menempatkan di lantai atau
permukaan yang kotor.
d) Penggunaan cairan dan obat yang dicampurkan dalam cairan
nebulizer idealnya sekali pakai, pakai namun jika harus berbagai
dengan pasien yang lain maka lakukan tehnik aseptik lalu segera
membagikannya pada waktu yang sama (tidak menyimpan sisa
obat dan cairan sisa kecuali direkomendasikan pabrikan).
e) Semua limbah yang dihasilkan setelah pemakaian dianggap
sebagai limbah infeksius.
5) PPI pada Perawatan Luka
1) PPI pada perawatan luka adalah untuk meningkatkan kualitas
perawatan luka melalui upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi; melindungi sumber daya manusia dan masyarakat dari
risiko kejadian infeksi; serta mencegah dan menurunkan angka
kejadian infeksi pada luka.
2) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah terjadinya infreksi sekunder atau
terjadinya infeksi silang akibat pengelolaan luka yang tidak
sesuai standart.
3) Prinsip Perawatan Luka
a) Jangan pernah menutup luka yang terinfeksi, luka yang
terkontaminasi dan luka bersih yang berumur lebih dari enam
jam.
b) Lakukan perawatan luka terkontaminasi, kemudian tutup luka
hingga 48 jam kecuali ada indikasi lain.
c) Tindakan pencegahan infeksi pada luka, sebagai berikut:
(i) Biarkan terjadi oksigenasi, pulihkan sirkulasi darah
sesegera mungkin setelah cedera pada area luka.
(ii) Jangan gunakan tourniquet.
(iii) Tidak menutup luka lebih dari 12 jam (luka ini biasanya
telah terinfeksi).
(iv) Luka tembus ke dalam jaringan (vulnus pungtum), harus
disayat atau dilebarkan untuk mencegah koloni bakteri
anaerob.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
90

(v) Lakukan pembersihan luka dan debridemen sesegera


mungkin (dalam waktu 8 jam)
(vi) Patuhi pelaksanaan pencegahan kewasapadaan
transmisi untuk menghindari penularan infeksi.
(vii) Berikan antibiotik profilaksis kepada korban dengan luka
yang dalam dan lainnya sesuai indikasi.
(viii) Penggunaan antibiotik topikal dan mencuci luka dengan
larutan antibiotik tidak fdi anjurkan.
4) PPI pada Perawatan Luka
a) Lakukan teknik aseptik dan gunakan peralatan steril ketika
melakukan perawatan luka.
b) Lakukan kebersihan tangan dan gunakan sarung tangan atau
APD lainnya sesuai indikasi, contoh: gunakan gaun jika akan
mencuci luka atau gunakan masker/pelindung wajah jika saat
perawatan luka berisiko terjadi cipratan ke muka.
c) Lakukan tindakan perawatan luka dengan langkah, sebagai
berikut:
(i) Untuk tehnik pembersihan luka lakukan pembersihan
dari bagian atas kebawah atau dari bagian tengah
keluar.
(ii) Pada luka yang terkontaminasi, bersihkan mulai dari
daerah perifer ke tengah (gerakan memutar untuk
membersihkan luka adalah melingkar)
(iii) Gunakan satu kapas usap/kasa untuk satu kali usapan,
buang ke dalam kantung plastik setelah mengusap.
Jangan menyentuh kantung plastik dengan forcep.
(iv) Bila ada sekret, bersihkan sekitarnya mulai dari bagian
tengah mengarah keluar dengan gerakan melingkar dan
hati-hati untuk tidak merusak granulasi yang baru
tumbuh pada area luka.
(v) Keringkan luka menggunakan kasa dengan gerakan
yang sama.
d) Gunakan penutup luka steril, tipis dengan tujuan agar terjadi
oksigenasi luka dan ganti jika basah kotor atau lepas.
e) Semua limbah yang dihasilkan dari perawatan luka adalah
infeksius.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
91

5) Menutup Luka
a) Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan
dengan seksama, luka dapat ditutup/dijahit.
b) Luka tidak boleh ditutup bila telah lebih dari 24 jam, luka
sangat kotor atau terdapat benda asing atau luka akibat
gigitan binatang
c) Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan menggunakan
kasa lembab.

3.5 Penggunaan Antimikroba yang Bijak


Penggunaan antibiotik dalam pelayanan kesehatan seringkali tidak tepat
sehingga dapat menimbulkan permasalahan seperti pengobatan kurang
efektif, peningkatan risiko terhadap keamanan pasien, tingginya biaya
pengobatan dan terutama meluaskan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara
tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak
memerlukan antibiotik. Pada penelitian mutu penggunaan antibiotik di berbagai
bagian rumah sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan
pada indikasi (hadi,2009). Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia
(Amrin Study) terbukti dari 2.494 individu di masyarakat 43% Escherichia Coli
resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain: ampicillin (34%),
Kotrimoksazol (29%) dan kloramfenicol (25%).
1. Pengertian
Sebagai upaya untuk mengendalikan penggunaan antibiotik, perlu
ditetapkan kebijakan penggunaan antibiotik di UPT. Puskesmas
Tembokrejo dan disusun serta diterapkan Panduan Penggunaan Antibiotik
Profilaksis dan terapi di UPT. Puskesmas Tembokrejo dengan mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan telah mengupayakan agar Fasilitas pelayanan
Kesehatan termasuk FKTP dalam hal ini adalah UPT. Puskesmas
Tembokrejo menerapakan pengendalian resistensi antimikroba.
2. Prinsip Penggunaan Antimikroba Yang Bijak.
a) Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan
spektrum sempit pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat,
interval dan lama pemberian yang tepat.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
92

b) Kebijakan penggunaan antimikroba ditandai dengan pembatasan


penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik ini
pertama.
c) Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan
menerapkan panduan penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan
antibiotik secara terbatas (restriced) dan penerapan kewenangan
dalam penggunaan antibiotik tertentu (reserved antibiotiks).
d) Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menengakkan
diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, serologi dan
pengunjung lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus atau penyakit yang dapat sembuh sendiri
(self-limited) contoh ISPA atau diare nonspesifik.
e) Pemilihan jenis antimikroba harus berdasar pada, sebagai berikut:
1) Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola
kepekaan kuman terhadap antibiotik.
2) Profil farmakokinetik dan farmadinamik antibiotik.
3) Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil
mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.
4) Cost effective : obat dipilih atas dasar yang paling cost effective
dan aman.
3. Klasifikasi Antibiotik Berdasarkan WHO
Pada tahun 2017, WHOw memperkenalkan klasifikasi antibiotik menjadi
tiga kelaompok yaitu Access, Watch dan Reserve (AWaRe) yang berfungsi
sebagai alat untuk memantau penggunaan antibiotik dan mengurangi
resistensi antibiotik. Tujuan klasifikasi tersebut adalah mengurangi
penggunaan antibotik kelompok Watch dan Reserve serta meningkatkan
penggunaan antibiotik kelompok Access.
a) Kelompok Access
Kelompok ini merupakan antibiotik pilihan lini pertama atau kedua pada
terapi empiris dengan potensi resistensi minimal. Contoh antibiotik
kelompok ini meliputi: amoxicillin, ampicillin, Chloramphenicol,
Doxycycline, Metronidazole, Sulfamethoxazole/trimethoprim,
Tetracycline dan Thiamphenicol.
b) Kelompok Wacth
Kelompok ini di indikasikan secara spesifik dan terbatas pada kondisi
infeksi tertentu, beresiko terjadinya resistensi dan dianjurkan untuk di
monitor. Contoh antibiotik kelompok ini meliputi : Azithromycin,

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
93

Cefixime, Ceftriaxone, Cyprofloxacin, Clarithromycin, Levofloxacin,


Minocycline, Ofloxacin dan Rifampicin.
c) Kelompok Reserve
Kealompok ini merupakan antibiotik pilihan terakhir, penggunaannya
sangat dibatasi sebagai terapi infeksi yang dicurigai atau terkonfirmasi
karena multi-drug-resistant organisms dan harus di monitor secara
ketat. Conto antibiotik kelompok ini meliputi : Aztreonam,
Cephalosporins Fourth Generation, Polymyxin dan Tigecycline.
4. Penggunaan antimikroba bedasarkan indikasi
a) Antibiotika Terapi
Pemberian antibiotik meliputi antibiotik empiris dan antibiotik definitif.
Prinsip penggunaan antibiotik untuk terapi empiris dan definitif, sebagai
berikut:
1) Antibiotika Tepai Empiris
a. Penggunaan anatibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan
antibiotika pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri
penyebabnya.
b. Tujuan
Pemberian antibiotika untuk terapi empiris adalah eradikasi atau
penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi
penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemriksaan
mikrobiologi.
c. Indikasi
Digunakan jika ditemukan sindromem klinis yang mengarah
pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling sering menjadi
penyebab infeksi.
d. Pemilihan jenis dan dosis antibiotik berdasarkan pertimbangan,
sebagai berikut:
(i) Data epidemiologi dan pola resistensi bakteri yang tersedia
di komunitas atau fasilitas pelayanan kesehatan setempat.
(ii) Kondisi klinis pasien
(iii) Ketersediaan antibiotik
(iv) Kemampuan antibiotik untuk menenmbus ke dalam
jaringan/organ yang terinfeksi.
(v) Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh
polimikroba dapat digunakan antibiotika kombinasi.
(vi) Rute pemberian : antibiotika oral seharusnya menjadi
pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
94

sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan


antibiotik parenteral.
(vii) Lama pemberian : antibiotik empiris diberikan untuk jangka
waktu 48-72 jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi
berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien
serta data penunjang lainnya.
2) Antibiotik Terapi Definitif
a) Pengertian
Penggunaan antibiotika untuk terapi definitif adalah penggunaan
antibiotika pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri
penyebab dan pola resistensinya
b) Tujuan
Pemberian antibiotika untuk terapi definitif adalah eradikasi atau
penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab
infeksi berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi.
c) Indikasi
Penggunaanya sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi
penyebab infeksi.
d) Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik sebagi berikut:
(i) Efikasi klinik dan keamanan berdasarkan hasil uji klinik
(ii) Sensivitas
(iii) Biaya
(iv) Kondisi klinis pasien
(v) Diutamakan antibiotik lini pertama/spektrum sempit.
(vi) Ketersediaan antibiotik (sesuai formularium nasional
sebagai acuan UPT. Puskesmas Tembokrejo dalam
menyusun formulariumnya).
(vii) Sesuai dengan panduan praktik klinis
(viii) Paling kecil memunculkan resiko terjadi bakteri resisten.
(ix) Pedoman penggunaan antibiotik yang berlaku.
e) Rute Pemberian
Antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi
infeksi. Pada infeksi sedang dampai berat dapat dipertimbangkan
menggunakan antibiotik parenteral. Jika kondisi memeungkinkan
pemberian antibiotik parenteral harus segera doganti dengan
antibiotik per oral.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
95

f) Lama Pemberian
Anrtibiotika definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk
eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang telah dikonfirmasi.
Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarakan data
mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lain.
b) Antibiotik Profilaksis
Penbgertian antibiotik Profilaksis padam tindakan/bedah meliputi
antibiotik profilaksis atas indikasi tindakan/bedah bersih dan bersih
terkontaminasi termasuk pada prosedur gigi. Antibiotik profilaksis
tindakan/bedah merupakan penggunaan antibiotik sebelum, selama dan
paling lama 24 jam pasca tindakan pada kasus yang secara klinis tidak
menunjukkan tanda infeksi dengan tujuam mencegah terjadinya IDO.
Faktor resiko terkait IDO yang meliputi karakteristik luka, faktor host
lokasi tindakan/bedah, kompleksitas tindakan dan tehnik pembedahan
menjadi pertimbangan dalam pemberian antibiotik profilaksis. Adanya
risiko alergi, anafilaksis, resistensi obat dan efek samping obat perlu
dipertimbangkan pula dalam pemberian antibiotik profilaksis.
Antibiotik yang dapat digunakan sebagia antibiotik profilaksis adalah
antibiotik untuk mencegah infeksi kuman gram positif dari kulit, 30-50
menit sebelum tindakan incisi.

5. Tahapan Penerapan penggunaan antibotik secara bijak di UPT.


Puskesmas Tembokrejo .
a. Meningkatkan pemahaman dan ketaatan tenaga kesehatan (dokter,
dokter gigi, perawat, bidan) dalam penggunaan antibiotik secara bijak
b. Meningkatkan peranan koordinator program upaya (UKM dan UKP)
dalam penanganan penyakit infeksi dan penggunaan antibiotik.
c. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi laboratorium yang berkaitan
dengan penanganan penyakit infeksi.
d. Meingpkatkan pelayanan farmasi klinik dapam memantau penggunaan
antibiotik.
e. Meningkatkan penanganan kasus infkesi secara multidisiplin dan
terpadu.
f. Melaksanakan survelansi pada penggunaan antibiotik serta melaporkan
secara berkala.
g. Menetapkan kebijakan penggunaan antibiotik : Panduan Penggunaan
Antibiotik Profrilaksis dan Terapi.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
96

h. Impolementasi penggunaan antibiotik secara rasional yang meliputi anti


biotik profilaksis dan antibiotik terapi.
i. Monitoring, evaluasi dan pelaporan penggunaan antibiotik.

3.6 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


1. Pengertian
Pendidikan dan pelatihan adalah kegiatan pendidikan yang berkaitan
dengan PPI baik untuk tenaga madis maupun untuk perawat dan tenaga
kesehatan lainnya yang diadakan oleh Kementrian Kesehatan, Pemerintah
Daerah, Organisasi Profesi atau Organisasi lainnya sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan (merujuk pada ketentuan PPSDM
Kemenkes RI).
Untuk kegiatan yang bersifatnya sosialisasi atau edukasi PPI kepada
pengguna layanan atau masyarakat dapat dilakukan oelh petuagas fasilitas
pelayanan kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang PPI.
2. Ketentuan Pendidikan dan Pelatihan PPI staf UPT. Puskesmas
Tembokrejo.
Ketentuan dan pelatihan PPI dimasuksudkan untuk meningkatkan
kompetensi bagi semua petugas di UPT.Puskesmas Tembokrejo.
Peningkatan kompetensi tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan dan
pelatihan, in house training, workshop, sosialisasi yang sesuai dengan
peran dan fungsi serta tanggung jawab masing-masing petugas di fasilitas
pelayanan kesehatan dengan ketentuan, sebagai berikut :
a) Ketua atau Penanggung Jawab PPI harus mengikuti pelatihan PPI,
minimal pelatihan dasar PPI di UPT. Puskesmas Tembokrejo yang
diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan,
Organisasi Profesi, Lembaga Pelatihan yang tersertifikasi oleh PPSDM
(bersertifikat).
b) Semua petugas pelayanan kesehatan memahami dan mampu
melaksanakan prinsip-pronsip PPI minimal yang diberikan melalui
sosialisasi secar internal yang dilaksanakan ketua Tim PPI atau PJ
(koordinator) PPI yang kompeten dan tersertifikasi.
c) Semua petugas non pelayanan memahami dan mempu melaksanakan
upaya pencegahan infeksi meliputi Kebersihan Tangan, Etika Batuk,
Penaganganan Limbah, Penggunaan APD (masker dan sarung tangan)
yang sesuai.
d) Semua karyawan/karyawati baru, mahasiswa harus mendapatkan
orientasi tentnag program PPI di UPT. Puskesmas Tembokrejo.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
97

3. Sosialisasi Kepada Masyarkat


Materi sosialisasi PPI kepada masyarakat atau sasaran, meliputi:
a) Penularan penyakit infeksi untuk pengguna layanan dan masyarakat di
Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Tembokrejo (Ds. Tembokrejo, Ds.
Bagorejo, Ds. Karangrejo)
b) Kewaspadaan isolasi (disampaikan secara garis besar), praktik atau
simulasi kebersihan tangan, etika batuk, penggunaan APD untuk
masyrakat, pembuangan limbah dan pengendalian lingkungan.
c) Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (Germas).

3.7 SURVEILANS
1. Pengertian
Surveilans adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-menerus,
dalam pengumpulan, identifiaksi, analisis dan interpretasi dari data
kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan
secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan
dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengean kesehatan dalam upaya penilaian risiko HAIs.
Dengan melakukan surveilans diharapkan ada rekomendasi sebagai bahan
masukan dalam melakukan intervensi perbaikan untuk menurunkan angka
kejadian infeksi (insiden rate)
Sistem pencatatan dan pelaporan dilaksanakan secara rutin dan berjenjang
yang dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan menggunakan
sistem informasi tekhnologi pada masing-masing fasilitas pelayanan
keseahatan
2. Tujuaan Surveilans
Mendapatkan data dasar infeksi di UPT. Puskesmas Tembokrejo, untuk
menurunkan laju infeksi yang terjadi, identifikasi dini kejadian Luar Biasa
(KLB) infekasi di UPT. Puskesmas Tembokrejo. Selain itu sebagai bahan
informasi untuk meyakinkan tenaga kesehatan tentang adanya masalah
yang memerlukan penanggulangan, mengukur dan menilai keberhasilan
suatu program PPI, memenuhi standart mutu pelayanan medis dan
keperawatan dan salah satu unsur pendukung untuk memenuhi standart
penilaian Peningkatan Mutu Lapayanan (Re-Akreditasi) di UPT.
Puskesmas Tembokrejo.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
98

3. Sasaran
Sasaran surveilans dalam pedoman ini difokuskan pada kejadian
Kepatuhan Kebersihan Tangan dan Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) yang berhubungan erat dengan pelayanan Medis,
Kebidanan dan Keperawatan di UPT. Puskesmas Tembkorejo
a) Kepatuhan Kebersihan Tangan
Yaitu mengukur kepatuhan pemeberi layanan kesehatan (petugas
Medis, Kebidanandan Keperawatan UPT. Puskesmas Tembokrejo)
sebagai dasar untuk memperbaiki dan meniongkatkan kepatuhan agar
dapat menjamin keselamatan pasien dengan cara mengurangi resiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan
Target yang diinginkan oleh UPT. Puskesmas Tembokrejo adalah >85%
Dengan rumusan sebagai berikut :
jumlah peluang kebersihantangan yang dilakukan dengan benar
jumlah peluang kebersihantangan yang seharusnya dilakukan x 100%
dalam satu periode penhgamatan/ observasi
Indikasi Cuci tangan dalam satu kali periode pengamatan/observasi
yang dilakuakan adalah dalam 5 (lima) momen cuci tangan yaitu:
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Setelah kontak dengan pasien
3. Sebelum melakukan prosedur aseptik
4. setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
5. setelah bersentuhan
kebersihan tangan Secara aseptic menggunakan sabun antiseptic dan
air mengalir :
(i) Lepaskan semua perhiasan yang ad di tangan (gelang. Cincin,
jam tangan dan akcesories lainnya)
(ii) Menggunakan air bersih mengalir serta menggunakan sabunj
antiseptic yang mengandung khlorheksidin glukonat 4%.
(iii) Tangan dibasahi sampai siku
(iv) Sabun antiseptic ini di pompa dari tempatnya menggunakan siku
(v) Mulai tangan kiri disikat ; kuku, sela jari, telapak tangan (5x),
punggung tangan (5x), setiap sisi lengan bawah sampai siku
(5x), hingga sampai siku (5x), hingga bersih. Ganti tangan kanan,
kerjakan serupa berulang-ulang 5kali sampai sepuluh menit.
(vi) Tangan dibilas dengan air bersih yang mengalir dengan posisi
jari tangan lebih tinggi dari posisi siku.
(vii) Dihindari tangan yang sudah dicuci bersih bersentuh benda di
sekitarnya.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
99

Kebersihan tangan Secara aseptic menggunakan antiseptic handrub


berbasis alcohol:
(i) Lepaskan semua perhiasan yang ad di tangan (gelang. Cincin, jam
tangan dan akcesories lainnya).
(ii) Cuci tangan menggunakan air bersih mengalir dan sabun antiseptic
yang mengandung khlorheksidin glukonat sampai dengan siku,
tanpa sikat.
(iii) Keringkan dengan tisu/handuk pengering dengan baik.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
100

(iv) Ambil handrub bebrbasis alcohol di telapak tangan kiri,


menggunakan tangan kanan untuk mengoprasikan dispenser.
(v) Gosokkan ujungjari dan kuku jari kanan secara seksama di handrub
alcohol telapak tangan kiri untuk memberishkan kolonisasi kuman di
bawah kuku (5 detik).
(vi) Gosokkan telapak tangan kiri pada tangan dari lengan kanan bawah
sampai dengan siku, dengan gerkan memutar, pastikan seluruh area
lengan tersbut tergosok samapai dengan handrub alcohol kering
smepurna (15 detik).
(vii) Lakukan langkah iv-vi kemabli untuk ujungjari dan kuku hjari kiri 95
detik), dilanjutkan lengan kiri bawah samapai dengan siku, sampai
dengan kering sempurna (15 detik).
(viii) Tuangkan kembali handrub bebrbasis alcohol dilanjutkan 7 langkah
prosedur handrub rutin (15-20 detik)

Note :
1. Pengamatan dilakukan selama maksimal 15 menit dalam satu periode
pengamatan
2. Peluang adalah indikasi kebersihan tangan dalam 15 menit periode
pengamatan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
101

3. Kriteria inklusi : Seluruh petugas pelayanan kesehatan di UPT.


Puskesmas Tembokrejo yang terindikasi untuk dilakukan kebersihan
tangan berdasarkan five moment
4. Kriteria eksklusi : Tidak Ada
b) Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Bertujuan untuk mengukur kepatuhan petugas UPT. Puskesmas
Tembokrejo dalam menggunakan APD baik APD Level 1, APD level 2
ataupun APD Level 3 (sesuai dengan indikasi pasien yang ditangani).
Menjamin keselamatan petugas dan pengguna layanan dengan cara
mengurangi resiko infeksi:
Target yang di inginkan oleh UPT. Puskesmas Tembokrejo adalah 100%
dengan rumusan.
jumlah petugas yang menggunakan APD ( level 1 ,leve 2 , level 3 )
sesuai indikasi dan standart dalam periode pengamatan x
jumlah petugas yang diamati
100%
Note:
 Penilaian kepatuhan penggunaan APD (sesuai dengan Indikasi
pasien) aladah menilai yang dilakukan prosedur pelayanan
kesehatan di UPT. Puskesmas Tembokrejo.
 Kepatuhan penggunan APD adlah kepatuhan petugas kesehatan
dalam menggunakan APD sesaun standar dan indikasi
 Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang
sebagai penghalang terhadap penetrasi zat, cair atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau
penyakit.
 Kriteria inklusi : semua petugas yang terindikasi harus
menggunakan APD
 Kriteria Eklusi : Tidak Ada

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
102

1. Pemakaian dan Pelepasan APD

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
103

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
104

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
105

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
106

2. Penggunaan APD di ruangan


Jenis alat pelindung diri (apd) ditetpakan berdasarkan lokasi,
petugas dan jenis aktivitas di UPT. Puskesmas Tembokrej0
2021
LEVEL
LOKASI / CAKUPAN JENIS APD
APD
Baju kerja
Area puskesmas / admisi Masker Bedah
Sepatu tertutup
Baju kerja
kegiatan harus dilakukan di luar gedung Masker Bedah
Sepatu tertutup
Baju kerja
Tempat Pemeriksaan Umum, loket Masker Bedah
pendaftaran dan kegiatan yang tidak handscoon / Sarung
menimbulkan aerosol tangan karet sekali pakai
Sepatu tertutup
Baju kerja
LEVEL 1
Masker Bedah
Triase pra- pemeriksaan / tidak terjadi
kontak langsung handscoon / Sarung
tangan karet sekali pakai
Sepatu tertutup
Baju kerja
Ambulans, tidak kontak langsung dengan Masker Bedah
pasien Google / Faceshield
Sepatu tertutup
Baju kerja
Melaksanakan pelayanan penerimaan Gaun/ Apron
resep dan penyerahan obat Masker bedah / N95
Sepatu Penutup

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
107

LEVEL
LOKASI / CAKUPAN JENIS APD
APD
Baju kerja
Gaun/ Apron
Ruang pemeriksaan umum, pemeriksaan Masker bedah / N95
pasien dengan gejala infeksi pernapasan, Google / Faceshield
demam Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
Baju kerja
Gaun/ Apron
Masker bedah / N95
Ruang perawatan pasien,ruang kesehatan
Google / Faceshield
gigi & mulut
Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
Baju kerja
Gaun/ Apron
Masker bedah / N95
Petugas laborat / pengambilan sample
Google / Faceshield
saluran pernapasan
Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
LEVEL 2
Baju kerja
Gaun/ Apron
Masker bedah / N95
Ambulance, Transport pasien curiga
Google / Faceshield
COVID-19 ke RS Rujukan
Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
Baju kerja
Gaun/ Apron
Mengantar makanan ke pasien covid-19 Masker bedah / N95
atau pasien dengan rapid dan swab Google / Faceshield
antigen (+) Penutup Kepala
Sarung tangan
Sepatu Penutup
Baju kerja
Cleaning service, Membersihkan setelah Gaun/ Apron
atau di antara kegiatan pemindahan Masker bedah / N95
pasien curiga COVID-19 ke RS rujukan /
Google / Faceshield
Masuk ke ruang rawat pasien
suspect/curiga COVID-19 atau ruang Penutup Kepala
isolasi Sarung tangan
Sepatu Penutup

LEVEL LOKASI / CAKUPAN JENIS APD

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
108

APD
Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Ruang prosedur dan tindakan pada pasien
dengan kecurigaan atau sudah Google / Faceshield
terkonfirmasi COVID-19 Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala
Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Ruang prosedur dan tindakan ruang gigi Google / Faceshield
Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala
Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Pengambilan sample pernapasan (swab Google / Faceshield
LEVEL 3
nasofaring dan orofaring) Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala
Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Menangani linen infeksius Google / Faceshield
Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala
Apron
Coverall Jumpsuit
Masker N95
Petugas yang melakukan pencucian alat Google / Faceshield
instrumen Sepatu Penutup/sepatu
boots
Sarung tangan double
Pelindung kepala

c) Kebersihan lingkungan pelayanan berdasarkan 5R

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
109

1. Halaman dan seluruh ruangan Puskesmas terawat dengan 5 R


meliputi ringkas, rapi, resik, rawat, rajin. Seluruh permukaan
lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah, bebas serangga
(semut, kecoa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing,
anjing, tikus) dan dibersihkan secara terus menerus
2. Ringkas adalah membedakan antara item yang diperlukan dengan
yang tidak diperlukan dan selanjutnya menyingkirkan item yang
tidak diperlukan tersebut. Ringkas dapat dilakukan dengan cara
mengeluarkan semua sampah/benda yang tidak diperlukan dari
lingkungan kerja.
3. Rapi adalah menata item yang diperlukan pada tempat yang
memudahkan untuk segera mengambil item tersebut. Rapi berarti
menyimpan barang dalam tata letak yang benar mengikuti suatu
aturan yang ditetapkan.
4. Resik adalah menjaga lingkungan kerja dan seluruh item dalam
keadaan baik dan bersih. Resik berarti menjaga agar tempat kerja
bersih dan rapi, serta melakukan pemeriksaan untuk mengetahui
kondisi tempat kerja dan barang dalam keadaan baik dan pada
tempatnya.
5. Rawat berarti memelihara lingkungan yang sudah bersih dan rapi
sepanjang waktu dengan membuat standar prosedur yang
diketahui dan dipahami semua orang.
6. Rajin berarti mempertahankan standar prosedur yang telah ada
untuk menjalankan Ringkas, Rapi, Resik, dan rawat secara
berkelanjutan.
7. Kepatuhan Kebersihan lingkungan pelayanan berdasarkan 5R
adalah kepatuhan dalam menjaga Halaman dan seluruh ruangan
Puskesmas terawat 5 R meliputi ringkas, rapi, resik, rawat, rajin

Note :
Kriteria Inklusi : Tidak ada
Kriteria Eksklusi: ruangan dan halaman pelayanan yang terawat
dengan 5 R

Target yang diinginkan dalam hal ini adalah 100% dengan rumusan
sebagai berikut:

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
110

jumlah ruangan dan halaman pelayanan yang terawat dengan 5 R


x
jumlah seluruh ruangan dan halamanUPT . Puskesmas Tembokrejo
100%
Survei dilakukan 2kali dalam sebulan
d) Benda tajam
Semua limbah benda tajam dimasukkan ke dalam kotak benda tajam
(safety box) yang kuat, tahan air, tahan tusukan, berwarna kuning atau
kotak benda tajam yang diberi label limbah benda tajam.
Penempatan safety box, pada area yang aman dan mudah dijangkau
atau digantung pada troli tindakan, tidak menempatkan safety box
dilantai.

Pembuangan safety box, dilakukan setelah kotak terisi 2/3 dengan


menutup rapat permukaan lobang box agar jarum tidak dapat keluar, jika
dibuang dengan waktu yang lama maka penggunaan safety box sesuai
ukuran atau sesuai kebijakan UPT. Puskesmas Tembokrejo yang dibuat
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembuangan
akhir limbah benda tajam dapat dilakukan melalui pembakaran di
insenerator atau dikelola sama dengan limbah B3 lainnya
Numerator : (pembilang) jumlah safety box dengan jarum suntik habis
pakai tidak ditekuk, dipatahkan, tidak disarungkan kembali (recapping)
Denominator : jumlah safety box yang diamati
Pencapaian target adalah 100% dengan rumusan sebagai barikut
jumlah safety box dengan jarum suntik habis pakai
tidak dipatahkan, tidak ditekuk ,tidak disarungkan kembali(recapping) x 100%
jumlah safety box yang diamati

Pengamatan dilakukan 2kali dalam sebulan secara observasi


e) Sterilisasi
Definis Operasional :
1. Prinsip pinsip sterilisasi dilaksanakan dengan tahapan pemilahan
alat kotor dan bersih, proses precleaning, cleaning, desinfeksi, dan
sterilisasi sesuai dengan regulasi yang ditetapkan dan klasifikasi
Spaulding tentang penanganan alat medis berrisiko tinggi (kritis).
2. Indikasi: semua Peralatan bekas pakai perawatan yang
terkontaminasi darah atau cairan tubuh dilakukan pre cleaning,
disinfeksi, dan sterilisasi sesuai SOP

Tujuan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
111

3. menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan


siap pakai, mencegah peralatan cepat rusak, mencegah terjadinya
infeksi silang, menjamin kebersihan alat untuk dapat dipergunakan
kembali, menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan
aman digunakan pasien
4. Menjamin keselamatan pengguna layanan dengan cara
mengurangi risiko infeksi.

Numerator : Jumlah kepatuhan petugas terhadap prosedur desinfeksi


atau sterilisasi alat
Denominator : Jumlah petugas yang diamati kepatuhannya
Kriteria Inklusi: Semua petugas sterilisasi harus melakukan prosedur
desinfeksi atau sterilisasi alat sesuai standar
Kriteria Eksklusi: Tidak ada

Target pencapaian adlah 100% dengan rumusan sebagai berikut :


jumlah kepatuhan petugas terhadap prosedur desinfeksi
atau sterilisasi alat x 100%
jumlah petugas yang diamati kepatuhannya

Pengumpulan data dilakukan secara harian ( hari pada saat melakukan


penyeterilan), survei yang dilakukan secara observasi. Dan dilaporkan
setiap bulannya dan dianalisis setipa tribulanan.

f) Kepatuhan Prosedur Pencegahan Penularan Infeksi


Definis Operasional :
Prosedur pencegahan penularan infeksi melalui transmisi air-borne
melalui penataan ruang periksa, penempatan pasien, maupun transfer
pasien dilakukan dengan benar , pembersihan kamar dengan benar
setiap hari selama pasien tinggal di puskesmas dan pembersihan
kembali setelah pasien keluar pulang, pembersihan kembali bila ada
tumpahan cairan tubuh harus dilakukan sesuai standar atau pedoman
pengendalian infeksi. Puskesmas harus menyediakan spill kit untuk
pembersihan kembali bila ada tumpahan cairan tubuh di ruang
tindakan, pelayanan gigi, persalinan, laboratorium, gawat darurat dan
rawat inap.
 Semua permukaan horizontal di tempat pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari atau bila
terlihat kotor dan dan harus dibersihkan kembali bila pasien sudah
keluar dan sebelum pasien baru masuk.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
112

 Permukaan meja pemeriksaan pasien, atau peralatan lainnya yang


bersentuhan langusng dangan pasien segra dibersihkan dan
didisinfeksi untuk pemeriksaan pasein yang berbeda.
 Semua kain yang akan dipakai sebagai kain pemebrsih harus
dibasahi dengan air bersih sebelum digunakan untuk
membersihkan debu, jangan menggunakan kain kering atau
dengan dsapu karena dapat menimbulkan aerosilisasi debu.
 Pengunjung yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan
sepatu atau sandal yang kotor (bercampur tanah atau lumpur)
harus membersihkan terlebih dahulu sebelum masuk (tidak
membuka sandal sandal atau sepatu saat masuk).
 Semua perlatan pembersih harkus selalu dibersihkan dan
dikeringkan setelah digunakan.
 Temapt-tempat di sekitar pasein harus bersih dari peralatan seta
perlengkapan yang tidak perlu, sehingga memudahkan
pemebersihan menyeluruh setiap hari.
 Meja pemeriksaan dan peralatan disekitar disekitar lingkungan
pasien yang diketahui atua suspek terinfeksi ISPA harus
dibersihkan dengan desinfektan segera setelah digunakan.

Tujuan :
1. Jika ada cairan tubuh, darah, muntahan, percikan ludah, darah
atau eksudat Iuka pada permukaan (lantai, dinding atau tirai
pembatas) dibersihkan menggunakan spill kit
2. Isi kotak Spill Kit Infekisus yaitu (sarung tangan, masker, serok dan
sapu kecil, cairan detergent, cairan klorin 0,5 % dan kain
perca/tisu/koran bekas), plastik warna kuning.
3. Menjamin keselamatan pengguna layanan dengan cara
mengurangi risiko infeksi.

Numerator : jumlah prosentasi kepatuhan prosedur pembersihan area


dengan spill kit
Denominator : seluruh prosedur pembersihan area
Kriteria inklusi : tidak ada
Kriteria eksklusi : tidak ada
Target pencapaian : 100% dengan rumusan sebagai berikut :
jumlah pro sentase kepatuhan prosedur pembersihanarea
dengan spill kit x 100%
seluruh prosedur pembersihan area

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
113

Desain pengumpulan data dilakukan survei 2x dalam sebulan dan


dilakukan melalui pemantauan dan observasi menggunakan formulir
observasi, pengumpulan data dilakukan 2x dalam sebulan, dengan
palopran tiap bulanan serta di analisis setiap tribulanan.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
114

3.8 Indikator Mutu PPI UPT. Puskesmas Tembokrejo

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TEMBOKREJO
Alamat : Jl.PB Sudirman No.44 Tembokrejo Kec.Gumukmas Jember
Kode Pos 68165

INDIKATOR MUTU PPI

No Judul Indikator Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1 Dasar Pemikiran 1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien pada pasal 5 ayat 5
mengamanatkan bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus mengurangi resiko
infeksi akibat perawatan kesehatan.
2. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang PPI di fasilitas pelayanan kesehatan, pasal 3
ayat 1 setiap Fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan program PPI.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
4. Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD) dalam menghadapi wabah Covid 19 (Dirjen
Yankes tahun 2020).
5. FKTP harus memperhatikan kepatuhan pemberi pelayanan dalam menggunakan APD
sesuai dengan prosedur.

2 Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas


3 Tujuan 1. Mengukur kepatuhan petugas FKTP dalam menggunakan APD
2. Menjamin keselamatan petugas dan pengguna layanan dengan cara mengurangi
risiko infeksi.
4 Definisi Operasional 1. Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang
terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi pemakainya
dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.
2. APD digunakan sesuai dengan standar dan indikasi
3. Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh
atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau
kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
4. Kepatuhan penggunaan APD adalah kepatuhan petugas kesehatan dalam
menggunakan APD sesuai standar dan indikasi.
5. Penilaian kepatuhan penggunaan APD adalah penilaian yang dilakukan terhadap
petugas kesehatan dalam menggunakan APD saat melakukan tindakan atau prosedur
pelayanan kesehatan
5 Jenis Indikator Proses
6 Satuan Pengukuran Persentase (%)
7 Numerator (pembilang) Jumlah petugas kesehatan yang menggunakan APD sesuai indikasi dan standar dalam
periode pengamatan
8 Denominator (penyebut) Jumlah petugas kesehatan yang diamati kepatuhannya
9 Target Pencapaian 100%
10 Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua petugas yang terindikasi harus menggunakan APD
Kriteria Eksklusi:
• Tidak ada

11 Formula Jumlah petugas kesehatan yang menggunakan APD sesuai indikasi dan
standar dalam periode pengamatan
x 100%
Jumlah petugas kesehatan yang diamati kepatuhannya
12 Desain Pengumpulan Data Concurrent (Survei harian)
13 Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
14 Instrumen Pengambilan Data Formulir observasi
15 Frekuensi Pengumpulan Data Harian
16 Periode Pelaporan Data Bulanan
17 Periode Analisis Data Tribulan
18 Penyajian Data Tabel
19 Penanggung Jawab Penanggung Jawab PPI

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
115

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TEMBOKREJO
Alamat : Jl.PB Sudirman No.44 Tembokrejo Kec.Gumukmas Jember
Kode Pos 68165

INDIKATOR MUTU PPI


No Judul Indikator Kepatuhan KebersihanTangan (KKT)
1 Dasar Pemikiran 1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien pada pasal 5 ayat 5
mengamanatkan bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus mengurangi resiko
infeksi akibat perawatan kesehatan.
2. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang PPI di fasilitas pelayanan kesehatan, pasal 3
ayat 1 setiap Fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan program PPI.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

2 Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas


3 Tujuan 1. Mengukur kepatuhan petugas FKTP dalam melakukan kebersihan tangan
2. Menjamin keselamatan petugas dan pengguna layanan dengan cara mengurangi
risiko infeksi.
4 Definisi Operasional 1. Kebersihan tangan adalah cara membersihkan tangan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor atau terkena cairan
tubuh, atau menggunakan cairan yang berbasis alkohol (alcohol – base handrubs)
bila tangan tidak tampak kotor
2. Tangan yang terkontaminasi merupakan salah satu media penyebab penularan
infeksi di fasiltas pelayanan kesehatan
3. Kebersihan tangan dilakukan untuk mencegah terjadi kontaminasi silang dari tangan
petugas saat melakukan tindakan aseptik atau saat memberikan pelayanan kesehatan.
4. Kepatuhan kebersihan tangan adalah Kepatuhan seluruh petugas Puskesmas
melakukan hand hygiene Prosedur cuci tangan sesuai dengan ketentuan 6 (enam)
langkah cuci tangan dan 5 (lima) momen, yaitu:
1.Sebelum kontak dengan pasien
2.Sebelum melakukan tindakan aseptik
3.Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5.Setelah kontak dengan lingkungan pasien
5 Jenis Indikator Proses
6 Satuan Pengukuran Persentase (%)
7 Numerator (pembilang) Jumlah kepatuhan petugas yang diamati dalam melakukan prosedur cuci tangan 6
langkah dan 5 momen
8 Denominator (penyebut) Jumlah petugas kesehatan yang diamati kepatuhannya
9 Target Pencapaian 100%
10 Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua petugas yang terindikasi harus melakukan prosedur cuci tangan 6 langkah dan
5 momen
Kriteria Eksklusi:
• Tidak ada
11 Formula Jumlah kepatuhan petugas yang diamati dalam melakukan prosedur cuci tangan 6
langkah dan 5 momen
x 100%
Jumlah petugas kesehatan yang diamati kepatuhannya
12 Desain Pengumpulan Data Concurrent (Survei harian)
13 Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
14 Instrumen Pengambilan Data Formulir observasi
15 Frekuensi Pengumpulan Data Harian
16 Periode Pelaporan Data Bulanan
17 Periode Analisis Data Tribulan
18 Penyajian Data Tabel
19 Penanggung Jawab Penanggung Jawab PPI

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
116

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TEMBOKREJO
Alamat : Jl.PB Sudirman No.44 Tembokrejo Kec.Gumukmas Jember
Kode Pos 68165

INDIKATOR PPI TAHUN 2021

No Judul Indikator Kebersihan lingkungan pelayanan berdasarkan 5R


1 Dasar Pemikiran 1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien pada pasal 5 ayat 5
2 Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
3 Tujuan 1. Mengukur Kebersihan lingkungan pelayanan berdasarkan 5R
2. Menjamin keselamatan petugas dan pengguna layanan dengan cara mengurangi
risiko infeksi.
4 Definisi Operasional 1. Halaman dan seluruh ruangan Puskesmas terawat dengan 5 R meliputi ringkas, rapi,
resik, rawat, rajin. Seluruh permukaan lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah,
bebas serangga (semut, kecoa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing, anjing,
tikus) dan dibersihkan secara terus menerus
2. Ringkas adalah membedakan antara item yang diperlukan dengan yang tidak
diperlukan dan selanjutnya menyingkirkan item yang tidak diperlukan tersebut.
Ringkas dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan semua sampah/benda yang tidak
diperlukan dari lingkungan kerja.
3. Rapi adalah menata item yang diperlukan pada tempat yang memudahkan untuk
segera mengambil item tersebut. Rapi berarti menyimpan barang dalam tata letak yang
benar mengikuti suatu aturan yang ditetapkan.
4. Resik adalah menjaga lingkungan kerja dan seluruh item dalam keadaan baik dan
bersih. Resik berarti menjaga agar tempat kerja bersih dan rapi, serta melakukan
pemeriksaan untuk mengetahui kondisi tempat kerja dan barang dalam keadaan baik
dan pada tempatnya.
5. Rawat berarti memelihara lingkungan yang sudah bersih dan rapi sepanjang waktu
dengan membuat standar prosedur yang diketahui dan dipahami semua orang.
6. Rajin berarti mempertahankan standar prosedur yang telah ada untuk menjalankan
Ringkas, Rapi, Resik, dan rawat secara berkelanjutan.
7. Kepatuhan Kebersihan lingkungan pelayanan berdasarkan 5R adalah kepatuhan
dalam menjaga Halaman dan seluruh ruangan Puskesmas terawat 5 R meliputi ringkas,
rapi, resik, rawat, rajin
5 Jenis Indikator Proses
6 Satuan Pengukuran Persentase (%)
7 Numerator (pembilang) Jumlah ruangan dan halaman pelayanan yang terawat dengan 5 R
8 Denominator (penyebut) Jumlah seluruh ruangan/ halaman Puskesmas
9 Target Pencapaian 100%
10 Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Tidak ada
Kriteria Eksklusi:
• ruangan dan halaman pelayanan yang terawat dengan 5 R
11 Formula Jumlah ruangan dan halaman pelayanan yang terawat dengan 5 R
x 100%
Jumlah seluruh ruangan/ halaman Puskesmas
12 Desain Pengumpulan Data survei 2x dalam sebulan
13 Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
14 Instrumen Pengambilan Data Formulir observasi
15 Frekuensi Pengumpulan Data 2x dalam sebulan
16 Periode Pelaporan Data Bulanan
17 Periode Analisis Data Tribulan
18 Penyajian Data Tabel
19 Penanggung Jawab Penanggung Jawab PPI

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
117

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TEMBOKREJO
Alamat : Jl.PB Sudirman No.44 Tembokrejo Kec.Gumukmas Jember
Kode Pos 68165

INDIKATOR PPI TAHUN 2021

No Judul Indikator Pembuangan limbah benda tajam memenuhi standar


1 Dasar Pemikiran 1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien pada pasal 5 ayat 5
mengamanatkan bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus mengurangi resiko
infeksi akibat perawatan kesehatan.
2. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang PPI di fasilitas pelayanan kesehatan, pasal 3
ayat 1 setiap Fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan program PPI.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
2 Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
3 Tujuan 1. Mengukur pembuangan limbah benda tajam pada ruangan Tindakan, Gigi,
Laboratorium, KB dan ruangan bersalin
2. Menjamin keselamatan petugas dan pengguna layanan dengan cara mengurangi
risiko infeksi.
4 Definisi Operasional 1. Semua limbah benda tajam dimasukan kedalam kotak benda tajam (safety
box) yang kuat, tahan air, tahan tusukan, berwarna kuning atau kotak
benda tajam yang diberi label limbah benda tajam
2. Pembuangan limbah benda tajam memnuhi stansar bila jarum suntik habis pakai
tidak ditekuk, dipatahkan, tidak disarungkan kembali (recapping), dibuang dalam
wadah safety box dekat lokasi, wadah ditutup dan diganti setelah 3/4 bagian terisi
dengan limbah
5 Jenis Indikator Proses
6 Satuan Pengukuran Persentase (%)
7 Numerator (pembilang) Jumlah safety box dengan jarum suntik habis pakai tidak ditekuk, dipatahkan, tidak
disarungkan kembali (recapping)
8 Denominator (penyebut) Jumlah safety box yang diamati
9 Target Pencapaian 100%
10 Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Tidak ada
Kriteria Eksklusi:
• safety box dengan jarum suntik habis pakai tidak ditekuk, dipatahkan, tidak
disarungkan kembali (recapping), wadah diganti setelah 3/4 bagian terisi dengan
limbah
11 Formula Jumlah safety box dengan jarum suntik habis pakai tidak ditekuk, dipatahkan, tidak
disarungkan kembali (recapping)
x 100%
Jumlah safety box yang diamati

12 Desain Pengumpulan Data survei 2x dalam sebulan


13 Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
14 Instrumen Pengambilan Data Formulir observasi
15 Frekuensi Pengumpulan Data 2x dalam sebulan
16 Periode Pelaporan Data Bulanan
17 Periode Analisis Data Tribulan
18 Penyajian Data Tabel
19 Penanggung Jawab Penanggung Jawab PPI

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
118

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TEMBOKREJO
Alamat : Jl.PB Sudirman No.44 Tembokrejo Kec.Gumukmas Jember
Kode Pos 68165

INDIKATOR PPI TAHUN 2021

No Judul Indikator Kepatuhan petugas melakukan prosedur desinfeksi atau sterilisasi alat setelah tindakan
1 Dasar Pemikiran 1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien pada pasal 5 ayat 5
mengamanatkan bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus mengurangi resiko
infeksi akibat perawatan kesehatan.
2. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang PPI di fasilitas pelayanan kesehatan, pasal 3 ayat
1 setiap Fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan program PPI.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
2 Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
3 Tujuan 1. menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap
pakai, mencegah peralatan cepat rusak, mencegah terjadinya infeksi silang,
menjamin kebersihan alat untuk dapat dipergunakan kembali, menetapkan produk
akhir dinyatakan sudah steril dan aman digunakan pasien
2. Menjamin keselamatan pengguna layanan dengan cara mengurangi risiko infeksi.
4 Definisi Operasional 1. Prinsip pinsip sterilisasi dilaksanakan dengan tahapan pemilahan alat kotor dan bersih,
proses precleaning, cleaning, desinfeksi, dan sterilisasi sesuai dengan regulasi yang
ditetapkan dan klasifikasi Spaulding tentang penanganan alat medis berrisiko tinggi
(kritis).
2. Indikasi: semua Peralatan bekas pakai perawatan yang terkontaminasi darah atau
cairan tubuh dilakukan pre cleaning, disinfeksi, dan sterilisasi sesuai SOP
5 Jenis Indikator Proses
6 Satuan Pengukuran Persentase (%)
7 Numerator (pembilang) Jumlah kepatuhan petugas terhadap prosedur desinfeksi atau sterilisasi alat
8 Denominator (penyebut) Jumlah petugas yang diamati kepatuhannya
9 Target Pencapaian 100%
10 Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Semua petugas sterilisasi harus melakukan prosedur desinfeksi atau sterilisasi alat
sesuai standar
Kriteria Eksklusi:
• Tidak ada
11 Formula Jumlah kepatuhan petugas terhadap prosedur desinfeksi atau sterilisasi alat
x 100%
Jumlah petugas yang diamati kepatuhannya
12 Desain Pengumpulan Data Concurrent (Survei harian)
13 Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
14 Instrumen Pengambilan Data Formulir observasi
15 Frekuensi Pengumpulan Data Harian
16 Periode Pelaporan Data Bulanan
17 Periode Analisis Data Tribulan
18 Penyajian Data Tabel
19 Penanggung Jawab Penanggung Jawab PPI

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
119

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TEMBOKREJO
Alamat : Jl.PB Sudirman No.44 Tembokrejo Kec.Gumukmas Jember
Kode Pos 68165

INDIKATOR MUTU PPI


No Judul Indikator Kepatuhan prosedur pencegahan penularan infeksi
1 Dasar Pemikiran 1. Permenkes No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien pada pasal 5 ayat 5
mengamanatkan bahwa setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus mengurangi resiko
infeksi akibat perawatan kesehatan.
2. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang PPI di fasilitas pelayanan kesehatan, pasal 3 ayat
1 setiap Fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan program PPI.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
2 Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
3 Tujuan 1. Jika ada cairan tubuh, darah, muntahan, percikan ludah, darah atau eksudat Iuka pada
permukaan (lantai, dinding atau tirai pembatas) dibersihkan menggunakan spill kit
2. Isi kotak Spill Kit Infekisus yaitu (sarung tangan, masker, serok dan sapu kecil, cairan
detergent, cairan klorin 0,5 % dan kain perca/tisu/koran bekas), plastik warna kuning.
3. Menjamin keselamatan pengguna layanan dengan cara mengurangi risiko infeksi.
4 Definisi Operasional Prosedur pencegahan penularan infeksi melalui transmisi air-borne melalui penataan
ruang periksa, penempatan pasien, maupun transfer pasien dilakukan dengan benar ,
pembersihan kamar dengan benar setiap hari selama pasien tinggal di puskesmas dan
pembersihan kembali setelah pasien keluar pulang, pembersihan kembali bila ada
tumpahan cairan tubuh harus dilakukan sesuai standar atau pedoman pengendalian
infeksi. Puskesmas harus menyediakan spill kit untuk pembersihan kembali bila ada
tumpahan cairan tubuh di ruang tindakan, pelayanan gigi, persalinan, laboratorium, gawat
darurat dan rawat inap.
5 Jenis Indikator Proses
6 Satuan Pengukuran Persentase (%)
7 Numerator (pembilang) Jumlah prosentase kepatuhan prosedur pembersihan area dengan spill kit
8 Denominator (penyebut) seluruh prosedur pembersihan area
9 Target Pencapaian 100%
10 Kriteria: Kriteria Inklusi:
• Tidak ada
Kriteria Eksklusi:
• pembersihan area dengan spill kit
11 Formula Jumlah prosentase kepatuhan prosedur pembersihan area dengan spill kit
x 100%
seluruh prosedur pembersihan area
12 Desain Pengumpulan Data survei 2x dalam sebulan
13 Sumber Data Sumber data primer yaitu melalui observasi
14 Instrumen Pengambilan Data Formulir observasi
15 Frekuensi Pengumpulan Data 2x dalam sebulan
16 Periode Pelaporan Data Bulanan
17 Periode Analisis Data Tribulan
18 Penyajian Data Tabel
19 Penanggung Jawab Penanggung Jawab PPI

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
120

BAB IV
PENERAPAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI UPT. PUSKESMAS TEMBOKREJO

4.1 Penerapan PPI pada pelayanan di UPT. Puskesmas Tembokrejo


4.1.1 Maksud
Penerapan PPI di UPT. Puskemas Tembokrejo dimasudkan agar dalam
pemberian pelayanan di UPT. Puskesmas Tembokrejo seluruh
staf/pegawai/karyawan mengikuti konsep, prinsip langkah dan prosedur
PPI sebagaimana telah dijelaskan pada BAB III
4.1.2 Tujuan
Penerapan PPI di UPT. Puskesmas Tembokrejo bertujuan agar petugas,
pengguna layanan dan masyarakat serta lingkungan terlindungi dari
penularan penyakit infeksi.
4.1.3 Prinsip
Secara garis besar konsep dan prinsip pelaksanaan PPI pada berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan di UPT. Puskesmas Tembokrejo adalah
berlaku sama, tanpa pengecualian dengan merujuk pada materi bahasan
PPI di bab III. Mutu pelayanan di UPT. Puskesmas Tembokrejo sangat
ditentukan oelh kepatuhan petugas terhadap kebijakan, pedoman, SOP
yang telah ditetapkan oleh UPT. Puskesmas Tembokrejo.
Dalam membuat kebijakan, pedoman dan SOP tentang PPI tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan Kementrian Kesehatan RI
maupun perturan lainnya yang terkait PPI.
4.1.4 Tantangan Penerapan PPI di UPT. Puskesmas Tembokrejo
Penerapan PPI di UPT. Puskesmas Tembokrejo relatif lebih mudah
terutama jika kegiatannya dilakukan di dalam fasilitas kesehatan. Karena
semua sumber daya yang digunakan berada dalam kendali petugas. Selain
itu sumber dan potensi penularan penyakit lebih mudah di identifikasi
sehingga pencegahan dan pengendalian penyakit infeksinya juga
diharapkan dapat dikelola dengan lebih baik.
Sebaiknya pelayanan tersebut diberikan di luar gedung UPT. Puskesmas
Tembokrejo, akan mempunyai konsekuensi yang berbeda disebabkan hal-
hal, sebagai berikut:

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
121

a. Sasaran Pelayanan : yang dilayani pada umumnya orang sehat,


sehingga aspek keselamatan kurang diperhatikan padahal selain
kegiatan UKM juga banyak yang berupa pelayanan perseorangan.
Beberapa contoh pelayanan yang diberikan di Luar Gedung UPT.
Puskesmas Tembokrejo seperti pemberian imunisasi, pemeriksaan ibu
hamil, pemriksaan pasca salin yang mencakup ibu dan bayinya,
pemeriksaan lanjut usia (Posbindu), pemeriksaan kesehatan pekerja
(Pos UKK), pemeriksaan kesehatan anak sekolah (UKG/UKGS),
pemeberian FE, vitamin A, obat Cacing daan lain-lain.
b. Tempat pelayanan : pelayanan diberikan pada tempat, lingkungan,
saran prasarana terbatas, tidak dipersiapkan khusus sebagai tempat
pelayanan kesehatan, termasuk aspek keamanan dan keselamatan
petugas sering luput dari perhatian. Misalnya pelayanan kesehatan di
posyandu, Posbindu, sekolah, pesantren, balaidesa, rumah penduduk,
stadion, tempat pengungsian, pengungsian, pabrik, perkebunan dan
lain – lain.
c. Keterbatasan alat, obat dan sumberdaya lain : alat kesehatan yang
tersedia atau yang dapat dibawa oleh petugas sangat terbatas,
sehingga perlu perhatian khsusu dalam pengelolaan dan
penggunaannya. Peralatan untuk pelayanan di luar gedung sesuai
Permenkes 43 tahun 2019 tentang Puskesmas meliputi : Kit
Perkesmas, Kit Imunisasi, Kit UKS/UKGS, Kit Bidan, Kit Posyandu, Kit
Sanitasi, Kit POsbindu dan Kit SDIDTK (Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang).
d. Keterbatasan Petugas terlatih : jika terjadi kasus gawat darurat,
penanganannya relatif lebih sulit karena berkaitan dengan tindakan
gawat darurat yang sering kali memerlaukan bantuan tenaga kesehatan
lainnya.
4.1.5 Edukasi PPI pada pengguna atau sasaran Pelayanan
Pedoman PPI UPT. Puskesmas Tembokrejo ini dilengkapi dengan
pesanedukasi kepada pengguna atau sasaran pelayanan. Pesan edukasi
tersebut diharapkan disampaikan oelh petugas sat berkunjung ke UPT.
Puskesmas Tembokrejo. Termasuk penyampaian tentang Pola Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), D=Gerakan Masyarkat Sehat (Germas) saat di
rumah dan di masyarakat dengan demikian rantai penularan penyakit
infeksi dapat dicegah atau diputuskan secara dini di masyarakat.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
122

4.1.6 Penerapan PPI pada Pelayanan Kesehatan UPT. Puskesmas


Tembokrejo yang dilaksanakan di dalam dan luar Gedung Pelayanan
Kesehatan.
Untuk kemudahan pemahaman bagaiman penerapan PPI pada setiap
kegiatan atau pelayanan di UPT. Puskesmas Tembokrejo, maka dilakukan
pengelompokan berdasarkan pelayanan, jenis aktifitasnya baik yang
bersifat UKP maupun UKM yang keduanya dapat dilakukan dai dalam
maupun di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Pengelompokan tidak dibuat
berdasarkan ruangan dengan kesehatan, Pengelompokan tidak dibuat
berdasarkan ruangan dengan pertimbangan bahwa persyaratan ruangan,
tempat dan sarana lainnya sudah melekat pada setiap jenis pelayanan
yang diberikan oleh UPT. Puskesmas Tembokrejo.
Untuk UKM dalam Permenkes 43 tahun 2019 tenatang Puskesmas
terdapat lebih dari 200 kegiatan UKM (Essensial dan Pengembangan),
karena banyak dan beragamnya bentuk kegiatan UKM maka pembahasan
penera[pan PPI akan diuraikan berdasarkan kesamaan aktifitas, tujuan,
jenis kegiatan, metode pelaksanaan, sasaran maupun saran penunjang
kegiatan yang dibutuhkan.
a) Penerapan PPI pada pelayanan yang dilaksanakan di dalam dan
Fasilitas kesehatan yang bersifat UKP dan/atau UKM, di uraikan
sebagaimana berikut :
1) Loket
2) BP
3) Gigi
4) UGD
5) VK / KAMAR BERSALIN
6) Rawat Inap
7) Kesehatan Keluarga (CHN)
8) Gizi
9) PTM
10) LABORATORIUM
11) FARMASI
12) KONSELING (kesling, Promkes, survelans, UKS)
Dengan catatan : jika kegiatan pelayanan UKM yang dilakukan di
dalam gedung (UPT. Puskesmas Tembokrejo) maka penerapan PPI-
nya sam dengan PPI di UKM

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
123

b) Penerapan PPI pada pelayanan yang dilaksanakan di luar gedung yang


bersifat UKM dan/atau UKP, dikelompokkan sebagia berikut :
1. Kegiatan pendataan pada program UKM
2. Kegiatan penjaringan
3. Kegiatan kunjungan rumah
4. Kegiatan vaksinasi dan tindakan medis lainnya
5. Kegiatan distribusi dan pemberian obat
6. Kegiatan dan pemberian PMT
7. Kegiatan pelatihan, penyuluhan dan konseling
8. Kegiatan pemantauan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat
Dengan catatan : jika terdapat kegiatan pelayanan UKP yang dilakukan
di luar gedung maka penerapan PPI-nya sama dengan PPI di UKP
dalam gedung.

4.2  PENERAPAN PPI PADA PELAYANAN DALAM GEDUNG UPT.


PUSKESMAS TEMBOKREJO YANG BERSIFAT UKP DAN/ATAU UKM
4.2.1 PPI Pada Loket
a) Maksud
Penerapan PPI pada loket pendaftaran dimaksudkan agar
pengelolaan proses pendaftaran yang meliputi: penerimaan,
penapisan dan penulisan identitas, penyediaan kartu berobat, kartu
pmeriksaan atau rekam medik untuk keperluan berobat atau
konsultasi kesehatan yang sesuai dengan prinsip PPI
b) Ruang Lingkup Pelayanan :
1) Penerimaan, penapisan dan pencatatan identitas dalamkartu
berobat / kartu kunjungan
2) Penyopann rekam medis
3) Penyerahan rekam medis oleh petugas ke ruang pemeriksaan
atau pelayanan
4) Pengembalian rreakm medis dari ruang pelayanan, pemriksaan
kelengkapan dokumen dan penyimpanan kembali.
c) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah atau memutus rantai penyakit infeksi pada
pelayanan loket pendaftaran dan rekam medis akibat pelayanan yang
tidak sesuai standart.

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
124

d) Prinsip Umum
1) UPT. Puskesmas Tembokrejo membuat SOP pelayanan loket
pendaftaran dan penyediaan Rekam Medis dengan
memperhatikan penerapan PPI.
2) Penyusunan SOP dan penerapan PPI pada loket pendaftaran dan
penyediaan Rekam Medis mengacu pada pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi UPT. Puskesmas Tembokrejo
3) Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan oelh Tim PPI untuk menilai tingkat kepatuhan
petugas pada SOP yang telah dibuat.
e) Penerapan PPI pada Pelayanan Loket Pendaftaran dan Penyediaan
Rekam Medis.
Penerapan PPI (dengan memperhatikan resiko paparan)
Petugas Kesehatan:
1. Lakukan CTPS (sebelum dan akhir pelayanan di ruang
pendaftaran)
2. Gunakan APD sesuai indikasis dan jenis paparan
3. Jaga jarak berhadapan dengan pasien atau gunakan barier jika
diperlukan
4. Perhatikan kebersihan lingkungan kerja, sirkulasi udara dan
pencahayaan
Edukasi pada pengguna layanan:
1. Anjurkan atau berikan masker pada pasien dengan gangguan
pernapasan )(batuk, flu,bersin) atau terpakan kebersihan
pernapasan dan etika batuk pada penapisan awal.
2. Jaga jarak saat antrian dan penumpukan saat pendaftaran
3. Terapkan PHBS dan Germas.

4.2.2 Penrapan PPI pada Pelayanan BP


a) Maksud
Penerapan PPI pada pemeriksaan umum dimaksudkan agar
pengelolaan pelayanan pemeriksaan kesehatan yang bersifat
perseorangan yang mencakup pelayanan kuratif, dan atau tanpa
meninggalkan pelayanan promotif dan preventif yang sesuai dengan
prinsip dan prosedur PPI

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
125

b) Ruang Lingkup Pelayanan :


1. Pemeriksaan awal pasien oelh petugas
2. Pemeriksaan oleh dokter atau petugas kesehatan
c) Tujuan
Untuk mencegah atau memutus rantai penykait infeksi dipelayanan
pemeriksaan akibat pelayanan yang tidak sesuai dengan standart.
d) Prinsip Umum :
1. UPT. Puskesmas Tembokrejo membuat SOP pelayanan
pemeriksaan umum dengan memperhatikan standart penerapan
PPI
2. Penyusunan SOP dan penerapan PPI pada pelayanan
pemeriksaan umum, mengacu pada pedoman internal
pencegahan dan pengendalian infeksi
3. Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan oelh Tim PPI untuk menilai tingkat kepatuhan
petugas pad SOP pelayanan
e) Penerapan PPI pada Pelayanan BP
Penerapan PPI (dengan memperhatikan resiko paparan)
Bagi petugas kesehatan:
1. Laksanakan hand hygiene sesuai indikasi
2. Penggunaan APD sesuai indikasi dan jenis paparan
3. Pengendalian lingkungan dilaksanakan sesuai Prinsip PPI
4. Pengendalian limbah sesuai jenis limbah
5. Pengelolaan peralatan medis berdasarkan kritikal, semi kritikal dan
non kritikal.
6. Kelola linen sesuai kategorinya (infeksius atau non infeksius)
7. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk jika sedang skit
pada saluran pernapasan.
8. Atur jarak atau penempatan pasien saat pemeriksaan atau
gunakan barier jika diperlukan.
9. Patuhi pemberian atau peresepan antiboitk secara bijak, sesuai
kebijakan UPT. Puskesmas Tembokrejo
10. Terpakan kewaspadaan transmisi sebagai kewaspadaan lapis
kedua

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
126

Edukasi pada Pengguna Layanan


1. Anjurkan atau berikan masker pada pasien dengan gangguan
pernapasan (batuk,flu, bersin) atau terapkan kebersihan
pernapasan dan etika batuk pada awal penapisan
2. Jika diperlukan minta lakukan kebersihan tangan sebelum masuk
ruangan pemeriksaan
3. Terapkan PHBS dan Germas
4.2.3 PPI pada Penerapan Pelyanan Gigi dan Mulut
a) Maksud
Agar pengelolaan pelayanan pada semua tindakan atau manipulasi
yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan di
UPT. Puskesmas Tembokrejo sesuai dengan prinsip dan prosedur
PPI
b) Ruang Lingkup Pelayanan
1. Pemeriksaan
2. Penambahan gigi
3. Pencabutan gigi
4. Perawatan gigi dan mulut
5. Pembersihan karang (scalling)
c) Tujuan
Untuk mencegah atau memutus rantai penyakit infeksi di pelayanan
kesehatan gigi dan mulut akibat pelayanan yang tidak sesuai standart
dan prosedur.
d) Prinsip Umum
1) UPT. Puskesmas Tembokrejo membuat SOP pelayanan
kesahatan gigi dan mulut dengan memperhatikan standart
penera[an PPI.
2) Menyusun SOP dan penerapan PPI di Pelayanan kesehatan gigi
dan mulut mengacu pada pedoman internal pencegahan dan
pengendalian infeksi.
3) Perlu pemantauan secara periodik dab berkesinambungan oleh
Tim PPI untuk menilai tingkat kepatuhan petugas pada SOP yang
elah di buat.
e) Penerapan PPI pada Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Penerapan PPI (dengan memperhatikan risiko paparan),
Petugas Kesahatan:
1. Laksanakan hand hygiene sesuai indikasi
2. Pengguaan APD berdasarkan indikasi dan jenis paparan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
127

3. Pengendalian lingkungan dilaksanakan sesuai prinsip PPI,


gunakan air kumur dari air minum
4. Pengendalian limbah dan benda tajam sesuai dengan jenis limbah
5. Pengelolaan alat medis berdasarkan kritikal, semi kritikal atau non
kritikal, dekontaminasi dilakukan di temapt terpisah dengan ruang
pelayanan gigi dan mulut.
6. Jika ada tindakan penyuntikan terapkan prosedur penyuntikan
yang aman
7. Kelola linen sesuai kategorinya (infeksius atau non infeksius)
8. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk jika sedang
sakit pada saluran pernapasan
9. Patuhi pemberian atau peresepan antibiotik secara bijak sesuai
kebijakan UPT. Puskesmas Tembokrejo
10. Jika terjadi cedera atau paparan cairan tubuh pasien: ikuti protap
atau alur pajanan untuk keselamatan petugas
11. Terapkan kewaspadaan transmisi sebagai kewaspadaan lapis
kedua
12. Perhatikan bundle PPI untuk perawatan luka (luka padamulut)

Edukasi pada Pengguna Layanan :


1. Jika memungkinkan, tunda pemeriksaan gigi dan mulut jika
sedang sakit saluran pernapasan
2. Anjurkan atau berikan masker pada pasien dengan gangguan
pernapasan dan etika batuk pada penapisan awal.
3. Jika diperlukan minta lakukan kebersihan tangan sebelum masuk
ruang pemeriksaan
4. Terapkan PHBS dan Gemas

4.2.4 PPI pada Pelayanan Unit Gawat Darurat


a) Maksud
Agar pengelolaan penyelamatan nyawa pasien, mencakup pra-
fasilitas,triase, resusitasi, stabilisasi awal dan evaluasi serta rujukan
sesuai dengan prinsip dan prosedur PPI
b) Ruang Lungkup Pelayanan
1. Pra fasilitas
2. Triase
3. Resusitasi
4. Stabilisasi

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
128

5. Rujukan (jika ada indikasi)


c) Tujuan
Untuk mencagah atau memutus rantai penyakit infeksi di Unit
pelayanan Gawat Darurat akibat pelayanan yang tidak sesuai
standart.
d) Pronsip Umum
1. UPT. Puskesmas Tembokrejo membuat SOP pelayanan Gawat
Darurat dengan memperhatikan standart penerapan PPI
2. Penyusunan SOP dan penerpan PPI di Unit pelayanan Gawat
Daerurat mengacu pada pedoman internal Pencegahan dan
Pengendalian infeksi
3. Perlu pemantauan atau monitoring secara periodik dan
berkesinambungan oelh Tim PPI untuk menilai tingkat kepatuhan
petugas pada SOP
e) Penerapan PPI pada Unit Pelayanan Gawat Darurat
Penerapan PPI (dengan memperhatikan risiko paparan)
Petugas Kesehatan:
1. Lasksankan hand hygiene sesuai indikasi
2. Penggunaan APD berdasarkan pada indikasi dan jenis paparan
3. Pengendalian lingkungan dilaksanakan sesusai prinsip PPI
4. Pengealolaan limbah dan benda tajam sesuai jenis limbah
5. Pengelolaan lat medis berdasarkan: kritikal, semi kritikal atau non
kritikal, dekontaminasi dilakukan di ruang sull hook.
6. Pada tindakan penyuntikan : terapakan penyuntikan yang aman
7. Kelola linen sesuai jenisnya (infeksius atau non infeksius)
8. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk jika sedang
sakit pada saluran pernapasan.
9. Patuhi pemberian atau peresepan antibiotik secara bijak sesuai
kebijakan UPT. Puskesmas Tembokrejo
10. Jika terjadi cedera atau paparan cairan tubuh pasien saat
pelayanan atau perawatan : ikuti protap atau alur pajanan untuk
keselamatan petugas.
11. Terapkan kewaspadaan transmisi sebagai kewaspadaan lapis
kedua.
12. Perhatikan bundle PPI untuk penggunaan alat bantu napas (O2),
penggunaan nebulizer, penggunaan infus, penggunaan kateter
urine dna perawatan luka ( mengkuti tindakan yang diberikan)

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
129

Edukasi pada Pengguna Layanan:


1. Anjurkan atau berikan masker pada pasien dengan gangguan
pernapasan (batuk, flu, bersin) atau terapkan kebersihan
pernapasan dan etika batuk pada penapisan awal.
2. Jika diperlukan minta lakukan kebersihan tangan sebelum
masuk ruang pemeriksaan
3. Terapkan PHBS dan Germas.
4.2.5 PPI Dalam Pelayanan Kesehatan Keluarga
PPI pada pelayanan kesehatan keluarga dimasudkan agar pengelolaan
pelayanan kesehatan keluarga seseuai siklus kehidupan yang dilakukan
di UPT. Puskesmas Tembokrejo
a. Ruang lingkup
i. Kesehatan Ibu
ii. Bayi dan Balita
iii. Usia Sekolah dan Remaja
iv. Kesehatan Usia Reproduksi
v. Usila
b. Prinsip Umum :
1) UPT. Puskesmas Tembokrejo membuat SOP Pelayanan
Keserhatan Keluarga
2) Penyusunan SOP dan Penerapan PPI mengacu pada pedoman
PPI
3) Perlu Pemantauan dan monitoring secara periodik dan
berkesinambungan oelh Tim PPI
c. Penerapan PPI
1. Hand Hygiene sesuai indikasi
2. Penggunaan APD
3. Pengendalian lingkungan
4. Pengelolaan alat medis
5. Tindakan penyuntikan
6. Kelola linen
7. Kebersihan
8. Kebersihan pernapasan dan etika batuk
9. Pemberian antibitoik secara bijak
10. Ikutin protap pajanan untuk keselamatan petugas
11. Kewaspadaan transmisi
12. Bundle PPI

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
130

Edukasi Pada Pelanggan:


1. Anjurkan atau berikan mnamsker pada pelanggan
2. Edukasi untuk kebersihan tangan sebelum masuk ruang
pemeriksaan
3. Perapkan PHBS dan Germas

4.2.6 PPI pada Pelayanan Persalinan Normal


Penerpan PPI pada pelayanan persalinan Normal di UPT. Puskesamas
Tembokrejo dimaksudkan agar pelayanan persalinan Normal sesuai
dengan prosedur PPI
a) Ruang lingkup
1) Persalinan Normal
2) Rujukan
3) Pemulangan
b) Prosedur PPI pada pelayanan Persalinan Normal
1) Patuh1 Hand Hygiene 5 momen
2) Gunakan APD sesuai dengan kondisi pasien
3) Perlakuakn terhadap alat kesehatan
a. Semua peralatan antenatal diperhatikan dalam kondisi bersih
dan atau steril
b. Pergunakanlah peralatan antenatal sesuai jenis dan
indikasinya
c. Tempatkanlah peralatan yang digunakan pada permukaan
yang bersih dan kering
d. Siapkan peralatan menggunakan troli tindakan
e. Tempatkan peralatan habis pakai yang sesuai: oinfeksius non
Infeksius
f. Semua peralatan dirapikan kembali dan disimpan pada
tempatnya
g. Hindari kontaminasi lingkungan sekitar dari darah atau cairan
tubuh.
4) Pelakuan terhadapa lingkungan limbah
a. Pastikan jarak tempat tidur pasien minimal 1 meter
b. Gunakan tirai pemtass/gordin terbuat dari bahan yang tidak
menyerap air dan lakukan desinfeksi jika terkena percikan
darah atau caiaran tubuh.
c. Besrsihkan semua permukaan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
131

d. Hinari penyimpanan barang yang dapat menjadi temapt


akumulasi debu
e. Kosongkan emja atau troli dan bersihkan
f. Plasenta/ari-aeri/trembuni abyi dimasukkan ke tempat kusus
sebelum diberika pada keluarga
g. Tempatkanlah limbah sesuai dangan jenis dan kategori limbah
- Semua limbah yang terkontaminasi darah dan caiaran
tubuh dimasukkan ke keladalam limbah infeksius.
- Limbah tajam masukkan dalam safety box
- Limbah cair, caiaran tubuh, dimasukkan spoel hoek
- Limbah non onfeksius di buang ke tempat sampah non
infeksius
5) Edkusi PPI pada ibu melahirkan:
a. Bersalin hanya di fasilitas Kesehatan Bidan, Puskesmas
b. Periksakanalah diri ke bidan/dokter pasca bersalin sesuai
jadwal
c. Patuhi anjuran, sarandari nakes
d. Jaga kebersihan diri , alat kaliharan, cara cebok yang benar
dengan menggunakan sabun antispetik
e. Peprawatan bayi baru lahir
f. Gunakan masker
g. Jaga kebersihan tangan dengan 5 momen
h. Beri ASI Eksklusif
i. Anjurkan KBw pasca salin
j. Laksanakan germas

4.2.7 PPI Dalam Rawat Inap


Penerapan PPI dalam pelayanan rawat inap dimasudkan agar
pengelolaan pasien rawat inap yang sesusi dengan prinsip dan prosedur
PPI
a) Ruang lingkup pelayanan
a. Penerimaan pasien Rawat Inap
b. Tindakan dan perawatan selama Rawat Ijnap
c. Rujukan atau pemulangan
b) Tujuan
Untuk mencegah atau memutus rantai penyakit infeksi pada
palayanan Rawat Inap

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
132

c) Penarapan PPI pada pelayanan Rawat Inap


1. CTPS
2. Guanakan APD sesuai Indikasi
3. Pengendalian lingkungan sesuai PPIw
4. Pengelolaan Limbah dan benda tajam sesuai jenis kategori
5. Pengelolaan alat medis berdasarakan : kritikal, semi kritikal atau
non kritikal
6. Tindakan penyuntikan yang aman
7. Pengelolaan linen
8. Kebersihan pernapasan dan etika batuk
9. Jarak tempat tidur minimal 1 meter
10. Pemberian antibiotik yang bijak
11. Ikuti protap atau alur pajanan untuk keselamatan petugas
12. Kewaspadaan transmisi
13. Penggunaan alat bantu napas : nebulizer, infus, cateter urin dan
perawatan luka
Edukasi pada pelanggan:
1. Anjurkan untuk menggunakan masker
2. Anjurkan / ajarkan CTPS setalah dan sebelum masuk ruangan
3. Terapakan PHBS dan Germas

4.2.8 PPI Gizi


Penerapan PPIpada program palayanan Giazi
a) Ruang Lingkup
1. Pelayanan Gizi UKP
- Pelayanan Gizi rawat jalan
- Interensi gisi pada rawat inap dan VK
2. Program Gizi UKM
- Pendidikan gizi
- Penanggulangan kurang energi protein, anemia gisi,
kekurnagan vit A
- Pemantuan tumbuh kembang
- Survelans Gizi
- Pemberdayaan gizi keluarga dan masyarakat
3. Tujuan
Mencegah atau emutus rantai penyalit infeksi pada program Gizi

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
133

4. Penerapan PPI
a. Lakukan CTPS
b. Penggunaan APD sesuai indikasi
c. Pengendalian lingkungan
d. Pengelolaan limbah
e. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk
f. Perhatikan kebersihan perseorangan, lakuakan pmeriksaan
secara berkala
Ekuasi pada pelanggan:
a. anjurkan untuk menggunakan masker
b. edukasi CTPS sebelu m dan sesudah masuk ruangan
c. terapkan PHBS dan Germas

4.2.9 Penerapan PPI dalam P2P


Penerapan PPI dpada palayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit 9P2P) agar sesuai dengan prinsi[ dan prosedur PPI
1. Ruang lingkup
a. Penapisan kasus resiko tinggi Penyakit Tidak Menular (PTM)
b. Pemriksaan dadn penanganan penyakit menular
2. Tujuan
Mencegah atau memutus rantai penularan infeksi pada pada
pelayanan
3. Penerapan PPI
a. CTPS 5 momen
b. Pengunaan APD
c. Penegelolaan limbah dan benda tajam
d. Pengelolaan alat medis berdasarkan : kritikal, semi kritikal dan non
kritikal
e. Tindakan penyuntikan yang aman
f. Pengelolaan linen
g. Kebersihan pernapasan dan etika batuk
h. Ikuti protap/alur pajanan untuk keselamatan petugas
i. Perhatikan Bundle PPI pada penggunaan alat: alat bantu napas,
nebulizer, infus, kateter urin dan perawatan luka
Edukasi pada pelanggan:
d. anjurkan untuk menggunakan masker
e. edukasi CTPS sebelu m dan sesudah masuk ruangan
terapkan PHBS dan Germas

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
134

4.2.10 PPI pada Pelayanan Kefarmasian


Penerapan PPI dalam pelayanan Kefarmasian agar sesuai dengan
prinsip PPI
1. Ruang Lingkup Pelayanan
a. Penerimaan resep
b. Penyiapan obat
c. Pengemasan dan pemberian etiket obat yang sesuai
d. Penyerahan disertai pemberian informasi obat
e. Pelayanan obat (PIO)
f. Konseling
g. visite
2. tujuan
mencegah atau memutus rantai penyakit infeksi pada pelayanan
kefarmasian
3. Penrapan PPI
a. CTPS 5 momen
b. Pengunaan APD
c. Penegelolaan limbah
d. Kebersihan pernapasan dan etika batuk
e. Terapkan kewaspadaan transmisi
f. Perhatikan Bundle PPI pada penggunaan alat: alat bantu napas,
nebulizer, infus, kateter urin dan perawatan luka
Edukasi pada pelanggan:
f. anjurkan untuk menggunakan masker
g. edukasi CTPS sebelu m dan sesudah masuk ruangan
terapkan PHBS dan Germas

4.2.11 PPI Pelayanan Laboratorium


Penerapan pada pelayanan laboratorium dimaksudkan agar pengelolaan
pelayanan laboratorium melakukan pemeriksaan spesimen untuk
menunjang diagnostik penyakit , penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan didasarkan pada prinsip dan prosedur PPI
1. Ruang lingkup
a. Penerimaan permintaan pemeriksaan laboratorium
b. Persiapan dan pengambilan spesimen atau sediaan laborat
c. Pemeriksaan dan pembacaan hasil
d. Penyerahan hasil pemriksaan

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
135

2. Tujuan
Mencegah atau meutus rantai penularan infeksi di pelayanan
laboratorium
3. Penerapan PPI dalam pelayanan Laboratorium
a. CTPS 5 momen
b. Pengunaan APD
c. Penegelolaan limbah dan benda tajam
d. Pengelolaan alat medis berdasarkan : kritikal, semi kritikal dan non
kritikal
e. Tindakan penyuntikan yang aman
f. Pengelolaan linen
g. Kebersihan pernapasan dan etika batuk
h. Ikuti protap/alur pajanan untuk keselamatan petugas
i. Perhatikan Bundle PPI pada penggunaan alat: alat bantu napas,
nebulizer, infus, kateter urin dan perawatan luka
Edukasi pada pelanggan:
a. anjurkan untuk menggunakan masker
b. edukasi CTPS sebelu m dan sesudah masuk ruangan
terapkan PHBS dan Germas

4.2.12 PPI dalam pelayanan konseling (gizi, Kesling, PKPR)


Penerapan PPI pada pelayanan konseling sesuai dengan protap atau
prosedur PPI
1. Ruang lingkup
a. Konseling kesehatan lingkungan
b. Keonseling Gizi
c. Konseling remaja
2. Tujuan
Mencegah rantai penularan infeksi pada pelayana konseling
3. Penerapan PPI
a. CTPS sebelum dan sesudah masuk ruangan
b. Penggunaan APD sesuai indikasi
c. Pengendalian lingkungan
d. Terapjkan kebersoiihan pernapasan dan etika batuk
e. Jaga jarak minimal 1 meter
f. Terapkan kewaspadaan transmisi

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
136

Edukasi pada pelanggan:


a. anjurkan untuk menggunakan masker
b. edukasi CTPS sebelu m dan sesudah masuk ruangan terapkan
PHBS dan Germas

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
137

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
138

4.3 PPI pada Kegiatan Penjaringan atau Penapisan (screening)


Penerapan PPI pada kegiatan penjaringan atau penapisan (screening)
dimasksudkan agar kegiatan penemuan kasus baik secara aktif maupun pasif
sesuai dengan prosedur atau protap PPI
1. Ruang lingkup
a. Pelayanan Gizi : deteksi dini / penemuan kasus gizi
b. Pelayanan KIA : Penjaringan ibu ha,il, ibu berslain, ibu menyusui dan
bayi, balita serta anak pra sekolah, lansia
c. Pelayanan UKS?UKGS
d. Kegiatan penjaringan pada pelayanan P2PL : kasus KLB/pandemic
e. Penjaringan kesehatan jiwa
f. Pis PK
g. Dan lain-lain
2. Tujuan
Mencegah/memutus penularan infeksi secara dini pada saat penjaringan
3. Penerapan PPI
a. CTPS sebelum dan sesudah masuk ruangan
b. Penggunaan APD sesuai indikasi
c. Pengendalian lingkungan
d. Pengelolaan limbah dan benda tajam
e. Jike menggunakan alat medis maak dikelompakan berdasarkan : kritikal,
semi ktitikal dan non kritikal
f. Terapjkan kebersihan pernapasan dan etika batuk
g. Jaga jarak minimal 1 meter
h. Terapkan kewaspadaan transmisi
Edukasi pada pelanggan:
a. anjurkan untuk menggunakan masker
b. edukasi CTPS di 5 momen

4.4 PPI pada Kegiatan Kunjungan Rumah


Penerpan PPI pada kegiatan kunjungan rumah sesuai dengan prinsip dan
prosedur PPI
1. Ruang Lingkup
a. Kunjugan PIS PK
b. Kunjungan keluarga rawan (Perkesmas, Posbindu, dan lai-lain)
c. Kunjungan rumah sasaran pelayanan Tb, HIV-AIDS, PTM, Kusta dll
d. Pembinaan STBM
e. Kunjungan KIA

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
139

f. Sweeping sasaran : imunisasi, penimbangan dll


g. Kunjungan sasaran rumah lainnya
2. Tujuan
Memutus rantai penularan infeksi secaer dini saat melakukan kegiatan
kunjungan
3. Penerapan PPI
a. CTPS sebelum dan sesudah masuk ruangan
b. Penggunaan APD sesuai indikasi
c. Pengendalian lingkungan
d. Pengelolaan limbah dan benda tajam
e. Jike menggunakan alat medis maak dikelompakan berdasarkan : kritikal,
semi ktitikal dan non kritikal
f. Terapjkan kebersihan pernapasan dan etika batuk
g. Jaga jarak minimal 1 meter
h. Terapkan kewaspadaan transmisi
Edukasi pada pelanggan:
a. anjurkan untuk menggunakan masker
b. edukasi CTPS di 5 momen

4.5 PPI Dalam kegiatan Vaksinasi


Penerapan PPI pada kegiatan vaksinasi sesuai dengan prosedur atau protap
PPI
1. Ruang Lingkup
a. Pelayanan Imunisasi
b. Pelayanan BIAS (Nulan Imunisasi Anak Sekolah)
c. Pelayanan Imunisasi TT
d. Imunisasi Covid-19
e. Dan imunisasi lainnya yang diberikan oleh pemerintah
f. Pemriksaan medis lainnya : pemeriksaan dan pecabutan gigi anak usia
sekolah, perawatn luka, tindakan medis pada saat bencana
2. Tujuan
Mengah atua memutus rantai penularan infeksi secara dini saat meberikan
pelayanan imunisasi
a. CTPS sebelum dan sesudah masuk ruangan
b. Penggunaan APD sesuai indikasi
c. Pengendalian lingkungan
d. Pengelolaan limbah dan benda tajam

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
140

e. Jike menggunakan alat medis maak dikelompakan berdasarkan :


kritikal, semi ktitikal dan non kritikal
f. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk
g. Jaga jarak minimal 1 meter
h. Terapkan kewaspadaan transmisi
i. Pemberian antibiotik secar bijak
j. Ikuti protap atau alur pajanan untuk keselamatan petugas
k. Bundles alat bantu : alat bantu napas, nebulizer, infus, kateter urin
dan perawatn luka
Edukasi pada pelanggan:
c. anjurkan untuk menggunakan masker
3. edukasi CTPS di 5 momen

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo
141

BAB V

Pedoman Internal PPI Puskesams


Pedoman Internal PPI
Tembokrejo

Anda mungkin juga menyukai