Anjing bali: Anjing bali adalah anjing asli yang terdapat di Pulau Bali. Jenis anjing ini merupakan
salah satu jenis anjing tertua di dunia berdasarkan hasil penelitian genetikanya.
Susunan Redaksi:
Penanggung Jawab: Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Ketua Redaksi: Ni
Ketut Suwiti. Redaktur: I Nengah Kerta Besung, Kadek Karang Agustina, I Wayan Nico Fajar
Gunawan. Penyunting/Editor: Luh Gde Sri Surya Heryani, Luh Made Sudimartini, I Gusti Ayu Agung
Suartini, I Nyoman Suartha, Ni Nyoman Werdi Susari, Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi, I Gusti
Made Krisna Erawan, I Wayan Bebas, I Made Kardena, I Made Merdana, Luh Eka Setiasih, I Gede
Soma. Design Grafis: I Wayan Sudira, Anak Agung Gde Oka Dharmayudha, Puu Henrywaesa Sudipa.
Sekretariat: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Jl. PB Sudirman Denpasar Telp. (0361)
223791. Email: bulvet@unud.ac.id
Website: http//www.ojs.unud.ac.id/index,php/buletinvet.
DAFTAR ISI
Buletin Veteriner Udayana
Terbit sejak: 1 Pebruari 2009
Naskah asli
Original article
INDEKS SUBJEK
Abdomen 94 Jantung 1
Aktivitas Antimikroba 65 Jenis kelamin 85
Anjing 21, 28 Kelor 71
Anjing kintamani 39 Kerusakan hepar 14
Bioflok 7 Kesembuhan 78
Bakteri Asam Laktat 65 Kualitas 102
Bakteriosin 65 Limfosit 33
Cangkok tulang 21 Luka bakar derajat II 78
Cluster 51 Manajemen pengolahan limbah 51
Daging sapi bali 102 Micrococcus luteus 28
Dging sapi Wagyu 102 Monosit 33
Daun binahong 78 Nusa Penida 33, 85
Daun mimba 28 Paracetamol 14
Dermatitis kompleks 28 Probiotik 7
Diabetes melitus 71 Puyuh 58
Ekokardiografi 1 Sapi bali 33, 85
Ekstrak sarang semut 14 Simantri 51
ELISA 85 Spermatozoa 58
Etawah cross breed 94 Vitamin E 58
Fisikokimia 65 Sanca 1
Fosfat 58 Sisik ventral 1
Fraktur 21 Skin 94
Gambaran radiologi 21 Streptozotocin 71
Geografis 85 Struktur histologi 39
Ginjal 71 Tanaman sarang semut 44
Hati 44 Thorax 94
Histologi 33 Tikus putih 78
Histology 94 Tulang babi 21
Histomorfometri 33 Udang vaname 7
Histomorphometry 94 Ultrasonografi 1
Histopatologi 14, 44 Umur 85
Imunoglobulin M 85 Uterus 39
Intensif 51
Volume 11 No.1 Pebruari 2019 p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712
Online pada: http//ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet Terbit mulai 1 Pebruari 2009
INDEKS PENULIS
Adinugroho MO 33 Paryono 7
Agustina KK 51, 102 Pertiwi AP 1
Airlangga KSG 78 Prasetyo YE 44
Anthara MS 28 Putra IMH 58
Azhar F 7 Putri MYE 94
Bebas IW 58 Sampurna IP 51
Besung INK 85 Sembiring SCD 102
Boro SEE 28 Setiasih NLE 39, 71, 94
Budiasa IK 14 Setyono BDH 7
Budiasa MK 58 Suada IK 102
Dada IKA 78 Suardana IW 65
Dharmayudha AAGO 21 Suarjana IGK 28
Erawan IGMK 28 Suartha IN 28, 85
Gorda IW 78 Suastika P 33, 39, 94
Gunawan IMD 14 Sudimartini LM 21, 28, 78
Gunawan IWNF 21 Sudira IW 44
Heryani LGSS 39, 94 Sudipa PH 21
Kamaliani BR 71 Sukada IM 51
Kardena IM 14, 44 Sukrama IDM 65
Kombo MP 1 Susari NNW 39, 94
Laksmi LKN 85 Suwiti NK 33, 85, 94
Lestari NAA 1 Tumbelaka LI 1
Lestari NKL 65 Ulum MF 1
Merdana IM 14, 44 Winaya IBO 71
Parwata DMD 51 Wirata IW 21
Volume 11 No.1 Pebruari 2019 p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712
Online pada: http//ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet Terbit mulai 1 Pebruari 2009
Ketentuan Umum
a. BuletinVeteriner Udayana memuat tulisan ilmiah dalam bidang Kedoteran Hewan dan
Peternakan, berupa hasil penelitian, artikel ulas balik (review).
b. Naskah/makalah harus orisinal dan belum pernah diterbitkan. Apabila diterima untuk
dimuat dalam Buletin Veteriner Udayana, maka tidak boleh diterbitkan dalam majalah
atau media yang lain.
2. Naskah ilmiah dicetak dengan kertas ukuran A4. Naskah diketik dengan spasi
menggunakan program olah kata word for windows, huruf Times New Roman ukuran
huruf 12.
3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut urutan sebagai
berikut: Judul, Identitas penulis, Abstrak, Abstract, Pendahuluan, Metode Penelitian,
Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan terimakasih dan Daftar Pustaka.
Upayakan dicetak hitam putih, dan keseluruhan naskah tidak lebih tidak kurang dari 10-
15 halaman.
a. Judul: Singkat dan jelas.
b. Identitas penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila penulis
lebih dari seorang, dengan alamat, instansi yang berbeda, maka di belakang setiap
nama diberi indeks atas angka arab. Alamat penulis ditulis di bawah nama penulis
mencakup laboratorium, lembaga, dan alamat lengkap dengan nomer
telepon/faksimili dan Email. Indeks tambahan diberikan pada penulis yang dapat
diajak berkorespondensi (corresponding author).
c. Abstrak: Ditulis dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu dan bahasa Inggris bila
naskah dalam bahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Abstrak dilengkapi kata kunci
(keywords) yang diurut berdasarkan kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan
naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa mencoba merinci setiap bagiannya. Hindari
menggunakan singkatan.
d. Pendahuluan: Memuat tentang ruang lingkup, latar belakang tujuan dan manfaat
penelitian. Bagian ini hendaknya memberikan latar belakang agar pembaca dapat
memahami dan menilai hasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya
yang berkaitan dengan topik. Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukung
pembahasan.
e. Metode Penelitian: Hendaknya diuraikan secara rinci dan jelas mengenai bahan yang
digunakan dan cara kerja yang dilaksanakan, termasuk metode statistika. Cara kerja
yang disampaikan hendaknya memuat informasi yang memadai sehingga
memungkinkan penelitian dapat diulang dengan berhasil.
f. Hasil dan Pembahasan: Disajikan secara bersama dan membahas dengan jelas hasil-
hasil penelitian. Hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tertulis di dalam
naskah, tabel, atau gambar. Kurangi penggunaan grafik jika hal tersebut dapat
dijelaskan naskah. Batasi pemakaian foto, sajikan foto yang jelas menggambarkan
hasil yang diperoleh. Gambar dan tabel harus diberi nomor dan dikutip dalam naskah.
Pembahasan yang disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil yang diperoleh dan
bahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan sebelumnya. Hindari mengulang
pernyataan yang telah disampaikan pada metode, hasil dan informasi lain yang telah
disajikan pada pendahuluan.
g. Simpulan dan Saran: Disajikan secara terpisah dari hasil dan pembahasan.
Volume 11 No.1 Pebruari 2019 p-ISSN: 2085-2495; e-ISSN: 2477-2712
Online pada: http//ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet Terbit mulai 1 Pebruari 2009
h. Ucapan Terimakasih: Dapat disajikan bila dipandang perlu. Ditujukan kepada yang
mendanai penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada Lembaga maupun
perseorangan yang telah membantu penelitian atau proses penulisan.
i. DaftarPustaka: Ditulis mengikuti pola Vancouver Style. Disusun secara alfabetis
menurut nama dan tahun terbit. Singkatan majalah/jurnal berdasarkan tata cara yang
dapat dipakai oleh masing-masing jurnal. Proporsi daftar pustaka jurnal/majalah
ilmiah sedikitnya 60%, dan teks book 40%. Contoh penulisan daftar pustaka:
Jurnal/majalah
Cowle SM, Horae S, Mosselman S, Parker MG. 1997. Estrogen receptor alpha and
beta for heterodimeson DNA. J Biol Chem, 272(1): 158-162.
Buku
Gordon I. 1997. Controlled reproduction in sheep and goats. Controlled
reproductionin farm animal series. 2nd Ed. Cab. Internationa. Ireland
Bab dalam Buku
Lukert PD, Saif YM. 1997. Infectious bursal disease. In: Diesease of Pultry. 10th Ed.
Calnek BW, Barness HJ, Beard CW, McDaugrad LR, Saif YM. (eds). Iowa State
University Press, Ames, Iowa, USA. Pp. 721-738.
Prosiding
Muzzarelli R. 1990. Chitin and chitosan: Unique cationic polysaccharides, In:
Proceeding Sympotium Towards a Carbohydrate Based Chemistry. Ames, France, 23-
26 Oct. 1989. Pp. 199-231.
Disertasi/Tesis
Said S. 2003.Studies on Fertilization of rat soocytes by intra cytoplasmic sperm
injection. (Disertation). Okayama: Okayama University.
Website
Gorman C. 1997. The new Hongkong Flue. http://www.pathfinder.com/time/
magazine/1997/dom/971229/heatlh.thenewhong_html
4. Pengiriman naskah dilakukan setiap saat dalam bentuk softcopy (file doc/docx) melalui
sistem daring pada laman berikut:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet/about/submissions
5. Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalah
tanpa perbaikan, memuat naskah/makalah dengan perbaikan, menolak naskah/makalah.
Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat
untuk keperluan itu.
6. Setiap naskah yang dikirim ke redaksi untuk dipublikasikan dalam Buletin Veteriner
Udayana akan dipandang sebagai karya asli penulis dan bila diterima, naskah tersebut
tidak diperkenankan dipublikasikan lagi secara keseluruhan ataupun sebagian tanpa seijin
Buletin Veteriner Udayana.
BULETIN VETERINER UDAYANA
14
Buletin Veteriner Udayana Merdana et al.
15
Buletin Veteriner Udayana Volume 11 No. 1: 14-20
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2019
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p03
digital, mikroskop binokuler, gelas objek, Skor 3 = bersifat difusa (parah) (Sativani,
kaca penutup, alat bedah, tissue cassette, 2010).
staining jar, embedding set, dan microtome. Untuk mengetahui perbedaan struktur
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini histopatologi hepar tikus putih pada
antara lain tikus putih galur wistar, sarang masing-masing dosis yang diberikan, data
semut sudah disediakan dalam bentuk ditabulasi dan selanjutnya dianalisis dengan
ekstrak ethanol, parasetamol, pakan uji statistik non parametrik Kruskal-Wallis.
(pellet), air minum, larutan Neutral Buffer Jika terdapat perbedaan nyata (P<0,05)
Formalin (NBF) 10%. Bahan yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
digunakan untuk pembuatan preparat Analisis menggunakan program Statistical
histopatologi dengan pewarnaan Package for the Social Science (SPSS).
Haematoxilin-Eosin (HE), alkohol 70%, HASIL DAN PEMBAHASAN
alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 96%,
alkohol absolut, toluena, dan paraffin. Pada penelitian ini diperoleh rerata
Penelitian ini menggunakan kerusakan struktur histopatologi hepar tikus
paracetamol dosis 250 mg/kg bb dan putih (Rattus novergicus) pada kelompok
ekstrak sarang semut dosis 250 mg/kg bb kontrol negatif (P0), kontrol positif (P1),
per oral, induksi parasetamol selama 10 dan perlakuan (P2 dan P3) (Tabel 1).
hari. Percobaan menggunakan 24 ekor tikus Tabel 1. Rerata perubahan struktur
putih jantan yang dibagi menjadi empat histopatologi hepar tikus putih dari masing-
kelompok sebagai berikut; P0 : diberikan masingperlakuan.
placebo (kontrol negatif), P1 : diberikan Perubahan Rerata ± SD N
paracetamol dosis 250 mg/kg bb selama 10 Hemoragi 0,00 ± 0,000
hari (kontrol positif), P2 : diberikan ekstrak Kongesti 0,00 ± 0,000
sarang semut dosis 250 mg/kg bb dan P0 6
Degenerasi 0,00 ± 0,000
paracetamol dosis 250 mg/kg bbb selama
Nekrosis 0,00 ± 0,000
10 hari, P3 : diberikan ekstrak sarang semut
Hemoragi 1,00 ± 0,632
250 mg/kg bb selama tujuh hari, kemudian
Kongesti 1,00 ± 0,000
dilanjutkan dengan pemberian paracetamol P1 6
dosis 250 mg/kg bb dan ekstrak sarang Degenerasi 1,00 ± 0,000
semut 250 mg/kg bb selama 10 hari. Nekrosis 0,83 ± 0,408
Pada hari ke-18 dilakukan euthanasia Hemoragi 0,00 ± 0,000
dan nekropsi sesuai prosedur. Sampel hepar Kongesti 0,00 ± 0,000
P2 6
yang telah diambil kemudian direndam Degenerasi 0,00 ± 0,000
dalam larutan Neutral Buffer Formalin Nekrosis 0,00 ± 0,000
(NBF) 10%. Kemudian dilakukan Hemoragi 0,00 ± 0,000
pembuatan preparat dan pewarnaan dengan Kongesti 0,00 ± 0,000
P3 6
metode Kiernan (2001). Preparat diamati di Degenerasi 0,00 ± 0,000
bawah mikroskop binokuler dengan Nekrosis 0,00 ± 0,000
pembesaran 400 kali masing-masing pada Pada Tabel 1 menunjukkan rerata
lima lapang pandang berbeda. kerusakan struktur histopatologi hepar tikus
Variabel yang diperiksa meliputi: putih dari kategori hemoragi, kongesti,
hemoragi, kongesti, degenerasi dan degenerasi, dan nekrosis. Rerata kerusakan
nekrosis. Masing-masing variabel diperiksa hepar kontrol negatif (P0), perlakuan P2
dan diamati derajat keparahannya dan dan P3 adalah 0 baik pada lesi hemoragi,
diberikan skor sebagai berikut: kongesti, degenerasi, dan nekrosis. Rerata
Skor 0 = tidak ada perubahan lesi hemoragi, kongesti, dan degenerasi
Skor 1 = bersifat fokal (ringan) pada hepar kontrol positif (P1) yaitu 1,00 ±
Skor 2 = bersifat multifokal (sedang)
16
Buletin Veteriner Udayana Merdana et al.
17
Buletin Veteriner Udayana Volume 11 No. 1: 14-20
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2019
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p03
Perubahan yang terjadi pada kelompok darah kecil atau besar yang menyebabkan
kontrol P1 akibat dari efek radikal bebas kegagalan pengaliran darah, adanya
paracetamol yang berikatan dengan sel akumulasi darah dalam kapiler atau vena,
hepar. Konsumsi paracetamol yang beraspek biru karena darah kekurangan
berlebihan dan dalam waktu yang lama oksigen.
dapat menyebabkan terbentuknya radikal Degenerasi paling banyak ditemukan
bebas dalam sel hepar. Kerusakan hepar pada kelompok P1. Degenerasi merupakan
terjadi karena pada dosis yang berlebihan, perubahan abnormal dari morfologi
hasil metabolisme paracetamol berupa N- jaringan atau sel (Berata et al., 2011).
acetyl-para-benzoquinone-imine (NAPQI) Degenerasi ditandai dengan adanya
tidak dapat dinetralisir semuanya oleh akumulasi lemak dalam sitoplasma. Hasil
glutation hepar. N-acetyl-para- metabolit reaktif N-acetyl-para-
benzoquinone-imine bersifat toksik dan benzoquinone-imine (NAPQI) yang
dapat menyebabkan terbentuknya rantai berperan sebagai radikal bebas yang akan
radikal bebas (Utami, 2017). Metabolit mengoksidasi makromolekul seperti lemak.
reaktif toksik dan radikal bebas dapat Pemberian parasetamol dosis 250 mg/kg bb
mengganggu integritas membran sel dan juga menyebabkan meningkatnya
berlanjut menjadi kerusakan hepar kolesterol yang diikuti dengan menurunnya
(Ikawati, 2010). konsentrasi fosfolipid (Ojo et al., 2006).
Kerusakan-kerusakan yang ditemukan Lesi terakhir yang diamati adalah
pada pemeriksaan secara mikroskopis nekrosis atau kematian sel/jaringan akibat
adalah hemoragi. Hemoragi terjadi akibat proses lanjut degenerasi yang bersifat
keluarnya darah dari pembuluh darah yang irreversibel (Berata et al., 2011). Nekrosis
secara patologis ditandai dengan adanya sel merupakan proses kematian sel yang
darah merah di luar pembuluh darah atau abnormal akibat adanya reaksi terhadap zat
dalam jaringan (Berata et al., 2011). Pada tertentu seperti bahan kimia toksik. Zat
penelitian ini, terlihat lesi hemoragi pada toksik dapat menyebabkan nekrosis pada
kelopok P1 yang ditandai dengan adanya hepatosit (Kardena dan Winaya, 2011). Zat
darah di luar pembuluh darah yaitu sel-sel toksik yang dihasilkan parasetamol
berwarna merah terutama pada pewarnaan menyebabkan terganggunya keseimbangan
HE. Hal ini dapat disebabkan oleh osmotik sel sehingga sel hepar tidak
keracunan akibat pemberian paracetamol mendapat natrium dan glukosa. Pada
secara berlebihan dan penyakit hepar akhirnya sel hepar mati karena tidak
karena obstruksi (penyumbatan pembuluh mendapat suplai natrium dan glukosa. Pada
darah). penelitian ini dapat dilihat kelompok P1
Perubahan yang lain yaitu pada paling banyak mengalami nekrosis.
kelompok P1 terlihat adanya lesi kongesti Nekrosis dapat ditandai dengan
pada vena sentralis. Kongesti merupakan pembengkakan sel atau hilangnya membran
lesi dualisme yaitu lesi yang plasma, hilangnya gambaran kromatin, inti
menggambarkan gangguan sirkulasi dan menjadi keriput, dan tidak vasikuler lagi.
dapat pula sebagai indikator perbaikan Inti sel menjadi lebih padat (piknotik) dan
jaringan (Bhadauria, 2012). Kongesti yang dapat hancur bersegmen-segmen
ditandai dengan adanya penimbunan darah (karioreksis) kemudian inti tidak lagi
pada vena akibat aliran darah yang mengambil zat warna, karena itu pucat dan
melambat atau bahkan berhenti (Berata et tidak nyata (kariolisis) (Aster et al., 2013).
al., 2011). Pada penelitian ini lesi kongesti Pada penelitian ini didapatkan hasil
masih bersifat ringan, yang ditandai dengan pemberian ekstrak sarang semut per oral
obstruksi (penyumbatan pembuluh darah) terhadap tikus putih yang sudah diberi
dan stenosis (penyempitan) pada pembuluh paracetamol 250 mg/kg bb tidak teramati
18
Buletin Veteriner Udayana Merdana et al.
adanya lesi hemoragi, kongesti, degenerasi, nekrosis pada hepar tikus putih (Rattus
dan nekrosis pada hepar. Pada kelompok P2 novergicus) jantan yang diinduksi
dan P3 sudah mampu memperbaiki efek paracetamol dosis 250 mg/kg bb.
yang ditimbulkan oleh paracetamol dosis UCAPANTERIMAKASIH
toksik yang diberikan secara oral. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa ekstrak Terimakasih penulis ucapkan kepada
sarang semut mampu memperbaiki Kepala Laboratorium Farmakologi dan
gambaran histopatologi hepar tikus putih Farmasi Veteriner dan Laboratorium
yang diberikan paracetamol. Sarang semut Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran
memiliki kandungan antioksidan yang Hewan Universitas Udayana atas ijin
berguna untuk meredam efek buruk dari penggunaan fasilitas pada penelitian ini.
radikal bebas yang dihasilkan oleh DAFTAR PUSTAKA
paracetamol. Antioksidan adalah zat yang
mampu mempertahankan sel dari Aster, Kumar, Abas. 2013. Robbins Basic
kerapuhan dan mampu memperbaiki sel Pathology 9th edition student concult.
yang rusak. Antioksidan merupakan Atika RH, Muhamad NS, Abdul H,
senyawa penting yang berfungsi sebagai Hamdani B, Zainuddin, Sugito. 2015.
penangkal radikal bebas (Atika et al., Pengaruh pemberian kacang panjang
2015). Komponen utama dari sarang semut (Vigna unguiculata) terhadap struktur
adalah flavonoid. Flavonoid merupakan mikroskopis ginjal mencit (Mus
antioksidan yang berfungsi menguatkan musculus) yang diinduksi aloksan. J.
dan mengantisipasi kerusakan pembuluh Med. Vet. 9(1): 18-22.
darah dan merupakan bahan aktif yang Berata IK, Winaya IBO, Adi AAAM,
berfungsi sebagai anti radang dan antivirus Adnyana IBW. 2011. Patologi
(Lilik et al., 2008). Flavonoid bekerja untuk Veteriner Umum. Denpasar: Swasta
memaksimalkan penentuan aktivitas Nulus.
penangkal terhadap radikal bebas, dengan Bhadauria M. 2012. Propolis prevents
cara menurunkan aktivitas radikal hidroksil hepatorenal injury induced by chronic
sehingga dihasilkan radikal bebas yang exposure to carbon tetrachloride.
tidak terlalu reaktif lagi (Engida et al, Evidence-Based Complementary
2013). Altern. Med. 2012: 112.
Eric Y, Arooj B, Moaz C, Matthew K,
SIMPULAN Nikolaos P. 2016. Acetaminophen-
Simpulan Induced Hepatotoxicity: a
Pemberian paracetamol dosis 250 Comprehensive Update. J. Clin. Transl.
mg/kg bb pada tikus putih (Rattus Hepatol. 4(2): 131-142.
novergicus) jantan menimbulkan lesi pada Engida AM, Kasim NS, Tsigie YA, Ismadji
hepar berupa hemoragi, kongesti, S, Huynh LH, Ju YH. 2013. Extraction,
degenerasi dan nekrosis. Ekstrak sarang Identification and Quantitative HPLC
semut dosis 250 mg/kg bb mampu Analysis of Flavonoids from Sarang
memperbaiki kerusakan jaringan hepar semut (Myrmecodia pendans). Ind.
tikus putih jantan akibat diinduksi Crops Products. 41: 392-396.
paracetamol dosis toksik. Ikawati Z. 2010. Cerdas Mengenali Obat.
Yogyakarta. Kanisiuss.
Saran Kardena IM, Winaya IBO. 2011. Kadar
Perlu dilakukan penelitian lanjutan Perasan Kunyit yang Efektif
dengan dosis ekstrak sarang semut yang Memperbaiki Kerusakan Hati Mencit
lebih rendah dari 250 mg/kg bb, karena ada
yang dipicu Karbon Tetraklorida. J.
kemungkinan dosis yang lebih rendah dapat Vet. 12(1): 34-39.
berefek protektif untuk menurunkan tingkat
hemoragi, kongesti, degenerasi dan
19
Buletin Veteriner Udayana Volume 11 No. 1: 14-20
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2019
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p03
Kiernan JA. 2001. Histological and Subroto MA, Saputro H. 2010. Gempur
Histochemical Methods. 3rd Ed. Penyakit Dengan sarang semut. Seri
Toronto. Arnold Pub. Pp: 330-335. Agrisehat. Tanggerang.
Jeratnam KD. 2007. Buku Ajar dan Praktik Sudiono J, Oka CT, Trisfilha P. 2015. The
Kedokteran Kerja, Jakarta: EGC. Scientific Base of Myrmecodia pendans
Lilik E, Khothibul UAA, Umi K, Firman J. as Herbal Remedies. British J. Med.
2008. Pengaruh pemberian ekstrak Medical Res. 8(3): 230-237.
propolis terhadap sistem kekebalan Soeksmanto A, Simanjuntak P, Subroto
seluler pada tikus putih (Rattus MA. 2010. Uji toksisitas akut ekstrak
norvegicus) strain Wistar. J. Tek. air sarang semut (Myrmecodia
Pertanian. 9(1): 1-8. pendans) terhadap histologi organ hati
Lu F. 2010. Toksikologi Dasar. Jakarta. UI- mencit. J. Nature Indonesia. 12(2):
Press. 152-155.
Ojo OO, Kabutu FR, Bello M, Babayo U. Tatukude P, Loho L, Lintong P. 2014.
2006. Inhibition of paracetamol- Gambaran Histopatologi Hati Tikus
induced oxidative stress in rats by Putih Yang Diberi Air Rebusan Sarang
extract of lemongrass (Cymbropogon Semut (Myrmecodia Pendans) Paska
cittratus) and green tea (Camelia Induksi Dengan Carbon Tetrachlorida
sinensis) in rats. J. Biotechnol. 5(12): (CCI4). J. e-Biomed. 2(2): 459-466.
1227-1232. Utami AR, Berata IK, Samsuri, Merdana
Sativani I. 2010. Pengaruh Pemberian IM. 2017. Efek Pemberian Propolis
Deksametason Dosis Bertingkat Per Terhadap Gambaran Histopatologi
Oral 30 HariTerhadap Kerusakan Sel Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Hepar Tikus Wistar. Fakultas yang diberi Parasetamol. Bul. Vet.
Kedokteran. Universitas Diponegoro. Udayana. 9(1): 87-93.
20