Anda di halaman 1dari 3

STKIP PGRI PACITAN

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


Terakreditasi BAN-PTDirjen DIKTI DEPDIKNAS RI
Alamat: Jln. Cut Nya’ DienNo 4A Ploso, Pacitan 63515

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER


SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata Kuliah : Sastra Populer


Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tingkat/Semeseter : II/3
Dosen : Bakti Sutopo
Hari dan tanggal : Jumat, 26 November 2021

Perhatikan!
1. Tulis identitas di dalam lembar jawaban Anda secara lengkap!
2. Cermati dan pahami perintah yang ada di dalam soal sebelum Anda menjawabnya!
3. Kerjakan secara mandiri!
4. Sifat buku terbuka!
5. Lembar jawab dalam bentuk soft file word sebagaimana dalam lembar berikutnya
setelah soal UTS ini.
6. Lembar jawab dikirim ke google classroom

Jawablah Secara Tepat Pertanyaan-Pertanyaan Berikut!


1. Jelaskan yang dimaksud populer!
2. Uraikan tiga karakter budaya populer!
3. Mengapa pada era Balai Pustaka sastra tak diresmikan dapat dianggap sebagai sastra
populer!
4. Deskripsikan kaitan antara sastra populer dan ideologi kapitalisme?
5. Mengapa sastra Populer perlu diteliti?
STKIP PGRI PACITAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Terakreditasi BAN-PTDirjen DIKTI DEPDIKNAS RI
Alamat: Jln. Cut Nya’ DienNo 4A Ploso, Pacitan 63515

LEMBAR JAWABAN
UJIAN TENGAH SEMESTER
SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Mata Kuliah : Sastra Populer


Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tingkat/Semeseter : II/3
Nama Mahasiswa : Noviyandanu Saputra
NIM : 2088201027
Hari dan tanggal : Jumat, 26 November 2021

Jawaban
1. Kata populer dalam KBBI memiliki arti di kenal dan disukai banyak orang (umum), sesuai
dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, mudah dipahami banyak orang, di sukai dan
dikagumi banyak orang.

2. 3 Karakter budaya populer


Relativisme
 Merelatifkan segala sesuatu
 Tidak ada yang mutlak benar maupun mutlak salah
 Tidak ada batasan apapun yang mutlak
 Batasan antara budaya tinggi dan budaya rendah
 Tidak ada standar mutlak dalam bidang seni dan moralitas.
Pragmatisme
 Menerima apa saja yang bermanfaat tanpa memperdulikan benar atau salah
 Semua hal diukur dari hasilnya atau manfaatnya
 Orang-orang untuk malas berpikir kritis sebagai akibat dari dampak budaya hiburan
yang ditawarkannya
Sekulerisme
 Mendorong penyebarluasan sekularisme
 Agama dianggap tidak relevan dan tidak menjawab kebutuhan hidup manusia
 Hidup hanya untuk saat ini (here and now)
3. Pada zaman balai pustaka ada sastra yang diresmikan dan tidak diresmikan. Sastra yang
diresmikan yaitu sastra yang memenuhi syarat dari balai pustaka dan diterbitkan oleh balai
pustaka. Sedangkan sastra yang tidak diresmikan dianggap sebagai sastra liar atau sastra
pinggiran. Meskipun sebagai sastra liar atau sastra pinggiran, sastra tersebut sangat
dinikmati oleh masyarakat karena di dalamnya menyuguhkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada masa itu. Bacaan-bacaan di dalamnya terbilang ringan dan Bahasa yang
digunakannya pun Bahasa sehari-hari. Seiring dengan perkembangan sastra pinggiran atau
liar tersebut dan melihat ketertarikan dari masyarakat meningkat pada saat itu, maka pada
tahun 1970-an sastra liar atau sastra pinggiran tersebut dikenal menjadi sastra popular.
4. Ideology kapitalisme
 Kapitalisme merupakan sebuah ideology yang mulai terinstitusi di Eropa sekitar
abad ke-16 sampai abad ke-19an
 Individu maupun kelompok memiliki kebebasan secara ekonomi dan dapat bertindak
sebagai suatu badan tertentu
 Kapitalisme sangat berkeyakinan meraih keuntungan dengan kekuatan kepemilikan
modalnya
 Menghegemoni para pekerja atau konsumen untuk selalu tunduk dan memberikan
keuntungan terhadap para kapitalis.
 Karya sastra sebagai representasi ideology
 Karya sastra sebagai lokus suatu ideology
5. Sastra, pada dasarnya akan mengungkapkan kejadian. Namun kejadian tersebut bukanlah
“fakta sesungguhnya” melainkan sebuah fakta mental pencipta. Pencipta sastra telah
mengolah halus fakta obyektif menggunakan daya imajinasi, sehingga tercipta fakta mental
imajinatif. Dari sini jika peneliti hendak mengungkap fakta tersebut tentu memerlukan
kejelian. Tantangannya tak lain, penliti harus tepat dalam menerapkan metode penelitian
sastra. Jika tidak, kemungkinan besar akan menghasilkan penelitian yang bisa data.

Anda mungkin juga menyukai