Anda di halaman 1dari 5

Nama Lengkap Noviyandanu Saputra

NIM 2088201027
LEMBAR JAWABAN Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
UAS SEMESTER GENAP No. Pendaftaran UAS NO UAS: PBSI/I/II/863
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Mata Kuliah Bahasa Jawa

1. Solusi alternatim dari gejala mabuk teknologi:


Berpikir kritsi sebagai solusi dehumanisasi di era teknologi. Dari persoalan
tersebut dapat disimpulkan bahwa yang terjadi didalamnya adalah dehumanisasi.
Berpikir kritis adalah salah satu cara mencegah terjadinya dehumanisasi.
Alasannya, membiarkan semua pola pikir sesat menjadi ancaman bagi
kemanusiaan, khususnya masa depan kemanusiaan generasi muda. Untuk itulah
perlu dilakukan upaya mendesak dan terstruktur. Pertanyaan yang perlu
diajukan, upaya apa yang diperlukan untuk menghentikan pola pikir keliru
demikian? Dengan pertanyaan lain, apa yang harus dilakukan agar humanitas
tetap terjaga dalam generasi milenial dan kedepannya? Jawaban: memfungsikan
secara maksimal kemampuan mendasar yang melekat dalam diri manusia.
Dalam hal inilah berpikir kritis penting ditumbuhkembangkan untuk mengatasi
sifat pragmatis dan aksidental dari berpikir yang “dikomando” oleh dewa
teknologi.
Esensi dari berpikir kritis itu sendiri terbagi dalam tiga hal, yakni melakukan
pertimbangan secara terus menerus, dan pertimbangan aktif itu didasari dengan
kajian yang mendalam dengan menerapkan metode-metode berpikir, serta
disertai dengan refleksi untuk menghasilkan kesimpulan yang valid dan benar.
Dengan demikian secara bebas berpikir kritis dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mempertimbangkan segala sesuatu dengan menggunakan
metode-metode berpikir secara konsisten serta merefl eksikannya sebagai dasar
mengambil kesimpulan yang sahih.
Dari definisi di atas sudah terlihat dengan jelas apa pentingnya berpikir kritis,
yakni membuat seseorang tidak mudah menerima begitu saya keyakinan,
ideologi, asumsi, keinginan bahkan realitas yang dihadapinya, melainkan
mempertimbangkannya lebih dulu. Ia mencari kebenaran dari informasi itu,
kemudian mengkaji asumsi-asumsi yang ada di belakangnya dengan metode-
metode berpikir yang ada, lalu mengambil kesimpulan dari hasil kajian itu.
Karena itu seseorang yang berpikir kritis lebih dulu mendalami sesuatu sebelum
dia memberikan tanggapan atasnya dan mengambil makna dari tanggapan itu
bagi dirinya. Dengan kemampuan ini seseorang diarahkan untuk melihat sisi
positif dan sisi negatif segala sesuatu yang dihadapinya sebelum menerima atau
menolak.

Contoh nyata implementasi berpikir kritis di era teknologi sebagai solusi


dehumanisasi;
Upaya-upaya yang dapat kita lakukan sebagai solusi untuk menanggulangi
dampak negatif dari kemajuan teknologi adalah dengan menanamkan kesadaran
dan pola pikir kritis kepada setiap individu tentang pentingnya memahami
dampak negatif kemajuan teknologi yang berujung pada dehumanisasi. Dengan
analisa SWOT secara sederhana kita dapat menjadikan tantangan dan dampak
negatif dari teknologi menjadi peluang untuk me-majukan suatu masyarakat dan
negara. Untuk itulah diperlukan peran serta aktif dari keluarga, sekolah,
masyarakat, dan negara dalam mencegah, mengurangi, dan menang-gulangi
dampak negatif dari kemajuan teknologi.
➢ Adapun peran keluarga diantaranya sebagai berikut.
Sebagai agen sosialisasi yang pertama dan yang utama, keluarga
seharusnya dapat menanamkan nilai dan norma yang positif kepada anak
dengan membekali dan meletakkan pondasi keimanan yang kokoh
kepada anak.
➢ Peran sekolah diantaranya adalah se-bagai berikut.
Sebagai lembaga yang memegang peran efektif dalam menanggulangi
dampak negatif kemajuan teknlologi, sekolah perlu menetapkan
seperangkat aturan atau tata tertib sekolah yang jelas kepada peserta
didik berkaitan dengan peman-faatan dan penggunaan teknologi di
sekolah.
➢ Peran masyarakat diantaranya sebagai berikut.
Upaya-upaya masyarakat yang bersifat praktis antara lain:
a) Membuat website/blog/group face-book untuk suatu komunitas
tertentu (contoh: grup Yogyakarta commu-nity) sebagai media
interaksi dan upaya menjalin silaturahmi untuk sesama warga.
b) Membuat aturan khusus mengenai ijin mendirikan warnet
(warung in-ternet), game online, dan play sta-tion agar tidak
menimbulkan kere-sahan dan gejolak di masyarakat.

2. Leenhouwers menyatakan walaupun ilmu pengetahuan mencari


pengertian menerobos realitas sendiri, pengertian itu hanya dicari di tataran
empiris dan eksperimental. Ilmu pengetahuan membatasi kegiatannya hanya
pada fenomena-fenomena, yang entah langsung atau tidak langsung, dialami dari
pancaindra. Dengan kata lain ilmu pengetahuan tidak menerobos kepada inti
objeknya yang sama sekali tersembunyi dari observasi. Maka ia tidak memberi
jawaban prihal kausalitas yang paling dalam.
Pernyataan di atas mengindikasikan bahwa adalah sulit bahkan tidak
mungkin ilmu mampu menembus batas-batas yang menjadi wilayahnya yang
sangat bertumpu pada fakta empiris, memang tidak bisa dianggap sebagai
kegagalan bila demikian selama klaim kebenaran yang disandangnya
diberlakukan dalam wilayahnya sendiri, namun jika hal itu menutup pintu
refleksi radikal terhadap ilmu maka hal ini mungkin bisa menjadi ancaman bagi
upaya memahami kehidupan secara utuh dan kekayaan dimensi di dalamnya.

3. Mengapa ilmu itu never ending process, Karena ilmu itu bersifat luas, semakin
seseorang menemukan sebuah ilmu maka ilmu tersebut semakin kurang untuk
mendapatkan ilmu yang belum diketahuinya. Dan ilmu itu seumur hidup dan
meliputi seluruh aspeknya tidak pernah habis.
Adapun 3 tiang penyangga ilmu pengetahuan adalah :
➢ Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki secara
kritis mengenai hakekat, landasan, batas – batas, dan patokan kesahihan
pengetahuan.
➢ Ontologi
Ontology merupakan cabang filsafat yang membicarakan tatanan
dan struktur kenyataan dalam arti yang luas.
➢ Axiologi
Axiologi yaitu cabang filsafat yang membicarakan mengenai
suatu manfaat atau dampak

4. Karena dalam permasalahan mengenai kebenaran terdapat beberapa teori


kebenaran yaitu meliputi teori kebenaran koherensi, teori kebenaran
korespondensi dan teori kebenaran pragmatis.
a) Teori kebenaran koherensi yaitu: teori ini menekankan kebenaran
rasional, logis dan cra kerja deduktif.
b) Teori kebenaran koresponden yaitu: teori kebenaran yang menyatakan
bahwa suatu pernyataan itu benar kalau isi pengetahuan yang terkandung
dalam pernyataan tersebut sesuai
c) Teori kebenaran pragmatis yaitu: apabila ide, pernyataan, atau hipotesis
yang benar adalah yang berguna. Dan kebenaran yang baik adalah
kebenaran yang teruji melalui metode ilmiah
Contoh: air lebih berat daripada batu, maka maka batu tenggelam dalam air
Menurut teori koherensi merupakan hal yang salah, sedangkan menurut
korespondensi merupakan hal yang benar.

5. Empirisisme menegaskan bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari di


dalam atau dari pengalaman. Semua pengetahuan, selain logika dan matematika,
turun secara langsung atau disimpulkan secara tidak langsung dari data inderawi.
Dalam empirisisme diyakini bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah
pengatahuan yang diterima melalui persentuhan indera dengan fakta. Dengan
kata lain empiri adalah pemegang peranan penting bagi pengetahuan karena
empiri merupakan sumber pengetahuan, bukan rasio. Hal ini berarti bahwa
semua bentuk penyelidikan kearah pengetahuan dimulai dari pengalaman,
karena itulah maka hal pertama dan utama yang mendasari dan yang
memungkinkan adanya pengetahuan adalah pengalaman, yaitu keseluruhan
peristiwa yang terjadi pada manusia dalam interaksinya dengan dirinya, dengan
alam, dan dengan seluruh kenyataan yang dialami. Dalam pada itu John Locke
(11632-1704) membagi pengalaman menjadi dua, yaitu: pengalaman sensasi
(sensation,lahiriyah) dan pengalaman refleksi (reflextion, batiniyah).38Locke
kemudian menegaskan bahwa akal tidak akan melahirkan pengetahuan dari
dalam dirinya melainkan berasal dari dorongan sensasi dan refleksi. Pengalaman
sensasi merupakan pengalaman primer, karena merupakan pengalaman langsung
akan persentuhan inderawi dengan benda-benda konkrit di luar manusia,
pengalaman tentang peristiwa yang disaksikan sendiri. Mata melihat, telinga
mendengar, jemari meraba adalah pengalaman-pengalaman akan peristiwa yang
disaksikan langsung oleh diri sendiri. Pengalaman refleksi (reflextion, batiniyah)
merupakan pengalaman sekunder, karena merupakan pengalaman yang tak
langsung; pengalaman yang diperoleh melalui refleksi atas pengalaman-
pengalaman primer. Tatkala seseorang melihat benda, mendengar suara, atau
meraba sesuatu maka tatkala itu pula seseorang sadar akan apa yang dilihat,
didengar, dan akan apa yang diraba. Seseorang sadar akan adanya kenyataan lain
di luar dirinya yang menstimulasi organ-organ tubuhnya, dan dia pun sadar akan
kesadarannya itu.

Anda mungkin juga menyukai