Anda di halaman 1dari 2

Nama : Noviyandanu Saputra

NIM : 2088201027
M. Kuliah : Jurnalistik

Setelah Vaksin Dosis 2, Bisnis Percetakan Kartu Vaksin Cukup


Menguntungkan di Desa Nglaran.
Noviyandanu Saputra
Selasa, 26 Oktober 2021

PACITAN- Tren pencetakan sertifikat vaksin yang dicetak dalam bentuk kartu dengan
ukuran 8,5 cm x 5,5 cm atau seukuran dengan kartu ATM dan KTP menjadi peluang
baru dalam bisnis percetakan di Nesa Nglaran.

Dampak positif itu salah satunya dirasakan perusahaan percetakan Berkah Jaya Printing
yang berlokasi di Desa Nglaran, Tulakan, Kabupaten Pacitan.
Eko Firmansyah, pemilik percetakan mengaku, saat ini permintaan cetak kartu vaksin
meningkat. Dalam sehari ia bisa mencetak 50-100 keping kartu vaksin.
"Alhamdulillah yang nyetak ke saya sehari ada 50-100 keping kartu vaksin, bahkan
sampai lembur," kata Eko Firmansyah ditemui di percetakannya, Selasa (26/10/2021).
Eko mengungkapkan, permintaan cetak kartu vaksin didominasi oleh warga yang sudah
melakukan vaksinasi dosis 2, biasanya di kumpulkan secara kolektif oleh perwakilan
masing-masing RT dan dicetak secara serentak. Kadang ada juga warga yang
mencetaknya secara individu bagi yang memiliki kepentingan mendadak.

Alasan mereka mencetak kartu vaksin, kata Eko sebagai pemilik percetakan, agar lebih
mudah jika diminta menunjukkan kartu vaksin saat mendatangi suatu tempat yang
mewajibkan pengunjung sudah divaksin.
Eko mengatakan bahwa cetak kartu vaksin di tempatnya lebih murah ketimbang di
tempat lain yang harganya Rp 15-20 ribu untuk cetak satu kartu, di tempatnya hanya Rp
10 ribu. Nah untuk yang kolektif harganya lebih murah lagi. Biasanya kita kenakan Rp
8 ribu.
Meski jadi peluang baru bagi bisnisnya, Eko menyadari soal risiko cetak kartu vaksin
yang cukup beresiko. Sebab, di dalam kartu tersebut terdapat barcode dan nomor induk
kependudukan (NIK) warga yang telah divaksinasi. Untuk menjaga keamanan dan
kepercayaan kliennya, dia selalu menghapus data sertifikat vaksin yang sudah dicetak
dalam bentuk kartu seukuran KTP itu.
"Setelah cetak kita hapus. Kita nggak simpan soalnya ada NIK-nya. Kita nggak mau
ambil risiko, jadi datanya langsung dihapus," ungkap Eko

Anda mungkin juga menyukai