Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER Tgl Efektif : 12 Maret 2013

SEMESTER GASAL No. Form : FM-AKM-09-001


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SEKOLAH PASCASARJANA UHAMKA No. Revisi : 00

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu & Teknologi


Dosen Pengampu : Dr. Lelly Qodariah, M.Pd.
Program Studi : Magister Pendidikan IPS
Hari/Tanggal : Rabu, 23 November 2022

Nama Mahasiswa : Dendi Komarudin


Semester/Kelas : 1 & III B
NIM : 2109077005

PETUNJUK KHUSUS :
1. Tuliskan Identitas diri.
2. Jawab soal dengan baik, analisis menggunakan referensi pendukung.
3. Setiap soal memiliki skor 25, nilai secara keseluruhan berbobot 100.
4. Jawaban di kirimkan melalui alamat e-mail lelly_qodariah@uhamka.ac.id maksimal pukul 20.00.

SOAL :

1. Mengapa kita harus berfilsafat, bagaimana hubungannya dengan berpengetahuan dan teknologi yang
saat ini sangat dibutuhkan masyarakat modern. Berikan penegasan dan penjelasan melalui contoh
peran sebagai seorang mahasiswa sekaligus sebagai seorang pendidik !

Jawaban :
Tidak dapat di pungkiri lagi bahwasannya tidak ada satu kebijakan yang dapat memecahkan
persoalan, tanpa mengaitkan dengan filsafat dan teknologi. Entah itu masalah politik, ekonomi,
sosial, budaya, pasti semua berhubungan dengan teknologi. Di zaman modern seperti ini, kehidupan
manusia di pengaruhi oleh pola pikir yang dikembangakan oleh manusia itu sendiri. Selain itu juga
dengan pola pikir manusia, bisa menerapkan, mengendalikan bahkan menguasai teknologi. Sama hal
nya dengan filsafat, teknologi adalah murni hasil pemikiran manusia dan oleh sebab itu hubungan
antara filsafat dengan teknologi sangatlah erat (Habibie 2001).
Fungsi filsafat disini yaitu menganalisi dan mengkaji kehidupan manusia dari berbagai sudut
pandang, sedangkan teknologi berfungsi untuk menentukan arah kehidupan manusia itu sendiri.
Peran teknologi bukan hanya menjawab permasalahan yang dialami manusia pada tempat dan waktu
tertentu saja, tetapi juga dapat menjawab berbagai pertanyaan metafisik manusia.
Keterkaitan antara umat manusia dengan ilmu filsafat lahir sejak manusia mulai bertanya apa makna
sesuatu hal beserta asal muasalnya yang hakiki. Lalu dengaan itu muncullah berbagai upaya manusia
supaya mereka memperoleh jawaban yang menurut mereka sesuai dengan jiwanya, meskipun pada
akhirnya jawaban itu berada dalam lingkup spekulatif dan non empirik (Wibisono, 2001)
UJIAN TENGAH SEMESTER Tgl Efektif : 12 Maret 2013
SEMESTER GASAL No. Form : FM-AKM-09-001
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SEKOLAH PASCASARJANA UHAMKA No. Revisi : 00
Contohnya yaitu filsafat di bidang teknologi farmasi. Yang mana ramuan dan obat-obatan yang di
ciptakan oleh manusia bertujuan untuk kesembuhan manusia dari berbagai penyakit. Jika ilmu ini
tidak didasari oleh filsafat, bisa saja orang yang berniat jahat meramu sebuah obat yang ternyata
malah menambah penyakit dan bahkan kematian manusia lain. Dalam pemakaiannya pun ada
dosisnya. Bahkan adapun obat-obatan terlarang yang banyak beredar dan di konsumsi oleh orang,
yang mana sekarang kita kenal dengan narkoba.
Dari semua ini, dapat disimpulkan bahwa di era globalisasi ini, ketika berbagai kajian mengenai
multidisiplin selalu menyertai kegiatan ilmah, maka dari itu diperlukan suatu wadah, yakni sikap
kritis dan tanggung jawab dalam menghadapi kemajemukan pola pikir dari berbagai ilmu
pengetahuan beserta para ilmuannya. Baik sebagai mahasiswa atau pendidik yang harus senantiasa
berfikir kritis untuk menunjukkan idealisme sebagai pegangan dalam memahami perkembangan
yang terus berpacu menyertai zaman sekaligus bentuk tanggung jawab untuk selalu terlibat dalam
melakukan perubahan (agent of change). Seperti halnya filsafat yang bisa melihat sesuatu
permasalahan dari dua dimensi, sehingga aspek yang belum tersentuh oleh ilmu lain dapat dijadikan
pusat perhatiannya. Pada akhirnya,teknologi dipelajari lalu diciptakan untuk memperkokoh eksistensi
manusia bukan malah sebaliknya.

2. Minimal ada 11 ciri berfikir Filsafat, menurut pendapat saudara ciri mana yang paling relevan dengan
kebutuhan era Revolusi 4.0 ini, sebutkan dan berikan analisisnya, dengan referensi pendukung sebagai
penguatan teoretiknya !

Jawaban :
11 Ciri berfikir filsafat :
1) Berpikir Rasional, Sebagaimana diketahui, berfilsafat adalah berpikir. Meskipun demikian,
tidak semua kegiatan berpikir dan hasil berpikir dimaksud dapat dikategorikan sebagai
berfilsafat. Ciri pemikiran filsafat pertama-tama harus bersifat rasional, bukan perasaan
subyektif, khayalan, atau imajinasi belakah. Ciri pemikiran rasional menunjukkan bahwa baik
kegiatan berpikir maupun hasil pemikiran filsafat itu sendiri harus dapat diterima secara akal
sehat, bukan sekedar mengikuti sebuah common sense (pikiran umum). Ciri pemikiran filsafat
yang rasional itu membuat filsafat disebut sebagai pemikiran kritis atau “ilmu kritis”.
2) Berpikir Radikal (radix = akar). Artinya, ciri berpikir filsafat yang ingin menggali dan
menyelami kenyataan atau ide sampai keakar-akarnya, untuk menemukan dan mengangkat
dasar-dasar pemikirannya secara utuh ke permukaan. Ciri pemikiran dimaksud,
UJIAN TENGAH SEMESTER Tgl Efektif : 12 Maret 2013
SEMESTER GASAL No. Form : FM-AKM-09-001
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SEKOLAH PASCASARJANA UHAMKA No. Revisi : 00
mengisyaratkan bahwa orang tidak perlu terburu-buru mengambil kesimpulan pemikiran
sebelum menemukan hakikat kebenarannya secara fundamental, dan dengan demikian, ia
tidak muda terjebak ke dalam pemikiran yang sesat dan keliru atau kejahatan. Berpikir radikal
menunjukkan bahwa filsafat sebagai sebuah proses dan hasil pemikiran, selalu berusaha
melatakkan dasar dan strategi bagi pemikiran itu sendiri sehingga bertahan menghadapi ujian
kritis atau tantangan (ujian) zaman dengan berbagai arus pemikiran baru apa pun.
3) Kreatif-inovatif. Artinya, pemikiran filsafat bukanlah pemikiran yang melanggengkan atau
memandegkan dirinya di dalam berbagai keterkungkungan dogma atau ideologi yang beku
dan statis. Justru, ia selalu berusaha membangun kejataman budi untuk mampu mengeluarkan
diri kebekuan inspirasi, mampu mengkritisi, memperbaiki, menyempurnakan, dan
mengembangkan dirinya sedemikian rupa sehingga dapat melahirkan penemuan-penemuan
(invention) dan gagasan-gagasan baru yang lebih brilian, terbuka, dan kompetitif dalam
merespons tuntutan zaman serta kemajuan-kemajuan yang penuh kejutan dan pergolakan, baik
pada tataran ide maupun moral. Ciri pikiran filsafat tersebut mengandaikan sebuah kekuatan
transformasi dan seni “mengolah budi” (kecerdasan) guna mampu melakukan imajinasi teori,
mengubah fakta menjadi permasalahan dan terobosan penyelesaiannya dalam berbagai lakon
aktual.
4) Berpikir Sistematis dan analitis. Artinya, ciri berpikir filsafat selalu berpikir logis (terstruktur
dan teratur berdasarkan hukum berpikir yang benar). Pemikiran filsafat tidak hanya
melepaskan atau menjejerkan ide-ide, penalaran, dan kreatifitas budi secara serampangan
(sporadis). Justru, pemikiran filsafat selalu berusaha mengklasifikasi atau menggolong-
golongkan, mensintesa (mengkompilasi) atau mengakumulasikan, serta menunjukkan makna
terdalam dari pikiran, merangkai dan menyusunnya dengan kata (pengertian), kalimat
(keputusan), dan pembuktian (konklusi) melalui sistim-sistim penalaran yang tepat dan benar.
5) Berpikir Universal. Artinya, pemikiran filsafat selalu mencari gagasan-gagasan pemikiran
yang bersifat universal, yang dapat berlaku di semua tempat. Pemikiran filsafat tidak pernah
akan berhenti dalam sebuah kenyataan yang terbatas, ia akan menerobos mencari dan
menemukan gagasan-gagasan yang bersifat global dan menjadi rujukan pemikiran umum.
6) Komprehensif dan holistik. Artinya, pemikiran filsafat selalu bersifat menyeluruh dan utuh.
Baginya, keseluruhan adalah lebih jelas dan lebih bermakna daripada bagian-perbagian.
Holistik artinya, berpikir secara utuh, tidak terlepas-lepas dalam kapsul egoisme (kebenaran)
sekoral yang sempit. Cara berpikir filsafat yang demikian perlu dikembangkan mengingat
hakikat pemikiran itu sendiri adalah dalam rangka manusia dan kemanusiaan yang luas dan
kaya (beraneka ragam) dengan tuntutan atau klaim kebenarannya masing-masing, yang
menggambarkan sebuah eksistensi yang utuh.
UJIAN TENGAH SEMESTER Tgl Efektif : 12 Maret 2013
SEMESTER GASAL No. Form : FM-AKM-09-001
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SEKOLAH PASCASARJANA UHAMKA No. Revisi : 00
7) Berpikir Abstrak. Berpikir abstrak adalah berpikir pada tataran ide, konsep atau gagasan.
Maksudnya, pemikiran filsafat selalu berusaha meningkatkan taraf berpikir dari sekedar
pernyataan-pernyataan faktual tentang fakta-fakta fisik yang terbatas pada keterbatasan
jangkuan indera manusia untuk menempatkannya pada sebuah pangkalan pemahaman yang
utuh, integral (terfokus), dan saling melengkapi pada tataran yang abstrak melalui bentuk –
bentuk ide, konsep, atau gagasan-gagasan pemikiran.
8) Berpikir Spekulatif. Ciri pemikiran ini merupakan kelanjutan dari ciri berpikir abstrak yang
selalu berupaya mengangkat pengalaman-pengalaman faktawi ketaraf pemahaman dan
panalaran. Melalui itu, orang tidak hanya berhenti pada informasi sekedar menunjukkan apa
adanya (in itself), tetapi lebih meningkat pada taraf membangun pemikiran dan pemahaman
tentang mengapa dan bagaimananya hal itu dalam berbagai dimensi bentuk pendekatan.
Berfilsafat adalah berfikir dengan sadar, yang mengandung pengertian secara teliti dan teratur,
sesuai dengan aturan dan hukum yang ada.
9) Berpikir humanistik. Ciri pemikiran filsafat ini hendak letakkan hakikat pemikiran itu pada
nilai dan kepentingan-kepentingan kemanusiaan sebagai titik orientasi, pengembangan, dan
pengendalian pemikiran itu sendiri. Maksudnya, pemikiran dan segala anak pinaknya, baik
dalam bentuk pengetahuan, ilmu, atau teknologi harus dapat menunjukkan sebuah
pertanggungjawaban pada sebuah tugas kemanusiaan yang nyata.
10) Berpikir kontekstual. Ciri pemikiran ini hendak menunjukkan bahwa pikiran bukan sekedar
sebuah ide, tetapi sebuah realitas eksistensi dengan konteksnya yang nyata dan jelas.
Maksudnya, setiap pemikiran filsafat, selalu bertumbuh dan berkembang dalam konteks hidup
manusia secara nyata.
11) Berpikir kontemplatif. Ciri pemikiran filsafat ini diarahkan untuk menajamkan kepekaan diri,
ketajaman bathin, serta kemampuan mengenal kekuatan dan kelemahan, dan kesadaran
otodidik dalam diri. Melalui pemikiran kontemplatif dimaksud, setiap pemikir, filsuf, atau
ilmuwan mampu menasihati dan membimbing diri (menangani diri) dengan penuh kerendahan
hati, kesabaran, dan kesetiaan. Ciri berpikir kontemplatif mampu membimbing para subyek
(pemikir) sedemikian rupa, sehingga mampu melalukan koreksi, perbaikan, dan
penyempurnaan atas segala cara berpikir maupun hasil pemikiran itu sendiri sehingga tidak
terjebak dalam keangkuhan, sikap ideologis, dan pembenaran diri menjadi “kekuatan serba
oke”, yang secara buta mentukangi aneka kebohongan dan kejahatan.
(Suriasumantri, J.S., 1995, Ilmu dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. The
Liang Gie, 1996, Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta).
Menurut pendapat saya ciri yang paling relevan dengan kebutuhan era Revolusi 4.0 saat ini ini
adalah pada ciri ke-3 (kreatif-inovatif) dan ciri ke-5 (universal). Pada tataran ini cara berfikir
UJIAN TENGAH SEMESTER Tgl Efektif : 12 Maret 2013
SEMESTER GASAL No. Form : FM-AKM-09-001
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SEKOLAH PASCASARJANA UHAMKA No. Revisi : 00
filsafat dapat menjembatani seorang ilmuan untuk dapat membangun kejataman budi untuk
mampu melahirkan inspirasi, mampu mengkritisi, memperbaiki, menyempurnakan gagasan
yang telah ada. Melahirkan gagasan-gagasan baru yang kontekstual dalam merespon
perkembangan zaman, penemuan-penemuan yang menerobos ruang dan waktu,bersifat global
dan menjadi rujukan pemikiran umum.

3. Yuyun Suriasumantri menjelaskan bahwa seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang
biasa berpikir dengan teratur dan teliti, Seorang ilmuwan tidak menolak atau menerima sesuatu begitu
saja tanpa suatu pemikiran yang cermat. Dalam realitasnya sering seorang ilmuwan dihadapkan dengan
kapitalisme sang pemilik modal yang berkuasa. Berikan argumentasi tentang pernyataan tersebut
dibantu penjelasannya dengan referensi pendukung !

Jawaban :
Salah satu dari ciri cara berfikir filsafat adalah sistematis. Berfikir secara sistematis yaitu
mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah, para filsuf memakai pendapat-pendapat sebagai
wujud dari proses befilsafat. Pendapat-pendapat tersebut harus saling berhubungan secara teratur dan
terkandung maksud dan tujuan tertentu. Implementasi dari berpikir sistematis dalam filsafat ini adalah
jika ada suatu permasalahan kita harus menyelesaikannya secara runtut (dimulai dari cikal bakal
permasalahan sampai penyelesaian permasalahan), tidak boleh terjadi jumping conclusion.
Contohnya ada suatu persoalan, kemudian berusaha mencari tahu dan mulai menyelesaikannya secara
bertahap (dari awal sampai akhir tanpa ada yang dilompati. Begitu pun ketika seorang ilmuan
berhadapan pada kapitalisme, apalagi jika saya adalah seorang ilmuan muslim yang tentu akan
berpegang pada kaidah-kaidah agama dalam menyandarkan idealisme. Bahwa perdebatan modern terkait
konsep ekonomi Islam berputar pada tiga bahasan, yaitu yang pertama terkait argumentasi Barat bahwa Islam
adalah penghalang kapitalisme. Kedua, secara berangsur-angsur para penulis Muslim dan Barat bertemu dalam
pandangan Islam mendukung sejenis kapitalisme. Ketiga, kaum modernis Islam memadukan beragam teori
ekonomi dan program religius untuk melukiskan Islam sebagai alternatif unggul.
Untuk poin yang pertama, baik cendekiawan Barat atau Muslim sepakat Islam tidak selaras dengan
kapitalisme. Para orientalis cenderung memandang Islam secara inheren kontradiktif dengan
kepitalisme. Itu karena adanya doktrin-doktrin dasar dan tidak dapat diubah, seperti misalnya fatalisme,
akhirat, dan sangsi bagi para pelanggar riba.
Para sejarawan dan ahli eknomi sering berpendapat bahwa berkembangnya perdagangan internasional
dapat memajukan revolusi industri di seluruh dunia Islam seandainya Muslim mampu menahan
serangan gencar imperalisme Eropa.
Dari sudut pandang ini, penghalang kapitalisme bukan kelemahan inheren pemikiran Islam atau
UJIAN TENGAH SEMESTER Tgl Efektif : 12 Maret 2013
SEMESTER GASAL No. Form : FM-AKM-09-001
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SEKOLAH PASCASARJANA UHAMKA No. Revisi : 00
kekuatan institusi yang ketinggalan zaman, melainkan kekuatan persenjataan dan ketamakan Barat. Di
banyak negara, serbuan komersial dan kolonial Eropa telah menghancurkan kerajinan dan manufaktur
pribumi. Dan, pusaran perdebatan yang terakhir yaitu bahwa Islam menjadi alternatif sistem
perekonomian selain kapitalisme. Itu karena kapitalisme lebih diidentikkan dengan dominasi asing. Ia
kehilangan sebagian daya tariknya di hadapan kaum Muslim. Perekonomian Islam yang otentik dan
lebih koheren dapat mengungguli kapitalisme pada masa mendatang. Ini memuncak dan menggeliat
terutama selama periode melimpahnya minyak pada 1970-an.
UJIAN TENGAH SEMESTER Tgl Efektif : 12 Maret 2013
SEMESTER GASAL No. Form : FM-AKM-09-001
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SEKOLAH PASCASARJANA UHAMKA No. Revisi : 00

4. Di bidang etika tanggung jawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi memberikan informasi namun
memberi contoh. Dia harus tampil didepan bagaimana caranya bersifat obyektif, terbuka, menerima
kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya benar, dan kalau perlu
berani mengakui kesalahan. Bagaimana pendapat saudara tentang statemen ini, berikan penjelasan !

Jawaban :

Etika sebagai filsafat mempelajari pandangan-pandangan, persoalan-persoalan yang berhubungan


dengan masalah kesusilaan. Etika pada kajian filsafat ini sangat menarik perhatian para filosof dalam
menanggapi makna etika secara lebih serius dan mendalam, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Aristoteles. Aristoteles dalam bukunya Etika Nikomacheia,menjelaskan tentang pembahasan etika
kedalam dua hal penting,yaitu pertama,etika sebagai terminus techius. Pengertian etika dalam hal ini
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. Kedua,etika
dimaknai sebagai manner dan custom,dimana etika dipahami sebagai sesuatu yang berkaitan dengan
tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia ( Inherent in human nature) yang
terikat dengan pengertian “ baik dan buruk ” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia
(Mokh.Sya’roni;2014).

Dalam konteks pengembangan ilmu, seorang ilmuwan harus memliki sikap ilmiah sebagai bagian
intergral dari sifat ilmu. Hal ini disebabkan oleh karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang diarahkan
untuk mencapai suatu pengetahuan ilmiah yang bersifat objektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan
bukanlah membahas tentang tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu
yang bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial untuk melestarikan
dan keseimbangan alam semesta ini, serta dapat dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan. Artinya selaras dengan kehendak manusia dan kehendak Tuhan.

Bagi seorang ilmuwan didalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis,objektif dan
terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya. Namun selain
itu juga masalah yang mendasar yang dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu bangunan yang
kokoh kuat adalah masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tak dapat disangkal
bahwa ilmu telah membawa manusia ke arah perubahan yang cukup besar, tetapi dapatkah ilmu yang
kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi penyelamat manusia bukan sebaliknya.Di sinilah letak
tanggung jawab seorang ilmuwan. Pengembangan ilmu pengetahuan sebagai perwujudan aksiologi
ilmu mengharuskan visi etik yang tepat untuk diaplikasikan. Manusia dengan ilmu pengetahuan akan
mampu berbuat apa saja yang diinginkan, namun pertimbangannya tidak hanya pada apa yang dapat
diperbuat oleh manusia. Yang lebih penting pada konteks ini adalah perlunya pertimbangan etik apa
UJIAN TENGAH SEMESTER Tgl Efektif : 12 Maret 2013
SEMESTER GASAL No. Form : FM-AKM-09-001
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
SEKOLAH PASCASARJANA UHAMKA No. Revisi : 00
yang harus dilakukan dengan tujuan kebaikan manusia

Anda mungkin juga menyukai