Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET TEKNOLOGI DAN DIKTI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
________________________________________________________
SOAL UTS FILSAFAT PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2022
Dosen Pengampu: Dr. Y. Suyitno MPd.

Nama : Amanda Syahidah Al Izzatul Islam


NIM : 2101100037
Kelas : 2A
Soal-soal:
1. Apa pengertian secara bahasa/etimologis dan maknawi dari Filsafat
Pendidikan?(10)
Jawab :
- Secara etimologis, filsafat sebagai terjemahan dari kata philosophy, berasal
dari kata Yunani Purba philia yang berarti mencintai, dan sophia yang
berarti kebijaksanaan atau kearifan. Dengan demikian secara etimologis
filsafat berarti mencintai kebijaksanaan atau kearifan.
- Secara terminologis, filsafat merupakan suatu analisa hati-hati terhadap
penalaran-penalaran mengenai suatumasalah, dan penyusunan secara
sengaja serta sistematis atas suatu sudut pandangan yang menjadi dasar
suatu tindakan
2. Apan tujuan dan kegunaan belajar Filsafat Pendidikan dalam kerangka studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar?(10)
Jawab :
Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam hidup dan
kehidupan manusia. Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis
sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakat. Dari dahulu sampai nanti
pun pendidikan itu selalu mengalami perkembangan seiring dengan
perkembangan sosial budaya dan perkembangan IPTEK. Pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan.
Aliran-aliran ini harus dipahami oleh setiap calon tenaga kependidikan,
terutama calon guru pendidikan di Sekolah Dasar agar mereka mampu
menangkap makna setiap gerak dinamika pemikiran-pemikiran dalam
pendidikan dasar itu sendiri. Pemahaman itu akan membekali calon guru
Pendidikan Sekolah Dasar dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan
memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan
kebutuhan masa kini, serta perkiraan/antisipasi masa yang datang. Oleh karena
itu, begitu fundamentalnya mempelajari dan memahami landasan filsafat
pendidikan dengan berbagai macam aliran-aliran pendidikan di dalamnya,
baik aliran-aliran pendidikan klasik maupun modern yang dapat memberikan
dasar pemikiran dalam pengambilan keputusan, bertindak dan mengevaluasi
kegiatan pendidikan di Sekolah Dasar dengan tepat dan baik.
3. Ciri-ciri berfikir Filsafiah, adalah Kritis, Sitematis, Spekulatif, Normatif,
Komprehensif, dan Radikal. Uraikan masing-masing secara lengkap!.(20)
Jawab :

- Krisis atau crycis. Menurut Jurgen Habermas, krisis atau crysis adalah ciri
pemikiran yang tidak ingin terbelenggu dalam sangkar rasio tetapi bergulat
dengan realitas kemanusiaannya yang penuh krisis, anomali, determinasi,
dan pembusukan budaya. Pemikiran crysis berada pada tataran sosial
untuk melakukan penyembuhan-penyembuhan sosial atas berbagai
fenomena patologis (penyakit sosial) berupa provokasi, rasio birokratis,
dan represi yang cenderung mendistorsi akal sehat manusia.

- Berpikir Sistematis dan analitis. Artinya, ciri berpikir filsafat selalu


berpikir logis (terstruktur dan teratur berdasarkan hukum berpikir yang
benar). Pemikiran filsafat tidak hanya melepaskan atau menjejerkan ide-
ide, penalaran, dan kreatifitas budi secara serampangan (sporadis). Justru,
pemikiran filsafat selalu berusaha mengklasifikasi atau menggolong-
golongkan, mensintesa (mengkompilasi) atau mengakumulasikan, serta
menunjukkan makna terdalam dari pikiran, merangkai dan menyusunnya
dengan kata (pengertian), kalimat (keputusan), dan pembuktian (konklusi)
melalui sistim-sistim penalaran yang tepat dan benar. Pemikiran filsafat
selalu bergerak selangkah demi selangkah, dengan penuh kesadaran
(pengujian diri), berusaha untuk mendudukan kejelasan isi dan makna
secara terstruktur dengan penuh kematangan dalam urutan prosedur atau
langkah berpikir yang tertib, tertanggung jawab, dan saling berhubungan
secara teratur.
- Berpikir Spekulatif. Ciri pemikiran ini merupakan kelanjutan dari ciri
berpikir abstrak yang selalu berupaya mengangkat pengalaman-
pengalaman faktawi ketaraf pemahaman dan panalaran. Melalui itu, orang
tidak hanya berhenti pada informasi sekedar menunjukkan apa adanya (in
itself), tetapi lebih meningkat pada taraf membangun pemikiran dan
pemahaman tentang mengapa dan bagaimananya hal itu dalam berbagai
dimensi bentuk pendekatan. Pemikiran filsafat yang berciri spekulatif
memungkinkan adanya transendensi untuk menunjukkan sebuah perspektif
yang luas tentang aneka kenyataan. Tegasnya, melalui ciri pemikiran
filsafat yang spekulatif dimaksud, orang tidak sekedar hanya menerima
sebuah kenyataan (kebenaran) secara informatif, sempit, dan dangkal,
tetapi dengan sikap kritis, dan penuh imajinasi untuk memahami
(verstending) dan mengembangkannya secara luas dalam berbagai khasana
pemikiran yang beraneka. Berfilsafat adalah berfikir dengan sadar, yang
mengandung pengertian secara teliti dan teratur, sesuai dengan aturan dan
hukum yang ada. Berpikir secar filsafat harus dapat menyerap secara
keseluruhan apa yang ada pada alam semesta secara utuh sehingga orang
dimungkinkan untuk mengembangkannyadalam berbagai aspek pemikiran
dan bidang keilmuan yang khas.

- Komprehensif dan holistik. Artinya, pemikiran filsafat selalu bersifat


menyeluruh dan utuh. Baginya, keseluruhan adalah lebih jelas dan lebih
bermakna daripada bagian-perbagian. Holistik artinya, berpikir secara
utuh, tidak terlepas-lepas dalam kapsul egoisme (kebenaran) sekoral yang
sempit. Cara berpikir filsafat yang demikian perlu dikembangkan
mengingat hakikat pemikiran itu sendiri adalah dalam rangka manusia dan
kemanusiaan yang luas dan kaya (beraneka ragam) dengan tuntutan atau
klaim kebenarannya masing-masing, yang menggambarkan sebuah
eksistensi yang utuh. Baginya, pikiran adalah bagian dari fenomena
manusia sebab hanya manusia lah yang dapat berpikir, dan dengan
demikian ia dapat diminta pertanggungjawaban terhadap pikiran maupun
perbuatan-perbuatan yang diakibatkan oleh pikiran itu sendiri. Pikiran
merupakan kesatuan yang utuh dengan aneka kenyataan kemanusiaan
(alam fisik dan roh) yang kompleks serta beranekaragam. Pikiran,
sesungguhnya tidak dapat berpikir dari dalam pikiran itu sendiri, sebab
bukan pikiran itulah yang berpikir, tetapi justru manusia lah yang berpikir
dengan pikirannya. Jadi, tanpa manusia maka pikiran tidak memiliki arti
apa pun. Manusia, karenanya, bukan hanya berpikir dengan akal atau rasio
yang sempit, tetapi juga dengan ketajaman batin, moral, dan keyakinan
sebagai kesatuan yang utuh.

- Berpikir Radikal (radix = akar). Artinya, ciri berpikir filsafat yang ingin
menggali dan menyelami kenyataan atau ide sampai keakar-akarnya, untuk
menemukan dan mengangkat dasar-dasar pemikirannya secara utuh ke
permukaan. Melalui cara pemikiran yang demikian itu, diperoleh suatu
hasil berpikir yang mendasar dan mendalam, serta sebuah
pertanggunganjawaban yang memadai di dalam membangun pemikiran
filsafat dan pikiran keilmuan itu sendiri. Ciri pemikiran dimaksud,
mengisyaratkan bahwa orang tidak perlu terburu-buru mengambil
kesimpulan pemikiran sebelum menemukan hakikat kebenarannya secara
fundamental, dan dengan demikian, ia tidak muda terjebak ke dalam
pemikiran yang sesat dan keliru atau kejahatan. Berpikir radikal
menunjukkan bahwa filsafat sebagai sebuah proses dan hasil pemikiran,
selalu berusaha melatakkan dasar dan strategi bagi pemikiran itu sendiri
sehingga bertahan menghadapi ujian kritis atau tantangan (ujian) zaman
dengan berbagai arus pemikiran baru apa pun.

4. Yang dibahas dlm filsafat pendidikan adalah meliputi: Metafisika, logika,


etika dan estetika. Coba jelaskan apa yang dibahas dalam masing-masing
cabang filsafat tersebut dalam implementasinya terhadap pendidikan? (20)
Jawab :
- Metafisika, filsafat metafisik yang fokus pada prinsip yang mengulas
sesuatu yang menyeluruh. Metafisika juga membicarakan tentang sesuatu
yang tidak tampak. Jika dibedah lebih dalam lagi, metafisik atau ontology
dibagi menjadi tiga teori, yaitu teori materialisme, idealisme dan dualisme.
- Logika, menjadi unsur cabang cabang filsafat. Kehadiran logika
sebenarnya membantu dalam mengenali dan menyelidiki pemikiran.
Apakah pemikiran tersebut bertentangan dengan prinsip atau tidak. Prinsip
dari logika ada dua, yaitu prinsip inferensia atau kemampuan untuk
menyimpulkan, kemudian prinsip valid atau keabsahan. Ditinjau dari
jenisnya, logika dibagi menjadi dua. Pertama logika deduktif, atau cara
berfikir dengan cara menarik kesimpulan secara khusus. Mereka
melakukan pola berfikir secara silogismus yang mengawalinya dengan
membuat kesimpulan dari penalaran deduktif sesuai premis. Kedua, logika
induktif, yang merupakan cara berfikir yang dilakukan dengan menarik
kesimpulan secara umum terlebih dahulu, setelah itu diambil secara
khusus. Biasannya kesimpulan disampaikan dengan cara memaparkan
pernyataan secara khas terlebih dahulu.
- Etika, salah satu caabang yang membicarakan moral dan perbuan manusia.
Baik itu perbuatan baik ataupun perputan buruk. Istilah etika secara
sederhana diartikan sebagai tata krama dan sopan santun nyang dibawa
oleh seeorang. Cabang filsafat yang mempelajari etika ini pun ada cabang
ilmu lain yang spesifik mempelajarinya, yaitu ilmu psikologi perilaku.
- Estetika, dalam cabang cabang filsfat disebut-sebut sebagai filsafat
keindahan atau philosophy of beauty. Dimana ilmu yang mempelajari dan
emmbicarakan tentang keindahan dari sebuah sikap ataupun non sikap.
Dalam kehidupan perilaku manusia, estetika yang dimaksud
membicarakan soal kepantasan dan ketidakpantasan. Misalnya, seorang
wanita akan lebih indah jika memiliki sikap sopan, rendah hati dan santu.
Sedangkan sikap yang kasar dan celelekan dinilai tidak estetika. Jadi,
meskipun bentuk dalam sebuah sikap, tetapi membicarakan keindahan atau
sisi baiknya.
5. Mengapa calon guru atau guru harus memahami Filsafat Pendidikan? Apa saja
yang dipelajari oleh Filsafat Pendidikan? Ada 5 komponen Pendidikan dalam
Filsafat Pendidikan, silahkan jelaskan secara rinci. (20)
Jawab :
- Filsafat pendidikan memberikan fondasi tanggung jawab kepada calon-
calon guru tentang hakikat setiap praktik pembelajaran di sekolah. Kajian
filsafat melatih mereka untuk memikirkan setiap apa yang harus dilakukan
dan alasan-alasannya.
- Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat
pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar
belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang
dilakuknganalisis secara kritis struktur dan manfaat pendidikan.
- 5 komponen pendidikan
 Pendidik, Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab
itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua,
guru, pemimpin, program pembelajaran, latihan dan
masyarakat/organisasi. Pendidik merupakan salah satu komponen
penting dalam proses pendidikan, dipundaknya terletak tanggung
jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta didik kearah
tujuan pendidikan yang dicitakan. Secara umum, pendidik adalah
mereka yang memiliki tanggung jawab mendidik. Mereka adalah
manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya melaksanakan
proses pendidikan.
 Peserta Didik, Peserta didik adalah komponen masukan dalam
sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses
pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen
pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara
lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif/pedagogis. Faktor anak didik adalah merupakan salah satu
faktor pendidikan yang paling penting karena tanpa adanya faktor
tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu
faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.
Dalam paradigma pendidikan, peserta didik merupakan sesuatu
yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah)
yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu, ia senantiasa
memerlukan bimbingan arahan pendidik agar dapat
mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya
menuju kedewasaan.
 Kurikulum, Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan
program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang
akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan
dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan
kerja. Dalam konteks pendidikan nasional, secara formal kurikulum
lebih diartikan sebagai suatu rencana atau dokumen tertulis. Hal ini
bisa dilihat dari pengertian kurikulum sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, yang berbunyi bahwa “kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
 METODE, Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3)
diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan;
(7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
 HASIL AKHIR. Hasil akhir merupakan komponen terakhir dalam
proses pembelajaran dalam dunia pendidikan, dari hasil akhir dapat
diketahui keberhasilan dari tujuan pendidikan itu sendiri. Di
sekolah siswa seharusnya sudah terbiasa dengan penilaian hasil
belajar yang dilakukan oleh pendidik (guru) dan sekolah. Hal ini
karena diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
63 ayat (1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik,
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil
belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian,
ulangan tengah semester,ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan
untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan
penyusunan laporan hasil belajar; dan memperbaiki proses
pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk
semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar untuk semua mata
pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani,olahraga,dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
6. Dari mana sumber rumusan tujuan pendidikan nasional Indonesia dan konsep
hakikat manusia Indonesia dihasilkan? (10)
Jawab :
Sumber rumusan tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah UU No. 20
Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan
nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. UU No. 2 Tahun 1985
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
yang seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri,
kepribadian yang mantap, dan bertanggung jawab terhadap bangsa. MPRS
No. 2 Tahun 1960, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang
memiliki jiwa Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.
Konsep hakikat manusia Indonesia dihasilkan oleh para filsuf.
7. Bolehkah filsafat pendidikan lain digunakan sebagai landasan pendidikan
nasional? Mengapa ? Jelaskan secara lengkap! (10)
Jawab :
Tidak, karena Filsafat pendidikan nasional Indonesia berakar pada nilai-nilai
budaya yang terkandung pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus
ditanamkan pada peserta didik melalui penyelenggaraan pendidikan nasional
dalam semua level dan jenis pendidikan.
8. Selamat bekerja. Tidak ada plagiasi. Berikan daftar pustaka pada point 8.
secara lengkap.
- Buku Filsafat Pendidikan (Dr. Y. Suyitno, M. Pd.)
- https://osf.io/wzg26/download
- http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195009081981011-
Y._SUYITNO/FILSAFAT_PENDIDIKAN_Utama_I.pdf
-

Anda mungkin juga menyukai