Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH PANJAT TEBING

DOSEN
Drs. Ade Ruqbi BS, M.M

DISUSUN OLEH

NAMA :M. FAHMI INDRAZID


NPM :41182191170200
JURUSAN :PJKR
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bahwa saya telah dapat membuat Makalah Tentang Olahraga Panjat
tebing, walaupun banyak sekali hambatan dan kesulitan yang saya
hadapi dalam menyusun makalah ini, dan mungkin makalah ini masih
terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna dikarenakan
keterbatasan kemampuan saya.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan ktitik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak terutama dari Bapak/Ibu dosen
supaya saya dapat lebih baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di
kemudian hari, dan semoga makalah ini berguna bagi siapa saja
terutama bagi teman-teman yang hobi atau ingin lebih tahu lebih
banyak tentang olahraga panjat tebing.

Bekasi, 17 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Sampul...........................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................
Daftar Isi........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Panjat Tebing...........................................................
B. Sistem Panjat Tebing.................................................................
1.Alpine Push...............................................................................
2.Himalayan Style........................................................................
C. Teknik Panjat tebing.................................................................
D. Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Panjat tebing merupakan olahraga ekstrim dan penuh tantangan,namun


dibalik itu olahraga ini banyak penggemarnya dan sampai sekarang olahraga ini
terus mengalami perkembangan yang sangat pesat, maka dari itu saya selaku
orang yang berada dalam bidang olahraga ingin menambah wawasan dalam
olahraga ini.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Tentang panjat tebing
2. Sistem apa yang dipakai
3. Apa sajakah Teknik panjat tebing

C. Tujuan
Dengan mempelajari tentang olahraga ini maka :
1. Akan mengetahui lebih luas tentang panjat tebing.
2. Dapat memberikan materi olahraga ini pada siapapun yang
membutuhkan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Panjat Tebing

Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan
salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu
bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan
kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk
bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang
berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan
mempunyai tingkat kesulitan tertentu.

Pertama kali panjat tebing dikenal di kawasan Eropa, tepatnya di


pegunungan Alpen. Tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai
diperkenalkan meskipun masih terbatas pada carabiner dan piton yang terbuat
dari baja. Dan sejak itulah pendaki dari Austria dan Jerman mulai
mengembangkan teknik dan alat-alat baru dalam panjat tebing. Di Inggris
sebelum perang dunia meletus, kegiatan panjat sangat dibatasi dalam
penggunaan piton dengan alasan merusak lingkungan. Hal itulah yang
menyebabkannya ketinggalan dari Jerman. Teknik pemanjatan tebing dengan
menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920.
B. Sistem
Ada dua sistem yang biasa digunakan yaitu sistem alpine(alpine push)
dan Himalayan(Himalayan style)
1.Alpine push
Dalam sistem ini pemanjat melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa
turun kecamp, jadi pemanjat selalu ada ditebing saat tidur sekalipun (hanging
bivoac) segala aktivitas diluar pemanjatan dilakukan ditebing untuk ini segala
peralatan dan perbekalan harus benar benar diperhitungkan . penggunaan sistem
ini juga harus memperhitungkan personil yang bertugas mengangkat barang-
barang tersebut dengan sistem load carry.jadi dibutuhkan mimimal 3 personil (1
orang leader, 1orang belayer, 1orang load carry) setelah pemanjat terakir(person
load carry) sampai dipitch atasnya , tali(fixe rope) yang
digunakan naik dengan sistem jumaring langsung digulung untuk dibawa keatas
. jadi tidak ada tali menggantung untuk turun sebelum sampai puncak.

Keuntungan
« Pemanjat tidak usah turun kedasar (base camp) untuk istirahat (malam) dan
naik lagi ke pitch terakhir untuk melakukan pemanjatan.
« Jumlah tali yang dibutuhkan relative sedikit (min 3roll)
« Waktu pemanjatan lebih singkat.
Kelemahan
« Segala sesuatu mulai dari membuka jalur dan yang mengevakuasi barang-
barang keperluan diatas harus dilakukan sendiri oleh leade atau bellayer
tersebut (termasuk pemasangan lintasan untuk load carry)

« Waktu istirahat malam hari kurang karena tidur menggantung


2. Himalayan style
pemanjatan dilakukan sampai sore, kemudian pemanjat turun ke
camp dasar dan pemanjatan diteruskan besok pagi. Tali sampai pitch terakhir
ditinggal untuk melanjutkan pemanjatan besok, jadi sebelum leader dan bellayer
melakukan pemanjatan mereka akan melakukan jumaring sampai pitch terakhir
kemudian baru leader melakukan pemanjatan.
Kelebihan
« Cukup dibutuhkan dua orang personil untuk membuka jalur ( leader dan
bellayer )
« Pemanjat dapat beristirahat dengan nyaman di base camp
« Satu orang yang sudah mencapai sudah dianggap berhasil

Kekurangan
« Butuh banyak peralatan terutama tali, panjang tali disesuaikan dengan
panjang lintasan yang akan dilakukan dalam pemanjatan.
« Waktu pemanjatan lebih lama.

C. TEKNIK PANJAT TEBING


Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan seluruh
medan tebing, antara lain:

• Face Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan


tonjolan batu(point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai pijakan
kaki, pegangan tangan maupun penjaga keseimbangan tubuh.

• Friction / Slab Climbing, Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya


gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang
tidak terlaluvertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya
gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek
dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan
maksimal di atas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik, sehingga
pemanjatan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

• Fissure Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure climbing ini lebih


memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan untuk melakukan
panjatan.
Dengan cara demikian, maka beberapa pengembangan dari fissure climbing,
dikenal teknik-teknik dengan tehnik sebagai berikut ;

a. Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu


besar. Jari-jari tangan, kaki, ataupun bagian-bagian tangan hingga bahu
pemanjat dapat dimanfaatkan sebagai tehnik untuk memanjat dengan cara
memanfaatkan crack/retakan pada tebing untuk melakukan pemanjatan.
Peralatan yang digunakan secara mayoritas adalah pengaman sisip.

b. Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar pada


tebing(chimney). Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel
dan mendorong di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi
tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke tebing yang berrada dibelakang
pemanjat. Kedua tangan diletakkan menempel pada tebing. Kedua tangan
membantu mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong
dan menahan berat badan.

c. Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar


(gullies).Tehnik ini menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan
pada kedua permukaan tebing. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai
tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga
keseimbangan.
d. Lay back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan
kekuatantangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut
dengan posisi badan membeban ke belakang dan menempel kesisi tebing, untuk
memperkuat pegangan pemanjatnya. kedua kaki berpijak dan mendorong pada
tepi celah yang berlawanan untuk menghasilkan daya angkat.

e. Hand traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping


(horizontal). Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan
untuk memanjat verticalsudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat
rawan, dan banyak memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu pada
tangan, sedapat

mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat
badan dapat terbagi lebih rata.

f. Mantelself, Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang


letaknya agak tinggi, namun cukup besar untuk diandalkan sebagai tempat
berdiri selanjutnya. Kedua tangan digunakan untuk menarik berat badan,
dibantu dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha
atau dada maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan untuk
mengangkat berat badan yang dibantu dengan dorongan kaki.

strategi sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu sensitif


membaca keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan medan yang
ada, sensitif dengan keketerbatasan-keterbatasan yang mungkin timbul dan
selalu dapat mengambil keputusan untuk memnfaatkan kemampuan diri
maupun alat semaksimal mungkin, me-manage semua sumber daya sebaik
mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.
D. Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan

Berikut jenis-jenis pemanjatan berdasarkan peralatan yang digunakan dalam


pemanjatan tebing:

a. Free Climbing, Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman
yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan
dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan
mengikuti prosedur yang tepat. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya
sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil
memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak
atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki
diamankan oleh belayer.

b. Free Soloing Climbing, Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si


pendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya
sendiri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk
melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar
mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk pergerakan pada rute
yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghafalkan dahulu segala
gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan
melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan
yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga
hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan
melakukannya.

c. Atrificial Climbing, Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan,


seperti piton, bolt, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam
pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali
memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Olahraga panjat tebing pertama dikenal di kawasan Eropa tepatnta di
pegunungan Alpen dan pada tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing
mulai diperkenalkan meskipun masih terbatas namun untuk teknik pemanjatan
tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920. di Indonesia sendiri
panjat tebing mulai dikenal tahun 1960 yang dirintis oleh Mapala
UI dan Wanadri diantaranya: Harry Suliztianto, Agus Resmonohadi, Heri
Hermanu, dan Deddy Hikmat yang memulai latihan di tebing Citatah Jawa
Barat setelah itu berdirilah FPTGI diikrarkan di tugu monas 21 April 1988 lalu
FPTGI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia). Dan
tahun 1992 diakui sebagai anggota Union Internationale des Association d
Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasai panjat tebing dan gunung
Internasional.

Anda mungkin juga menyukai