Anda di halaman 1dari 18

PANJAT TEBING

DITULIS
OLEH:

NAMA : KESUMA PRAMADHANI


NIM : 1052019013
SEMESTER / UNIT : III / 1
PRODI : PGMI
MATA KULIAH : PENDIDIKAN OLAHRAGA
DOSEN PENGAMPU : M. SALMAN,S.Pd, M.Pd

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) LANGSA

T.A 2020 – 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa saya telah
dapat membuat Makalah Tentang Olahraga Panjat Tebing, walaupun banyak sekali
hambatan dan kesulitan yang saya hadapi dalam menyusun makalah ini, dan mungkin
makalah ini masih terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna dikarenakan
keterbatasan kemampuan saya.
Oleh karena itu saya sangat mengharapkan ktitik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak terutama dari Bapak/Ibu dosen supaya saya dapat lebih
baik lagi dalam menyusun sebuah makalah di kemudian hari, dan semoga makalah ini
berguna bagi siapa saja terutama bagi teman-teman yang hobi atau ingin lebih tahu lebih
banyak tentang olahraga panjat tebing.

Langkat, 20 Mei 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................2

A. Pengertian Panjat Tebing......................................................................2

B. Sistem Panjat Tebingi...........................................................................3

1. Alpine Push.....................................................................................4

2. Himalayan Style............................................................................6

C. Teknik Panjat Tebing .........................................................................7

D. Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan.......................7

E. Jenis Wall Climbing Buatan dan Standar..............................................9

BAB III. PENUTUP............................................................................................13

A. Kesimpulan.......................................................................................13
B. Saran................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

           Berkegiatan di alam bebas memang mengandung resiko baik dihutan, tebing, gua
dan pantai permasalahan yang terjadi bisa jadi dari subjektif dan objektif dan dapat
diminimalisasi dengan pengetahuan dasar berupa informasi atau pelatihan buat pegiat
panjat tebing pemula tentang presedur kegiatan panjat tebing.Panjat tebing merupakan
olahraga ekstrim dan penuh tantangan,namun dibalik itu olahraga ini banyak
penggemarnya dan sampai sekarang olahraga ini terus mengalami perkembangan yang
sangat pesat, maka dari itu saya selaku orang yang berada dalam bidang olahraga ingin
menambah wawasan dalam olahraga ini.1Kegiatan pegiat panjat tebing merupakan suatu
olahraga yang membutuhkan pengetahuan dasar mengenai teknik pemasangan alat panjat
tebing dan perawatan alat panjat tebing seperti tali karmantel penting bagi seorang
pemanjat tebing untuk mengetahui fungsi dan perawatan sehingga ketika dilapangan
pegiat panjat pemula tidak mendapat masalah pemasangan alat dan perawatan alat panjat
teing. Sangat fatal ketika sudah berkegiatan dialam bebas tanpa kontrol leader yang
memiliki pengetahuan tentang panjat tebing. Selain itu pegiat panjat tebing pemula juga
masih terbatas informasi yang didapatkan sehingga sulit memahami pemasangan alat dan
perawatan yang informasinya itu bersifat verbal yang terbatas, sehingga dibutuhkan
informasi yang informatif sehingga mudah dipahami pegiat panjat tebing pemula.

B. Rumusan Masalah
  1. Mengetahui Sejarah Tentang Panjat Tebing?
  2. Sistem Apa Sajakah yang dipakai Pegiat Pajat Tebing?
  3. Apa sajakah Teknik- Teknik Untuk MelakukanPanjat Tebing?

 C.  Tujuan
            Dengan mempelajari tentang olahraga ini maka :

FPTI:1988  “Materi Dasar Kepencintaalaman”. Yogyakarta : Mahasiswa Pecinta Alam


1

Fakultas Geografi
4
1. Untuk Mengetahui Lebih Luas Tentang Sejarah panjat tebing.
2. Untuk Mengetahui apa-apa Sajakah Perlengkapan dan Perralatan Yang dipakai
saat panjat tebing.
3. Untuk mengetahi teknik apa sajakah yang dipakai saat melakukan panjat tebing.

5
BAB II
 PEMBAHASAN

A.  Pengertian Panjat Tebing

Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan


salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari
mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus
menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada
umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan
sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.2
Pertama kali panjat tebing dikenal di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan
Alpen. Tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun
masih terbatas pada carabiner dan piton yang terbuat dari baja. Dan sejak itulah pendaki
dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan teknik dan alat-alat baru dalam panjat
tebing. Di Inggris sebelum perang dunia meletus, kegiatan panjat sangat dibatasi dalam
penggunaan piton dengan alasan merusak lingkungan. Hal itulah yang menyebabkannya
ketinggalan dari Jerman. Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali mulai
dikenal tahun 1920.3

B.  Sistem Panjat Tebing


Ada dua sistem yang biasa digunakan yaitu sistem alpine(alpine push)
danHimalayan(Himalayan style)
1.Alpine push
Dalam sistem ini pemanjat melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun
kecamp, jadi pemanjat selalu ada ditebing saat tidur sekalipun (hanging bivoac) segala
aktivitas diluar pemanjatan dilakukan ditebing untuk ini segala peralatan dan perbekalan
harus benar benar diperhitungkan . penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan
personil yang bertugas mengangkat barang- barang tersebut dengan sistem load carry.jadi
dibutuhkan mimimal 3 personil (1 orang leader, 1orang belayer, 1orang load carry)
setelah pemanjat terakir(person load carry) sampai dipitch atasnya , tali(fixe rope) yang

http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_tebing
2

3
Ibid,
6
digunakan naik dengan sistem jumaring langsung digulung untuk dibawa keatas . jadi
tidak ada tali menggantung  untuk turun sebelum sampai puncak.
Keuntungan
«    Pemanjat tidak usah turun kedasar (base camp) untuk istirahat (malam) dan naik lagi
ke pitch terakhir untuk melakukan pemanjatan.
«    Jumlah tali yang dibutuhkan relative sedikit (min 3roll)
«    Waktu pemanjatan lebih singkat.
Kelemahan
«    Segala sesuatu mulai dari membuka jalur dan yang mengevakuasi barang-barang
keperluan diatas harus dilakukan sendiri oleh leade  atau bellayer tersebut  (termasuk
pemasangan lintasan untuk load carry)

«    Waktu istirahat malam hari kurang karena tidur menggantung4

2. Himalayan style
            pemanjatan dilakukan sampai sore, kemudian pemanjat turun ke camp
dasar dan pemanjatan diteruskan besok pagi. Tali sampai pitch terakhir ditinggal untuk
melanjutkan pemanjatan besok, jadi sebelum leader dan bellayer melakukan pemanjatan
mereka akan melakukan jumaring sampai pitch terakhir kemudian baru leader melakukan
pemanjatan.
  Kelebihan
«    Cukup dibutuhkan dua orang personil untuk membuka jalur ( leader dan   bellayer )
«    Pemanjat dapat beristirahat dengan nyaman di base camp
«    Satu orang yang sudah mencapai sudah dianggap berhasil
  Kekurangan
«    Butuh banyak peralatan terutama tali, panjang tali disesuaikan dengan panjang
lintasan yang akan dilakukan dalam pemanjatan.
«    Waktu pemanjatan lebih lama.

C. Teknik Panjat Tebing

4
UIAA:1992 Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association Climbing
Instructur Seehan B.E, Alan, hlm 35.
7
Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan seluruh
medan tebing, antara lain:

• Face Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan tonjolan
batu(point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai pijakan kaki, pegangan
tangan maupun penjaga keseimbangan tubuh.

• Friction / Slab Climbing, Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan
sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlaluvertical,
kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar
diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol
sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan memberikan gaya gesek
yang baik, sehingga pemanjatan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

• Fissure Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure climbing ini lebih memanfaatkan
celah yang dipergunakan oleh anggota badan untuk melakukan panjatan.
Dengan cara demikian, maka beberapa pengembangan dari fissure climbing, dikenal
teknik-teknik dengan tehnik sebagai berikut ;

a. Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-
jari tangan, kaki, ataupun bagian-bagian tangan hingga bahu pemanjat dapat
dimanfaatkan sebagai tehnik untuk memanjat dengan cara memanfaatkan crack/retakan
pada tebing untuk melakukan pemanjatan. Peralatan yang digunakan secara mayoritas
adalah pengaman sisip.

b. Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar pada tebing(chimney).


Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel dan mendorong di salah satu
sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke
tebing yang berrada dibelakang pemanjat. Kedua tangan diletakkan menempel pada
tebing. Kedua tangan membantu mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang
mendorong dan menahan berat badan.

c. Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).Tehnik ini


menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua permukaan tebing.
Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga
berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.

d. Lay back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan kekuatantangan


dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan posisi badan
8
membeban ke belakang dan menempel kesisi tebing, untuk memperkuat pegangan
pemanjatnya. kedua kaki berpijak dan mendorong pada tepi celah yang berlawanan untuk
menghasilkan daya angkat.

e. Hand traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal).
Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk
memanjat verticalsudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak
memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapatmungkin
pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi
lebih rata.

f. Mantelself, Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak


tinggi, namun cukup besar untuk diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya. Kedua
tangan digunakan untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan kaki. Bila
tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan berubah dari
menarik menjadi menekan untuk mengangkat berat badan yang dibantu dengan dorongan
kaki.

strategi sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu sensitif membaca
keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan medan yang ada, sensitif
dengan keketerbatasan-keterbatasan yang mungkin timbul dan selalu dapat mengambil
keputusan untuk memnfaatkan kemampuan diri maupun alat semaksimal mungkin, me-
manage semua sumber daya sebaik mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.5

D.  Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan

Berikut jenis-jenis pemanjatan berdasarkan peralatan yang digunakan dalam pemanjatan


tebing:

a. Free Climbing, Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang


paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan
dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti
prosedur yang tepat. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai
pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi
walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan
pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.

http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_tebing diunduh 25 Desember 2013


5

9
b. Free Soloing Climbing, Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki
benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.
Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk
melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui
segala bentuk rintangan dan keputusan untuk pergerakan pada rute yang dilalui.
Bahkan kadang-kadang ia harus menghafalkan dahulu segala gerakan, baik itu
tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free
soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko
yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang
mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.

10
c. Atrificial Climbing, Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan,
seperti piton, bolt, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam
pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali
memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.6

(FPTI:1988 Warid, Allan. “ vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing)   


Berdasarkan sistem belay / fall protection, panjat tebing terbagi
dalambeberapa kategori :

1) Gym Climbing
Pada tipe ini, Belayer ada di bawah (ground) dengan tali dibelokkan
olehsistem anchor (pullay atau carabinner) diatas climber. Jika jatuh
makaberat climber tadi akan dibelokkan oleh sistem anchor yang lalu
ditahanolehBelayer.

GambarII. 1GymClimbing

2) TopRoping
Pada tipe ini, Belayer ada di atas (top)yang melakukan belay terhadaptali
yang menuju climber ke
bawah.Untukmengurangibebanyangditahanbelayer ketika climber jatuh,
biasanya dibuat sistem pengamanpembantu(pembelokanatau pengalihan
beban).

FPTI:1988 Warid, Allan. “ vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing   


6

11
GambarII. 2TopRoping

d. Boldering ,Pemanjatan yang dilakukan untuk melatih kekuatan dan kelenturan


badanyang biasanya dilakukan secara menyamping pada tebing – tebing
pendekatautebingbuatan.

e. Runer to runer, Pemanjatan yang dilakukan tahap demi tahap, dilakukan pada
pemanjatan yang sudah memiliki jalur yang berupa ancor/penabat, biasa juga
diperlombakan pada wall buatan.7

E. JenisWallClimbingBuatandanStandar
Jenis Wall Climbing atau papan panjat yang digunakan ada beberapa jenis,
danmempunyaistandardisetiapWallClimbingyaitu:
(Sumber:PeraturanKompetisiPanjat TebingIndonesia 2017, Versi No.1.3)
a. Outdor

1) Lead
UntukkompetisiLEAD,unsur-unsurwajib
- Tinggidindingminimal=12m.
- Tinggidindingmaksimal=20m.
- Lebarmasing-
7
Sumber: http://www.Google.comdiakses28 November2017.

12
masingbagiandaridindingminimal=5m(keadaankhususakan berlaku).
- Panjangjalurminimal= 15m.
- Dindingharusmampumenampungsetidak-
tidaknya2jaluryangdijalankansecaraserentak.
- Dindingharuscukupmiringuntukmemungkinkandibuatnyajalur-jalur8b
style-kompetisi.
- Dindingpanjatmemilikioverhangminimal200danmemilikiroofminimal
2 m.
- Karakterdindingharusmempunyaivariasiyangsignifikandalamtinggidan
lebar dinding

- Desain dinding dan kerangka harus memenuhi standar nasional


yangrelevan,di Eropastandarini adalah EN 12572.
- Karakterdindingtidakbolehhanyasebuah struktur 2D
yangsederhana,beberapaunsur3Dimensidanvariasibentuk harusdibuat.
- Dindingharusdidesainsedemikianrupasehinggamemungkinkandigunak
annyasemuasisidindingpanjatdengankatalainbagian-
bagiansampingdindingharus ditambahkan.
- Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur bebas
Karakterdindingbolehdirubahpadamalamhariataubahkandiantarababak
-babakkompet.

13
2) Leaddan Speed
Untukkompetisi SPEED,unsur-unsurwajib
- Tinggijalurharus15-20m
- Totaloverhangpadadindingmaksimal 5 m
- Lebardindingspeed harus 3 m
- Dindingtidakbolehmempunyairoofyanglebihpanjangdari1m
- Dinding harus didisain untuk menampung
2jalurdenganpanjang/kesulitan/styleyangsama
- Masing-masingjalurharusdiamankandengan2titik
belay,dandiatursedemikianrupasehinggatalitidak
mengganggupemanjat

- Jalur-
jalurdantitikbelayharusdiatursehinggaparapemanjatjatuhmenjauhsatu
samalain
- UntukSpeed Rekor:
- Tinggijalur15m,lebar3mdanoverhang50-
Topojalurdanjenistumpuan(hold),
- mengikutiketentuanIFSC.

14
b. Indoor

IndoorI.
1) Boulder
UntukkompetisiBOULDER,unsur-unsur wajib:
- Harus ada cukup bagian-bagian dari dinding boulder yang
berlainanuntuk memungkinkan 6 problem dipanjat dengan serempak,
masing-masing dinding boulder harus diantara dinding memiliki
sebuah kadarperbedaanyangsignifikan dariboulderyanglain.
- Setidak-tidaknya untuk babak Final, semua problem harus bisa
dilihatdarisatuarah,dengankatalainbahwasemuaproblemharusmenghad
apkearahyangsama.
- Matras landasan jatuh harus disediakan dengan ketebalan minimal
30cm.

- Matras harus bersambungan, jika matras terdiri dari susunan


terpisahharus di cover, sehingga tidakada kemungkinanatlit jatuh
diantarasambunganmatras.
- Tinggimaksimalseorangpemanjatdiatas matras harus 3m, inidiukurdari
titik terendahpadatubuh atlit.
- Karakterdindingtidakbolehhanyasebuah struktur 2D ya
ngsederhana,beberapaunsur3Dimensiharusdibikin.Boulderseharusnya
tidak di-disain sedemikian rupa yang mendorong
pemanjatuntukmemanjatbagianatasboulderkecualijikaaturantinggimak
simal tidak terlewati.Dinding harus didisain sedemikian
rupasehinggamemungkinkandigunakannyasisilaindindingpanjat,denga
nkata lain bagian-bagiansampingharus ditambahkan.
- Boulder-boulder harus ditinggikan dari lantai atau tempat duduk
harusdiatur untuk memberi sebanyak mungkin penonton dapat
memperolehsudutpandangyangbagus dari semuaboulder.
- Jika babak kualifikasi akan dijalankan dengan
serentakmakaharusadacukupbagian-
bagianyangberlainandaribouldeuntukmemungkinkan12 problem
dipanjat denganserentak.

15
16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Rock Climbing merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan, pikiran, skil dan
keberuntungan, sehingga dibutuhkan latihan yang harus mencukupi sebelum
melakukan pemanjatan yang sebenarnya. Bagi pecandu High Risk Sport, Rock
Climbing merupakan kegiatan di alam bebas yang mengasyikkan. Olahraga
panjat tebing pertama dikenal di kawasan Eropa tepatnta di pegunungan
Alpen  dan pada tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai
diperkenalkan meskipun masih terbatas namun untuk  teknik pemanjatan tebing
dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920. di Indonesia sendiri panjat
tebing mulai dikenal tahun 1960 yang dirintis oleh Mapala
UI dan Wanadri diantaranya: Harry Suliztianto, Agus Resmonohadi, Heri
Hermanu, dan Deddy Hikmat yang memulai latihan di tebing Citatah Jawa Barat
setelah itu berdirilah FPTGI diikrarkan di tugu monas 21 April 1988 lalu FPTGI
berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia). Dan tahun 1992
diakui sebagai anggota Union Internationale des Association d Alpinisme (UIAA)
yang mewadahi organisasai panjat tebing dan gunung Internasional.

17
DAFTAR PUSTAKA

(FPTI:1988)  “Materi Dasar Kepencintaalaman”. Yogyakarta : Mahasiswa Pecinta Alam


Fakultas Geografi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_tebing diunduh 25 Desember 2013).

(UIAA:1992) Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association Climbing Instructur


Seehan B.E, Alan.

(FPTI:1988) Warid, Allan. “ vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing

18

Anda mungkin juga menyukai