Anda di halaman 1dari 8

TELAAH KASUS

Topical Flour

Oleh :
Ovy Prima Damara
1311411002
Pembimbing :
Drg. Aria Fransiska, M.DSc

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
TELAAH KASUS

Nama : Ovy Prima Damara


No BP : 1311411002
Preseptor : drg. Aria Fransiska, MDSc
Tanda tangan :

1. Literature review :
Di dalam rongga mulut perubahan jumlah mineral pada gigi sering terjadi. Pada
keadaan biasa, keluar masuknya mineral adalah hal yang normal. Ketika pH (tingkat
keasaman) turun menjadi di bawah 5,5 dan terjadi dalam waktu lama, maka proses
demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih
banyak mineral gigi yang larut dan menimbulkan karies.
Pencegahan karies dapat dilakukan salah satunya adalah dengan pendekatan
preventif menggunakan bahan fluoride. Pendekatan preventif menggunakan bahan
fluoride merupakan salah satu cara yang cukup efektif untuk mencegah kerusakan
email. Pemberian fluoride dapat dilakukan dengan kumur larutan fluoride, menyikat
gigi dengan pasta gigi, memoles gigi dengan profilaksis yang mengandung fluoride
dan aplikasi topikal fluoride yang sering digunakan di praktek dokter gigi.
Mekanisme fluoride dalam pencegahan karies adalah dengan meningkatkan
ketahanan email terhadap demineralisasi (hilangnya mineral gigi), meningkatkan
proses remineralisasi (bertambahnya mineral gigi) pada permukaan email,
menghambat sistem enzim bakteri yang merubah karbohidrat menjadi asam dalam
plak gigi gigi dan adanya efek bakteriostatik dengan menghambat kolonisasi bakteri
pada permukaan gigi (Lussi,dkk., 2012)
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja
dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi
karbohidrat melalui perubahan hidroksi apatit pada enamel menjadi fluor apatit yang
lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia :
Ca10(PO4)6(OH)2+F → Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan
asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi. Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan
cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan
mineral tersebut. Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email
gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena
penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan
asam (Arathi, 2012).
 Menurut (Dharma dkk, 2017) Pembagian umur dalam pemberian topical flour :
Pengulangan aplikasi dengan interval ± 3 tahun untuk disesuaikan dengan pola
erupsi gigi anak-anak. Aplikasinya adalah sebagai berikut :
1. Dibuat pada umur 3 tahun untuk melindungi gigi susu.
2. Dibuat pada umur 7 tahun untuk melindungi gigi insisivus dan molar.
3. Dibuat pada umur 10 tahun untuk melindungi gigi kaninus dan premolar.
4. Dibuat pada umur 13 tahun untuk melindungi molar kedua
 Menurut (Hawkins, 2003) Indikasi dan kontraindikasi penggunaan topical flour
adalah:
Indikasi
1. Pasien yang berisiko tinggi untuk karies pada permukaan gigi yang halus
2. Pasien yang berisiko tinggi untuk karies pada permukaan akar
3. Kelompok pasien khusus, seperti: Pasien yang menggunakan alat ortodontik,
Pasien dengan penurunan aliran saliva
4. Anak-anak yang gigi molar pertama tetapnya sudah erupsi tapi tidak
diindikasikan melakukan tindakan pit fissure selent
Kontraindikasi
1. Pasien anak dengan resiko karies rendah
2. Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor
Macam - Macam Pemberian Flour :
 Pemberian Flour Secara Sistemik
Pemberian fluor secara sistemik meliputi fluoridasi air minum dan melalui
pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet
isap. Pemberian fluor secara local dapat dilakukan dengan menyikat gigi dengan
pasta gigi berfluor serta aplikasi topikal dengan larutan fluor.
 Pemberian Flour Secara Topikal
Topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung fluor pada enamel. Aplikasi
topikal fluor merupakan teknik yang sederhana untuk aplikasi larutan fluor
yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasikan dengan mudah.
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan
telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme
sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan
permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang
sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara :
1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor
2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor
3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor
Aplikasi fluoride secara topikal dapat diberikan dalam bentuk foam, gel dan
varnish . Ketiga bentuk fluoride topikal tersebut mempunyai indikasi masing-masing,
yaitu bentuk gel lebih efektif diberikan pada anak usia sekolah, bentuk foam lebih
efektif diberikan pada gigi susu atau gigi molar pertama yang baru erupsi, sedangkan
bentuk varnish efektif dalam mencegah karies pada anak-anak, dewasa, dan individu
dengan risiko karies tinggi.
Fluoridasi topikal ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang baru erupsi di dalam
mulut untuk memperkuat lapisan email gigi.
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu :
1. NaF (Sodium Fluoride)
NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan
salah satu yang sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak
lama, memiliki rasayang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi
gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%,
dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml.
2. SnF (Stannous Fluoride)
SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran, misalnya rasa
tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya mengubah warna
gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan, serta mengiritasi
gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan
yang masih baru. Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%.
Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gram dengan air
destilasi 10ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8.
3. APF (Acidulated Phosphate Fluoride) yang memakainya diulaskan pada
permukaan gigi dan pemberian varnish fluor.
APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia dalam
bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak
mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai,
merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF
dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan rasa seperti rasa jeruk, anggur dan
jeruk nipis (Sirat, 2014). Terdapat dua cara untuk mengaplikasikan gel APF, yaitu
dengan mengoleskan gel langsung pada permukaan gigi atau dengan
menggunakan tray.
2. Data Pasien
Nama : Meilika Syarani
No RM : 11375
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 10 tahun
Alamat : Lubuk Buaya
3. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Diagnostic Set Cotton Roll
Saliva ejector Cotton Pellet
Microbrush Bahan topical fluor (gel)
Topical fluoride tray

4. Prosedur Pekerjaan :
a. Lakukan kontrol plak, Instruksikan pasien untuk menyikat gigi. Sisa makanan
harus dihilangkan sebelum aplikasi fluor.
b. Isolasi daerah kerja dengan menggunakan saliva ejector dan cotton roll. Isolasi
dilakukan sartu rahang gigi. isolasi bertujuan untuk mencegah kontaminasi fluor
dengan saliva karena dapat menyebabkan pengenceran fluor.
c. Keringkan gigi yang telah diisolasi
d. letakkan larutan gel ke dalam topikal tray kemudian insersikan tray ke seluruh
permukaan gigi yang telah diisolasi. Jaga agar tray tidak mengenai gusi. Biarkan
gigi tertutup larutan gel selama 4 menit.
e. Setelah 4 menit, buka tray dan bersihkan larutan gel fluor dari permukaan gigi
menggunakan cotton pellet , tapi jangan berusaha membersihkan larutan dari
permukaan aproximal.
f. Instruksikan pasien untuk meludahkan semua gel yang tersisa.
g. intruksikan pada pasien untuk tidak makan / minum selama 30 menit setelah
perawatan untuk memperpanjang kontak fluor dengan permukaan aproximal.
Daftar Pustaka
Lussi A., Hellwig E., dan KLimek J., 2012. Fluorides-mode of action and
recommendations for use. Schweiz Monatsschr Zahnmed 122(11): 1030-1036

Rao, Arathi. 2012. Principal and Practice of Pedodontics third edition. E-Book.
India:JAYPEE

Dharma, Kuldeep, Pathi, Basavaraj, Singla, Ashish : Topical Flour. A literature


Review, Hamburg, Anchor Academic Publishing, 2017

R. Hawkins, D. Locker, J. Noble. 2003. Prevention. Part 7: Professionally applied


topical fluorides for caries prevention. British Dental Jurnal vol 195.

Sirat, N.M. (2014). Pengaruh Aplikasi Topikal Dengan Larutan Naf Dan Snf2 Dalam
Pencegahan Karies Gigi. Denpasar: Jurnal Kesehatan Gigi. Vol 2(2).

Anda mungkin juga menyukai