Alkisah diceritakan dua orang bersaudara, Bagas dan Sigat yang dikenal oleh masyarakat
akan keelokan luhur hatinya. Mereka berasal dari keluarga yang bisa dikatakan sangat
berada. Mereka selalu berbuat kebaikan, tak pernah memandang resiko bagi dirinya, yang
penting pertolongan mereka akan menjadi sebuah kebaikan yang tiada taranya.
Suatu hari, Bagas bertemu denga seorang wanita yang mampu menarik hatinya akan pesona
rupanya nan cantik. Bagas pun berkeinginan untuk mempersuntik pujaan hatinya itu.
Adegan 1
Terpesona akan kecantikan sang wanita, Bagas memberanikan dirinya untuk berkenalan
dengan wanita itu. Namanya Sinta.
Sinta : Abang terlalu banyak memuji. Saya tinggal di dekat sini kok.
Bagas meminta persetujuan orang tuanya untuk meminang Sinta. Mengetahui gadis yang
dimaksud Bagas ialah Sinta, orang tua Bagas pun setuju.
Bagas : Bapak ... Ibu ... saya berkeinginan untuk mempersunting gadis pujaan yang saya
kenal. Namanya Sinta. Ia tinggal tidak jauh dari rumah kita.
Bapak : Bapak setuju saja. Kalau memang itu pilihan kamu. Bapak juga sudah kenal lama
dengan keluar Sinta. Sinta itu berasal dari keluarga terpadang.
Bagas : terima kasih, Pak, atas restunya. Saya pun berharap ini pilihan yang terbaik.
Suatu hari kedua orang tua Bagas mengalami kecelakaan. Mereka pun meinggal alam
peristiwa itu. Bagas dan Sigat merasa sedih akan kehilangan orang tua yang mereka kasihi.
Adegan 2
Pada suatu hari orang tua Bagas pergi keluar kota untuk mengahdiri hajatan seorang kenalan
mereka. Malam itu hujan turun dengan deras, menyebabkan jalan mejadi licin ditambah lagi
kondisi jalan yang tidak rata menjadi salah satu penyebab kecelakan itu.
Sinta pun datang ke rumah duka. Bermaksud menghibur dan mengguatkan hati Bagas.
Sinta : bang, saya turut berduka, ya. Semoga orang tua abang mendapatkan tempat yang
terbaik di sisi- Nya. Abang harus kuat. Yang sabar, ya, Bang. Kita hanya bisa
mengirimkan doa untuk mereka.
Bagas : Ya. Makasi, Ta. Terima kasih kamu sudah mau datang dan menghibur saya. Saya
benar-benar terpukul dengan peristiwa ini...
Adegan 3
Bagas :
aroma kopi menggetarkan nadi
Sinta : bagaimana dengan pembagian warisan dari orang tuamu, bang. Sudah abang urus?
Abang harus segera membaginya dari Sigat. Warisan tanah yang abang dapat nanti
kan bisa kita jual. Terus uangnya bisa kita bei perhiasan.
Bagas : Sinta, saya tidak suka kamu berbicara seperti itu. Apa pikiran kamu Cuma hanya
harta! Orang tua saya baru saja meninggal. Sedangkan kamu sibuk mendesak
penggurusan warisan. Saya tidak habis pikir dengan jalan pikiran kamu ini!
Adegan 4
Sinta : Gat, soal tanah warisan orang tua kamu, bagaimana kalau kita bekerjasama
memanfaatkan tanah itu.
Sigat : maksudnya?
Sinta : begini, saya mempunyai rencana untuk membuat perkebunan strobery. Setengah
dari keuntungan yang diperolehh dari hasil produksi akan saya berikan kepada kamu.
Bagaimana? Menarik bukan?
Sigat : umm, oke juga tuh idenya. Deal! Saya setuju.