Anda di halaman 1dari 3

Tubuh Rahayu yang mengalami berahi ketika melakukan hubungan seksual

dengan Kyai Hasbi. Dalam hal ini, seks yang dilakukan kedua tokoh perempuan adalah
hubungan seks yang berlangsung berbalasan, tanpa menghiraukan status perkawinan
yang tidak mereka miliki.

Judul
“DISKRIMINASI GENDER TERHADAP PEREMPUAN DALAM NOVEL ENTROK
KARYA OKKY MADASARI: KAJIAN FEMINISME”
Permasalahan
Diskriminasi gender yang dialami oleh perempuan dalam novel entrok terlihat dari
diskriminasi yang dialami oleh Marni. Berawal dari Marni yang ingin memiliki entrok untuk
menutui dadanya. Namun pada saat itu entrok merupakan salah satu barang mewah dengan harga
yang mahal sehingga tidak semua orang dapat memilikinya. Dengan adanya keinginan Marni
untuk memili entrok maka ia berusaha untuk mencari uang sementara akibat adanya diskriminasi
gender akibat dari budaya patriarki yang dialami oleh perempuan sehingga adanya perbedaan
perlakuan antara laki-laki dengan perempuan sehingga perempuan hanya bisa melakukan
pekerjaan yang ringan seperti mengupas singkong yang hanya diberi upah singkong membuat
Marni kesulitan dalam membeli entrok. Sementara laki-laki bekerja sebagai kuli dan diupahi
uang. Oleh karena itu, Marni memutuskan untuk menjadi kuli karena pada saat itu seorang kuli
akan diberi uang sebagai upahnya. Namun, demi mewujudkan keinginannya untuk memiliki
entrok Marni melawan kodrat atau batasan yang ditetapkan lingkungan sosial dan budayanya.
Dikarenakan kuli hanya dilakukan oleh laki-laki yang dianggap lebih kuat dan maskulin. Akan
tetapi, Marni yang sudah memiliki tekad yang kuat untuk mendapatkan uang untuk membeli
entrok menunjukkan perlawanan atas lokalitas perempuan Jawa yang hanya boleh bekerja sesuai
dengan kodratnya.
Dalam novel entrok juga diceritakan bagaimana seorang perempuan mengalami
penindasan dan memiliki keterbatasan gerak dalam hidupnya karena adanya anggapan bahwa
perempuan merupakan mahluk yang lemah dan tidak berdaya. Ketidakadilan dan ketidak
setaraan gender pada perempuan dalam novel entrok termanifestasikan dalam bentuk kekerasan,
subordinasi, streotipe, marginallisasi, dan beban kerja (double Bergen). Ketidakadilan gender
pada perempuan terjadi karena kebiasaan, sistem sosial dan budaya patriarki. Ketidakadilan
gender yang muncul pada novel entrok yakni kekerasan gender yang terjadi akibat dari adanya
dominasi dan superior laki-laki yang menyebabkan inferioritas perempuan dalam berbagai aspek
kehidupan. Ketidakadilan gender menimbulkan beberapa kekerasan lainnya pemaksaan
sterilisasi program KB dan pemerkosaan. Pemaksaan sterilisasi KB merupakan kekerasan yang
menyudutkan posisi perempuan dan membuat perempuan harus memenuhi target pemerintah
untuk mengontrol pertumbuhan penduduk. Pada novel entrok kekerasan secara psikis yang
dialami perempuan dapat dilihat saat Marni sebagai seorang perempuan menceritakan
penyesalannya saat dipaksa mengikuti program KB, sehingga Marni mengalami beban
penyesalan psikis karena hanya memiliki satu orang anak sehingga saat anaknya Rahayu pergi
merantau, Marni merasa kesepian dan merindukan memiliki anak yang banyak. Kemudian,
Rahayu yang merupakan anak dari Marni juga mengalami kekerasan dalam bentuk pemerkosaan
yang dilakukan oleh tentara saat Rahyu di penjara. Tentara yang memiliki jabatan dan kekuasaan
atas narapidana seakan-akan berhak menentukan nasib narapidana yang membuat perempuan
menjadi tidak berdaya. Di mana perempuan di penjara dijadikan objek seksual bagi para tantara.
Selanjutnya novel entrok menceritakan terjadinya kekerasan dalam bentuk pemerkosaan yang
menimpa seorang gadis remaja yang bernama Ndari. Ndari diperkosa oleh Pakliknya sendiri
yaitu Kartono. Selain itu, Ndari juga mengalami kekerasan dalam bentuk pelacuran. Pelacuran
yang dilakukan Ndari merupakan perintah dari bapaknya untuk merayu tantara-tentara agar tidak
mengeruk desa mereka. Perbedaan peran dan hak antara laki-laki dengan perempuan di
masyarakat menempatkan perempuan berada pada status yang lebih rendah dari pada laki-laki.
Dengan demikian, laki-laki memiliki hak yang istimewa yang membuatnya seolah-olah
menjadikan perempuan sebagai barang kepunyaan yang berhak diperlakukan dengan semena-
mena, termasuk dengan cara kekerasan fisik dan psikis. Pada novel entrok juga terdapat
kekerasan dalam bentuk tindakan pemukulan dan serangan fisik dalam rumah tangga yang
dialami oleh Simbok yang dilakukan oleh suaminya hanya karena Simbok sedang sakit sehingga
Simbok tidak dapat ke pasar untuk mencari makanan. Kekerasan tersebut menimbulkan trauma
pada Simbok dan Marni.
Subordinasi menjadikan perempuan pihak yang tidak dapat mengambil keputusan dan
mengutarakan pendapatnya. Subordinasi dalam novel entrok ditunjukkan pada saat
mengemukakan pendapatnya untuk menolak lamaran Teja untuk menikahinya. Hal tersebut
terjadi karena adanya budaya yang berlaku di masyarakat yang mewajibkan perempuan harus
menerima lamaran laki-laki apabila dilanggar akan berdampak pada perempuan menjadi perawan
tua. Subordinasi juga dialami bu Jujuk, di mana suaminya suka selingkuh dengan perempuan
lain. Walaupun bu Jujuk merasa sedih dan kecewa dengan perilaku suaminya tetapi ia masih
menganggap bahwa dalam keluarga, suami merupakan orang yang harus dipatuhi dan ditakuti.
Hal ini memposisikan perempuan berada di posisi yang lebih rendah dalam keluarga sehingga
perempuan diharuskan selalu patuh dan taat walau suaminya berselingkuh.
Streotip dalam novel entrok mengenai pelabelan perempuan yang bersolek. Pada saat itu
terdapat anggapan bahwa perempuan yang bersolek dilakukan untuk mencari perhatian lawan
jenis yang dianggap sebagai penggoda. Hal tersebut berimbas pada kasus kekerasan dan
pelecehan seksual yang dilakukan oleh laki-laki dikaitkan kepada perempuan sebagai korban
yang juga disalahkan. Selain itu, anggapan bahwa perempuan harus melayani suami
mengakibatkan perempuan harus menomorduakan pendidikannya sehingga tidak heran jika ada
anggapan bahwa perempuan hanya bertugas di dapur, sumur, dan kasur. Streotip yang
melabelkan istri harus melayani suami, sehingga saat istri tidak becus melayani dan memuaskan
suami, suami berhak mencari istri baru atau perempuan lain. Hal ini membuat posisi perempuan
sebagai istri menjadi korban yang disalahkan.
Dalam novel entrok terdapat marginalisasi terhadap perempuan yang mengakibatkan
kemiskinan perempuan yang disebabkan oleh keyakinan tradisi dan kebiasaan yang
melanggengkan proses marginalisasi terhadap perempuan. Proses marginalisasi perempuan
disebabkan oleh ketidakadilan gender dan perbedaan gender. Perbedaan gender memunculkan
sistempembagian upah yang yang tidakadil antara perempuan dan laki-laki. Hal ini dapat dilihat
adanya anggapan bahwa perempuan merupakan mahluk yang lemah sehingga perempuan hanya
dapat melakukan pekerjaan yang ringan saja, seperti bekerja di pasar untuk mengupas singkong
yang diupahi dengan bahan makanan seperti singkong. Sementara laki-laki dianggap lebih kuat
dari permpuan atau maskulin sehingga laki-laki dapat bekerja menjadi kuli angkut di pasar yang
nantinya akan mendapatkan uang sebagai upahnya. Dengan adanya kondisi tersebut
menimbulkan ketimpangan, perempuan hanya dianggap sebagai pencari nafkah tambahan
gajinya hanya sebagaian dari gaji laki-laki.
Dalam novel entrok juga terdapat beban kerja ganda (double Bergen), di mana
perempuan harus mengerjakan pekerjaan domestik seperti menjaga kebersihan dan kerapian
rumah mulai dari memasak, mencuci, mengurus anak hingga melayani suami yang
mengakibatkan perempuan sulit untuk memasuki ranah publik. Pembagian beban kerja dalam
novel entrok dijadikan sebagi pakem dan kebiasaan yang tidak bisa dilanggar, perempuan hanya
bisa dijatahkan untuk hanya mengupas singkong dan laki-laki nguli. Dalaam novel entrok di
ceritakan bahwa perempuan yang berada di kalangan orang miskin juga akan mengalami beban
kerja yang ganda karena perempuan harus mencari nafkah bagi keluarganya sementara suaminya
malah santai-santai dan tidur dengan perempuan lain.
Dengan adanya diskriminasi yang dialmi oleh perempuan pada masa Orde Baru
mendorong Marni untuk membuktikan bahwa anggapan jika wanita itu lemah dan tidak berdaya
salah karena pada realitanya perempuan sama kuatnya dengan laki-laki. Sebagai contoh jika di
rumah, yang mengambil air dari sungai ke dapur dengan jarak yang jauh dan beban yang berat
dilakukan oleh perempuan. Oleh karena itu, Marni ingin menghilangkan pandangan bahwa laki-
laki lebih kuat dari perempuan sehingga akan menghasilkan pandnagan yang menganggap bahwa
perempuan dan laki-laki itu sama karena pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki juga dapat
dilakukan oleh perempuan. Selain itu Marni juga memperjuangkan kesetaraan gender dalam
pekerjaan untuk mendapatkan hasil yang sama, dan membuktikan bahwa perempuan juga bisa
menjadi seorang pemimpin.

Anda mungkin juga menyukai